MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Has-Rat (69)Satu Minggu Kemudian...POV VIA"Via, Sini dulu." ucap ibu saat aku hendak masuk ke pintu rumah setelah pulang dari kantor. Beliau yang tengah menyiram bunga memanggilku, Membuatku menoleh dan menghampirinya. Ya, Hari ini aku dan Rasya berniat untuk tinggal di rumah ibuku. "Iya, Bu ?"Ia mematikan kran airnya. "Kapan mau kasih ibu cucu ?" "Ah ?" aku cukup terkejut dan langsung menelan ludah. "Iya, Cucu. Udah satu bulan loh kamu nikah sama Rasya. Masa belum kasih ibu cucu juga. Ibu sama ayah kamu itu udah gak sabar pengen nimang bayi." raut wajah ibu memelas. Sedangkan aku juga bingung dengan permintaannya dan hanya bisa terdiam mematung."Loh 'kok malah bengong ? Rahim kamu masih belum sembuh ?" tanyanya lagi membuyarkan lamunanku. Rahimku memang sempat tidak bisa memiliki keturunan dulu karena saat menikah dengan Mas Amar dulu, Aku menunda kehamilan dengan ketergantungan mengonsumsi obat-obatan pencegah hamil. Itu semua ka
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Dia, Siapa ? (70)Tangannya terus mengotak-atik di kemejaku dan terus membuat kepunyaan-ku menegang juga berdesir hebat. "Jesi-ka, Jangan seperti ini." Sembari menahan has-rat yang menggebu-gebu ini, Aku menggenggam tangannya, Menurunkannya dari kemeja-ku. "Maaf, Aku gak bisa lama-lama disini. Aku harus segera pulang. Istri aku pasti sudah menunggu aku. Kamu baik-baik ya disini." lirihku.Ia berdiri lunglai, Kembali memeluk tubuh ini. Pelukannya begitu rekat. Wajahnya terbenam di jas-ku. Lagi-lagi bau dari alkohol-nya begitu menyengat. Ia sepertinya sangat mabuk sekali. "Aku capek.. Aku ben-ci sama dia. Aku ben-ci!" Dalam pelukannya ia berucap demikian. Entah siapa dia yang Jesika maksud. Namun, Sepertinya ia tengah memben-ci seseorang.Aku melepaskan tubuhnya dengan mendorongnya pelan. "Jesika, Udah ya. Aku benar-benar harus pergi sekarang." "Eum... Rasya jangan pergi.. cuma kamu laki-laki yang paling baik yang aku kenal..." ia masi
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Putih dan Pink muda (71)Sedangkan Via, Ia memukul-mukul pelan dada bidang Rasya karena ingin mengatakan suatu hal namun bibirnya sulit untuk bicara karena Rasya keburu mengunci bibirnya dengan bibirnya Rasya. Via masih merasa aneh kini dirinya bisa begitu dekat dengan Rasya. Bahkan sampai kontak bibir bercum-bu bibir seperti ini. Karena Rasya tak kunjung menghentikan aktivitasnya, Akhirnya Via mencubit pinggang suaminya itu hingga Rasya mengaduh kesakitan dan menghentikan aktivitasnya. "Aw! Aduh! 'kok malah dicubit ?" ucapnya dengan posisi yang sudah menjauh dari Via, Sembari memegangi pinggangnya yang cukup sakit akan cubitan dari istrinya. Via hanya bisa terkekeh geli."Mau gimana lagi, Kamu gak berhenti juga. Aku mau bilang sesuatu." "Apa ?" tanyanya masih sambil meringis."Malam ini aku lagi gak bisa." Via berucap dengan kening yang mengerut, Meminta maaf karena ia tak bisa melayani Rasya.Rasya menghela nafasnya, menyayangkan ucapa
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Honeymoon (72)POV VIASatu minggu kemudian...Hari libur kembali datang. Dihari libur kami ini, Kini, Aku dan Rasya juga ayah dan ibuku pergi jalan-jalan ke Candi Borobudur yang ada di Magelang Jawa tengah. Rasya dan ayahku sama-sama membawa mobil masing-masing. Aku sempat ingin mengajak Pak Bram, Tapi Rasya meminta ku untuk tidak mengajak-nya. Aku menghargai keputusan-nya untuk membuat suasana hatinya baik. Karena liburan ini harusnya menjadi moment yang terasa menyenangkan.Sebenarnya, Bisa dibilang ini bukan hanya jalan-jalan, Tapi juga honeymoon untuk aku dan Rasya. Sudah lama ia sabar menunggu kesiapan ku, Dan kali ini aku sudah lumayan siap memberikan diriku sebagai istri terhadapnya.***Kini aku dan Rasya sudah sampai di tangga panjang yang akan menuju pada candi Borobudur itu. Ayah dan ibuku sudah lebih dulu berjalan di depan, Sedangkan aku dan Rasya berjalan agak jauh dari mereka. Kami di belakangnya orang-orang yang juga henda
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Kado (73)POV RASYASetelah dari pantai, Aku dan Via kembali ke hotel. Aku sangat bahagia karena bisa melihat Via bahagia. Hari ini aku lihat bibirnya sering tersenyum dan wajahnya nampak gembira. Aku ikut bahagia apalagi jika aku yang membuatnya bahagia.Sekarang ini aku tengah menyandarkan kepala ku pada kepala ranjang. Ranjang yang empuk berwarna putih yang ada di hotel ini. Dan punggung-ku aku sandarkan pada bantal empuk yang sengaja aku taruh di belakang punggung ku.Kakiku diluruskan dan bertumpu. Dengan relaksnya aku menikmati suasana yang begitu indah ini. Pandangan ku melihat pada arah kaca cukup besar dan tinggi di kamar hotel ini. Kedua tirainya masing-masing ada dipinggir kaca itu karena belum ditutupkan. Dari kaca itu terlihat awan gelap dan bintang yang bertaburan yang membuat pemandangan langit menjadi indah. Tok.. Tok.. Tok..Suara ketukan pintu membuatku menoleh ke arah pintu berwarna hitam itu dan aku langsung menurunkan
Membalas pengkhianatan suami dan Sahabatku - Pela-cur (74)Nura dan Bu Sinta baru saja pulang setelah selesai belanja keperluan dapur dari minimarket. Nura ikut menemani ibunya karena ingin sedikit bergerak. Selama kehamilan-nya ia menjadi jarang sekali pergi keluar dari rumah. Ia merasa bosan.Bu Sinta membawa satu kresek hitam ditangannya. Kresek berisi belanjaan tersebut yang terdiri dari sayuran kangkung, telor, tepung terigu, minyak dan bumbu-bumbu dapur seperti bawang merah, bawah putih, bawang daun, ketumbar dan beberapa hal lainnya lagi.Mereka baru saja turun dari angkutan umum, Kemudian baru melangkah beberapa langkah masuk ke sebuah gang dan berjalan di sebuah jalan yang sempit.Tiba-tiba saja seorang lelaki yang sudah cukup tua dengan pakaian memakai jaket kulit hitam yang terbuka, dan tengah mabuk, menghalangi langkah mereka. Tepat di tengah-tengah mereka. Langkah Nura dan Bu Sinta terpaksa terhenti."Heh! Kamu Sinta 'kan ?" ucapnya dengan tatapan menyelidik antara sadar
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Istri direktur! (75)Tok.. Tok.. Tok... "Masuk!" suruh seseorang yang suaranya terdengar seperti suara wanita. Padahal direktur-ku adalah seorang lelaki. Aku pun membuka pintu ruangan tersebut dengan ragu.Dan setelah aku masuk, Yang aku lihat bukanlah Pak Roby direktur-ku, Tapi istrinya---Bu Lidiya yang tengah duduk di kursi Pak Robi dengan satu kaki yang bertumpang hingga dress hitamnya semakin memendek dan memperlihatkan kulit kakinya yang mulus dan putih.Bu Lidiya memang hampir sering ke kantor untuk menemui Pak Roby--Suaminya itu."Bu ? Tadi saya disuruh kesini sama Pak Roby. Eum, Pak Roby-nya dimana ya ?" tanya ku berusaha santun sembari melihat-lihat seisi ruangan.Wanita dengan tubuh ramping dan rambut hitam sepinggang dan bergelombang itu berdiri. Sepatu high heels merahnya cukup lancip dan cukup tinggi."Pak Roby-nya sedang ada urusan keluar. Yang chat kamu waktu tadi saya. Saya pakai handphone suami saya sebelum dia pergi. Karen
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Selingkuh (76)POV AMARCeklek!"Mas kamu udah pulang ?" tanya Nura saat aku baru saja membuka pintu kamar. Aku menatap dirinya yang tengah meluruskan kakinya diatas tempat tidur dan mengusap perutnya.Akhir-akhir ini setiap kali melihat dirinya entah kenapa aku selalu merasa jenuh. Mungkin karena aku sudah mulai melihat yang lebih menarik lagi sehingga Nura menjadi terlihat tak begitu menarik."Udah." jawabku kemudian. Aku menyimpan tas kerjaku di atas laci. Kemudian membuka kancing kemeja yang ada dibagian pergelangan tangan. Satu persatu aku buka. Aku gerah dan merasa lelah. Aku ingin mandi dulu."Aku mandi dulu ya, Sayang." Aku menoleh padanya. Ia manggut-manggut.***"Mas, Ini ada yang nelpon, Bu Lidiya." "Hah ??" Aku yang baru keluar dari kamar mandi, menohok terkejut. Jantungku rasanya mau copot saat Nura yang kini tengah berdiri di dekat tas-ku berbicara demikian. Kali ini ia tengah melihat layar ponselku ditangannya."Kamu kok,
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - ENDDua hari kemudian, Pak Bram di operasi jantung. Rasya sendiri yang memilih untuk mengoperasi ayahnya itu sebagai bakti pada ayahnya. Operasi berjalan dengan lancar. Jantung Bu Sinta sudah berhasil dicangkokkan pada tubuh Pak Bram. ***Dua bulan kemudianSudah sekitar dua bulan lamanya, Amar tidak berani keluar rumah. Ia trauma dipenuhi penyesalan atas kepergian keluarganya gara-gara dirinya. Dan ia juga malu dengan keadaan wajahnya yang sekarang. Bi Darmi yang merupakan asisten rumahnya, membantu Amar untuk bisa kembali seperti sebelumnya. Keadaan psikisnya cukup terganggu. Usaha restorannya juga tidak dijalankan. Ia memilih menutup usaha barunya itu. Setiap kali ia melihat restoran tersebut, Ia selalu teringat pada semua kesalahannya yang sudah menyebabkan semua keluarganya meninggal dan juga teringat pada wajahnya yang sekarang menjadi tidak setampan dulu lagi. Ia teringat pada kejadian saat Lidiya menyemburkan air keras itu pada w
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Keadaan AmarSatu Minggu kemudian...Sekarang, Amar membuka matanya setelah melewati masa kritis yang cukup lama. Di ranjang pasien, Tatapannya melihat ke atas, mengingat dimana ia sekarang, dan apa yang sudah terjadi padanya. "Aku, di rumah sakit ?" tanyanya sendiri, Setelah melihat ruangan tersebut. Tak lama ia tersadar pada semua kejadian sebelumnya. Perasaannya mendadak pedih. Ia menghela nafasnya. Rasanya semua yang terjadi padanya begitu berat untuk ia terima."Huh... Aku baru sadar, Aku kehilangan Keluargaku, dan yang terakhir, aku bertemu Lidiya, dan...." Ia teringat apa yang dilakukan Lidiya pada wajahnya. Mendadak ia membangunkan tubuhnya hingga posisi duduk dengan panik. Amar langsung memegangi wajahnya yang masih dienuhi per-ban itu dengan kedua tangannya. "Wajah aku ?! Lidiya menyemburkan air keras pada wajahku! Apa wajahku baik-baik saja ?! Batinnya gelisah." Ia mencari keberadaan dokter. "Dok!!! Dokter!!! Dokter!!!" Teriak
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Hancur!"Ternyata dia disini!" Batinnya geram.***"Ternyata aku gak perlu susah payah untuk menyerahkan kamu ke polisi!" ucap Amar. Lidiya membalikkan badannya, Melihat pada seorang lelaki yang sudah membuatnya tergila-gila jatuh cinta juga sudah membuat dirinya hancur sehancurnya. Ia tersenyum sinis dengan kedatangan Amar. "Akhirnya kamu datang juga, Mas." Lidiya mengucapkannya dengan santai. Berbeda dengan Amar yang sudah dipenuhi amarah."Kamu benar-benar perempuan tidak waras! Kamu sudah membunuh semua keluarga aku!" Pekik Amar dengan tatapan ta-jam tanpa basa-basi."Benar-benar gi-la! kamu, Lidiya" Lagi-lagi Lidiya hanya tersenyum sinis dengan santainya. Ia senang melihat Amar begitu marah atas perbuatannya. "Aku memang gi-la, Mas. Aku menjadi gi-la seperti ini karena kamu. Apa yang aku lakukan, Semua itu karena kamu sendiri, Mas. Kamu sendiri yang menyebabkan semua ini terjadi. Bukankah aku sudah pernah bilang sama kamu, Aku akan m
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - POV LidiyaSetelah beberapa menit kemudian, Nura mulai sekarat. "A... A.. " lirihnya kesakitan. Semua orang yang ada disana panik. Amar segera menggenggam telapak tangannya dan menatapnya lirih."Ma-af, Mas... A-ku ha-rus per-gi.." Amar tak berkata apapun. Ia hanya menangis mesti siap kehilangan Nura, setelah ia kehilangan anaknya. "Ikuti aku, Ra..." ucap Via. Ia mendekati Nura dan menurunkan kepalanya untuk membisikan kalimat syahadat ke telinga Nura. "Asyhadu a La ilaha ilallah.... " Ucap Via. Dengan susah payah Nura berusaha mengikuti."Asyh-- ha.. du a... La- i-lah-ha-i-la-lah...." Ucap Nura."Wa.. asyha du an... na.. Muhammadar.... Rasulullah....." Ucap Via lagi. Nura kembali berusaha mengikuti. "Wa.. asyh.. ha..du..an..na..Mu-ha-mad-dar... Ra-su-lu-lah... Huh....." Ucapnya hingga kemudian hembusan nafasnya berakhir. Nura sudah tiada. Air mata pun mengalir dari pelupuk mata Via dan Bu Sinta, juga Amar. Sedangkan, Rasya dan Diana ha
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Maaf (132)"Ya Allah, Tolong jangan ma-tikan aku dulu sebelum aku meminta maaf pada Via dan ibu. Aku ingin menuntaskan dulu semuanya...." lirihku dalam hati dengan sungguh. Selama ini, Aku sangat jarang sekali berdoa apalagi shalat. Aku benar-benar sombong dan telah tertipu oleh segala ujian dunia hingga aku menjadi manusia yang begitu ja-hat.***Nura juga teringat pada Amran. "Amran... Dimana dia ?" Batinnya. Hingga kemudian ia baru tersadar ada suara seorang lelaki yang menangis sesenggukan dan terdengar begitu terpuruk. Hii..hii..hii... Tangis tersebut adalah tangisan Amar yang masih meratapi Amran yang sudah tiada. Amran dirawat di ruangan IGD di sebelah Nura. Mereka hanya terhalang oleh sebuah tirai hijau. Mendengar tangisan Amar, Nura dalam keadaan sangat lemah itu, menjadi cemas. "Apa yang terjadi dengan Amran ?" batinnya lagi. "Ma-s!" Nura pun berusaha memanggil Amar. Namun Amar tak dapat mendengarnya karena suara tangisnya se
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Detik Terakhir[Halo.... Sayang. Aku Lidiya. Sekarang aku ada dirumah kamu. Dalam hitungan menit, kemungkinan kamu akan kehilangan semua keluarga kamu] Jawab seseorang yang ada ditelpon yang langsung diakhiri begitu saja dari sana. Suara wanita yang tidak. asing itu, seketika membuat Amar terkejut. Ia panik. "Lidiya ?! Keluargaku!" ucapnya syock.***Amar segera berdiri, kemudian mengambil kunci mobilnya. "Mereka dalam bahaya!" Ucapnya, sembari melangkahkan kaki keluar pintu ruangannya. Ia segera menuju mobilnya, dengan cepat langsung masuk kedalam mobil, dan tak lama kemudian ia segera melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup cepat. Ia panik, pikirannya kacau takut terjadi apa-apa pada keluarganya. Di sisi lain, Nura masih meringis kesakitan. Pikirannya kalut, apalagi begitu mendengar suara pecah Alasaka yang semakin membuatnya panik, takut terjadi hal buruk juga pada ibunya dan Amran. "Apa jangan-jangan ka-mu masukan ra-cun ke ma
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Dendam LidiyaLidiya membawa makanan-makanan sup daging sapi yang sudah berisi racun itu ke meja makan. Sedangkan, mangkuk berisi makanan untuk dirinya dan Alaska, sengaja masih ia simpan di dapur agar tidak tertukar dengan makanan-makanan yang sudah dicampur dengan racun. Dengan ramah, ia menaruh satu persatu mangkuk berisi sup sapi itu ke depan Bu Sinta dan Nura. Untuk Amran, Amran makan berdua dengan Bu Sinta, sehingga di satu mangkuk-an, karena Amran mesti disuapi. Aroma lezat dari sup itu membuat siapapun yang menci-umnya, langsung merasa lapar. Hingga tak ada sedikitpun rasa curiga dari Bu Sinta dan Nura pada Lidiya."Aduh, Nak Lidiya. Ibu jadi gak enak gini, sampai disiapkan segala. Makasih ya." ucap Bu Sinta dengan ramah. Lidiya membalasnya dengan berpura-pura tersenyum. "Iya, Bu. Gak papa. Malahan saya seneng banget bisa kumpul sama kalian semua. Saya udah berasa sama keluarga kalo sama kalian. Tahu sendiri, Mas Robby 'kan sibuk
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Botol Racun"Nura, Kamu masih marah sama ibu ? Sudah lama kamu diamkan ibu terus... Ibu tidak tau harus bagaimana lagi untuk bisa mendapatkan maaf kamu, Ra..." ucap Bu Sinta disaat Nura tengah duduk memainkan ponselnya berselancar di sosmed. Sedangkan Amran sudah tidur, setelah ditidurkan oleh Bu Sinta sejak beberapa menit yang lalu. Dan Amar masih berada di restaurant untuk mengecek usaha barunya itu. Itu sebabnya, Sekarang di rumah hanya ada Bu Sinta dan Nura. Dan bagi Bu Sinta, Ini waktu yang tepat untuk ia berbicara serius dengan Nura. Mendengar itu, Nura langsung meletakkan ponselnya ke meja. Suasana hatinya mendadak kesal. Kemudian ia menoleh dengan sengit menatap ibunya itu. "Apa dengan kata ma-af, Ibu bisa membuat aku tidak menjadi anak dari seorang perempuan yang pernah menjadi wanita malam ?!" Bu Sinta hanya terdiam pilu. Sedangkan Nura langsung berdiri. Perasaannya mendadak penuh amarah juga sedih."Apa ibu tau, Hati aku sakit,
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Mengobati (128)Rasya mendorong Pak Bram yang sekarang tengah ada dikursi roda, usai diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Ia melangkah masuk, Sedangkan Via yang menggendong Adiba, dan Pak Padli yang menggendong Aqila, juga Bu Nazwa, berjalan dibelakang mereka. Hari ini adalah hari penuh bahagia bagi mereka, Karena Rasya dan Pak Bram bisa memiliki hubungan yang baik kembali. "Ayah, Nanti ayah tidur dikamar bawah ya, biar lebih mudah kalo mau ke dapur. Nanti bibi juga akan bantu ayah. Rasya juga akan terus periksa keadaan ayah." Pak Bram mengangguk diiringi senyum.***Hingga kemudian, Pak Bram dan yang lainnya berbincang diruang tengah. Rasya meminta ayahnya itu untuk istirahat, Namun Pak Bram ingin berkumpul dulu dengan keluarganya. "Mas, Aku mau masak dulu, ya ?" ucap Via pada Rasya yang tengah duduk di sampingnya."Oh, Iya. Adiba biar aku yang gendong." Rasya mengambil alih Adiba dari pangkuan Via. "Adiba, Sama ayah dulu ya." Adiba