Membalas pengkhianatan suami dan Sahabatku - Shalat (62)Via sudah tidur lebih dulu. Wanita itu terbaring dengan posisi menyamping. Rasya tersenyum melihat pada wanita yang kini sudah menjadi istrinya itu, Nampak terlelap begitu tenang.Ia pun naik ke pembaringan, Setelah Sebelumnya belum tidur karena sengaja membiarkan Via tidur lebih dulu agar Via tenang. Dengan penuh kasih sayang, Rasya mengelus rambut Via dan menatapnya lirih. Kemudian, Ia menge-cup kening Via."Semoga mimpi indah.... Istriku." ucapnya pelan. Ia pun membaringkan tubuhnya juga, Menyamping melihat pada wajah Via, Kemudian Rasya pun memejamkan matanya dengan perasaan yang sangat bahagia karena sekarang ia akhirnya tidur dengan wanita yang ia cintai.***Jam setengah lima pagi. Via terbangun dari tidurnya. Kedua bola matanya membuka. Dan ia tersenyum saat melihat Rasya yang tengah tertidur menyamping kearahnya. Rasya terlihat sangat tampan sekali. Via membangunkan badannya hingga posisi duduk diatas tempat tidur. Ia
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Tak Tersentuh (63)POV RASYA"Pengantin baru kok murung terus ? Bukannya udah malam pertama ?" Dokter Rafi, Yaitu dokter senior yang usianya sudah sekitar 60 tahun membuatku menoleh dan berusaha tersenyum. Ia duduk di kursi kantin, Hingga berhadapan dengan ku, dengan terhalangi oleh satu meja kotak yang berada di tengah-tengah kami ini."Ekh, Dok." jawabku diiringi senyum. Bingung, Jawaban apa yang mesti aku katakan padanya. Dan tadi ia bilang malam pertama ? Sudah tiga Minggu aku dan Via menjadi suami istri, Tapi... Aku belum pernah menyentuhnya sama sekali. Dan hal itu membuat ku bingung dan selalu kepikiran selama ini. Heran, Kenapa Via seolah masih canggung padaku. Dan akhirnya aku pun tak pernah berani meminta hal itu padanya.Sudah satu minggu aku kembali kerja seperti biasanya, Setelah dua minggu kemarin diberi cuti nikah selama dua minggu. Harusnya masa cuti itu dipakai untuk menghabiskan waktu layaknya pasangan suami istri. Tap
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Hujan (64)Aku baru saja keluar dari kantor karena lembur kerja, Lalu melihat pada hujan yang sudah turun sekitar dari lima menit yang lalu. Terpaksa aku menunggu dulu meski waktu sudah malam. Bahaya juga jika memaksakan mesti melajukan mobil dalam keadaan hujan deras dan ada petir seperti ini. Bahkan aku juga tak berani membuka ponsel. Mungkin Rasya akan khawatir padaku. Mau bagaimana lagi, Aku sangat takut dengan petir.Di luar kantor ini, Ada sebuah kursi panjang. Aku duduk disana dengan rasa dingin dan rasa takut. Tatapan ku menatap pada air hujan. Aku termenung memikirkan diriku yang merasa berdosa karena belum sanggup disentuh oleh suamiku sendiri. Aku mencintai Rasya, Tapi untuk melakukan itu selalu saja seperti ada rasa aneh. Aku masih terlalu gengsi untuk menunjukkan bahwa aku memang mencintainya. Bersama Rasya, Berbeda dengan saat aku menikah dengan Mas Amar. Dengan Mas Amar, Aku hanya mengenalnya beberapa tahun saja. Sedangka
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Gengsi (65)POV RASYAJam dua malam, Aku terbangun. Tubuh ini masih terdiam mengumpulkan kesadaran sambil masih melihat jam dinding berbentuk kotak dengan jarum jam yang terus melaju. Aku ingin ke kamar mandi untuk buang air kecil, Tapi bagaimana bisa bangun jika tangannya Via masih melingkar di perutku. Bahkan kali ini pelukannya rekat sekali, seperti ia tengah memeluk guling. Ia tak pernah terdengar mendengkur, Hanya hembusan nafasnya saja yang terdengar cukup keras. Nampak sekali ia tengah terlelap di alam mimpi. Aku melihat ke bawah, Pada wajahnya yang begitu tenang dan nampak nyenyak. Seperti-nya Via kelelahan. Ku kecup puncak kepalanya sejenak, Kemudian dengan pelan aku angkat tangannya. Setelah tangannya berhasil aku pindahkan, Aku membangunkan badanku dengan pelan agar ia tak terbangun. Aku melangkahkan kakiku menuju kamar mandi untuk buang air kecil dan setelah itu mengambil air wudhu sekalian, Mumpung kebangun di jam yang tep
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Air Api (66)Tatapanku melihat pada Butik di depan kami ini. Butik yang katanya baru berdiri beberapa bulan, Namun sudah menjadi rekomendasi banyak orang karena pakaian-pakaian-nya yang menarik dan bagus. Di media sosial juga cukup terkenal nama butik LASKARA ini. Aku jadi penasaran dengan isi di dalamnya.***"Capek banget naik kalo taksi, Mas! Sampai kapan sih kamu bakal punya mobil lagi ?!" ucapku ketus pada Mas Amar. Terlihat Mas Amar hanya menghela nafasnya. "Kamu sabar ya. Aku 'kan belum lama kerja. Harga mobil 'kan enggak murah, Sayang." Aku hanya terdiam kesal dengan jawabannya. Sabar lagi! Sabar lagi! Mau sampai kapan ?! Kalau saja aku masih bisa menjadi wanita karir dan tidak hamil anak Mas Amar seperti ini, Sudah aku tinggalkan dia sejak lama!Aku dan Mas Amar pun berjalan masuk ke pintu butik dua lantai yang terlihat sangat mewah ini. Meskipun keuangan ku tengah menipis, Tapi aku tetap mau memakai barang-barang yang mahal agar
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Seperti Ibumu! (67)Via ?!" pekik-nya dengan tatapan tajam. Menemukan Via, Bagi Nura adalah hal yang sangat ia ben-ci.Via dan Rasya ikut menatap pada Nura dengan heran. Begitupun Amar yang tak menyangka jika ia akan bertemu dengan Via dan Rasya di butik ini.Nura yang awalnya merasa marah akan kehadiran Via, Kini wanita itu tersenyum penuh kemenangan karena ingin memamerkan kehamilannya pada Via."Lihat, Sekarang aku sudah hamil anaknya Mas Amar." Nura mengelus perutnya sembari tersenyum memamerkan pada Via.Dan ia berhasil membuat Via merasa terluka di hatinya. Via melihat pada perut Nura yang kini sudah terlihat kehamilannya. Entah kenapa, Ia tetap saja merasa sakit hati begitu mengetahui Nura bisa sampai hamil anak dari Amar. Padahal, Ia sendiri tahu jika dihatinya sudah bukan Amar lagi. Tapi rasanya tetap saja sakit. Ia merasa seperti masih tak rela Amar di miliki oleh wanita lain."Amar, Lebih baik kamu bawa istri kamu keluar dari bu
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Apa Boleh ? (68)"Bu ibu kenal sama Rasya ?" tanya Nura saat baru saja masuk pintu, Setelah dari mall tadi. Mereka akhirnya pergi ke mall untuk belanja.Amar menaruh tiga paperbag berisi pakaian dress hamilnya Nura di sofa."Sayang, Aku ke toilet dulu ya." ucap Amar sembari melangkahkan kakinya menuju dapur untuk ketoilet yang ada di dekat dapur. Sedangkan, Sontak Bu Sinta yang tengah menyapu langsung menelan ludahnya dengan gugup. Pikirannya penuh tanya, Kenapa anaknya tiba-tiba menanyakan Rasya. "Ke-nal, Dari Via waktu dulu, Ra." jawab bu Sinta yang menghentikan sejenak menyapu-nya. Susah payah ia berusaha menghilangkan kegugupan-nya.Ingin rasanya untuk memberi tahu Nura soal masalalu dirinya. Tapi sekarang keadaannya tidak tepat. Nura tengah hamil, Ia tidak mau putrinya banyak pikiran.Nura hanya manggut-manggut. "Aneh banget bu. Tadi dia bilang kayak mau bilang... Kamu seperti ibumu! Ya kurang lebih gitu. Emang Rasya udah kenal ibu s
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Has-Rat (69)Satu Minggu Kemudian...POV VIA"Via, Sini dulu." ucap ibu saat aku hendak masuk ke pintu rumah setelah pulang dari kantor. Beliau yang tengah menyiram bunga memanggilku, Membuatku menoleh dan menghampirinya. Ya, Hari ini aku dan Rasya berniat untuk tinggal di rumah ibuku. "Iya, Bu ?"Ia mematikan kran airnya. "Kapan mau kasih ibu cucu ?" "Ah ?" aku cukup terkejut dan langsung menelan ludah. "Iya, Cucu. Udah satu bulan loh kamu nikah sama Rasya. Masa belum kasih ibu cucu juga. Ibu sama ayah kamu itu udah gak sabar pengen nimang bayi." raut wajah ibu memelas. Sedangkan aku juga bingung dengan permintaannya dan hanya bisa terdiam mematung."Loh 'kok malah bengong ? Rahim kamu masih belum sembuh ?" tanyanya lagi membuyarkan lamunanku. Rahimku memang sempat tidak bisa memiliki keturunan dulu karena saat menikah dengan Mas Amar dulu, Aku menunda kehamilan dengan ketergantungan mengonsumsi obat-obatan pencegah hamil. Itu semua ka
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - ENDDua hari kemudian, Pak Bram di operasi jantung. Rasya sendiri yang memilih untuk mengoperasi ayahnya itu sebagai bakti pada ayahnya. Operasi berjalan dengan lancar. Jantung Bu Sinta sudah berhasil dicangkokkan pada tubuh Pak Bram. ***Dua bulan kemudianSudah sekitar dua bulan lamanya, Amar tidak berani keluar rumah. Ia trauma dipenuhi penyesalan atas kepergian keluarganya gara-gara dirinya. Dan ia juga malu dengan keadaan wajahnya yang sekarang. Bi Darmi yang merupakan asisten rumahnya, membantu Amar untuk bisa kembali seperti sebelumnya. Keadaan psikisnya cukup terganggu. Usaha restorannya juga tidak dijalankan. Ia memilih menutup usaha barunya itu. Setiap kali ia melihat restoran tersebut, Ia selalu teringat pada semua kesalahannya yang sudah menyebabkan semua keluarganya meninggal dan juga teringat pada wajahnya yang sekarang menjadi tidak setampan dulu lagi. Ia teringat pada kejadian saat Lidiya menyemburkan air keras itu pada w
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Keadaan AmarSatu Minggu kemudian...Sekarang, Amar membuka matanya setelah melewati masa kritis yang cukup lama. Di ranjang pasien, Tatapannya melihat ke atas, mengingat dimana ia sekarang, dan apa yang sudah terjadi padanya. "Aku, di rumah sakit ?" tanyanya sendiri, Setelah melihat ruangan tersebut. Tak lama ia tersadar pada semua kejadian sebelumnya. Perasaannya mendadak pedih. Ia menghela nafasnya. Rasanya semua yang terjadi padanya begitu berat untuk ia terima."Huh... Aku baru sadar, Aku kehilangan Keluargaku, dan yang terakhir, aku bertemu Lidiya, dan...." Ia teringat apa yang dilakukan Lidiya pada wajahnya. Mendadak ia membangunkan tubuhnya hingga posisi duduk dengan panik. Amar langsung memegangi wajahnya yang masih dienuhi per-ban itu dengan kedua tangannya. "Wajah aku ?! Lidiya menyemburkan air keras pada wajahku! Apa wajahku baik-baik saja ?! Batinnya gelisah." Ia mencari keberadaan dokter. "Dok!!! Dokter!!! Dokter!!!" Teriak
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Hancur!"Ternyata dia disini!" Batinnya geram.***"Ternyata aku gak perlu susah payah untuk menyerahkan kamu ke polisi!" ucap Amar. Lidiya membalikkan badannya, Melihat pada seorang lelaki yang sudah membuatnya tergila-gila jatuh cinta juga sudah membuat dirinya hancur sehancurnya. Ia tersenyum sinis dengan kedatangan Amar. "Akhirnya kamu datang juga, Mas." Lidiya mengucapkannya dengan santai. Berbeda dengan Amar yang sudah dipenuhi amarah."Kamu benar-benar perempuan tidak waras! Kamu sudah membunuh semua keluarga aku!" Pekik Amar dengan tatapan ta-jam tanpa basa-basi."Benar-benar gi-la! kamu, Lidiya" Lagi-lagi Lidiya hanya tersenyum sinis dengan santainya. Ia senang melihat Amar begitu marah atas perbuatannya. "Aku memang gi-la, Mas. Aku menjadi gi-la seperti ini karena kamu. Apa yang aku lakukan, Semua itu karena kamu sendiri, Mas. Kamu sendiri yang menyebabkan semua ini terjadi. Bukankah aku sudah pernah bilang sama kamu, Aku akan m
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - POV LidiyaSetelah beberapa menit kemudian, Nura mulai sekarat. "A... A.. " lirihnya kesakitan. Semua orang yang ada disana panik. Amar segera menggenggam telapak tangannya dan menatapnya lirih."Ma-af, Mas... A-ku ha-rus per-gi.." Amar tak berkata apapun. Ia hanya menangis mesti siap kehilangan Nura, setelah ia kehilangan anaknya. "Ikuti aku, Ra..." ucap Via. Ia mendekati Nura dan menurunkan kepalanya untuk membisikan kalimat syahadat ke telinga Nura. "Asyhadu a La ilaha ilallah.... " Ucap Via. Dengan susah payah Nura berusaha mengikuti."Asyh-- ha.. du a... La- i-lah-ha-i-la-lah...." Ucap Nura."Wa.. asyha du an... na.. Muhammadar.... Rasulullah....." Ucap Via lagi. Nura kembali berusaha mengikuti. "Wa.. asyh.. ha..du..an..na..Mu-ha-mad-dar... Ra-su-lu-lah... Huh....." Ucapnya hingga kemudian hembusan nafasnya berakhir. Nura sudah tiada. Air mata pun mengalir dari pelupuk mata Via dan Bu Sinta, juga Amar. Sedangkan, Rasya dan Diana ha
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Maaf (132)"Ya Allah, Tolong jangan ma-tikan aku dulu sebelum aku meminta maaf pada Via dan ibu. Aku ingin menuntaskan dulu semuanya...." lirihku dalam hati dengan sungguh. Selama ini, Aku sangat jarang sekali berdoa apalagi shalat. Aku benar-benar sombong dan telah tertipu oleh segala ujian dunia hingga aku menjadi manusia yang begitu ja-hat.***Nura juga teringat pada Amran. "Amran... Dimana dia ?" Batinnya. Hingga kemudian ia baru tersadar ada suara seorang lelaki yang menangis sesenggukan dan terdengar begitu terpuruk. Hii..hii..hii... Tangis tersebut adalah tangisan Amar yang masih meratapi Amran yang sudah tiada. Amran dirawat di ruangan IGD di sebelah Nura. Mereka hanya terhalang oleh sebuah tirai hijau. Mendengar tangisan Amar, Nura dalam keadaan sangat lemah itu, menjadi cemas. "Apa yang terjadi dengan Amran ?" batinnya lagi. "Ma-s!" Nura pun berusaha memanggil Amar. Namun Amar tak dapat mendengarnya karena suara tangisnya se
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Detik Terakhir[Halo.... Sayang. Aku Lidiya. Sekarang aku ada dirumah kamu. Dalam hitungan menit, kemungkinan kamu akan kehilangan semua keluarga kamu] Jawab seseorang yang ada ditelpon yang langsung diakhiri begitu saja dari sana. Suara wanita yang tidak. asing itu, seketika membuat Amar terkejut. Ia panik. "Lidiya ?! Keluargaku!" ucapnya syock.***Amar segera berdiri, kemudian mengambil kunci mobilnya. "Mereka dalam bahaya!" Ucapnya, sembari melangkahkan kaki keluar pintu ruangannya. Ia segera menuju mobilnya, dengan cepat langsung masuk kedalam mobil, dan tak lama kemudian ia segera melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup cepat. Ia panik, pikirannya kacau takut terjadi apa-apa pada keluarganya. Di sisi lain, Nura masih meringis kesakitan. Pikirannya kalut, apalagi begitu mendengar suara pecah Alasaka yang semakin membuatnya panik, takut terjadi hal buruk juga pada ibunya dan Amran. "Apa jangan-jangan ka-mu masukan ra-cun ke ma
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Dendam LidiyaLidiya membawa makanan-makanan sup daging sapi yang sudah berisi racun itu ke meja makan. Sedangkan, mangkuk berisi makanan untuk dirinya dan Alaska, sengaja masih ia simpan di dapur agar tidak tertukar dengan makanan-makanan yang sudah dicampur dengan racun. Dengan ramah, ia menaruh satu persatu mangkuk berisi sup sapi itu ke depan Bu Sinta dan Nura. Untuk Amran, Amran makan berdua dengan Bu Sinta, sehingga di satu mangkuk-an, karena Amran mesti disuapi. Aroma lezat dari sup itu membuat siapapun yang menci-umnya, langsung merasa lapar. Hingga tak ada sedikitpun rasa curiga dari Bu Sinta dan Nura pada Lidiya."Aduh, Nak Lidiya. Ibu jadi gak enak gini, sampai disiapkan segala. Makasih ya." ucap Bu Sinta dengan ramah. Lidiya membalasnya dengan berpura-pura tersenyum. "Iya, Bu. Gak papa. Malahan saya seneng banget bisa kumpul sama kalian semua. Saya udah berasa sama keluarga kalo sama kalian. Tahu sendiri, Mas Robby 'kan sibuk
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Botol Racun"Nura, Kamu masih marah sama ibu ? Sudah lama kamu diamkan ibu terus... Ibu tidak tau harus bagaimana lagi untuk bisa mendapatkan maaf kamu, Ra..." ucap Bu Sinta disaat Nura tengah duduk memainkan ponselnya berselancar di sosmed. Sedangkan Amran sudah tidur, setelah ditidurkan oleh Bu Sinta sejak beberapa menit yang lalu. Dan Amar masih berada di restaurant untuk mengecek usaha barunya itu. Itu sebabnya, Sekarang di rumah hanya ada Bu Sinta dan Nura. Dan bagi Bu Sinta, Ini waktu yang tepat untuk ia berbicara serius dengan Nura. Mendengar itu, Nura langsung meletakkan ponselnya ke meja. Suasana hatinya mendadak kesal. Kemudian ia menoleh dengan sengit menatap ibunya itu. "Apa dengan kata ma-af, Ibu bisa membuat aku tidak menjadi anak dari seorang perempuan yang pernah menjadi wanita malam ?!" Bu Sinta hanya terdiam pilu. Sedangkan Nura langsung berdiri. Perasaannya mendadak penuh amarah juga sedih."Apa ibu tau, Hati aku sakit,
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Mengobati (128)Rasya mendorong Pak Bram yang sekarang tengah ada dikursi roda, usai diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Ia melangkah masuk, Sedangkan Via yang menggendong Adiba, dan Pak Padli yang menggendong Aqila, juga Bu Nazwa, berjalan dibelakang mereka. Hari ini adalah hari penuh bahagia bagi mereka, Karena Rasya dan Pak Bram bisa memiliki hubungan yang baik kembali. "Ayah, Nanti ayah tidur dikamar bawah ya, biar lebih mudah kalo mau ke dapur. Nanti bibi juga akan bantu ayah. Rasya juga akan terus periksa keadaan ayah." Pak Bram mengangguk diiringi senyum.***Hingga kemudian, Pak Bram dan yang lainnya berbincang diruang tengah. Rasya meminta ayahnya itu untuk istirahat, Namun Pak Bram ingin berkumpul dulu dengan keluarganya. "Mas, Aku mau masak dulu, ya ?" ucap Via pada Rasya yang tengah duduk di sampingnya."Oh, Iya. Adiba biar aku yang gendong." Rasya mengambil alih Adiba dari pangkuan Via. "Adiba, Sama ayah dulu ya." Adiba