3 BULAN KEMUDIAN....POV ILHAMSetelah beberapa bulan ini mengikuti proses perceraian, Sekarang aku resmi bercerai dengan Via. Sebenarnya, aku juga masih tidak terima. Via wanita yang sangat sayang untuk dilepaskan. Ia wanita yang memiliki kepribadian yang baik, dia juga tangguh. Via wanita yang mandiri. Apalagi, sekarang aku dengar dia sudah kembali berkarir dan menjadi sekretaris di sebuah perusahaan.Saat beberapa kali bertemu dengannya di pengadilan pun, aku melihat banyak perubahan dalam dirinya. Penampilannya semakin menakjubkan. Penampilannya sama seperti saat dia menjadi sekretaris ku dulu. Sangat terlihat seperti wanita karir yang tangguh dan mandiri.Nura juga wanita yang berkarir. Tapi soal kepribadian, Via memang lebih baik.Namun apalah daya. Aku sendiri sudah bertekad untuk membuatnya yang menyesal akan keputusannya telah menggugat cerai aku. Dan aku yakin, Nura juga bisa berubah menjadi wanita yang lebih baik seperti Via.*****Semenjak ibunya Nura sudah mengetahui hu
Hening. Baik Rasya ataupun Via, tak ada yang mencoba memulai pembicaraan. Via yang biasanya sangat merasa akrab dengan Rasya, kali ini dia merasa kaku karena perasaannya yang dia rasakan dalam hatinya. Entah kenapa, ia jadi merasa kaku untuk berbicara dengan Rasya.Rasya menyilangkan kedua tangannya di depan dada untuk menghangatkan tubuhnya. "Mobil kamu kenapa lagi ?" Akhirnya Rasya yang memulai bicara karena dia juga merasa semakin gugup saat hening. Ia menoleh menatap pada Via."Aku juga gak ngerti, Sya. Tiba-tiba mati. Udah beberapa kali kayak gitu terus."Rasya manggut-manggut. "Lagian, kenapa kamu kerja lagi jadi sekretaris 'kan pulangnya jadi sering malam begini ?" "Aku cuman pengen punya kesibukan aja, Sya." Jawab Via. Rasya hanya terkekeh."Kamu sendiri baru pulang dari rumah sakit ?" Via balik bertanya."Iya." Jawab Rasya singkat. Lalu, Lelaki yang memakai kemeja itu mengulurkan telapak tangannya pada rintikan hujan yang sudah mulai mereda."Hujannya udah reda, mau pulan
Hari ini, aku tidak bekerja karena hari libur. Lumayan, setidaknya hari libur ini bisa aku gunakan untuk me time atau menghabiskan waktu bersama keluarga.Aku membuka pintu kamarku sambil membawa jas Rasya yang aku gantungkan di pergelangan tanganku. Perlahan, aku turun menuruni tangga hingga sampai di tangga terakhir.Harusnya Rasya tidak ke rumah sakit karena katanya dia juga tengah libur. Sekitar dua bulan yang lalu, ia sudah memberikan nomor handphonenya yang baru padaku. Jadi, kadang suka saling menghubungi lagi."Mau kemana, Nak ?" Ayahku yang tengah menonton TV di sofa bareng ibu, bertanya. Setiap hari libur, Ayah dan ibuku memang selalu sengaja menghabiskan waktu berdua. Mereka selalu romantis. Berbeda denganku, aku tidak bisa memiliki pernikahan seperti ayah dan ibuku.Keduanya menoleh melihat ku. "Mau ke rumah Rasya, Yah. Via mau nganterin jas-nya." Jawabku pada lelaki yang sudah berusia lebih dari kepala lima itu sambil mengacungkan jas yang dipergelangan tanganku ini. Aya
PRANKKK!!!Sontak dengan cepat aku menoleh, begitu mendengar suara pecahan kaca. Aku menoleh ke belakang. Nampak terlihat ada Riani di sana yang tengah membereskan pecahan beling di lantai.Apa dia sudah sejak tadi disana ? Apa dia memperhatikan aku dan Rasya ?***Via langsung beranjak dari tempat duduk. Ingin melihat apa yang terjadi. Riani terlihat olehnya nampak masih membereskan pecahan beling yang berhamburan itu. Namun, tak lama kali ini dia lihat dia nampak tengah melihat tangannya yang berdarah. " Sepertinya dia terluka oleh pecahan beling itu, Sya." Gumam Via.Segera Via menghampirinya. Sedangkan, Rasya hanya diam saja melihat apa yang terjadi seolah antara acuh tak acuh."Tangan kamu terluka. Langsung diobati aja." Ucap Via sambil berdiri melihat pada Riani yang tengah meniup-niup jemari telunjuk tangan kanannya yang sedikit berdarah. Via sampai merasakan ngilu melihatnya. Wanita yang memakai pakaian suster berwarna putih dengan rambut lurus agak panjang dan diikat itu me
"Via, Berkas untuk kerjasamanya sudah ada 'kan ?" tanya lelaki yang memakai jas kantor berwarna hitam itu padaku. Pak Satria berdiri di depan meja kerja ku sambil menatap padaku.Segera aku mengambil tiga berkas yang disimpan dipinggir meja. "Oh, Sudah 'kok, Pak." Sahutku.Tak lama aku langsung berdiri karena hari ini akan ada kerja sama dengan sebuah perusahaan. Yang tak lain adalah perusahaan Mas Amar. Akh, benar-benar malas rasanya jika mesti bertemu dengan dua manusia itu. "Kalo gitu kita pergi sekarang aja. Agar lebih duluan sampai. Lebih baik kita menunggu daripada membuat rekan kerja kita menunggu. Bukankah begitu ?" tanya Pak Satria kembali dengan sebuah senyuman di bibirnya. Aku hanya mengangguk sambil mengulum senyum. Mau tidak mau, Aku mesti profesional. Segera aku ambil tasku yang ada di meja. "Yaudah, Yuk." Ucap Pak Satria yang tak lama langsung berjalan lebih dulu. Aku mengikutinya. Aku sangat berharap, Semoga saja aku bisa melewati hari ini. Wanita ular itu sekarang
"Kalo kamu bisa! Kenapa aku enggak Vi ?! Kenapa ?! Kenapa dunia enggak adil sama aku ?! Kenapa, hah ?! Jawab aku, Via!" Penuh emosi dia mengatakan itu.Kali ini aku bukannya ingin menghajarnya. Tapi lebih merasa kasihan dengan semua yang dia ungkapkan. Tatapan ku masih tak lepas dari melihat dirinya yang menangis seperti histeris.Sekarang aku tahu. Jadi itu sebabnya Nura ingin melihat aku hancur. Itu sebabnya kenapa dia selalu ingin mendapatkan apa yang aku dapatkan. Dan itu sebabnya ia menghancurkan pernikahan aku. Jadi karena dia tidak bisa memiliki kehidupan yang seperti ku.Aku benar-benar tidak menyangka. Ternyata semiris itu hidup kamu, Ra!***"Jawab aku, Via ?!" Kembali dia berucap dengan penuh amarah."Aku gak pernah tahu kalo kehidupan aku membuat kamu menderita, Ra. Bahkan aku gak pernah berniat sekalipun melukai kamu dengan kehidupan aku, Ra." Jawabku sungguh."Tapi nyatanya kamu itu menyakiti aku, Via! Kamu selalu membuat aku menderita! Kehidupan kamu yang selalu dipenuh
Didalam kamar, Aku membuka pintu laci bagian kedua. Tempat disimpan semua perhiasan. Nampak ada dua kotak perhiasan berwarna coklat tua yang berukuran cukup besar. Satu kotak, tempat disimpannya semua perhiasan yang aku beli selama ini. Satu kotaknya lagi, Tempat disimpannya semua perhiasan yang pernah Mas Amar belikan untuk ku selama dua tahun menikah dengannya.Aku mengambil kotak perhiasan yang isinya semua perhiasan yang Mas Amar berikan. Kotak itu aku bawa lalu disimpan di atas tempat tidur.Kemudian aku duduk, lalu membuka kotak perhiasan itu. Terlihat ada sekitar 20 perhiasan yang ada dalam kotak itu. Dari cincin hingga kalung, ada di dalam kotak ini. Dan harganya juga lumayan, yang paling terkecil nilai harganya adalah cincin yang seharga lima juta. Sedangkan untuk kalung, harganya ada yang sampai 100 juta karena bercampur dengan liontin dari berlian. Mas Amar memang sosok lelaki yang royal. Ia seperti tak pernah merasa keberatan untuk membelikan barang-barang mahal untukku
Tok.. Tok.. Tok.. Tak lama ada suara ketukan pintu. Aku membangunkan tubuhku dari sofa untuk membukakan pintu.***Via berjalan menuju pintu rumahnya, Kemudian ia membuka pintunya. Ceklek. "Rasya ?" Ucapnya dengan heran karena melihat Rasya menenteng kresek putih berisi ikan dan satu tangannya lagi menenteng kresek hitam berukuran cukup besar dan satu paperbag yang Via tidak tahu apa isinya.Sedangkan Rasya, Ia hanya tersenyum. Setelah baru pulang dari pasar, Ia langsung ke rumahnya Via."Ada ibu ?" tanyanya. Via mengangguk."Ada, Di dalam. Yaudah, Yuk masuk." ajak Via. Rasya pun masuk ke dalam rumah. "Kayaknya ibu lagi di halaman belakang deh sama ayah." Sambil berjalan menuju halaman belakang, Via berucap. Rasya sejak tadi hanya mengikutinya."Kalo gitu, Aku takut ganggu ibu, Takutnya ibu lagi pengen menghabiskan waktu sama Om." Ucap Rasya yang merasa tak enak hati."Biasanya 'kan ibu suka senang kalo masakin buat kamu, Sya. Gak mungkinlah ibu terganggu." Sahut Via. "Bu." Seru Vi
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - ENDDua hari kemudian, Pak Bram di operasi jantung. Rasya sendiri yang memilih untuk mengoperasi ayahnya itu sebagai bakti pada ayahnya. Operasi berjalan dengan lancar. Jantung Bu Sinta sudah berhasil dicangkokkan pada tubuh Pak Bram. ***Dua bulan kemudianSudah sekitar dua bulan lamanya, Amar tidak berani keluar rumah. Ia trauma dipenuhi penyesalan atas kepergian keluarganya gara-gara dirinya. Dan ia juga malu dengan keadaan wajahnya yang sekarang. Bi Darmi yang merupakan asisten rumahnya, membantu Amar untuk bisa kembali seperti sebelumnya. Keadaan psikisnya cukup terganggu. Usaha restorannya juga tidak dijalankan. Ia memilih menutup usaha barunya itu. Setiap kali ia melihat restoran tersebut, Ia selalu teringat pada semua kesalahannya yang sudah menyebabkan semua keluarganya meninggal dan juga teringat pada wajahnya yang sekarang menjadi tidak setampan dulu lagi. Ia teringat pada kejadian saat Lidiya menyemburkan air keras itu pada w
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Keadaan AmarSatu Minggu kemudian...Sekarang, Amar membuka matanya setelah melewati masa kritis yang cukup lama. Di ranjang pasien, Tatapannya melihat ke atas, mengingat dimana ia sekarang, dan apa yang sudah terjadi padanya. "Aku, di rumah sakit ?" tanyanya sendiri, Setelah melihat ruangan tersebut. Tak lama ia tersadar pada semua kejadian sebelumnya. Perasaannya mendadak pedih. Ia menghela nafasnya. Rasanya semua yang terjadi padanya begitu berat untuk ia terima."Huh... Aku baru sadar, Aku kehilangan Keluargaku, dan yang terakhir, aku bertemu Lidiya, dan...." Ia teringat apa yang dilakukan Lidiya pada wajahnya. Mendadak ia membangunkan tubuhnya hingga posisi duduk dengan panik. Amar langsung memegangi wajahnya yang masih dienuhi per-ban itu dengan kedua tangannya. "Wajah aku ?! Lidiya menyemburkan air keras pada wajahku! Apa wajahku baik-baik saja ?! Batinnya gelisah." Ia mencari keberadaan dokter. "Dok!!! Dokter!!! Dokter!!!" Teriak
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Hancur!"Ternyata dia disini!" Batinnya geram.***"Ternyata aku gak perlu susah payah untuk menyerahkan kamu ke polisi!" ucap Amar. Lidiya membalikkan badannya, Melihat pada seorang lelaki yang sudah membuatnya tergila-gila jatuh cinta juga sudah membuat dirinya hancur sehancurnya. Ia tersenyum sinis dengan kedatangan Amar. "Akhirnya kamu datang juga, Mas." Lidiya mengucapkannya dengan santai. Berbeda dengan Amar yang sudah dipenuhi amarah."Kamu benar-benar perempuan tidak waras! Kamu sudah membunuh semua keluarga aku!" Pekik Amar dengan tatapan ta-jam tanpa basa-basi."Benar-benar gi-la! kamu, Lidiya" Lagi-lagi Lidiya hanya tersenyum sinis dengan santainya. Ia senang melihat Amar begitu marah atas perbuatannya. "Aku memang gi-la, Mas. Aku menjadi gi-la seperti ini karena kamu. Apa yang aku lakukan, Semua itu karena kamu sendiri, Mas. Kamu sendiri yang menyebabkan semua ini terjadi. Bukankah aku sudah pernah bilang sama kamu, Aku akan m
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - POV LidiyaSetelah beberapa menit kemudian, Nura mulai sekarat. "A... A.. " lirihnya kesakitan. Semua orang yang ada disana panik. Amar segera menggenggam telapak tangannya dan menatapnya lirih."Ma-af, Mas... A-ku ha-rus per-gi.." Amar tak berkata apapun. Ia hanya menangis mesti siap kehilangan Nura, setelah ia kehilangan anaknya. "Ikuti aku, Ra..." ucap Via. Ia mendekati Nura dan menurunkan kepalanya untuk membisikan kalimat syahadat ke telinga Nura. "Asyhadu a La ilaha ilallah.... " Ucap Via. Dengan susah payah Nura berusaha mengikuti."Asyh-- ha.. du a... La- i-lah-ha-i-la-lah...." Ucap Nura."Wa.. asyha du an... na.. Muhammadar.... Rasulullah....." Ucap Via lagi. Nura kembali berusaha mengikuti. "Wa.. asyh.. ha..du..an..na..Mu-ha-mad-dar... Ra-su-lu-lah... Huh....." Ucapnya hingga kemudian hembusan nafasnya berakhir. Nura sudah tiada. Air mata pun mengalir dari pelupuk mata Via dan Bu Sinta, juga Amar. Sedangkan, Rasya dan Diana ha
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Maaf (132)"Ya Allah, Tolong jangan ma-tikan aku dulu sebelum aku meminta maaf pada Via dan ibu. Aku ingin menuntaskan dulu semuanya...." lirihku dalam hati dengan sungguh. Selama ini, Aku sangat jarang sekali berdoa apalagi shalat. Aku benar-benar sombong dan telah tertipu oleh segala ujian dunia hingga aku menjadi manusia yang begitu ja-hat.***Nura juga teringat pada Amran. "Amran... Dimana dia ?" Batinnya. Hingga kemudian ia baru tersadar ada suara seorang lelaki yang menangis sesenggukan dan terdengar begitu terpuruk. Hii..hii..hii... Tangis tersebut adalah tangisan Amar yang masih meratapi Amran yang sudah tiada. Amran dirawat di ruangan IGD di sebelah Nura. Mereka hanya terhalang oleh sebuah tirai hijau. Mendengar tangisan Amar, Nura dalam keadaan sangat lemah itu, menjadi cemas. "Apa yang terjadi dengan Amran ?" batinnya lagi. "Ma-s!" Nura pun berusaha memanggil Amar. Namun Amar tak dapat mendengarnya karena suara tangisnya se
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Detik Terakhir[Halo.... Sayang. Aku Lidiya. Sekarang aku ada dirumah kamu. Dalam hitungan menit, kemungkinan kamu akan kehilangan semua keluarga kamu] Jawab seseorang yang ada ditelpon yang langsung diakhiri begitu saja dari sana. Suara wanita yang tidak. asing itu, seketika membuat Amar terkejut. Ia panik. "Lidiya ?! Keluargaku!" ucapnya syock.***Amar segera berdiri, kemudian mengambil kunci mobilnya. "Mereka dalam bahaya!" Ucapnya, sembari melangkahkan kaki keluar pintu ruangannya. Ia segera menuju mobilnya, dengan cepat langsung masuk kedalam mobil, dan tak lama kemudian ia segera melajukan mobilnya dengan kecepatan yang cukup cepat. Ia panik, pikirannya kacau takut terjadi apa-apa pada keluarganya. Di sisi lain, Nura masih meringis kesakitan. Pikirannya kalut, apalagi begitu mendengar suara pecah Alasaka yang semakin membuatnya panik, takut terjadi hal buruk juga pada ibunya dan Amran. "Apa jangan-jangan ka-mu masukan ra-cun ke ma
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Dendam LidiyaLidiya membawa makanan-makanan sup daging sapi yang sudah berisi racun itu ke meja makan. Sedangkan, mangkuk berisi makanan untuk dirinya dan Alaska, sengaja masih ia simpan di dapur agar tidak tertukar dengan makanan-makanan yang sudah dicampur dengan racun. Dengan ramah, ia menaruh satu persatu mangkuk berisi sup sapi itu ke depan Bu Sinta dan Nura. Untuk Amran, Amran makan berdua dengan Bu Sinta, sehingga di satu mangkuk-an, karena Amran mesti disuapi. Aroma lezat dari sup itu membuat siapapun yang menci-umnya, langsung merasa lapar. Hingga tak ada sedikitpun rasa curiga dari Bu Sinta dan Nura pada Lidiya."Aduh, Nak Lidiya. Ibu jadi gak enak gini, sampai disiapkan segala. Makasih ya." ucap Bu Sinta dengan ramah. Lidiya membalasnya dengan berpura-pura tersenyum. "Iya, Bu. Gak papa. Malahan saya seneng banget bisa kumpul sama kalian semua. Saya udah berasa sama keluarga kalo sama kalian. Tahu sendiri, Mas Robby 'kan sibuk
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Botol Racun"Nura, Kamu masih marah sama ibu ? Sudah lama kamu diamkan ibu terus... Ibu tidak tau harus bagaimana lagi untuk bisa mendapatkan maaf kamu, Ra..." ucap Bu Sinta disaat Nura tengah duduk memainkan ponselnya berselancar di sosmed. Sedangkan Amran sudah tidur, setelah ditidurkan oleh Bu Sinta sejak beberapa menit yang lalu. Dan Amar masih berada di restaurant untuk mengecek usaha barunya itu. Itu sebabnya, Sekarang di rumah hanya ada Bu Sinta dan Nura. Dan bagi Bu Sinta, Ini waktu yang tepat untuk ia berbicara serius dengan Nura. Mendengar itu, Nura langsung meletakkan ponselnya ke meja. Suasana hatinya mendadak kesal. Kemudian ia menoleh dengan sengit menatap ibunya itu. "Apa dengan kata ma-af, Ibu bisa membuat aku tidak menjadi anak dari seorang perempuan yang pernah menjadi wanita malam ?!" Bu Sinta hanya terdiam pilu. Sedangkan Nura langsung berdiri. Perasaannya mendadak penuh amarah juga sedih."Apa ibu tau, Hati aku sakit,
MEMBALAS PENGKHIANATAN SUAMI DAN SAHABATKU - Mengobati (128)Rasya mendorong Pak Bram yang sekarang tengah ada dikursi roda, usai diperbolehkan pulang dari rumah sakit. Ia melangkah masuk, Sedangkan Via yang menggendong Adiba, dan Pak Padli yang menggendong Aqila, juga Bu Nazwa, berjalan dibelakang mereka. Hari ini adalah hari penuh bahagia bagi mereka, Karena Rasya dan Pak Bram bisa memiliki hubungan yang baik kembali. "Ayah, Nanti ayah tidur dikamar bawah ya, biar lebih mudah kalo mau ke dapur. Nanti bibi juga akan bantu ayah. Rasya juga akan terus periksa keadaan ayah." Pak Bram mengangguk diiringi senyum.***Hingga kemudian, Pak Bram dan yang lainnya berbincang diruang tengah. Rasya meminta ayahnya itu untuk istirahat, Namun Pak Bram ingin berkumpul dulu dengan keluarganya. "Mas, Aku mau masak dulu, ya ?" ucap Via pada Rasya yang tengah duduk di sampingnya."Oh, Iya. Adiba biar aku yang gendong." Rasya mengambil alih Adiba dari pangkuan Via. "Adiba, Sama ayah dulu ya." Adiba