Home / Romansa / KELAMBU MERAH JAMBU / The New Project

Share

The New Project

Author: Humairah Samudera
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Bukan, aku bukannya nggak senang atau bagaimana, Papa video call. Tapi masalahnya kan, aku dan Kenzy belum bicara lagi semenjak tragedi kemesraannya dengan Elize, kemarin pagi. Jangankan bicara, melihatnya pun mataku sepet. Pedih.

Satu saja yang aku nggak habis pikir, kenapa haru Elize, sih? Apa nggak cukup dengan Marcella atau wanita-wanita lain di luar sana yang aku nggak kenal? Meskipun sama-sama jahat tapi nggak begitu melukai hati, bagiku. Apa Kenzy nggak tahu, kalau aku dan Elize …? Well, aku yakin, dia bukannya nggak tahu tapi nggak mau tahu. Tentu saja. 

Coba, bagaimana perasaannya jika melihatku jalan berdua dengan William?  Jalan saja, sambil mengobrol atau tertawa bersama. Bagaimana perasaannya? Haha. Haha. Aku lupa,

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Hari Yang Penuh Warna

    Dengan segenap perasaan yang serba baru---begitu baru sehingga terasa asing---aku menyiapkan makan siang untukku sendiri. Apakah Kenzy sedang berada di luar rumah? Oh, nggak, dia di rumah, kok. Tapi kan, mulai sekarang aku nggak boleh seperti kemarin-kemarin lagi. Maksudku, nggak boleh memposisikan diri sebagai isteri Kenzy, kecuali di hadapan Papa dan Papa Snoek. That is the point, isn't that? 'So, do your best, Anyelir!'Roti selai cokelat kacang plus capcay sayur, menjadi menu pilihanku siang ini. Enaknya, membuat menu makan siang tanpa memikirkan Kenzy. At least, aku bisa bebas menentukan menu dan yaaa, seperti inilah hasilnya. Dalam sejarah kehidupanku di Leiden, belum pernah aku makan siang dengan sayuran seperti ini. Salad, capcay, pecel atau apapun itu yang bernama sayuran hanya ada di acara makan malam, sejauh in

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Pilihan dan Keputusan

    Nggak, tentu saja nggak masalah, aku memakai pakaian Tante Vanessa, mama William. Toh, William sendiri yang meminjamkannya padaku, kan? Sungguh, sama sekali nggak menduga kalau ternyata sudah meninggal. Sempat berpikir malah, kalau dia sedang ada kepentingan di luar rumah atau semacamnya. Percayalah, pertanyaanku tadi---masalah memakai pakaian orang yang sudah meninggal---hanya serpihan kecil dari rasa terkejut dan ikut berduka cita.You can imagine lah, bagaimana Perasaanku?Aku memakai sweater, syal, kaos kaki dan juga topi itu hampir seharian penuh, lho. Sampai jam makan malam. Eh, topinya sih nggak, hanya beberapa jam saja. Oooh, my God! How could I felt so calm and comfort? Untuk jawabannya, kalau istilah yang sering digu

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Antara Galih dan Kenzy

    Big no!Apapun Yang Kenzy katakan, nggak akan semudah itu aku mempercayainya. Nggak, walaupun mulutnya sampai berbusa-busa pun harus tetap berhati-hati dan waspada. Masa iya, dia berubah sebaik itu hanya dalam hitungan jam? Halooo, tadi pagi dia masih bertemu dan pergi bersama Marcella, lho! Bahkan, walaupun terlihat kikuk, nggak menolak tuh, sewaktu Marcella mengujaninya dengan kiss love? Sungguh, suaranya saja terdengar sampai di ruang makan. Maksudku, sama sekali nggak terdengar Kenzy melarang Marcella melakukan itu atau semacamnya. Entah, bagaimana kenyataanya. Ya ampuuun, mataku kan, nggak bisa menembus dinding?"Percaya sama aku, Nya!" Kenzy memohon-mohon sambil berlutut di depanku, "Aku janji, mulai detik ini aku akan membahagiakan

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Mengapa Kenzy Berubah?

    De swiiing, wiiing, wiiing!"Aaa …!" nyaris saja aku menjerit melihat Kenzy berendam di bathtub dengan santainya, "Oooh, my God!" secepat mungkin aku membalikkan badan menghadap ke pintu kamar mandi, "What aru you doing here, Kenzy?"Oh, ooohhh, my God!Bisa-bisanya dia berendam di bathtub, padahal kan, baru jam delapan? Baru saja selesai makan malam. Eh, nggak, percayalah aku nggak memperhatikan dia. Maksudku, aku melihatnya sedang makan malam tadi di bawah. Masa, tahu-tahu sudah berendam di bathtub? Sampai berbusa-busa pula, seperti anak kecil saja!

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Keep Positive Thinking

    Saatnya berkebun dengan gembira tralala. Tadi, sepulang dari DFF Amsterdam untuk mengurus registrasi, aku mampir ke rumahnya. Sebenarnya, hanya mengambil sepeda yang kututitipkan di sana, sih. Nggak sampai sepuluh menit, karena Sophia mau ada acara bersama mamanya. Lagipula, aku juga sudah ada janji dengan Oma. Dia minta dibantu membuat adonan donat. Katanya, cucu kembarnya yang di Den Haag mau bermalam di rumahnya, malam ini sampai tiga malam ke depan. Jadi, dia berniat membuatkan donat untuk mereka. Menurut Oma, cucu kembarnya itu termasuk doughnuts lovers.Kalau aku?Ice cream's lover, dong. Haha. Haha.Well, kami naik bus tadi waktu beran

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Keep Positive Thinking

    Saatnya berkebun dengan gembira tralala. Tadi, sepulang dari DFF Amsterdam untuk mengurus registrasi, aku mampir ke rumahnya. Sebenarnya, hanya mengambil sepeda yang kututitipkan di sana, sih. Nggak sampai sepuluh menit, karena Sophia mau ada acara bersama mamanya. Lagipula, aku juga sudah ada janji dengan Oma. Dia minta dibantu membuat adonan donat. Katanya, cucu kembarnya yang di Den Haag mau bermalam di rumahnya, malam ini sampai tiga malam ke depan. Jadi, dia berniat membuatkan donat untuk mereka. Menurut Oma, cucu kembarnya itu termasuk doughnuts lovers.Kalau aku?Ice cream's lover, dong. Haha. Haha.Well, kami naik bus tadi waktu beran

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Benarkah Cinta Itu Ada?

    Dengan kegembiraan yang membuncah, aku mengeja nama yang tertera di Student ID Card, "Anyelir Nuansa Asmara."Cantik ya, namaku? Bunga Anyelir dalam nuansa cinta. Tanpa kusadari, air mata ini meleleh hangat di pipi, nyaris panas. Meskipun nggak seindah nama pemberian Mama dan Papa tapi harus tetap beryukur atas segala cerita hidup, kan? Ya, yaaahhh, mungkin suatu hari nanti, cerita indah itu akan tertulis juga. Mungkin, air mata ini akan tergantikan dengan tawa bahagia. Nothing is impossible, kan? Yeaaah, kata Papa Snoek sih begitu, "Nothing is impossible, Anyelir. You understand it, don't you?"Yes, I do. Tapi sayangnya, hanya sebatas kata-kata. Dari pada Papa meninggal karena heart attack? Masa sih, dalam usiaku yang masih muda be

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Elize, Kenzy dan Selai Cokelat

    Mereka sedang berbincang-bincang di ruang makan, ketika aku turun. Apa yang diperbincangkan? Aku nggak tahu, nggak terlalu terdengar dari sini. Ya ampuuun, telingaku kan bukan telinga kelelawar? Tapi, ummm, sepertinya mereka memperbincangkan tentan rumah sakit? Siapa yang sakit, apa ini ada kaitannya dengan Oma? Ahhh, nggak mungkin. Manusia plastik dan batu karang itu, nggak mungkin memiliki kepedulian sosial lagi. Kalaupun memiliki, sangat kecil presentasenya, yakin.Sekarang, aku terhimpit oleh dua pilihan. Kembali ke kamar atau tetap ke ruang makan dan sarapan. Artinya, sarapan bersama Elize dan Kenzy. Oke, nggak bersama, tapi harus uji nyali untuk beberapa saat lamanya … Menyeduh lechy tea, membuat roti dan menyiapkan buah. Akhir-akhir ini, aku juga makan buah sesudah sarapan. Nah, setelah itu, baru ke kamar lagi atau

Latest chapter

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Nyaaa Anyeliiirrr!

    De Swiiing!Entah bagaimana awalnya, aku nggak terlalu ingat, rasa-rasanya ada sesuatu yang aneh di ruang perawatan ini tapi nggak tahu, apa. Om Dirga masih berdiri sambil menyedekapkan tangan di bawah kaki Kenzy, sama seperti posisinya semula. Miss D sudah selesai melepaskan sonde dan sekarang Doctor, dibantu Nurse mulai melepaskan jarum infus yang tertancap di punggung tangan sebelah kanan. Mereka melakukan transfusi darah dari sana. Sampai di sini aku memandang ke segala arah, mengingat keanehan yang sempat kurasakan tadi.Nothing is weird but I feel that!Kembali, aku memandangi wajah Kenzy yang kadang-kadang tertutup tangan Doctor atau Nurse karena pekerjaan mereka melepas ventilator belum selesai. Wajah yang kalau dalam keadaan sehat terlihat tampan dengan

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Good Bye, Kenzy!

    Di antara bayang-bayang Kenzy yang mengulum senyum manis dan segenggam kebahagiaan, aku menguatkan diri untuk tanda tangan. Meskipun air mata tak kunjung berhenti dan keringat dingin semakin deras mengalir, aku berusaha untuk menguatkan diri. Kuat, tegar untuk Kenzy. Demi suami tercinta sepanjang masa. Miss D dan Doctor menunggu dengan sabar di seberang meja. Tenang, Miss D mengusap-usap punggung tanganku, senyumnya terlihat tipis tapi tulus. Sementara Doctor duduk bersedekap tangan dengan raut wajah setegang robot lowbat.Sungguh, sampai detik ini, aku masih merasa jahat!Jahat, karena harus melalukan semua ini, meskipun itu demi kebaikan Kenzy. Cukup, cukup satu musim dia menjalani masa komanya. Nanti, besok jangan lagi. Aku sudah nggak sanggup lagi melihatnya seperti ini. Oooh, ooohhh, my God! Baru satu kali itu aku me

  • KELAMBU MERAH JAMBU    The Final Decision

    "Kamu …?" aku mendelik menatapnya, "Ngapain kamu ke sini, keluar!"Betapa terkejutnya aku, saat Kenzy dengan tenang dan santainya masuk ke kamarku. Padahal, sebelum ijab qabul tadi sudah berjanji kalau nggak akan pernah menginjakkan kakinya di sini. Wuaaahhh, sepertinya dia meremehkan ya, kan?"Kenzy, keluar!" dengan amarah yang semakin membesar, aku menunjuk ke arah pintu, "Keluar, Kenzy!"Tap, tap, tap!Terdengar langkah kaki Papa menuju ke sini, membuat kami sama-sama terkejut. Mungkin Kenzy pun bingung harus bagaimana, jadi dia mendekat padaku, sedekat-dekatnya. Tentu saja, itu masih belum ada apa-apanya jika dibandingkan dengan saat Papa sudah benar-benar muncul di depan pintu, Kenzy me

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Waiting For Kenzy's Smile

    Miss D terperangah, menatapku dengan karakter kucing yang dilanda konflik besar, antara harus mencuri ikan di atas meja atau menahan lapar sampai diberi makan oleh majikannya. Tapi aku tak peduli lagi, tentu saja. Apa yang harus kupedulikan? Itu, ventilator, sonde, jarum infus yang melekat di tubuh Kenzy sudah tak berguna lagi kan? Sudah nggak ada fungsinya lagi, kan? Untuk apa dilanjutkan? Hanya menambah kedalaman luka saja!"Please, do that now, Miss D?" aiu meratap-ratap, memohon dengan segala perasaan yang merasuki diri, "For Kenzy, For me …!"Dalam detik-detik yang berdetak begitu cepat, seolah-oleh roda mobil yang melaju cepat ke sebuah tempat di lereng bukit, kami saling berpandangan dengan mulut ternganga. Aku, napasku memburu, selayaknya seorang prajurit yang berhadapan dengan seseorang yang sangat penting untuk

  • KELAMBU MERAH JAMBU    In Peace and Love

    Papa meraih pergelangan tanganku, menahannya dengan sedikit tekanan yang menyakitkan, tentu saja. Hal yang belum pernah Papa lakukan selama aku menjadi anak pungutnya. Well, aku yakin, seluruh dunia juga tahu, selembut dan semanis apa Papa memperlakukan aku selama ini. Ah, lebih lembut dari butiran salju. Lebih manis dari es krim susu vanilla. Jadi, kalau sampai Papa melakukan itu, berarti ada sesuatu yang bersifat penting dan genting.What is that?I don't know!Yeaaahhh, only he knows, of course!"Anyelir!" Papa memanggil dengan suara bergetar yang aku nggak tahu kenapa, nggak ingin tahu juga, "Kamu, nggak mau ikut nganterin Papa ke bandara, besok pagi?"Finallly H

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Luka di Atas Luka

    Hanya bisa bernapas dan memandang ke arah mama Sophia dengan mata yang semakin memburam oleh air mata. Aku merasa benar-benar terjepit sekarang. Terjepit di antara dua bilah pedang yang berkilau tajam plus haus darah. Oooh, ooohhh, my God! Kenzy masih koma, bahkan harapan hidupnya semakin menipis. Bisa dikatakan habis, malah. Sudah begitu, seolah-olah itu belum cukup untuk meluluh lantakkan seluruh hati dan perasaan yang terkandung di dalamnya, Papa menyingkap tabir rahasia tentang hidupku yang sesungguhnya.Jahat. Jahat. Jahat.Apa, apa yang bisa kuharapkan sekarang?Apa masih ada harapan?Papa menjadikan aku Musim Semi, Little Princess dan Anyelir Nuansa Asmara hanya untuk dijadikan pengisi kotak hadiah

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Anak Pungut Yang Malang

    Papa kembali ke rumah sakit, setelah tiga hari beristirahat di rumah. Om Dirga hanya menjenguk Kenzy sebentar lalu kembali ke kantor, karena masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Jadi, aku memanfaatkan kesempatan berdua kami untuk berbicara. Sebisa mungkin, dari hati ke hati dan tanpa lonjakan emosi. Selain sadar kalau ini rumah sakit, kami juga nggak pernah bertengkar selama ini. Belum pernah. Nggak lucu kan, kalau dalam kondisi Kenzy yang masih koma, kami justru bertengkar?"Papa," aku memanggil setelah selesai mengepang rambut ala Elsa dan mengikatnya dengan karet gelang, "Ada yang perlu Anyelir tanyakan Pa, boleh?"Aku memindai kebohongan di bola mata Papa. Kebohongan yang nggak kuharapkan sama sekali, sebenarnya. Emmmhhh, pasti Papa lupa kalau dia bahkan selalu mengancamku dengan rotan untuk setiap kebohong

  • KELAMBU MERAH JAMBU    What Will Be Will Be

    Leiden, 28 September 2018Dear Angel,Begitu banyak yang terjadi dan yang paling besar adalah Kenzy yang masih koma. Bukan hanya itu. Bahkan, secara medis, harapan hidup Kenzy hanya tinggal lima sampai sepuluh persen lagi. Jadi, kalau dokter yang menangani melepaskan semua alat penunjang kehidupannya, kemungkinan besar---Miss D mengatakan tanpa kemungkinan yang berarti pasti---Kenzy akan meninggal dunia. Well, tentu saja, aku nggak mengizinkan siapapun dokter ahli kanker di dunia ini untuk melakukannya! Kamu tahu kan Angel, apa maksudku? Hidup dan mati manusia, mutlak berada di tangan Tuhan. Iya kan, Angel?OK!Kalaupun Kenzy harus meninggal Angel, jangan karena kami melepaskan jarum infus atau ventilatorn

  • KELAMBU MERAH JAMBU    Harapan Hidup Kenzy

    Papa pulang ke Sleedorn Tuin sore ini, diantarkan Om Dirga. Jadi fixed, malam ini aku sendirian menjaga Kenzy di rumah sakit, karena Om Dirga harus menemani Papa. Itulah mengapa, sedari tadi sibuk menyiapkan segala hal untuk lebih intensif mengaktifkan kesadaran Kenzy. Pening, rasanya. Pening kuadrat. Tahukah kalian? Begitu banyak ide dan rencana menjejali ruang pemikiran yang terasa kian menyempit. Ruwet dan rumit. Tapi aku memilih untuk mendahulukan album foto Kenzy dan Kinanti, tentu saja. Ya, yaaahhh, meskipun kadang-kadang rasa cemburu membakar pinggiran hati tapi apa boleh buat? Dalam situasi sepenting dan segenting ini, aku nggak mungkin egois dan emosional, bukan? Toh, kalau Kenzy sadar, aku juga yang bahagia. Bukan Kinanti. Iya, kan?Sooo, this is it!Seperti biasa, aku menggenggam telapak tangan kiri Kenzy dan mengaja

DMCA.com Protection Status