MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - BERBEDA (83)POV NURACeklek!Pintu rumah dibuka oleh Mas Amar yang baru pulang jam 11 malam ini. Aku yang dari tadi menunggu-nya di sofa ruang tamu, langsung berdiri begitu melihat lelaki dengan tubuh tinggi itu datang."Mas, Akhirnya kamu datang juga." ucapku sembari memegangi perutku yang kini usianya sudah lima bulan. Semakin lama semakin membesar dan semakin membuat ku sering merasa lelah.Mas Amar menatapku dengan kening yang mengerut nampak heran. "Loh, Kok tumben belum tidur ?" tanyanya heran.Aku sendiri juga tidak mengerti. Yang pasti akhir-akhir ini aku sering merasa cemas dan curiga Mas Amar mengkhianati pernikahan ini. Aku cemas takut pernikahan kami ini akan hancur jika sampai benar ia selingkuh. Akhirnya, aku jadi sering susah tidur.Ia jadi sering lembur sekarang. Biasanya jika lembur hanya satu atau dua kali dalam satu Minggu. Tapi sekarang, kadang sampai empat kali dalam satu Minggu. Aku juga sudah sempat curiga sejak lam
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Nak, Kamu harus kuat ya ? ( 84)"Mas.." Lirihku berharap ia sadar bahwa sikapnya barusan sangat melukaiku."Loh, ada apa ini ?" Ibu yang baru keluar dari pintu kamarnya, melihat padaku dan Mas Amar dengan nampak bingung. Segera aku menghampiri ibu, lalu merangkul dirinya. Aku membenamkan wajahku di bahunya dengan isak tangis akan pedihnya hati ini. "Bu... Mas Amar Bu..." lirihku mencari perlindungan. Tatapanku kembali melihat pada Mas Amar yang masih terdiam berdiri. Ibu mengelus pipiku. "Kenapa, Ra ? Kalian berantem ? Suara kalian sampai terdengar ke kamar ibu." Tanya ibu. Kamar ibu ada didekat ruang tengah ini. Aku tak menjawab, sekarang ini aku hanya ingin menangis di bahu ibuku. "Amar, ada apa, Nak ?" tanya ibu. Mas Amar mengusap-usap wajahnya sendiri dengan sesekali terlihat menghela nafasnya. Ia nampak berusaha untuk tidak marah. "Maaf, Bu. Saya sudah mengganggu tidur ibu. Saya hanya tidak terima Nura menuduh saya selingkuh terus
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Dingin (85)"Kenapa belum selesai juga kerjanya ?..." lirihku dalam hati yang sudah mulai jenuh dan ngantuk. Sedangkan, Sejak tadi lelaki yang menjadi suamiku itu sudah berkali-kali bolak-balik ke ruangannya sendiri, lalu kembali lagi ke ruangan-ruangan pasien. ***"Dokter Rasya, Sudah selesai ?" tanya seorang dokter lelaki yang sudah cukup berumur pada Rasya disaat Rasya hendak masuk ke ruangan-nya. Rasya terdiam berhadapan dengan Dokter tersebut. "Oh, Sudah, Dokter Rafi. Ini saya juga mau pulang." tukasnya. Ternyata nama dokter itu Dokter Rafi.Aku menghela nafas.Huhh, Ternyata dia juga sudah selesai."Yaudah, Kita ke kantin dulu yuk. Ngopi dulu atau apalah. Belum makan malam juga 'kan ?" tanya dokter Rafi tersebut."Baik, Dok. Mari. Kebetulan, Saya juga belum sempat makan malam. Tadi ada beberapa pasien yang mesti dioperasi sampai melewati waktu makan." tukas Rasya. Semenjak kami marahan, aku juga jadi tidak memasakkan dia makan mala
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - MAKAN (86)"Sayang.. Kamu makan dulu.." ucapku memanggilnya. Via masih memejamkan matanya. Namun aku yakin ia belum tidur, terlihat dari kelopak mata atasnya yang terlihat bergerak-gerak disaat ia memejamkan matanya. Jika ia sudah terlelap, harusnya bola matanya ikut terdiam."Aku tau kamu belum tidur. Tadi katanya kamu lapar, kamu pasti susah tidur kalo perut kamu lapar." ucapku.Ia Masih tetap memejamkan matanya.Akhirnya, Aku kepikiran cara agar ia mau bangun. "Kamu juga belum bersih-bersih badan dan ganti pakaian sehabis pulang dari kantor. Kamu yakin tidur enggak mandi dulu ?" tanya ku yang tetap tak disahut, ia tetap Berpura-pura memejamkan matanya."Yaudah... Kalo kamu gak mau mandi sendiri, biar aku yang mandiin kamu." Kali ini spontan bola matanya langsung terbuka dengan cepat. Aku tersenyum. Rencana-ku berhasil. Ia membangunkan tubuhnya hingga posisi duduk. "Aku bisa mandi sendiri!" jawabnya ketus dengan raut wajahnya yang ju
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU -Breng-sek! (87)Aku melingkarkan tanganku ke perutnya dari belakang. Aku memejamkan mataku sembari memeluknya dan menghirup aroma wangi sampo dari rambutnya. Aku harap tidurnya lebih tenang.***Jam 4 pagi, Via membuka matanya perlahan. Ia masih dalam keadaan antara sadar dan tidak sadar. Hingga kemudian, Ia melihat kebawah pada perutnya karena merasa yang ada memeluknya. Begitu melihat ada sebuah tangan melingkar diperutnya, ia langsung memiringkan tubuhnya ke arah lain hingga berhadapan dengan Rasya yang masih terlelap."Rasya ? Kok dia malah tidur disini ?" batinnya berucap. Ia merasakan antara marah namun juga rindu tidur bersama suaminya itu.Ia terus menatap begitu lekat pada Rasya. Ia begitu kagum, Melihat pada raut wajah yang tenang, mulus, bersih, wajah yang begitu mempesona untuk dilihat. Ia mengakui ketampanan suaminya itu. Tak lama kelopak mata Rasya mulai bergerak. Via menyadari jika suaminya akan segera bangun. Ia langsung mem
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - LELAKI ITU (88)POV RASYA Setelah sampai di sebuah cafe, Kali ini aku berjalan di dalam cafe ini untuk mencari wanita yang bernama Bunga itu. Hingga tak lama, aku menemukan wanita dengan dress selutut berwarna putih itu tengah duduk sambil main ponsel di meja cafe ini. Untungnya juga wajahnya masih tak terlalu asing. Jadi aku sedikit mudah untuk mengenalinya.***"Hei." panggilku setelah sampai di depan mejanya. Wanita dengan rambut lurus sepundak itu mendongakan kepalanya. "Hei. Kamu udah datang, Sya." jawabnya."Iya. Udah lama ?" tanyaku. Ia menggeleng sembari menaruh handphonenya ke meja. "Enggak, Kok. Aku juga baru beberapa menit datang." tukasnya. Aku manggut-manggut."Yaudah, Duduk, Sya. Katanya ada yang mau dibicarakan." ucapnya. Aku mengangguk, kemudian menarik kursi dan duduk di kursi ini.Tak lama kami memesan jus dan makanan lainnya. Hingga akhirnya aku menanyakan apa tujuanku. Tujuanku mengajak Bunga bertemu karena ia bisa
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Salah Paham (89)"Maaf, anda salah paham. Saya tidak melakukan hal itu." tutur Rasya. Dion hanya tersenyum sinis."Oh, Ya ? Gue gak percaya. Buktinya sekarang kalian berduaan buat kesini. Kalian berdua pasti ada hubungan kan ?" ucap Dion yang membuat Rasya langsung merasa cukup emosi. Namun Rasya memilih tetap berusaha tenang menyikapinya. Ia terkekeh sembari menghela nafasnya. Baginya semua ini hanya akal-akalan Dion saja agar tidak tanggung jawab pada Jesika."Saya benar-benar tidak ada hubungan apa-apa dengan Jesika. Justru tujuan saya kesini demi pernikahan saya. Gara-gara masalah ini, Istri saya salah paham, dan menganggap saya-lah yang sudah menyentuh Jesika." jawab Rasya. Dion hanya tersenyum sinis kembali. Ia juga tahu Rasya tidak bersalah, karena memang dia sendirilah yang tengah mencari cara agar tidak mesti tanggungjawab atas perbuatannya.Dengan penuh amarah, Jesika langsung mencengkeram kuat bajunya Dion. "Bisa-bisanya ya ka
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Aneh (90)"Sya. Aku minta maaf ya, aku udah cuek-in kamu selama ini." lirih Via yang kini tengah duduk dipinggir tempat tidur. Sedangkan Rasya, Ia hendak mengambil kotak p3k yang ada di dalam laci.***Rasya tersenyum, kemudian ia mengambil kotak p3k-nya, lalu berdiri menghampiri Via. Ia sangat bersyukur karena sekarang masalahnya dengan Istrinya sudah selesai. Rasya menaruh kotak p3k itu diatas tempat tidur, kemudian ia duduk berhadapan dengan Via. Ia menghela nafasnya dengan lega, kemudian menempelkan telapak tangannya di pipi Via untuk mengelusnya. "Alhamdulillah... Aku sangat bersyukur karena sekarang kamu sudah percaya sama aku. Udah lama aku pengen liat kamu manis lagi kayak gini." ucap Rasya dengan sengaja menggoda. Sontak hal itu langsung membuat Via tersenyum malu. Rasya ikut tersenyum melihatnya. Hingga tak lama kemudian, Rasya menatap Via dengan lekat sembari tetap mengelus pipi Istrinya itu. "Insyaallah.. aku gak akan mengkh
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - ENDDua hari kemudian, Pak Bram di operasi jantung. Rasya sendiri yang memilih untuk mengoperasi ayahnya itu sebagai bakti pada ayahnya. Operasi berjalan dengan lancar. Jantung Bu Sinta sudah berhasil dicangkokkan pada tubuh Pak Bram. ***Dua bulan kemudianSudah sekitar dua bulan lamanya, Amar tidak berani keluar rumah. Ia trauma dipenuhi penyesalan atas kepergian keluarganya gara-gara dirinya. Dan ia juga malu dengan keadaan wajahnya yang sekarang. Bi Darmi yang merupakan asisten rumahnya, membantu Amar untuk bisa kembali seperti sebelumnya. Keadaan psikisnya cukup terganggu. Usaha restorannya juga tidak dijalankan. Ia memilih menutup usaha barunya itu. Setiap kali ia melihat restoran tersebut, Ia selalu teringat pada semua kesalahannya yang sudah menyebabkan semua keluarganya meninggal dan juga teringat pada wajahnya yang sekarang menjadi tidak setampan dulu lagi. Ia teringat pada kejadian saat Lidiya menyemburkan air keras itu pada w
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Keadaan AmarSatu Minggu kemudian...Sekarang, Amar membuka matanya setelah melewati masa kritis yang cukup lama. Di ranjang pasien, Tatapannya melihat ke atas, mengingat dimana ia sekarang, dan apa yang sudah terjadi padanya. "Aku, di rumah sakit ?" tanyanya sendiri, Setelah melihat ruangan tersebut. Tak lama ia tersadar pada semua kejadian sebelumnya. Perasaannya mendadak pedih. Ia menghela nafasnya. Rasanya semua yang terjadi padanya begitu berat untuk ia terima."Huh... Aku baru sadar, Aku kehilangan Keluargaku, dan yang terakhir, aku bertemu Lidiya, dan...." Ia teringat apa yang dilakukan Lidiya pada wajahnya. Mendadak ia membangunkan tubuhnya hingga posisi duduk dengan panik. Amar langsung memegangi wajahnya yang masih dienuhi per-ban itu dengan kedua tangannya. "Wajah aku ?! Lidiya menyemburkan air keras pada wajahku! Apa wajahku baik-baik saja ?! Batinnya gelisah." Ia mencari keberadaan dokter. "Dok!!! Dokter!!! Dokter!!!" Teriak
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Hancur!"Ternyata dia disini!" Batinnya geram.***"Ternyata aku gak perlu susah payah untuk menyerahkan kamu ke polisi!" ucap Amar. Lidiya membalikkan badannya, Melihat pada seorang lelaki yang sudah membuatnya tergila-gila jatuh cinta juga sudah membuat dirinya hancur sehancurnya. Ia tersenyum sinis dengan kedatangan Amar. "Akhirnya kamu datang juga, Mas." Lidiya mengucapkannya dengan santai. Berbeda dengan Amar yang sudah dipenuhi amarah."Kamu benar-benar perempuan tidak waras! Kamu sudah membunuh semua keluarga aku!" Pekik Amar dengan tatapan ta-jam tanpa basa-basi."Benar-benar gi-la! kamu, Lidiya" Lagi-lagi Lidiya hanya tersenyum sinis dengan santainya. Ia senang melihat Amar begitu marah atas perbuatannya. "Aku memang gi-la, Mas. Aku menjadi gi-la seperti ini karena kamu. Apa yang aku lakukan, Semua itu karena kamu sendiri, Mas. Kamu sendiri yang menyebabkan semua ini terjadi. Bukankah aku sudah pernah bilang sama kamu, Aku akan m
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - POV LidiyaSetelah beberapa menit kemudian, Nura mulai sekarat. "A... A.. " lirihnya kesakitan. Semua orang yang ada disana panik. Amar segera menggenggam telapak tangannya dan menatapnya lirih."Ma-af, Mas... A-ku ha-rus per-gi.." Amar tak berkata apapun. Ia hanya menangis mesti siap kehilangan Nura, setelah ia kehilangan anaknya. "Ikuti aku, Ra..." ucap Via. Ia mendekati Nura dan menurunkan kepalanya untuk membisikan kalimat syahadat ke telinga Nura. "Asyhadu a La ilaha ilallah.... " Ucap Via. Dengan susah payah Nura berusaha mengikuti."Asyh-- ha.. du a... La- i-lah-ha-i-la-lah...." Ucap Nura."Wa.. asyha du an... na.. Muhammadar.... Rasulullah....." Ucap Via lagi. Nura kembali berusaha mengikuti. "Wa.. asyh.. ha..du..an..na..Mu-ha-mad-dar... Ra-su-lu-lah... Huh....." Ucapnya hingga kemudian hembusan nafasnya berakhir. Nura sudah tiada. Air mata pun mengalir dari pelupuk mata Via dan Bu Sinta, juga Amar. Sedangkan, Rasya dan Diana ha
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Maaf (132)"Ya Allah, Tolong jangan ma-tikan aku dulu sebelum aku meminta maaf pada Via dan ibu. Aku ingin menuntaskan dulu semuanya...." lirihku dalam hati dengan sungguh. Selama ini, Aku sangat jarang sekali berdoa apalagi shalat. Aku benar-benar sombong dan telah tertipu oleh segala ujian dunia hingga aku menjadi manusia yang begitu ja-hat.***Nura juga teringat pada Amran. "Amran... Dimana dia ?" Batinnya. Hingga kemudian ia baru tersadar ada suara seorang lelaki yang menangis sesenggukan dan terdengar begitu terpuruk. Hii..hii..hii... Tangis tersebut adalah tangisan Amar yang masih meratapi Amran yang sudah tiada. Amran dirawat di ruangan IGD di sebelah Nura. Mereka hanya terhalang oleh sebuah tirai hijau. Mendengar tangisan Amar, Nura dalam keadaan sangat lemah itu, menjadi cemas. "Apa yang terjadi dengan Amran ?" batinnya lagi. "Ma-s!" Nura pun berusaha memanggil Amar. Namun Amar tak dapat mendengarnya karena suara tangisnya se
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Detik Terakhir[Halo.... Sayang. Aku Lidiya. Sekarang aku ada dirumah kamu. Dalam hitungan menit, kemungkinan kamu akan kehilangan semua keluarga kamu] Jawab seseorang yang ada ditelpon yang langsung diakhiri begitu saja dari sana. Suara wanita yang tidak. asing itu, seketika membuat Amar terkejut. Ia panik. "Lidiya ?! Keluargaku!" ucapnya syock.***Amar segera berdiri, kemudian mengambil kunci mobilnya. "Mereka dalam bahaya!" Ucapnya, sembari melangkahkan kaki keluar pintu ruangannya. Ia segera menuju mobilnya, dengan cepat langsung masuk kedalam mobil, dan tak lama kemudian ia segera melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup cepat. Ia panik, pikirannya kacau takut terjadi apa-apa pada keluarganya. Di sisi lain, Nura masih meringis kesakitan. Pikirannya kalut, apalagi begitu mendengar suara pecah Alasaka yang semakin membuatnya panik, takut terjadi hal buruk juga pada ibunya dan Amran. "Apa jangan-jangan ka-mu masukan ra-cun ke ma
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Dendam LidiyaLidiya membawa makanan-makanan sup daging sapi yang sudah berisi racun itu ke meja makan. Sedangkan, mangkuk berisi makanan untuk dirinya dan Alaska, sengaja masih ia simpan di dapur agar tidak tertukar dengan makanan-makanan yang sudah dicampur dengan racun. Dengan ramah, ia menaruh satu persatu mangkuk berisi sup sapi itu ke depan Bu Sinta dan Nura. Untuk Amran, Amran makan berdua dengan Bu Sinta, sehingga di satu mangkuk-an, karena Amran mesti disuapi. Aroma lezat dari sup itu membuat siapapun yang menci-umnya, langsung merasa lapar. Hingga tak ada sedikitpun rasa curiga dari Bu Sinta dan Nura pada Lidiya."Aduh, Nak Lidiya. Ibu jadi gak enak gini, sampai disiapkan segala. Makasih ya." ucap Bu Sinta dengan ramah. Lidiya membalasnya dengan berpura-pura tersenyum. "Iya, Bu. Gak papa. Malahan saya seneng banget bisa kumpul sama kalian semua. Saya udah berasa sama keluarga kalo sama kalian. Tahu sendiri, Mas Robby 'kan sibuk
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Botol Racun"Nura, Kamu masih marah sama ibu ? Sudah lama kamu diamkan ibu terus... Ibu tidak tau harus bagaimana lagi untuk bisa mendapatkan maaf kamu, Ra..." ucap Bu Sinta disaat Nura tengah duduk memainkan ponselnya berselancar di sosmed. Sedangkan Amran sudah tidur, setelah ditidurkan oleh Bu Sinta sejak beberapa menit yang lalu. Dan Amar masih berada di restaurant untuk mengecek usaha barunya itu. Itu sebabnya, Sekarang di rumah hanya ada Bu Sinta dan Nura. Dan bagi Bu Sinta, Ini waktu yang tepat untuk ia berbicara serius dengan Nura. Mendengar itu, Nura langsung meletakkan ponselnya ke meja. Suasana hatinya mendadak kesal. Kemudian ia menoleh dengan sengit menatap ibunya itu. "Apa dengan kata ma-af, Ibu bisa membuat aku tidak menjadi anak dari seorang perempuan yang pernah menjadi wanita malam ?!" Bu Sinta hanya terdiam pilu. Sedangkan Nura langsung berdiri. Perasaannya mendadak penuh amarah juga sedih."Apa ibu tau, Hati aku sakit,
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Mengobati (128)Rasya mendorong Pak Bram yang sekarang tengah ada dikursi roda, usai diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Ia melangkah masuk, Sedangkan Via yang menggendong Adiba, dan Pak Padli yang menggendong Aqila, juga Bu Nazwa, berjalan dibelakang mereka. Hari ini adalah hari penuh bahagia bagi mereka, Karena Rasya dan Pak Bram bisa memiliki hubungan yang baik kembali. "Ayah, Nanti ayah tidur dikamar bawah ya, biar lebih mudah kalo mau ke dapur. Nanti bibi juga akan bantu ayah. Rasya juga akan terus periksa keadaan ayah." Pak Bram mengangguk diiringi senyum.***Hingga kemudian, Pak Bram dan yang lainnya berbincang diruang tengah. Rasya meminta ayahnya itu untuk istirahat, Namun Pak Bram ingin berkumpul dulu dengan keluarganya. "Mas, Aku mau masak dulu, ya ?" ucap Via pada Rasya yang tengah duduk di sampingnya."Oh, Iya. Adiba biar aku yang gendong." Rasya mengambil alih Adiba dari pangkuan Via. "Adiba, Sama ayah dulu ya." Adiba