MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Istri direktur! (75)Tok.. Tok.. Tok... "Masuk!" suruh seseorang yang suaranya terdengar seperti suara wanita. Padahal direktur-ku adalah seorang lelaki. Aku pun membuka pintu ruangan tersebut dengan ragu.Dan setelah aku masuk, Yang aku lihat bukanlah Pak Roby direktur-ku, Tapi istrinya---Bu Lidiya yang tengah duduk di kursi Pak Robi dengan satu kaki yang bertumpang hingga dress hitamnya semakin memendek dan memperlihatkan kulit kakinya yang mulus dan putih.Bu Lidiya memang hampir sering ke kantor untuk menemui Pak Roby--Suaminya itu."Bu ? Tadi saya disuruh kesini sama Pak Roby. Eum, Pak Roby-nya dimana ya ?" tanya ku berusaha santun sembari melihat-lihat seisi ruangan.Wanita dengan tubuh ramping dan rambut hitam sepinggang dan bergelombang itu berdiri. Sepatu high heels merahnya cukup lancip dan cukup tinggi."Pak Roby-nya sedang ada urusan keluar. Yang chat kamu waktu tadi saya. Saya pakai handphone suami saya sebelum dia pergi. Karen
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Selingkuh (76)POV AMARCeklek!"Mas kamu udah pulang ?" tanya Nura saat aku baru saja membuka pintu kamar. Aku menatap dirinya yang tengah meluruskan kakinya diatas tempat tidur dan mengusap perutnya.Akhir-akhir ini setiap kali melihat dirinya entah kenapa aku selalu merasa jenuh. Mungkin karena aku sudah mulai melihat yang lebih menarik lagi sehingga Nura menjadi terlihat tak begitu menarik."Udah." jawabku kemudian. Aku menyimpan tas kerjaku di atas laci. Kemudian membuka kancing kemeja yang ada dibagian pergelangan tangan. Satu persatu aku buka. Aku gerah dan merasa lelah. Aku ingin mandi dulu."Aku mandi dulu ya, Sayang." Aku menoleh padanya. Ia manggut-manggut.***"Mas, Ini ada yang nelpon, Bu Lidiya." "Hah ??" Aku yang baru keluar dari kamar mandi, menohok terkejut. Jantungku rasanya mau copot saat Nura yang kini tengah berdiri di dekat tas-ku berbicara demikian. Kali ini ia tengah melihat layar ponselku ditangannya."Kamu kok,
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Taman (77)POV AMARMalam ini aku tengah duduk sambil telponan dengan Lidiya di ruangan kerjaku yang ada di rumah Bu Sinta ini. Pintunya sengaja dibiarkan terbuka agar aku tahu jika ada orang disana. Suara ku pelan saat telponan ini karena ruangan kerjaku bersampingan dengan kamarku dan Nura.Laptop juga sengaja aku buka agar terlihat seperti orang yang tengah mengerjakan pekerjaan kantor jika ada yang kesini. Hari ini Lidiya ingin telponan denganku. Terpaksa aku keruangan kerja ini setelah dari kamar dan melihat Nura sudah terlelap. Entah apa yang akan dibicarakan oleh wanita selingkuhanku ini."Maaf ya, Tadi ada istri aku. Jadi aku gak bisa teleponan sama kamu." ucapku yang memulai bicara, Meskipun ia yang ingin telponan.[Iya, Mas. Gak papa. Justru aku kaget banget setelah tahu istri kamu mau ngangkat telpon dari aku.] ucap Lidiya dibalik telepon."Kenapa emangnya ? Kan udah aku bilang jangan komunikasi lewat handphone. Emang kamu mau hub
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Mantan ? (78)POV VIATuk! Rasya menyimpan secangkir teh di meja kerjaku yang ada di kamar ini."Aku mau buka praktek sendiri di rumah biar bisa lebih banyak bantu orang lain, apa kamu kasih ijin ?" tanyanya. Aku baru tahu jika ia memiliki rencana untuk buka praktek sendiri."Boleh kok, bagus malah. Aku setuju." jawabku disertai anggukkan.Ia tersenyum. "Makasih ya." ucapnya.Aku hanya mengangguk. Sedangkan ia kini memegangi kedua bahuku dan menempelkan dagunya di pundakku, Ia menatap pada layar laptop ku yang tengah berisi pekerjaan kantor."Kerjaannya belum selesai ?" tanyanya. Aku ikut menatap pada layar laptop ku."Belum. Ini untuk meeting besok perusahan Senja Jingga dengan perusahaan lain." "Hem... Gitu. Yaudah, Kamu minum ya teh nya." Aku mengangguk, Ia pun mengangkat kembali dagunya. Tak lama ia menarik satu kursi yang ada di sebelah kursi ini. Kemudian Rasya duduk disebelah ku."Loh, Mau ngapain ? Kenapa enggak tidur aja ?" tany
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Rekaman CCTV (79)POV RASYA"Eum... Pusing banget..." ucap Via gusar yang masih meringkuk di tempat tidur. Aku yang baru membuka mata pun langsung panik dan langsung melihat pada dirinya yang kini tengah memegangi kepalanya.Aku membangunkan badan hingga posisi duduk. Kemudian mengusap kepalanya."Sayang, Kenapa ?" tanyaku panik. Ia hanya melihat dengan pandangan mata yang sayu."Kepala aku pusing, Sya. Badan aku juga gak enak banget." keluhnya. Padahal ini hari Minggu dan niatnya aku ingin ajak dia jalan-jalan karena kemarin waktu ku dipakai untuk pasien-ku.Tapi melihat keadaannya seperti ini, Aku tidak tega mengajaknya jalan. "Kayaknya aku masuk angin deh.. kayak mual gitu.." ucapnya lagi. Dilihat dari keluhannya, Pusing dan mual, Sepertinya.... Via hamil ? Aku sangat senang sekali jika itu benar. Tapi, aku harus tetap memeriksanya pada yang lebih mengerti soal kandungan. "Yaudah, Aku ambil minyak angin dulu ya." Ia hanya memejamkan
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Fitnah (80)Enggak, Vi. Kamu jangan salah paham dulu ya ? Mana mungkin aku melakukan itu. Ini salah paham! Ini pasti ada yang salah! aku cuman mengantarkan Jesika ke apartemen karena melihat dia mabuk. Dan aku bersumpah, aku ingat aku tidak pernah berbuat macam-macam sama Jesika." ucapku sungguh pada Via.***Via menggelengkan kepalanya dengan raut wajah yang geram."Apanya yang salah paham, Sya ? Di rekaman CCTV itu jelas-jelas itu kamu. Kamu memapah Dokter Jesika yang tengah mabuk. Terus kamu mau bilang itu siapa ?! Kamu mau mengelak ?!" pekiknya."Kamu dengerin aku dulu. Itu memang aku. Aku memang nganterin Jesika. Tapi, Demi Allah, Aku gak pernah sampai melakukan hal itu pada Jesika, Vi." jawabku sungguh.Jesika menggenggam pergelangan tanganku. "Rasya! Kamu gak usah bohong ya! Sekalipun aku mabuk, aku masih ingat kita melakukan itu!" ucap Jesika yang jelas-jelas ini fitnah. Aku benar-benar masih ingat dengan jelas, aku tak pernah men
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Karunia-Mu (81)"Aku bilang, Aku tidak ijinkan!" ucapku sedikit menyentak. Ia terlihat terperanjat kaget. Ia wanita yang keras kepala. Aku melakukan semua ini demi kebaikan-nya.Segera aku raih dengan paksa kunci mobil yang ada ditangannya. ***Via terdiam menatap ku. Mungkin masih tak menyangka aku bisa tegas padanya. Aku benar-benar terpaksa melakukan semua ini. Aku meraih pergelangan tangannya. "Ayo. Biar aku yang antar kamu." ucapku lagi. Ia terdiam saja, memalingkan wajah ke arah lain. Aku pun memangku dirinya hingga Via terus memukul-mukul dadaku dengan telapak tangannya.Puk. Puk. Puk. Puk. Kakinya ikut bergerak meronta agar bisa diturunkan. "Kenapa maksa sih ?! Aku bilang 'kan gak usah!" ucapnya seperti anak kecil yang tengah ngambek.Aku tak memperdulikannya. Aku tetap memangku dirinya dan berjalan membuka pintu mobil satunya lagi. Setelah pintu mobil terbuka, aku mendudukkan dirinya di kursi mobilnya. Ia hanya terlihat menata
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU- Siapa Lelaki itu ?(82)POV VIAJam 2 malam, aku terbangun. Dengan posisi menyamping, perlahan penglihatan ku melihat pada Rasya yang sudah terlelap di sofa sana. Ingatanku perlahan teringat pada kejadian kemarin. Iya, Aku tengah bertengkar dengan Rasya.Sebenarnya tak tega melihatnya tidur disana. Aku pun menghela nafas, dan tiba-tiba saja perutku terasa mu-al kembali. Aku segera membangunkan tubuhku. "Eum." ucapku sembari menutup mulut ini, menahan agar tidak muntah di atas tempat tidur ini. Aku segera beranjak dari tempat tidur dan lalu menuju kamar mandi. Aku terus-terusan ingin muntah di dekat wastafel ini. Owk.. oek.. oek..Ternyata begini rasanya hamil. Cukup menyik-sa juga. Ku pegangi perutku yang kata dokter usia kandungan ku masih dua Minggu, Masih sangat rentan. "Nak, yang nyaman kamu di perut mamah ya. Mamah gak sabar nunggu kamu lahir ke dunia." gumamku mengajak bicara pada calon bayiku.Mungkin kehadiran karunia bayi ini ada
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - ENDDua hari kemudian, Pak Bram di operasi jantung. Rasya sendiri yang memilih untuk mengoperasi ayahnya itu sebagai bakti pada ayahnya. Operasi berjalan dengan lancar. Jantung Bu Sinta sudah berhasil dicangkokkan pada tubuh Pak Bram. ***Dua bulan kemudianSudah sekitar dua bulan lamanya, Amar tidak berani keluar rumah. Ia trauma dipenuhi penyesalan atas kepergian keluarganya gara-gara dirinya. Dan ia juga malu dengan keadaan wajahnya yang sekarang. Bi Darmi yang merupakan asisten rumahnya, membantu Amar untuk bisa kembali seperti sebelumnya. Keadaan psikisnya cukup terganggu. Usaha restorannya juga tidak dijalankan. Ia memilih menutup usaha barunya itu. Setiap kali ia melihat restoran tersebut, Ia selalu teringat pada semua kesalahannya yang sudah menyebabkan semua keluarganya meninggal dan juga teringat pada wajahnya yang sekarang menjadi tidak setampan dulu lagi. Ia teringat pada kejadian saat Lidiya menyemburkan air keras itu pada w
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Keadaan AmarSatu Minggu kemudian...Sekarang, Amar membuka matanya setelah melewati masa kritis yang cukup lama. Di ranjang pasien, Tatapannya melihat ke atas, mengingat dimana ia sekarang, dan apa yang sudah terjadi padanya. "Aku, di rumah sakit ?" tanyanya sendiri, Setelah melihat ruangan tersebut. Tak lama ia tersadar pada semua kejadian sebelumnya. Perasaannya mendadak pedih. Ia menghela nafasnya. Rasanya semua yang terjadi padanya begitu berat untuk ia terima."Huh... Aku baru sadar, Aku kehilangan Keluargaku, dan yang terakhir, aku bertemu Lidiya, dan...." Ia teringat apa yang dilakukan Lidiya pada wajahnya. Mendadak ia membangunkan tubuhnya hingga posisi duduk dengan panik. Amar langsung memegangi wajahnya yang masih dienuhi per-ban itu dengan kedua tangannya. "Wajah aku ?! Lidiya menyemburkan air keras pada wajahku! Apa wajahku baik-baik saja ?! Batinnya gelisah." Ia mencari keberadaan dokter. "Dok!!! Dokter!!! Dokter!!!" Teriak
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Hancur!"Ternyata dia disini!" Batinnya geram.***"Ternyata aku gak perlu susah payah untuk menyerahkan kamu ke polisi!" ucap Amar. Lidiya membalikkan badannya, Melihat pada seorang lelaki yang sudah membuatnya tergila-gila jatuh cinta juga sudah membuat dirinya hancur sehancurnya. Ia tersenyum sinis dengan kedatangan Amar. "Akhirnya kamu datang juga, Mas." Lidiya mengucapkannya dengan santai. Berbeda dengan Amar yang sudah dipenuhi amarah."Kamu benar-benar perempuan tidak waras! Kamu sudah membunuh semua keluarga aku!" Pekik Amar dengan tatapan ta-jam tanpa basa-basi."Benar-benar gi-la! kamu, Lidiya" Lagi-lagi Lidiya hanya tersenyum sinis dengan santainya. Ia senang melihat Amar begitu marah atas perbuatannya. "Aku memang gi-la, Mas. Aku menjadi gi-la seperti ini karena kamu. Apa yang aku lakukan, Semua itu karena kamu sendiri, Mas. Kamu sendiri yang menyebabkan semua ini terjadi. Bukankah aku sudah pernah bilang sama kamu, Aku akan m
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - POV LidiyaSetelah beberapa menit kemudian, Nura mulai sekarat. "A... A.. " lirihnya kesakitan. Semua orang yang ada disana panik. Amar segera menggenggam telapak tangannya dan menatapnya lirih."Ma-af, Mas... A-ku ha-rus per-gi.." Amar tak berkata apapun. Ia hanya menangis mesti siap kehilangan Nura, setelah ia kehilangan anaknya. "Ikuti aku, Ra..." ucap Via. Ia mendekati Nura dan menurunkan kepalanya untuk membisikan kalimat syahadat ke telinga Nura. "Asyhadu a La ilaha ilallah.... " Ucap Via. Dengan susah payah Nura berusaha mengikuti."Asyh-- ha.. du a... La- i-lah-ha-i-la-lah...." Ucap Nura."Wa.. asyha du an... na.. Muhammadar.... Rasulullah....." Ucap Via lagi. Nura kembali berusaha mengikuti. "Wa.. asyh.. ha..du..an..na..Mu-ha-mad-dar... Ra-su-lu-lah... Huh....." Ucapnya hingga kemudian hembusan nafasnya berakhir. Nura sudah tiada. Air mata pun mengalir dari pelupuk mata Via dan Bu Sinta, juga Amar. Sedangkan, Rasya dan Diana ha
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Maaf (132)"Ya Allah, Tolong jangan ma-tikan aku dulu sebelum aku meminta maaf pada Via dan ibu. Aku ingin menuntaskan dulu semuanya...." lirihku dalam hati dengan sungguh. Selama ini, Aku sangat jarang sekali berdoa apalagi shalat. Aku benar-benar sombong dan telah tertipu oleh segala ujian dunia hingga aku menjadi manusia yang begitu ja-hat.***Nura juga teringat pada Amran. "Amran... Dimana dia ?" Batinnya. Hingga kemudian ia baru tersadar ada suara seorang lelaki yang menangis sesenggukan dan terdengar begitu terpuruk. Hii..hii..hii... Tangis tersebut adalah tangisan Amar yang masih meratapi Amran yang sudah tiada. Amran dirawat di ruangan IGD di sebelah Nura. Mereka hanya terhalang oleh sebuah tirai hijau. Mendengar tangisan Amar, Nura dalam keadaan sangat lemah itu, menjadi cemas. "Apa yang terjadi dengan Amran ?" batinnya lagi. "Ma-s!" Nura pun berusaha memanggil Amar. Namun Amar tak dapat mendengarnya karena suara tangisnya se
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Detik Terakhir[Halo.... Sayang. Aku Lidiya. Sekarang aku ada dirumah kamu. Dalam hitungan menit, kemungkinan kamu akan kehilangan semua keluarga kamu] Jawab seseorang yang ada ditelpon yang langsung diakhiri begitu saja dari sana. Suara wanita yang tidak. asing itu, seketika membuat Amar terkejut. Ia panik. "Lidiya ?! Keluargaku!" ucapnya syock.***Amar segera berdiri, kemudian mengambil kunci mobilnya. "Mereka dalam bahaya!" Ucapnya, sembari melangkahkan kaki keluar pintu ruangannya. Ia segera menuju mobilnya, dengan cepat langsung masuk kedalam mobil, dan tak lama kemudian ia segera melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup cepat. Ia panik, pikirannya kacau takut terjadi apa-apa pada keluarganya. Di sisi lain, Nura masih meringis kesakitan. Pikirannya kalut, apalagi begitu mendengar suara pecah Alasaka yang semakin membuatnya panik, takut terjadi hal buruk juga pada ibunya dan Amran. "Apa jangan-jangan ka-mu masukan ra-cun ke ma
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Dendam LidiyaLidiya membawa makanan-makanan sup daging sapi yang sudah berisi racun itu ke meja makan. Sedangkan, mangkuk berisi makanan untuk dirinya dan Alaska, sengaja masih ia simpan di dapur agar tidak tertukar dengan makanan-makanan yang sudah dicampur dengan racun. Dengan ramah, ia menaruh satu persatu mangkuk berisi sup sapi itu ke depan Bu Sinta dan Nura. Untuk Amran, Amran makan berdua dengan Bu Sinta, sehingga di satu mangkuk-an, karena Amran mesti disuapi. Aroma lezat dari sup itu membuat siapapun yang menci-umnya, langsung merasa lapar. Hingga tak ada sedikitpun rasa curiga dari Bu Sinta dan Nura pada Lidiya."Aduh, Nak Lidiya. Ibu jadi gak enak gini, sampai disiapkan segala. Makasih ya." ucap Bu Sinta dengan ramah. Lidiya membalasnya dengan berpura-pura tersenyum. "Iya, Bu. Gak papa. Malahan saya seneng banget bisa kumpul sama kalian semua. Saya udah berasa sama keluarga kalo sama kalian. Tahu sendiri, Mas Robby 'kan sibuk
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Botol Racun"Nura, Kamu masih marah sama ibu ? Sudah lama kamu diamkan ibu terus... Ibu tidak tau harus bagaimana lagi untuk bisa mendapatkan maaf kamu, Ra..." ucap Bu Sinta disaat Nura tengah duduk memainkan ponselnya berselancar di sosmed. Sedangkan Amran sudah tidur, setelah ditidurkan oleh Bu Sinta sejak beberapa menit yang lalu. Dan Amar masih berada di restaurant untuk mengecek usaha barunya itu. Itu sebabnya, Sekarang di rumah hanya ada Bu Sinta dan Nura. Dan bagi Bu Sinta, Ini waktu yang tepat untuk ia berbicara serius dengan Nura. Mendengar itu, Nura langsung meletakkan ponselnya ke meja. Suasana hatinya mendadak kesal. Kemudian ia menoleh dengan sengit menatap ibunya itu. "Apa dengan kata ma-af, Ibu bisa membuat aku tidak menjadi anak dari seorang perempuan yang pernah menjadi wanita malam ?!" Bu Sinta hanya terdiam pilu. Sedangkan Nura langsung berdiri. Perasaannya mendadak penuh amarah juga sedih."Apa ibu tau, Hati aku sakit,
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Mengobati (128)Rasya mendorong Pak Bram yang sekarang tengah ada dikursi roda, usai diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Ia melangkah masuk, Sedangkan Via yang menggendong Adiba, dan Pak Padli yang menggendong Aqila, juga Bu Nazwa, berjalan dibelakang mereka. Hari ini adalah hari penuh bahagia bagi mereka, Karena Rasya dan Pak Bram bisa memiliki hubungan yang baik kembali. "Ayah, Nanti ayah tidur dikamar bawah ya, biar lebih mudah kalo mau ke dapur. Nanti bibi juga akan bantu ayah. Rasya juga akan terus periksa keadaan ayah." Pak Bram mengangguk diiringi senyum.***Hingga kemudian, Pak Bram dan yang lainnya berbincang diruang tengah. Rasya meminta ayahnya itu untuk istirahat, Namun Pak Bram ingin berkumpul dulu dengan keluarganya. "Mas, Aku mau masak dulu, ya ?" ucap Via pada Rasya yang tengah duduk di sampingnya."Oh, Iya. Adiba biar aku yang gendong." Rasya mengambil alih Adiba dari pangkuan Via. "Adiba, Sama ayah dulu ya." Adiba