POV AMAR
[Sayang, aku pulangnya malam, ya. Sekarang aku lembur. Jaga diri baik-baik ya, love you :*]Klik!Malam ini, di depan kantor, aku mengirimkan pesan itu pada Via--istriku. Hal yang sudah sering aku lakukan selama satu tahun selingkuh dengan Nura. Aku selalu membohongi Via dengan alasan lembur.Padahal, aku selalu pergi berduaan dengan Nura. Entah untuk ke cafe, ke mall, bahkan ke apartemen. Ini memang hal gila yang aku lakukan.Tapi, aku sendiri tidak bisa menahan diriku sendiri untuk tidak menyelingkuhi Via. Aku juga mencintai Nura yang merupakan sahabat Via.Apartemen yang biasanya aku tinggali bersama Via, kini menjadi tempat perselingkuhan ku dengan Nura. Aku, bahkan sudah beberapa kali melakukan hubungan layaknya suami istri bersama Nura di apartemen itu.Nura juga pernah mengatakan, jika akulah lelaki yang pertama kali menyentuhnya dan membuatnya tidak menjadi gadis lagi.Aku juga percaya itu. Karena, saat pertama kalinya aku melakukan hal itu pada Nura di apartemen ku, terdapat bercak darah dari inti kegadisannya itu. Aku juga sempat merasa bersalah. Namun, lama-lama hal gila itu menjadi terasa terbiasa. Aku dan Nura menjadi sering melakukannya tanpa memperdulikan rasa dosa dihatiku.Ini semua terjadi karena aku yang tidak bisa menahan diriku sendiri.Entah kenapa, sejak pertama kali Nura masuk kerja sebagai sekretaris ku, ia seperti selalu berusaha menggoda ku. Ia selalu berpakaian yang ketat dan rok yang sangat pendek seperti ingin membuat aku tertarik.Kadang, ia juga selalu perhatian dengan merapikan dasi ku."Maaf, Pak. Sepertinya dasinya agak kurang rapi. Saya bantu rapikan, ya ?" ucapnya kala itu. Tangannya langsung meraih dasi yang menggantung di kerah bajuku dengan tatapan yang terlihat menggoda.Padahal, aku rasa, dasi itu sudah rapih, Via--istriku yang selalu memasang dan merapikannya setiap kali aku akan berangkat ke kantor. Aku pun menyadari, jika perlakuan Nura, ia hanya berusaha menggoda ku.Aku masih berusaha tahan juga dengan tubuhnya yang begitu menggoda. Bagian tertentu-nya terlihat membentuk begitu memakai baju yang ketat.Darah kelakian ku selalu saja mendesir dan membuat ku selalu menelan saliva berkali-kali karena tergiur akan tubuhnya. Apalagi, kami sering ada kerjaan berdua. Entah itu meeting atau ketemu di kantor untuk membahas pekerjaan. Apalagi, aku dan Nura satu ruangan.Keimananku benar-benar lemah.Puncaknya, saat dua bulan Nura bekerja. Saat kami pulang lembur. Diluar hujan begitu deras.Karena kasihan, aku mengajak Nura untuk pulang bareng naik mobil bersama ku. Aku semakin tidak tega membiarkan dia pulang sendirian malam-malam dan disaat hujan deras.Tak ada taksi satupun yang melintas saat itu. Apalagi, Nura sahabatnya Via--istriku. Jadi, aku merasa kepikiran untuk membantunya.Di dalam mobil, pandangan ku tak bisa fokus. Sesekali aku melihat pada Nura. Roknya minim sekali, memperlihatkan pahanya yang begitu putih dan menggoda. Seperti biasa, Nura selalu memakai baju yang ketat. Aku benar-benar kesulitan menahan diriku.Namun, tak lama setelah itu, saat aku tengah menyetir mobil, Tiba-tiba Nura memainkan jemarinya di kancing kemeja ku yang membuat ku langsung tersentak kaget hingga menghentikan mobilku.Darah kelakian ku berdesir hebat dengan perlakuannya itu. Ia benar-benar menggoda ku. Segera aku memarkirkan mobilku ke pinggir jalan."Nura, apa yang kamu lakukan ?!" sentakku kala itu akan perlakuannya yang tak sopan. Ia menunduk terlihat menyesal."Maaf, pak. Saya tidak sengaja. Saya hanya tahu jika bapak tertarik dengan saya 'kan ?"Ucapannya membuat ku tersentak kaget. Ia begitu berani mengatakan itu. Tak lama, ia mengangkat kepalanya."Bapak tidak usah berbohong. Saya tahu bapak selalu memperhatikan saya. Saya tahu kalo bapak itu tertarik dengan saya 'kan ?""Pak Amar. Jujur! Saya mencintai bapak! Maafkan saya, pak!" Lanjutnya terang-terangan dengan tatapan lekat. Aku tertegun menatapnya. Namun, apa yang dikatakannya benar. Aku, memang tertarik padanya."Nura, apa maksud kamu ?! Kamu mencintai saya ?" tanyaku."Iya, Pak. Bapak juga mencintai saya 'kan ? Pak, kita bisa melakukan hubungan diam-diam. Saya tidak akan beritahu pada Via.""Tapi, Via 'kan sahabat kamu, Nura ? Apa kamu tega mengkhianati sahabat kamu dengan menjadi selingkuhan ku ?""Saya tau, Pak. Tapi, cinta memang seperti itu 'kan ? Cinta memang gila. Ia bisa membuat seseorang menjadi tidak waras 'kan ?"Aku masih terdiam saat itu. Nura seperti tak ada rasa takut sama sekali jikalau aku akan marah padanya. Namun, aku juga tidak bisa memarahinya. Aku akui, aku tertarik padanya."Kamu benar-benar mencintai ku ? Kamu mau jadi selingkuhan ku ?" tanyaku mengulangi.Nura mengangguk sambil tersenyum. Ia terlihat begitu yakin untuk mau menjadi selingkuhan ku. Sejak itu, kami pun mulai menjalani hubungan diam-diam sebagai seorang pacar."Iya, Pak. Sungguh. Kalo bapak mau, saya juga bersedia untuk melayani bapak malam ini." Ia mengucapkan itu dengan tatapan menggoda. Benar-benar diluar dugaan. Entah apa yang ada dipikiran Nura. Wanita itu, benar-benar rela diperlakukan buruk oleh seorang laki-laki.Ia menawarkan sendiri kehormatannya untuk di hancurkan oleh seorang lelaki yang bahkan telah beristri. Di saat hujan deras, aku seperti orang yang tengah sangat kehausan, lalu disuguhi air minum."Ka-mu serius ?""Iya, Pak. Saya serius. Emangnya wajah saya terlihat bercanda ?" tanyanya. Aku hanya tersenyum.Seperti mendapatkan durian runtuh dengan pohonnya. Aku adalah lelaki yang bahkan ditawarkan Nura untuk merenggut kenikmatan bersamanya. Tanpa pikir panjang, aku yang tengah merasa tergoda, langsung tidak menyia-nyiakan kesempatan itu."Oke. Kita ke apartemen ya ?" ucapku sambil mengedipkan sebelah mata ku dengan nakalnya.Kala itu, aku benar-benar seperti manusia yang tidak sadar. Dan saat itu, kami pun melakukan hal terlarang itu di apartemen ku.*****"Aku udah bilang lembur sama Via. Yaudah yuk, berangkat ke apartemen," ucapku saat ini sambil membukakan pintu mobil untuk Nura. Hal yang biasa akan kita lakukan. Hanya untuk bersenang-senang seperti satu tahun sebelumnya."Iya, Mas. Bagus kalo Via udah berhasil kamu bohongi," jawab Nura. Ia lalu masuk ke dalam mobilku.Awalnya, Nura sudah seperti wanita yang bisa dipakai dan di anggur-kan kapan pun aku mau. Jika aku tengah 'ingin', dengan mudahnya aku bisa memintanya untuk melayaniku.Bukankah dia sendiri yang menawarkan dirinya untukku ? Jadi, pandangan ku begitu rendah padanya.Namun, lama kelamaan, perasaan cinta itu mulai tumbuh. Aku mencintai Nura karena dia sosok yang ambisius, ia selalu berusaha keras untuk mendapatkan apapun yang dia mau. Aku jatuh cinta akan semangatnya."Oh, iya. Kamu kapan mau menceraikan Via ?"Deg. Aku menelan ludah dengan susah begitu mendengar Nura mengatakan itu. Meskipun bukan yang pertama kalinya dia mengucapkan itu, tapi tetap saja selalu membuatku bingung.Menceraikan Via sungguh hal yang sulit untuk aki lakukan. Aku juga masih sangat mencintai Via istriku itu."Mas, 'kok kamu gak jawab pertanyaan aku, sih ?!" tanya Nura kembali karena aku hanya diam saja.Sambil menyetir mobil, aku menoleh sejenak padanya."Aku 'kan juga mencintai Via, sayang. Mana mungkin aku mesti menceraikan dia. Aku 'kan juga udah bilang berapa kali hal ini sama kamu." Jawabku."Akh! Kamu selalu aja begitu!" Sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada, Nura mengucapkan itu dengan raut wajah kesal. "Terus sampai kapan aku mesti jadi selingkuhan kamu, Mas ?! Aku udah capek pacaran sembunyi-sembunyi terus kayak gini!"Satu tanganku menggaruk kepalaku yang tak gatal. Aku benar-benar bingung."Ya.. aku juga bingung, Ra." Jawabku."Ya kamu jujur aja sama Via soal hubungan kita! Aku gak masalah 'kok kalo mesti jadi istri yang kedua!" Masih dengan raut wajah kesal, Nura mengucapkan itu.Aku hanya terdiam tak menjawabnya. Aku inginnya juga begitu. Aku ingin Via dan Nura sama-sama menjadi milikku. Tapi, aku tidak siap jika Via mengetahui perselingkuhan ku dengan Nura.Aku tidak yakin Via mau diduakan. Bagaimana kalo sampai Via malah minta pisah sama aku ? Akh, aku benar-benar tidak mau itu terjadi."Yaudah, kamu sabar dulu aja, ya. Aku butuh waktu yang tepat dulu untuk jujur pada Via." Aku berusaha mengulur waktu. Nura hanya terdiam melihat kedepan masih dengan kedua tangan di depan dada dan dengan raut wajah yang kesal. Ia marah padaku.---------Bersambung....[Sayang, aku pulangnya malam, ya. Sekarang aku lembur. Jaga diri baik-baik ya, love you :*]Malam ini, aku membaca pesan itu. Dulu, aku selalu percaya setiap kali dia mengatakan lembur. Tapi, tidak untuk sekarang. Segera aku lihat GPS di handphone ku. Aku ingin melihat keberadaan Mas Amar sebenarnya."Sialan! Mas Amar membohongi ku!"Benar saja kecurigaan ku. Mas Amar berbohong, ia tidak tengah di kantornya yang bernama PT Laskar Angkasa. Selama ini, mungkin sudah banyak sekali dia berbohong dengan alasan lembur seperti ini. Dari GPS, justru dia tengah ada di sebuah apartemen yang lokasinya merupakan lokasi tempat dimana apartemen milik Mas Amar.Aku mengepal tangan dengan erat. Rasa marah dalam dada seketika bergejolak."Brengs*k kamu, Mas! Kamu bohong! Kamu gak ada di kantor! Tapi di apartemen kita! Apa yang kamu lakukan disana, Mas ?! Apa kamu tengah bersama wanita busuk itu ?! Aku akan susul kamu, Mas!" decak ku dengan rasa marah.*****Aku menyetir mobil untuk menyusul ke apart
Membalas pengkhianatan suami dan Sahabatku (8)"Ka-kamu, Via ' kan ?" Lelaki dihadapanku itu menatap ku terlihat sama terkejut.Aku manggut-manggut dengan air mata yang berlinang. Untuk bicara saja rasanya sesak. Setelah lama tidak bertemu, sekarang dia ada di Indonesia. "Via kamu kenapa ? A-apa yang tengah terjadi ?!" Ia terlihat ikut panik."Aku gak bisa jelaskan sekarang, Rasya. Aku harus cepat pergi," ucapku pada Rasya. "Via! Tunggu sayang!" Mas Amar sudah sampai di lobby. Sejenak aku menoleh, lalu cepat-cepat berjalan menuju mobil. Aku cepat-cepat membuka pintu mobil dan masuk ke dalam mobil, lalu menghidupkan mesin mobilnya. Bruk! Bruk! Bruk! Saat aku parkir, Tangan Mas Amar terus menggedor-gedor kaca mobilku. Aku tidak peduli. Langsung aku lajukan mobilku menuju keluar area apartemen. Saat ini, aku sudah tidak sudi lagi melihat wajahnya.*****Aku pulang ke rumah, lalu langsung mengunci pintu rumah. Aku tak ingin Mas Amar masuk ke dalam rumah. Ingin rasanya pulang ke rumah
Setelah kembali masuk ke kamar, aku memasukkan beberapa pakaian ku ke dalam koper. Besok pagi, aku harus pergi dari rumah ini.Tiba-tiba aku teringat pada Rasya. Aku sangat kaget dengan kehadiran Rasya di Indonesia. Ia sahabat ku sejak kecil. Setelah lulus SMA, ia pergi ke Singapura untuk kuliah kedokteran di Singapura. Kemarin, ingin sekali rasanya aku bisa berbincang kembali dengannya setelah lama tidak bertemu. Namun, keadaannya tidak memungkinkan.Delapan tahun kita tidak pernah bertemu langsung. Dalam delapan tahun itu, enam tahun masih saling berkabar meski hanya dengan saling mengirim pesan, telponan, dan video call. Enam Tahun itu saat aku masih kuliah hingga aku kerja sebagai sekretarisnya Mas Amar. Sedangkan, saat aku sudah kerja menjadi sekretaris, saat itu Rasya tengah kuliah lagi. Ia kuliah spesialis jantung, cita-citanya sejak dulu. Namun, Dua tahun yang lalu, aku benar-benar tidak pernah tahu kabar Rasya sama sekali. Entah apa yang terjadi. Ia bahkan sulit untuk dihu
POV NURADengan kesal, aku segera kembali memakai semua pakaianku yang berantakan diatas tempat tidur apartemen miliknya Mas Amar. Mas Amar tega sekali, ia meninggalkan aku sendirian di apartemen-nya. Apalagi, sekarang sudah sangat malam. Aku tidak mungkin untuk pulang sekarang. Terpaksa, aku memilih untuk berdiam dulu di apartemen ini hingga pagi. Aku mencoba menelponnya, namun dengan sepihak Mas Amar mematikan panggilannya.'Benar-benar menyebalkan!'Wajahku dan rambut ku juga basah gara-gara ulah Via. Ternyata dia galak juga. Aku pikir dia wanita yang manis dan lembut seperti yang aku kenal selama ini. Aku beranjak dari tempat tidur karena ingin mengambil handuk untuk mengeringkan rambutku."Aw..sss....." Si-al. Kaki ku menginjak pecahan gelas yang Via lemparkan waktu malam tadi. Aku berjongkok sambil melihat luka di telapak kakiku. Ada sedikit darah yang keluar, namun rasanya sangat perih hingga terasa berdenyut."Akh! Dasar! Via Sialan! Awssss... Kakiku sakit banget lagi!" ce
Karena masih terasa pusing, Via memilih berangkat naik taksi untuk pergi ke rumah sakit. Rasanya tak mungkin baginya untuk menyetir mobil sendiri dalam keadaannya yang sedang tidak enak badan seperti sekarang ini.Badannya benar-benar terasa mual. "Bu, Via mau ke rumah sakit dulu ya." Ucap Via pada ibu Nazwa yang tengah membaca majalah di kursi yang ada di teras luar rumahnya. Bu Nazwa menaruh majalahnya ke meja, ia melihat pada Via dengan khawatir karena tahu keadaan putrinya tengah tidak baik-baik saja."Loh, tadi katanya mau istirahat ?" "Via gak kuat, Bu. Kayaknya ini gak bisa ditidurkan. Kepala Via rasanya benar-benar pusing. Badan Via juga terasa mual, gak enak banget.""Kalo gitu ibu antar, ya ?""Jangan, Bu. Via akan naik taksi aja." Sergah Via yang tak mau merepotkan Ibunya."Oh yaudah deh kalo itu mau kamu. Tapi kamu mesti hati-hati ya, Nak.""Iya, Bu.""Oh iya, Bu. Rasya udah pulang ya ?" tanya Via sambil melihat pada Rumah Rasya yang bersebelahan dengan rumahnya. "Ah,
POV RASYASebenarnya, aku tidak mau pulang ke Indonesia. Jika saja bukan karena ayahku terkena lumpuh, aku pasti akan tetap memilih tinggal di Singapura.Aku benci pada ayahku atas apa yang dia lakukan pada ibu saat aku masih SMA. Ibuku yang bernama Almira, sampai pergi untuk selama-lamanya atas perbuatan bejatnya.Datang ke Indonesia juga membuat rasa sakit itu kembali terasa dalam hati ku. Rasa sakit ketika aku melihat ibuku sendiri meninggal di depan mata kepalaku sendiri atas perbuatan ayah ku sendiri. Perih dan pedih sekali rasanya.Namun, saat ini aku berusaha memaafkan kesalahan ayahku. Meskipun itu sangat berat. Aku berusaha ikhlas atas kepergian ibu dan menganggap itu semua memang sudah takdir. Aku berusaha baik lagi pada ayahku. Apalagi, sekarang ayahku tengah sakit. Aku tidak mau menjadi anak durhaka. Dan aku tidak mau sampai tidak ada kesempatan lagi untuk berusaha memaafkannya.Tidak hanya itu, kembalinya aku ke Indonesia juga semakin takut membuat ku tidak bisa menghilan
Amar sampai di rumah ibunya Via---Bu Nazwa. Ia menutup pintu mobilnya dan melihat ada Bu Nazwa yang tengah di teras luar. Berkali-kali Amar menghela nafasnya untuk berusaha berani menanyakan Via pada Bu Nazwa."Kamu harus berani, Mar. Kamu itu lelaki, kamu harus gentle!" batinnya berucap menguatkan dirinya sendiri.Bu Nazwa yang tengah ada diluar menunggu kedatangan Via langsung berdiri begitu melihat Amar datang. Ia merasa sangat kecewa atas apa yang Amar lakukan pada putrinya."Assalamualaikum, Bu." Ucap Amar sambil menjulurkan tangannya setelah menghampiri Bu Nazwa. Ia ragu-ragu melakukan hal itu, karena meyakini jika Bu Nazwa juga akan kecewa padanya."Wa'alaikum salam." Sambil meraih uluran tangan Amar, Bu Nazwa menjawabnya. Meskipun dia merasa kecewa, ia merasa tetap harus bersikap dengan baik."Bu, Maaf saya mau ketemu Via. Via pasti ada disini 'kan, Bu ? Saya mohon ijinkan saya untuk bertemu dengan Via, Bu." Pinta Amar dengan penuh harap. Perasaannya sangat malu sekali karena
BUGH! "Se-tan! Ngapain Nura ke rumah segala!" Amar memukul setir mobilnya dengan keras dan penuh rasa marah begitu melihat Nura sudah ada di teras depan rumahnya. Ia merasa semakin pusing dengan kehadiran Nura dalam kondisi dirinya seperti ini. Lelaki itu merasakan hidupnya benar-benar hancur saat ini. Semua terasa berat untuk dia jalani.Nura yang sudah menunggunya sejak tadi. Ia langsung berdiri begitu melihat mobil Amar masuk ke gerbang dan berhenti di bagasi. Ia menyilangkan kedua tangannya di depan dada karena sangat marah pada Amar yang tak bisa dihubungi. Ia tidak terima dengan perlakuan dingin Amar terhadapnya.Dengan perasaan yang terasa mumet, Amar turun dari mobilnya. Ditambah lagi dengan kehadiran Nura yang semakin menambah rasa marah dalam hatinya."Bagus ya, kamu! Aku telpon berkali-kali nomor kamu gak aktif! Ke kantor juga gak datang! Dan waktu malam kamu ninggalin aku sendirian di apartemen! Maksud kamu apa cuekin aku, Mas ?!" tanpa aba-aba Nura langsung menyambar Ama
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - ENDDua hari kemudian, Pak Bram di operasi jantung. Rasya sendiri yang memilih untuk mengoperasi ayahnya itu sebagai bakti pada ayahnya. Operasi berjalan dengan lancar. Jantung Bu Sinta sudah berhasil dicangkokkan pada tubuh Pak Bram. ***Dua bulan kemudianSudah sekitar dua bulan lamanya, Amar tidak berani keluar rumah. Ia trauma dipenuhi penyesalan atas kepergian keluarganya gara-gara dirinya. Dan ia juga malu dengan keadaan wajahnya yang sekarang. Bi Darmi yang merupakan asisten rumahnya, membantu Amar untuk bisa kembali seperti sebelumnya. Keadaan psikisnya cukup terganggu. Usaha restorannya juga tidak dijalankan. Ia memilih menutup usaha barunya itu. Setiap kali ia melihat restoran tersebut, Ia selalu teringat pada semua kesalahannya yang sudah menyebabkan semua keluarganya meninggal dan juga teringat pada wajahnya yang sekarang menjadi tidak setampan dulu lagi. Ia teringat pada kejadian saat Lidiya menyemburkan air keras itu pada w
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Keadaan AmarSatu Minggu kemudian...Sekarang, Amar membuka matanya setelah melewati masa kritis yang cukup lama. Di ranjang pasien, Tatapannya melihat ke atas, mengingat dimana ia sekarang, dan apa yang sudah terjadi padanya. "Aku, di rumah sakit ?" tanyanya sendiri, Setelah melihat ruangan tersebut. Tak lama ia tersadar pada semua kejadian sebelumnya. Perasaannya mendadak pedih. Ia menghela nafasnya. Rasanya semua yang terjadi padanya begitu berat untuk ia terima."Huh... Aku baru sadar, Aku kehilangan Keluargaku, dan yang terakhir, aku bertemu Lidiya, dan...." Ia teringat apa yang dilakukan Lidiya pada wajahnya. Mendadak ia membangunkan tubuhnya hingga posisi duduk dengan panik. Amar langsung memegangi wajahnya yang masih dienuhi per-ban itu dengan kedua tangannya. "Wajah aku ?! Lidiya menyemburkan air keras pada wajahku! Apa wajahku baik-baik saja ?! Batinnya gelisah." Ia mencari keberadaan dokter. "Dok!!! Dokter!!! Dokter!!!" Teriak
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Hancur!"Ternyata dia disini!" Batinnya geram.***"Ternyata aku gak perlu susah payah untuk menyerahkan kamu ke polisi!" ucap Amar. Lidiya membalikkan badannya, Melihat pada seorang lelaki yang sudah membuatnya tergila-gila jatuh cinta juga sudah membuat dirinya hancur sehancurnya. Ia tersenyum sinis dengan kedatangan Amar. "Akhirnya kamu datang juga, Mas." Lidiya mengucapkannya dengan santai. Berbeda dengan Amar yang sudah dipenuhi amarah."Kamu benar-benar perempuan tidak waras! Kamu sudah membunuh semua keluarga aku!" Pekik Amar dengan tatapan ta-jam tanpa basa-basi."Benar-benar gi-la! kamu, Lidiya" Lagi-lagi Lidiya hanya tersenyum sinis dengan santainya. Ia senang melihat Amar begitu marah atas perbuatannya. "Aku memang gi-la, Mas. Aku menjadi gi-la seperti ini karena kamu. Apa yang aku lakukan, Semua itu karena kamu sendiri, Mas. Kamu sendiri yang menyebabkan semua ini terjadi. Bukankah aku sudah pernah bilang sama kamu, Aku akan m
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - POV LidiyaSetelah beberapa menit kemudian, Nura mulai sekarat. "A... A.. " lirihnya kesakitan. Semua orang yang ada disana panik. Amar segera menggenggam telapak tangannya dan menatapnya lirih."Ma-af, Mas... A-ku ha-rus per-gi.." Amar tak berkata apapun. Ia hanya menangis mesti siap kehilangan Nura, setelah ia kehilangan anaknya. "Ikuti aku, Ra..." ucap Via. Ia mendekati Nura dan menurunkan kepalanya untuk membisikan kalimat syahadat ke telinga Nura. "Asyhadu a La ilaha ilallah.... " Ucap Via. Dengan susah payah Nura berusaha mengikuti."Asyh-- ha.. du a... La- i-lah-ha-i-la-lah...." Ucap Nura."Wa.. asyha du an... na.. Muhammadar.... Rasulullah....." Ucap Via lagi. Nura kembali berusaha mengikuti. "Wa.. asyh.. ha..du..an..na..Mu-ha-mad-dar... Ra-su-lu-lah... Huh....." Ucapnya hingga kemudian hembusan nafasnya berakhir. Nura sudah tiada. Air mata pun mengalir dari pelupuk mata Via dan Bu Sinta, juga Amar. Sedangkan, Rasya dan Diana ha
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Maaf (132)"Ya Allah, Tolong jangan ma-tikan aku dulu sebelum aku meminta maaf pada Via dan ibu. Aku ingin menuntaskan dulu semuanya...." lirihku dalam hati dengan sungguh. Selama ini, Aku sangat jarang sekali berdoa apalagi shalat. Aku benar-benar sombong dan telah tertipu oleh segala ujian dunia hingga aku menjadi manusia yang begitu ja-hat.***Nura juga teringat pada Amran. "Amran... Dimana dia ?" Batinnya. Hingga kemudian ia baru tersadar ada suara seorang lelaki yang menangis sesenggukan dan terdengar begitu terpuruk. Hii..hii..hii... Tangis tersebut adalah tangisan Amar yang masih meratapi Amran yang sudah tiada. Amran dirawat di ruangan IGD di sebelah Nura. Mereka hanya terhalang oleh sebuah tirai hijau. Mendengar tangisan Amar, Nura dalam keadaan sangat lemah itu, menjadi cemas. "Apa yang terjadi dengan Amran ?" batinnya lagi. "Ma-s!" Nura pun berusaha memanggil Amar. Namun Amar tak dapat mendengarnya karena suara tangisnya se
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Detik Terakhir[Halo.... Sayang. Aku Lidiya. Sekarang aku ada dirumah kamu. Dalam hitungan menit, kemungkinan kamu akan kehilangan semua keluarga kamu] Jawab seseorang yang ada ditelpon yang langsung diakhiri begitu saja dari sana. Suara wanita yang tidak. asing itu, seketika membuat Amar terkejut. Ia panik. "Lidiya ?! Keluargaku!" ucapnya syock.***Amar segera berdiri, kemudian mengambil kunci mobilnya. "Mereka dalam bahaya!" Ucapnya, sembari melangkahkan kaki keluar pintu ruangannya. Ia segera menuju mobilnya, dengan cepat langsung masuk kedalam mobil, dan tak lama kemudian ia segera melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup cepat. Ia panik, pikirannya kacau takut terjadi apa-apa pada keluarganya. Di sisi lain, Nura masih meringis kesakitan. Pikirannya kalut, apalagi begitu mendengar suara pecah Alasaka yang semakin membuatnya panik, takut terjadi hal buruk juga pada ibunya dan Amran. "Apa jangan-jangan ka-mu masukan ra-cun ke ma
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Dendam LidiyaLidiya membawa makanan-makanan sup daging sapi yang sudah berisi racun itu ke meja makan. Sedangkan, mangkuk berisi makanan untuk dirinya dan Alaska, sengaja masih ia simpan di dapur agar tidak tertukar dengan makanan-makanan yang sudah dicampur dengan racun. Dengan ramah, ia menaruh satu persatu mangkuk berisi sup sapi itu ke depan Bu Sinta dan Nura. Untuk Amran, Amran makan berdua dengan Bu Sinta, sehingga di satu mangkuk-an, karena Amran mesti disuapi. Aroma lezat dari sup itu membuat siapapun yang menci-umnya, langsung merasa lapar. Hingga tak ada sedikitpun rasa curiga dari Bu Sinta dan Nura pada Lidiya."Aduh, Nak Lidiya. Ibu jadi gak enak gini, sampai disiapkan segala. Makasih ya." ucap Bu Sinta dengan ramah. Lidiya membalasnya dengan berpura-pura tersenyum. "Iya, Bu. Gak papa. Malahan saya seneng banget bisa kumpul sama kalian semua. Saya udah berasa sama keluarga kalo sama kalian. Tahu sendiri, Mas Robby 'kan sibuk
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Botol Racun"Nura, Kamu masih marah sama ibu ? Sudah lama kamu diamkan ibu terus... Ibu tidak tau harus bagaimana lagi untuk bisa mendapatkan maaf kamu, Ra..." ucap Bu Sinta disaat Nura tengah duduk memainkan ponselnya berselancar di sosmed. Sedangkan Amran sudah tidur, setelah ditidurkan oleh Bu Sinta sejak beberapa menit yang lalu. Dan Amar masih berada di restaurant untuk mengecek usaha barunya itu. Itu sebabnya, Sekarang di rumah hanya ada Bu Sinta dan Nura. Dan bagi Bu Sinta, Ini waktu yang tepat untuk ia berbicara serius dengan Nura. Mendengar itu, Nura langsung meletakkan ponselnya ke meja. Suasana hatinya mendadak kesal. Kemudian ia menoleh dengan sengit menatap ibunya itu. "Apa dengan kata ma-af, Ibu bisa membuat aku tidak menjadi anak dari seorang perempuan yang pernah menjadi wanita malam ?!" Bu Sinta hanya terdiam pilu. Sedangkan Nura langsung berdiri. Perasaannya mendadak penuh amarah juga sedih."Apa ibu tau, Hati aku sakit,
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Mengobati (128)Rasya mendorong Pak Bram yang sekarang tengah ada dikursi roda, usai diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Ia melangkah masuk, Sedangkan Via yang menggendong Adiba, dan Pak Padli yang menggendong Aqila, juga Bu Nazwa, berjalan dibelakang mereka. Hari ini adalah hari penuh bahagia bagi mereka, Karena Rasya dan Pak Bram bisa memiliki hubungan yang baik kembali. "Ayah, Nanti ayah tidur dikamar bawah ya, biar lebih mudah kalo mau ke dapur. Nanti bibi juga akan bantu ayah. Rasya juga akan terus periksa keadaan ayah." Pak Bram mengangguk diiringi senyum.***Hingga kemudian, Pak Bram dan yang lainnya berbincang diruang tengah. Rasya meminta ayahnya itu untuk istirahat, Namun Pak Bram ingin berkumpul dulu dengan keluarganya. "Mas, Aku mau masak dulu, ya ?" ucap Via pada Rasya yang tengah duduk di sampingnya."Oh, Iya. Adiba biar aku yang gendong." Rasya mengambil alih Adiba dari pangkuan Via. "Adiba, Sama ayah dulu ya." Adiba