Ternyata Azka hnya sendirian, dia tengah duduk di meja yang dekat dengan kolam ikan dan taman, memang meja sebelah sana menjadi tempat favorit bagi sebagian orang karena tempatnya yang enak untuk bersantai."Hei, maaf menunggu lama ya?" sapa Lila saat dirinya sudah berada di dekat meja yang Azka singgahi."Eh, enggak kok baru saja," jawab Azka sembari tersenyum kearah Lila."Maaf, Bapak ada perlu sama saya?""Iya sedikit, eh tapi tolong jangan panggil Bapak, Aku rasa kita hampir seumuran deh hanya tua Aku sedikit saja.""Oh, gitu ya, terus saya panggil apa dong enaknya?""Panggil nama, Mas atau kalau bisa sih panggil sayang," ucap Azka pada Lila tapi saat mengucapkan Kata sayang Azka memelankan suaranya, hanya saja Lila masih tetap bisa mendengarnya."Apa katamu?" ucap Lila sembari memelototkan matanya."Hehehe nggak kok bercanda, mari silahkan duduk.""Oke terimakasih Mas Azka.""Baik, jadi Aku kemari ingin memakai jasa catering di restoran mu untuk menu makan siang karyawan di kanto
"Hap, hap, hap, banjir, banjir," ucap Riana dengan nafas tersengal-sengal karena disiram air."Banjir-banjir, banjir lokal ya, bangun udah siang, enak betul hidupmu, udah numpang malah bangun siang lagi!" hardik Bu Widya pada Riana."Maaf Bu, Aku kesiangan.""Yaudah cepetan sana masak, kami semua sudah lapar, bisa mati kelaparan kalau menunggumu bangun, kamu disini tuh cuma numpang jadi harap tau diri!""Baik Bu," ucap Riana, setelahnya Bu Widya pun pergi meninggalkan Riana dalam kondisi basah karena disiram air."Huh, dasar nenek lampir, awas saja Aku balas kau nanti," batin Riana.Bergegas Riana bangun dari tempat tidurnya dan segera membereskan kasurnya yang sudah setengah basah, kemudian Riana pun mencuci muka dan menggosok giginya, lantas setelah itu Riana pun mengganti bajunya dengan baju yang lumayan seksi, itu ia lakukan karena memang sengaja ingin membuat keributan pada keluarga Mirza sekali lagi."Hemmm, perfect, Aku sudah cantik dan seksi, bersiaplah kalian untuk mengikuti
"Kok kamu salahin suamiku, salahin tuh istrimu, lagian ngapain pake baju begitu.""Lho wajar dong, Riana berniat menyenangkan pandangan mataku, lha kakak juga sama pake baju kurang bahan begitu.""Ya ini Kakak juga menyenangkan pandangan Mas Rian lah.""Yaudah, kan sama-sama menyegarkan pandangan masing-masing suaminya, jadi ya jangan celamitan sama istri orang!""Mas, sudah-sudah, Aku gak apa kok Mas, ini hanya salah paham, lebih baik sekarang kita sarapan yuk Mas," ajak Riana pada Mirza."Yaudah kebetulan Aku juga lapar.""Ayo Kak Desi, Kak Rian, kita sarapan bareng-bareng," ucap Riana dengan senyuman manisnya ke arah Rian, jelas saja Rian pun terkesima hingga Riam lupa kalau dirinya tengah diperhatikan sang istri."Mas! Mata kamu itu mau Aku colok ha!" sentak Desi pada Rian."Eh, maaf maaf Dek, jangan galak-galak dong, ntar cantiknya ilang lho.""Yudah ayo sarapan, keburu rusak nanti moodku."Kelurga Bu Widya pun berkumpul di meja makan dengan menu berupa nasi goreng dengan toping
"Gak tau tiba-tiba sakit perut Ibu nih, Minggir Ibu mau ke toilet, udah gak tahan," Bu Widya berjalan miring melewati Sinta yang duduk disebelahnya, tapi pada saat sampai di depan tubuh Sinta tiba-tiba saja Bu widya kentut dan meninggalkan aroma busuk di hidung Sinta."Prot, prot tokotok tokotok, broooot…""Aaaaaa, Ibuuuu, kenapa kentut di depan muka Aku sih! Mana bau banget lagi!" pekik Sinta sembari menutup hidungnya, sontak saja semua orang yang ada disana pun ikut menutup hidungnya karena takut aroma busuk itu juga masuk kedalam hidung mereka.Setelah itu Bu Widya pun setengah berlari menuju wc, sembari memegangi perut juga bokon*nya."Ibu kenapa sih, tiba-tiba begitu?" tanya Desi."Mana ku tahu," ucap Sinta sembari mengedikkan bahunya."Mungkin aja Ibu tadi salah makan makanya tiba-tiba sakit perut," ucap Rian."Ya, mungkin saja, ya udah yuk lanjut lagi sarapannya."Desi, Sinta, dan Rian melanjutkan makan mereka yang sempat tertunda, sementara Riana dan Mirza sedari tadi sudah me
Riana kini sedang berada dikamar Mirza, apalagi kalau bukan Mirza ingin meminta haknya pada Riana, tapi tentu saja Riana yang sekarang tidak lagi bodoh, Riana punya seribu alasan untuk menolak keinginan Mirza tersebut."Ri, Mas pengen minta dong," ucap Mirza sembari memeluk Riana dari belakang."Minta apa Mas?" "Minta jatah.""Eumm Mas, Aku mau minta uang dong.""Uang Mas habis Ri, kan kamu udah lama gak ambil pelanggan lagi.""Emangnya Mas masih rela Aku dijamah sama laki-laki lain?""Sebenarnya sih enggak, tapi mau gimana lagi Ri, kebutuhan kita banyak, terutama Ibu dan Sinta," ucap Mirza dengan tidak tahu malunya."Cih! Dasar laki gak berguna, dia pikir akan bisa memperalatku seperti dulu lagi apa!" batin Riana."Terus gimana enaknya?""Enaknya ya kamu tetap ambil pelanggan Ri, gimana? Kamu mau kan? Mas janji deh Mas akan selalu menyayangimu.""Tapi Mas, tapi Aku takut," ucap Riana berpura-pura."Takut apa, kan ada Mas yang akan selalu melindungimu," ucap Mirza yang kini sudah mem
"Bersabarlah Mas, kehancuran akan segera menghampirimu, nanti setelah kehancuranmu datang, target berikutnya adalah Ibu dan kedua kakakmu bahkan Kakak iparmu pun akan sama hancurnya dengan dirimu." gumam Riana dalam hati. "Hallo, Mbak," ucap Riana pada Lila melalui telepon. Saat ini Riana sedang berada di minimarket dekat rumah mereka, Riana mencuri waktu untuk menghubungi Lila dan berkoordinasi dengan Lila mengenai rencana mereka. "Iya Ri, gimana rencana kita? Pokoknya sidan perceraian Mbak luda semua sudah harus selesai lho," jawab Lila dari seberang telepon. "Insyaallah akan Aku usahakan Mbak, Aku juga sebenarnya udah gak betah disini, jijik Aku Mbak kalau harus bermesra-mesraan sama Mas Mirza terus, apalagi Mas Mirza sekarang maunya nempel terus dah kayak perangko." "Ya berarti bagus dong, berarti rencana kita hampir berhasil." "Iya sih Mbak, cuma ya jijik aja gitu Mbak, kalau bukan karena misi ini sudah Aku tendang itu burung nya biar nyaho sekalian." "Hahahaha kamu ini bis
[Wah, lumayan mahal ya Pak][Itu sudah murah Pak, soalnya masih muda dan sangat cantik Pak, kulit mulus terawat body oke punya Pak, dijamin gak akan menyesal deh, soalnya dia juga baru 2 kali saja Pak melayani pelanggan, dan kedua pelanggan itu sangat puas dengan pelayanan yang diberikan oleh anak buah (wanita penghibur) saya ini][Ooo gitu ya, Bapak punya anak buah berapa? Biar saya bisa milih][Waduh, untuk saat ini baru satu sih Pak, rencana sih memang ada untuk menambah anak buah lagi, tapi belum terealisasikan Pak, tapi saya berani jamin kalau anak buah saya yang satu ini gak akan mengecewakan, kalau nanti mengecewakan saya akan mengembalikan separuh uang Bapak, gimana Pak?][Bisa saya minta fotonya Pak?][Oh, boleh Pak]Lalu beberapa detik kemudian Mirza pun mengirim foto Riana pada si pengirim pesan tersebut.Cukup lama Mirza menunggu balasan dari orang tersebut tapi orang itu tidak juga membalasnya.Hingga akhirnya saat Mirza hampir terlelap karena mengantuk saat menunggu, akh
"Jadi gini, Mas mau tanya, tamu bulanan mu kapan selesai?" ucap Mirza, Riana sempat berfikir sejenak hingga akhirnya Riana teringat jika hari ini pasti Mirza sudah mendapatkan pesan dari seseorang yang memang sudah bersekongkol dengan Riana dan Lila."Besok udah selesai kok Mas," jawab Riana tenang."Jadi gini, Mas tadi ada di chat sama seseorang, nah orang itu ingin menggunakan jasa kamu, dia sangat tertarik sama kamu Dek, bahkan dia mau membayar dua kali lipat kalau permainanmu sangat bagus, dan kamu tahu, keuangan kita semakin menipis, jadi Mas harap kamu mau ya.""Emmm gimana ya Mas.""Ayolah, sayang kalau gak diambil, kapan lagi dapat pelanggan yang royal begini.""Hemm, baiklah Mas, atur aja gimana enaknya, apapun yang kamu inginkan pasti aku turuti," ucap Riana sembari memasang senyuman terbaiknya, anggap saja senyuman terbaik terakhir yang Riana berikan pada Mirza."Serius Dek?""Iya Mas, apa sih yang enggak buat kamu.""Makasih ya Dek, Mas seneng banget deh," ucap Mirza semba