Bu Nazwa tertegun melihat Rasya, anak dari Bu Almira--sahabatnya itu. Bu Nazwa sangat pangling dengan perubahan Rasya yang begitu menakjubkan."Bu. Masih ingat Rasya ?" Sambil menjulurkan tangannya, Rasya tersenyum ramah menatap wanita dihadapannya."Ya Allah... Ini beneran Rasya ? Jadi Nak Rasya beneran pulang ke Indonesia ? Ibu sampai pangling." Bu Nazwa meraih uluran tangan Rasya sambil tersenyum penuh kagum akan perubahan Rasya yang semakin bersih dan tampan.Ia mengelus-elus punggung Rasya saat punggung Rasya masih membungkuk menyalami punggung tangannya. Rasya sudah dianggap seperti anak sendiri baginya. Yang paling membuat Bu Nazwa takjub, sikap rendah hati Rasya yang tidak pernah berubah. Meskipun sudah delapan tahun tidak bertemu, Rasya tetap tidak melupakan dirinya. "Ibu sama bapak gimana kabarnya ?" tanya Rasya setelah kembali menegakkan punggungnya."Alhamdulillah.. ibu baik sama bapak baik, Nak. Ayahnya Via itu sibuk terus. Ia tengah ada kerjaan proyek di luar kota. Kamu
"Kemarin kamu kemana Amar ?! Tidak ijin untuk tidak masuk kantor! Nomor kamu tidak dapat hubungi! Apa kamu tahu apa yang kamu lakukan itu sangat merugikan perusahaan ?!" Direktur perusahaan tempat Amar bekerja menatap Amar dengan penuh Amarah.Direkturnya itu berdiri dengan kedua telapak tangan tertaruh di meja. Namun, tatapannya benar-benar tajam pada Amar.Tak ada yang bisa Amar lakukan selain dia duduk menunduk menerima dirinya dimarahi oleh atasannya. "Apa kamu tahu ?! Ada perusahaan yang kecewa gara-gara kamu tidak datang meeting sesuai yang sudah dijadwalkan! Nura yang tugasnya sekertaris juga ngapain aja ?! Apa dia tidak bilang sama kamu jika kemarin ada meeting ?!"Amar masih terdiam dan juga merasa marah pada Nura. Ia menginginkan,harusnya Nura memberi tahunya jika ada meeting waktu kemarin. "Dan akhir-akhir ini.. saya lihat kinerja kamu juga berantakan! Banyak laporan-laporan yang mesti kamu perbaiki lagi!" Amar juga menyadari jika akhir-akhir ini dia memang jadi sering ti
Saat aku turun dari pintu mobil, Sial-nya mobilku terparkir bersebelahan dengan mobilnya Mas Amar. Yang membuat ku terkejut, aku lihat Nura turun dari pintu mobilnya Mas Amar. Ternyata Mas Amar masih berhubungan dengan wanita yang telah menghancurkan pernikahan ku itu. Bahkan, Aku tak habis pikir, Nura selingkuhan suamiku itu juga ikut ke pengadilan.*****Nura dan Mas Amar sama-sama turun dari mobil."Hai, Via. Akhirnya ya, kamu akan segera pisah juga dengan Mas Amar." Sambil menyandarkan punggungnya ke mobil Mas Amar, Nura menatap ku dengan tersenyum menyeringai dan dengan kedua tangan yang menyilang di depan dada. Ia terlihat puas dengan perpisahan ku.Aku tersenyum sinis, Kali ini akhirnya wanita busuk itu terang-terangan menunjukkan sifat aslinya. Tidak lagi berpura-pura baik padaku."Akhirnya juga ya, aku bisa tahu sifat asli kamu. Ternyata kamu cuma manusia busuk dan bermuka dua!" Aku menimpali.Ia terkekeh. "Aku gak peduli ya, kamu mau bilang aku apapun. Yang pasti, sebentar
"Jadi ternyata Rasya ada di Indonesia ?" Ucap Nura saat Rasya dan Via sudah pergi."Kamu tahu juga sama Si Rasya itu ?" tanya Amar geram begitu membicarakan Rasya. Nura manggut-manggut."Tahu, Sih. Tapi gak terlalu kenal. Rasya 'kan beda SMA sama aku dan Via. Aku juga gak terlalu kenal sama Rasya. Cuma pernah ketemu beberapa kali aja waktu dulu. Apalagi, aku kenal Via 'kan dari mulai SMA. Aku gak terlalu tahu soal Rasya." Tutur Nura.Amar manggut-manggut dan berniat dalam hati untuk memberikan pelajaran pada Rasya.*****DUA HARI KEMUDIAN...Jam 10 malam.Malam ini, Di apartemen, Amar sengaja menunggu kedatangan Rasya untuk berniat memberikan pelajaran pada Rasya karena merasa Rasya adalah penyebab Via menggugat pisah dirinya. Ia berdiam di dalam mobilnya yang dia parkir di parkiran apartemen. Sudah sekitar setengah jam dia menunggu kedatangan Rasya."Nah, itu dia. Akhirnya dia datang juga! Lihat saja, akan aku beri pelajaran kamu!" Ucapnya dengan perasaan yang dendam begitu melihat m
"Tunggu, Mas." Ucap Nura yang menahan dada Amar saat Amar hendak mencumbui bibirnya. Wanita itu menyentuh langsung pada dada Amar karena lelaki di hadapannya sudah tidak lagi memakai kain sehelai benang pun, hingga memperlihatkan dadanya yang bidang dengan otot yang terbentuk sempurna di bagian bahu tangannya.Amar hanya memakai celana pendek.Mereka hendak melakukan hal yang biasa mereka lakukan layaknya pasangan suami istri. "Kenapa ?" tanya Amar heran. Ia kembali menegakkan tubuhnya dan menatap pada Nura yang tengah duduk di pinggir tempat tidurnya."Sampai kapan kita akan kayak gini terus, Mas ?" Keluh Nura. Wanita itu menatap lirih pada Amar."Kayak gini terus ? Maksud kamu apa, Sayang ? Aku masih belum ngerti ucapan kamu ?" Amar yang masih bingung, Ia menatap heran pada wanita dihadapannya itu."Ada yang mau aku tunjukkan sama kamu, Mas."Nura berdiri, ia berjalan menuju tas-nya yang dia simpan diatas laci.Lalu, Ia merogoh tasnya dan mengambil alat tes kehamilan yang masih dal
BEBERAPA MINGGU KEMUDIAN...Proses perceraian Via dan Amar dinyatakan memakan waktu maksimal enam bulan. Dan jika sidang berjalan dengan lancar, maka hanya akan memakan waktu tiga atau empat bulan.Bagi Via berbulan-bulan itu waktu yang cukup lama. Karena itu, Via melamar pekerjaan untuk memiliki kesibukan kembali seperti dulu. Via melamar pekerjaan menjadi sekretaris ke sebuah perusahaan yang bernama PT SENJA JINGGA.Saat ini, dia tengah duduk di sebuah kursi, menunggu keputusan dari seorang manager, diterima atau tidaknya aku bekerja di perusahaan ini. Jantungnya terasa berdebar begitu cepat, Ia ingin secepatnya mendengar jawaban dari seorang manager yang saat ini tengah ada di hadapan-nya.Ia berharap bisa di terima kerja di perusahaan yang dilamarnya ini. Setidaknya dengan dirinya sibuk, Via berharap bisa melupakan banyak kesedihan yang tengah dialaminya.Lelaki dihadapannya yang mengenakan jas berwarna hitam itu menunduk menatap pada dokumen yang Via bawa untuk melamar. Ia tenga
Setelah melamar kerja ke sebuah perusahaan, aku menghentikan mobilku untuk ke minimarket dulu. Aku ingin membeli minum, Rasanya tenggorokan ku sangat haus.Aku masuk ke minimarket, mengambil minuman botol dalam kulkas yang ada disana. Kemudian ke kasir, dan setelah keluar dari minimarket aku meminum minuman dingin itu. Rasanya segar sekali.Namun, setelah aku meminum air,aku tertegun begitu melihat wanita yang tengah berdiri dipinggir jalan, seperti tengah menunggu kendaraan. Keberadaannya tepat di depan minimarket. 'Tante Sinta ?' Dalam hati aku berucap, sambil melihatnya yang masih terlihat menunggu kendaraan. Iya, Aku tidak salah lihat. Ia tante Sinta. "Tante Sinta." Seruku. Aku menghampirinya sambil menjulurkan tanganku untuk menyalami-nya. Wanita yang sambil membawa dua kresek berukuran cukup besar itu menoleh, lalu tak lama mengulum senyum padaku. Ia menaruh dulu dua kresek ditangannya itu, kemudian membalas uluran tanganku.Sepertinya tante Sinta juga habis dari minimarket."
Bu Sinta buru-buru kembali memasukan test pack ditangannya ke tas anaknya. Saat membuka kembali tas Nura, tak sengaja ia melihat sebuah kunci. Namun ia tak memperdulikan, ia langsung pergi ke dapur agar Nura menyangka dirinya tidak menemukan benda itu. Bu Sinta tidak ingin gegabah, ia ingin mencari tahu sendiri kebenarannya. Karena ia yakin, Nura pasti akan mengelak jika ditanya langsung.Dengan langkah cepat, Nura buru-buru berjalan membuka pintu kamarnya untuk menuju ke meja makan. Setelah pintu kamarnya terbuka, ia cepat-cepat berjalan dengan jantung yang berdegup cepat.Hingga saat dia sampai dekat dengan meja, ia menghembuskan nafas lega karena melihat tasnya masih di atas meja makan dan tak ada Ibunya disana. Tangannya mengusap-usap dadanya masih sambil menghembuskan nafasnya berkali-kali. Perasaannya yang tadi panik, langsung berubah menjadi tenang seketika."Untunglah.. untung.. ternyata gak ada siapa-siapa." Gumamnya pelan. Kembali ia berjalan, lalu mengambil tasnya dan me
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - ENDDua hari kemudian, Pak Bram di operasi jantung. Rasya sendiri yang memilih untuk mengoperasi ayahnya itu sebagai bakti pada ayahnya. Operasi berjalan dengan lancar. Jantung Bu Sinta sudah berhasil dicangkokkan pada tubuh Pak Bram. ***Dua bulan kemudianSudah sekitar dua bulan lamanya, Amar tidak berani keluar rumah. Ia trauma dipenuhi penyesalan atas kepergian keluarganya gara-gara dirinya. Dan ia juga malu dengan keadaan wajahnya yang sekarang. Bi Darmi yang merupakan asisten rumahnya, membantu Amar untuk bisa kembali seperti sebelumnya. Keadaan psikisnya cukup terganggu. Usaha restorannya juga tidak dijalankan. Ia memilih menutup usaha barunya itu. Setiap kali ia melihat restoran tersebut, Ia selalu teringat pada semua kesalahannya yang sudah menyebabkan semua keluarganya meninggal dan juga teringat pada wajahnya yang sekarang menjadi tidak setampan dulu lagi. Ia teringat pada kejadian saat Lidiya menyemburkan air keras itu pada w
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Keadaan AmarSatu Minggu kemudian...Sekarang, Amar membuka matanya setelah melewati masa kritis yang cukup lama. Di ranjang pasien, Tatapannya melihat ke atas, mengingat dimana ia sekarang, dan apa yang sudah terjadi padanya. "Aku, di rumah sakit ?" tanyanya sendiri, Setelah melihat ruangan tersebut. Tak lama ia tersadar pada semua kejadian sebelumnya. Perasaannya mendadak pedih. Ia menghela nafasnya. Rasanya semua yang terjadi padanya begitu berat untuk ia terima."Huh... Aku baru sadar, Aku kehilangan Keluargaku, dan yang terakhir, aku bertemu Lidiya, dan...." Ia teringat apa yang dilakukan Lidiya pada wajahnya. Mendadak ia membangunkan tubuhnya hingga posisi duduk dengan panik. Amar langsung memegangi wajahnya yang masih dienuhi per-ban itu dengan kedua tangannya. "Wajah aku ?! Lidiya menyemburkan air keras pada wajahku! Apa wajahku baik-baik saja ?! Batinnya gelisah." Ia mencari keberadaan dokter. "Dok!!! Dokter!!! Dokter!!!" Teriak
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Hancur!"Ternyata dia disini!" Batinnya geram.***"Ternyata aku gak perlu susah payah untuk menyerahkan kamu ke polisi!" ucap Amar. Lidiya membalikkan badannya, Melihat pada seorang lelaki yang sudah membuatnya tergila-gila jatuh cinta juga sudah membuat dirinya hancur sehancurnya. Ia tersenyum sinis dengan kedatangan Amar. "Akhirnya kamu datang juga, Mas." Lidiya mengucapkannya dengan santai. Berbeda dengan Amar yang sudah dipenuhi amarah."Kamu benar-benar perempuan tidak waras! Kamu sudah membunuh semua keluarga aku!" Pekik Amar dengan tatapan ta-jam tanpa basa-basi."Benar-benar gi-la! kamu, Lidiya" Lagi-lagi Lidiya hanya tersenyum sinis dengan santainya. Ia senang melihat Amar begitu marah atas perbuatannya. "Aku memang gi-la, Mas. Aku menjadi gi-la seperti ini karena kamu. Apa yang aku lakukan, Semua itu karena kamu sendiri, Mas. Kamu sendiri yang menyebabkan semua ini terjadi. Bukankah aku sudah pernah bilang sama kamu, Aku akan m
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - POV LidiyaSetelah beberapa menit kemudian, Nura mulai sekarat. "A... A.. " lirihnya kesakitan. Semua orang yang ada disana panik. Amar segera menggenggam telapak tangannya dan menatapnya lirih."Ma-af, Mas... A-ku ha-rus per-gi.." Amar tak berkata apapun. Ia hanya menangis mesti siap kehilangan Nura, setelah ia kehilangan anaknya. "Ikuti aku, Ra..." ucap Via. Ia mendekati Nura dan menurunkan kepalanya untuk membisikan kalimat syahadat ke telinga Nura. "Asyhadu a La ilaha ilallah.... " Ucap Via. Dengan susah payah Nura berusaha mengikuti."Asyh-- ha.. du a... La- i-lah-ha-i-la-lah...." Ucap Nura."Wa.. asyha du an... na.. Muhammadar.... Rasulullah....." Ucap Via lagi. Nura kembali berusaha mengikuti. "Wa.. asyh.. ha..du..an..na..Mu-ha-mad-dar... Ra-su-lu-lah... Huh....." Ucapnya hingga kemudian hembusan nafasnya berakhir. Nura sudah tiada. Air mata pun mengalir dari pelupuk mata Via dan Bu Sinta, juga Amar. Sedangkan, Rasya dan Diana ha
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Maaf (132)"Ya Allah, Tolong jangan ma-tikan aku dulu sebelum aku meminta maaf pada Via dan ibu. Aku ingin menuntaskan dulu semuanya...." lirihku dalam hati dengan sungguh. Selama ini, Aku sangat jarang sekali berdoa apalagi shalat. Aku benar-benar sombong dan telah tertipu oleh segala ujian dunia hingga aku menjadi manusia yang begitu ja-hat.***Nura juga teringat pada Amran. "Amran... Dimana dia ?" Batinnya. Hingga kemudian ia baru tersadar ada suara seorang lelaki yang menangis sesenggukan dan terdengar begitu terpuruk. Hii..hii..hii... Tangis tersebut adalah tangisan Amar yang masih meratapi Amran yang sudah tiada. Amran dirawat di ruangan IGD di sebelah Nura. Mereka hanya terhalang oleh sebuah tirai hijau. Mendengar tangisan Amar, Nura dalam keadaan sangat lemah itu, menjadi cemas. "Apa yang terjadi dengan Amran ?" batinnya lagi. "Ma-s!" Nura pun berusaha memanggil Amar. Namun Amar tak dapat mendengarnya karena suara tangisnya se
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Detik Terakhir[Halo.... Sayang. Aku Lidiya. Sekarang aku ada dirumah kamu. Dalam hitungan menit, kemungkinan kamu akan kehilangan semua keluarga kamu] Jawab seseorang yang ada ditelpon yang langsung diakhiri begitu saja dari sana. Suara wanita yang tidak. asing itu, seketika membuat Amar terkejut. Ia panik. "Lidiya ?! Keluargaku!" ucapnya syock.***Amar segera berdiri, kemudian mengambil kunci mobilnya. "Mereka dalam bahaya!" Ucapnya, sembari melangkahkan kaki keluar pintu ruangannya. Ia segera menuju mobilnya, dengan cepat langsung masuk kedalam mobil, dan tak lama kemudian ia segera melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup cepat. Ia panik, pikirannya kacau takut terjadi apa-apa pada keluarganya. Di sisi lain, Nura masih meringis kesakitan. Pikirannya kalut, apalagi begitu mendengar suara pecah Alasaka yang semakin membuatnya panik, takut terjadi hal buruk juga pada ibunya dan Amran. "Apa jangan-jangan ka-mu masukan ra-cun ke ma
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Dendam LidiyaLidiya membawa makanan-makanan sup daging sapi yang sudah berisi racun itu ke meja makan. Sedangkan, mangkuk berisi makanan untuk dirinya dan Alaska, sengaja masih ia simpan di dapur agar tidak tertukar dengan makanan-makanan yang sudah dicampur dengan racun. Dengan ramah, ia menaruh satu persatu mangkuk berisi sup sapi itu ke depan Bu Sinta dan Nura. Untuk Amran, Amran makan berdua dengan Bu Sinta, sehingga di satu mangkuk-an, karena Amran mesti disuapi. Aroma lezat dari sup itu membuat siapapun yang menci-umnya, langsung merasa lapar. Hingga tak ada sedikitpun rasa curiga dari Bu Sinta dan Nura pada Lidiya."Aduh, Nak Lidiya. Ibu jadi gak enak gini, sampai disiapkan segala. Makasih ya." ucap Bu Sinta dengan ramah. Lidiya membalasnya dengan berpura-pura tersenyum. "Iya, Bu. Gak papa. Malahan saya seneng banget bisa kumpul sama kalian semua. Saya udah berasa sama keluarga kalo sama kalian. Tahu sendiri, Mas Robby 'kan sibuk
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Botol Racun"Nura, Kamu masih marah sama ibu ? Sudah lama kamu diamkan ibu terus... Ibu tidak tau harus bagaimana lagi untuk bisa mendapatkan maaf kamu, Ra..." ucap Bu Sinta disaat Nura tengah duduk memainkan ponselnya berselancar di sosmed. Sedangkan Amran sudah tidur, setelah ditidurkan oleh Bu Sinta sejak beberapa menit yang lalu. Dan Amar masih berada di restaurant untuk mengecek usaha barunya itu. Itu sebabnya, Sekarang di rumah hanya ada Bu Sinta dan Nura. Dan bagi Bu Sinta, Ini waktu yang tepat untuk ia berbicara serius dengan Nura. Mendengar itu, Nura langsung meletakkan ponselnya ke meja. Suasana hatinya mendadak kesal. Kemudian ia menoleh dengan sengit menatap ibunya itu. "Apa dengan kata ma-af, Ibu bisa membuat aku tidak menjadi anak dari seorang perempuan yang pernah menjadi wanita malam ?!" Bu Sinta hanya terdiam pilu. Sedangkan Nura langsung berdiri. Perasaannya mendadak penuh amarah juga sedih."Apa ibu tau, Hati aku sakit,
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Mengobati (128)Rasya mendorong Pak Bram yang sekarang tengah ada dikursi roda, usai diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Ia melangkah masuk, Sedangkan Via yang menggendong Adiba, dan Pak Padli yang menggendong Aqila, juga Bu Nazwa, berjalan dibelakang mereka. Hari ini adalah hari penuh bahagia bagi mereka, Karena Rasya dan Pak Bram bisa memiliki hubungan yang baik kembali. "Ayah, Nanti ayah tidur dikamar bawah ya, biar lebih mudah kalo mau ke dapur. Nanti bibi juga akan bantu ayah. Rasya juga akan terus periksa keadaan ayah." Pak Bram mengangguk diiringi senyum.***Hingga kemudian, Pak Bram dan yang lainnya berbincang diruang tengah. Rasya meminta ayahnya itu untuk istirahat, Namun Pak Bram ingin berkumpul dulu dengan keluarganya. "Mas, Aku mau masak dulu, ya ?" ucap Via pada Rasya yang tengah duduk di sampingnya."Oh, Iya. Adiba biar aku yang gendong." Rasya mengambil alih Adiba dari pangkuan Via. "Adiba, Sama ayah dulu ya." Adiba