Ini dunia. Tak ada yang sempurna di dalamnya. Tak ada yang abadi. Kesempurnaan mutlak milik Tuhan, begitu juga dengan keabadian. Maafkanlah, hal-hal yang membuatmu nggak enak hati. Lupakanlah kejadian-kejadian yang membuatmu kecewa, marah, muak atau bahkan benci. Mulailah dengan sesuatu yang baru, yang lebih baik. Semoga Tuhan memberkahi.
Oh, God!
Bagaimana rasanya jika tiba-tiba aku sebijaksana itu ketika menghadapi Kenzy yang dengan penuh keyakinan dan percaya diri mengajak kencan malam ini? Jika aku memenuhi ajakannya, berarti itu akan menjadi the sweetest date pertama kami. Maksudku, kencan yang tanpa embel-embel bernama terpaksa, terjebak, terseret atau semacamnya. Iya, kan? Pasti akan menimbulkan kesan yang super duper a
Cinta lokasi?Aku bingung lalu menertawakan diri sendiri karena tiba-tiba saja berpikir seperti itu. Kenapa coba harus diksi itu yang muncul dalam benakku yang sedang landai tanpa badai? Cinta lokasi. Ya ampuuun! Kami kan, nggak sedang berada di lokasi syuting sebuah film atau sinetron? Kami sedang menjalani kehidupan yang jujur saja masih membingungkan bagiku sampai detik ini. Terlalu sulit, rumit. Ruwet kuadrat. Apa karena masih bingung, jadinya horor? Masa, mendeklarasikan perasaan tenang dan bahagia ini dengan cinta lokasi? Ehemmm, berlebihan nggak, sih?Q & AQ: Apakah aku sedang jatuh cinta?
De swiiing!Iya, benar, itu memang tulisan tangan Galih. Tulisan yang kecil-kecil rapi, tegak dan nggak ada satu huruf pun yang berdempetan dengan huruf yang lain. Jarak antar kata pun terlihat stabil, begitu juga dengan jarak antar paragraf. Penggunaan huruf kapitalnya pun bagus sesuai dengan PUEBI dan yang jelas, bentuk huruf g kecil yang mirip dengan angka sembilan itu yang nggak bisa menipu. Aku tahu persis tentang hal itu, filosofinya deep and touchy. Dia lahir di tanggal sembilan, bulan sembilan. Itulah mengapa, dia menulis huruf g kecilnya seperti angka sembilan. Damar Galih. Jadi, kalau misalnya semua foto pengantinnya itu hasil editan, apa Galih sedang berada di bawah pengaruh obat bius sewaktu menulis surat ini? Tapi kalau misalnya kenyataannya memang seperti itu---foto pengantin mereka memang asli---yang berart
Emma sudah menungguku di bagian depan kedai waktu aku datang. Segera, aku melangkah mantap ke arahnya setelah memarkir sepeda di bawah pohon kers yang sedang berbuah lebat. Banyak yang sudah merah tapi banyak juga yang masih kuning dan hijau. Bunganya juga banyak, putih bermekaran sewarna gading gajah. Wuaaahhhh, jadi teringat pada masa kecilku bersama Arunika. Biasanya, kami memanjat pohon kers yang berdiri rimbun bercabang-cabang di depan rumahnya, di pinggir jalan. Sebenarnya aku termasuk penakut jika berada di ketinggian, jadi Arunikalah yang selalu memanjat sampai sampai cabang tertinggi. Sampai-sampai nggak terlihat dari bawah karena tertutup daun-daun. Haha. Haha. Kadang-kadang aku mengandalkan pemberian Arunika, untuk mendapatkan buah yang benar-benar masak. Itu kalau aku sedang terlalu ill feel untuk ikut memanjat. Kalau nggak, ya, harus terima dengan buah yang masih kuning bersemburat merah muda. Haha. Haha
Wooow!Hari yang manis, indah dan membahagiakan, sungguh. DE SUPER ICE CREAM sudah memberiku sepotong kecil kebahagiaan dengan pekerjaan yang sederhana namun memiliki arti yang sangat besar. Setelah kurenungi selama beberapa menit, berulang kali di sela-sela pekerjaan menerima telepon, mencatat pesanan dan menyelipkan kertas memo ke loket Tosca ternyata posisiku sangatkah penting di sini. Menjadi pengubung antara pelanggan dan DE SUPER ICE CREAM. Bagimana, keren, kan?Ya, yaaahhh, walaupun rasanya sampai berbusa-busa sih, karena semakin malam pesanan es krim untuk besok semakin banyak. Well, sampai sekitar tiga puluh lima pesanan. Jariku juga keriting, melayani pemasanan es krim dan makanan andalan DSIC---French fries, waffel dan pi
Sumpah!Ingin tertawa tapi takut tersedak dosa. Kenzy kenapa, sih? Aneh! Ya ampuuun, aku kan nggak kemana-mana lagi setelah ini? Lagipula mau kemana, coba? Home work yang dari DFF pun baru kukerjakan beberapa nomor, masih kurang banyak. Apa Kenzy nggak baca jadwal sekolah dan kerjaku? Aku kan sudah menempelnya di papan pengumuman? Itu, yang disamping lemari es. Sudah kutulis semua, lho. Iiihhh, masa tulisan sebesar itu nggak terlihat juga?"Ya, Nya Anyelir?" pinta Kenzy lagi penuh dengan harapan, "Aku serius, nih!""Oh, God!" elakku sambil berusaha melepaskan diri dari Kenzy, "Aku kan udah pulang, Kenzy? Habis ini udah nggak ada acara ap
Haruskah aku mengakuinya sekarang, pagi ini?Semenjak kemesraan yang terjadi di dapur secara refleks semalam---Kenzy menyentuh bibirku dengan love kiss dan entah bagaimana ceritanya aku menerima dan menikmati, membiarkan itu terjadi hingga beberapa detik lamamaya---kami, terutama aku sudah nggak canggung lagi ketika berdekatan dengannya. Termasuk ketika tiba-tiba kemesraan itu terhenti begitu saja karena alarm saus spaghetti yang sudah matang, aku justru tersenyum sambil menatap penuh-penuh bola mata Kenzy. Ya, yaaahhh, walaupun sempat tersipu-sipu malu juga sih. Tapi dibandingkan dengan waktu-waktu yang telah berlalu, semalam itu luar biasa.Bagaimana awalnya?
Haaa, maksudnya?Aku harus cantik terus untuk dia, begitu? Sampai dia tua renta? Yakin? Haha. Haha. Memangnya, aku tuh siapanya, sampai memiliki harapan sebesar itu? Bukankah aku ini tak ubahnya gadis lugu, imut-imut dan lucu yang terjerat dalam jaring-jaring pernikahan kontrak dengannya? Ummm, yaaahhh sama sih, dia juga begitu. Enggg, kami sama-sama terjerat. Apa dia lupa, aku bukan siapa-siapa? Kalau aku cantik, efeknya apa? Kalau nggak cantik, efeknya apa? Nggak akan berakibat apapun, kan? Yakin seratus persen, nggak akan mempengaruhi kredibilitasnya sebagai anak pengusaha tajir melintir kue puntir di seantero Ibu Pertiwi. Bukan hanya tajir melintir kue puntir sih, sebenarnya tapi juga menduduki peringkat tiga besar. Ya, yaaahhh, andai ada yang menilai dan membuat peringkat dalam hal ini, lho. Hehe. By the
Di sekolah, aku nggak konsentrasi sama sekali. Sampai-sampai Mr. Abraham memintaku mengulang berkali-kali hanya untuk memperhatikan bagaimana susunan kalimatku dalam percakapan sehari-hari. Ya, pelajaran kami hari ini tentang daily conversation termasuk ketika berbelanja di kopermolen, pergi ke kantor pos, perpustakaan, stasiun atau jalan-jalan santai dan bertemu dengan tetangga sekitar rumah. Tapi sumpah! Rasanya aku kembali terbata-bata seperti seseorang yang baru pertama kali belajar bahasa Belanda. Padahal kata-katanya sudah tertulis dalam benak, lho. Sungguh, wajahku terasa seperti melepuh dan mengelupas karena tersiram air panas. Ah! Sampai berpikir, andai bisa memakai topeng atau sejenisnya untuk menutupi rasa malu yang merambat ke luar kulit wajah. Untung Mr. Abraham jauh lebih peka dari pada waktu-waktu sebelumnya. Jadi, dia menyuruhku untuk istirahat sambil mencatat di buku tulis khusus untuk Conversation C