"Gak tau tiba-tiba sakit perut Ibu nih, Minggir Ibu mau ke toilet, udah gak tahan," Bu Widya berjalan miring melewati Sinta yang duduk disebelahnya, tapi pada saat sampai di depan tubuh Sinta tiba-tiba saja Bu widya kentut dan meninggalkan aroma busuk di hidung Sinta."Prot, prot tokotok tokotok, broooot…""Aaaaaa, Ibuuuu, kenapa kentut di depan muka Aku sih! Mana bau banget lagi!" pekik Sinta sembari menutup hidungnya, sontak saja semua orang yang ada disana pun ikut menutup hidungnya karena takut aroma busuk itu juga masuk kedalam hidung mereka.Setelah itu Bu Widya pun setengah berlari menuju wc, sembari memegangi perut juga bokon*nya."Ibu kenapa sih, tiba-tiba begitu?" tanya Desi."Mana ku tahu," ucap Sinta sembari mengedikkan bahunya."Mungkin aja Ibu tadi salah makan makanya tiba-tiba sakit perut," ucap Rian."Ya, mungkin saja, ya udah yuk lanjut lagi sarapannya."Desi, Sinta, dan Rian melanjutkan makan mereka yang sempat tertunda, sementara Riana dan Mirza sedari tadi sudah me
Riana kini sedang berada dikamar Mirza, apalagi kalau bukan Mirza ingin meminta haknya pada Riana, tapi tentu saja Riana yang sekarang tidak lagi bodoh, Riana punya seribu alasan untuk menolak keinginan Mirza tersebut."Ri, Mas pengen minta dong," ucap Mirza sembari memeluk Riana dari belakang."Minta apa Mas?" "Minta jatah.""Eumm Mas, Aku mau minta uang dong.""Uang Mas habis Ri, kan kamu udah lama gak ambil pelanggan lagi.""Emangnya Mas masih rela Aku dijamah sama laki-laki lain?""Sebenarnya sih enggak, tapi mau gimana lagi Ri, kebutuhan kita banyak, terutama Ibu dan Sinta," ucap Mirza dengan tidak tahu malunya."Cih! Dasar laki gak berguna, dia pikir akan bisa memperalatku seperti dulu lagi apa!" batin Riana."Terus gimana enaknya?""Enaknya ya kamu tetap ambil pelanggan Ri, gimana? Kamu mau kan? Mas janji deh Mas akan selalu menyayangimu.""Tapi Mas, tapi Aku takut," ucap Riana berpura-pura."Takut apa, kan ada Mas yang akan selalu melindungimu," ucap Mirza yang kini sudah mem
"Bersabarlah Mas, kehancuran akan segera menghampirimu, nanti setelah kehancuranmu datang, target berikutnya adalah Ibu dan kedua kakakmu bahkan Kakak iparmu pun akan sama hancurnya dengan dirimu." gumam Riana dalam hati. "Hallo, Mbak," ucap Riana pada Lila melalui telepon. Saat ini Riana sedang berada di minimarket dekat rumah mereka, Riana mencuri waktu untuk menghubungi Lila dan berkoordinasi dengan Lila mengenai rencana mereka. "Iya Ri, gimana rencana kita? Pokoknya sidan perceraian Mbak luda semua sudah harus selesai lho," jawab Lila dari seberang telepon. "Insyaallah akan Aku usahakan Mbak, Aku juga sebenarnya udah gak betah disini, jijik Aku Mbak kalau harus bermesra-mesraan sama Mas Mirza terus, apalagi Mas Mirza sekarang maunya nempel terus dah kayak perangko." "Ya berarti bagus dong, berarti rencana kita hampir berhasil." "Iya sih Mbak, cuma ya jijik aja gitu Mbak, kalau bukan karena misi ini sudah Aku tendang itu burung nya biar nyaho sekalian." "Hahahaha kamu ini bis
[Wah, lumayan mahal ya Pak][Itu sudah murah Pak, soalnya masih muda dan sangat cantik Pak, kulit mulus terawat body oke punya Pak, dijamin gak akan menyesal deh, soalnya dia juga baru 2 kali saja Pak melayani pelanggan, dan kedua pelanggan itu sangat puas dengan pelayanan yang diberikan oleh anak buah (wanita penghibur) saya ini][Ooo gitu ya, Bapak punya anak buah berapa? Biar saya bisa milih][Waduh, untuk saat ini baru satu sih Pak, rencana sih memang ada untuk menambah anak buah lagi, tapi belum terealisasikan Pak, tapi saya berani jamin kalau anak buah saya yang satu ini gak akan mengecewakan, kalau nanti mengecewakan saya akan mengembalikan separuh uang Bapak, gimana Pak?][Bisa saya minta fotonya Pak?][Oh, boleh Pak]Lalu beberapa detik kemudian Mirza pun mengirim foto Riana pada si pengirim pesan tersebut.Cukup lama Mirza menunggu balasan dari orang tersebut tapi orang itu tidak juga membalasnya.Hingga akhirnya saat Mirza hampir terlelap karena mengantuk saat menunggu, akh
"Jadi gini, Mas mau tanya, tamu bulanan mu kapan selesai?" ucap Mirza, Riana sempat berfikir sejenak hingga akhirnya Riana teringat jika hari ini pasti Mirza sudah mendapatkan pesan dari seseorang yang memang sudah bersekongkol dengan Riana dan Lila."Besok udah selesai kok Mas," jawab Riana tenang."Jadi gini, Mas tadi ada di chat sama seseorang, nah orang itu ingin menggunakan jasa kamu, dia sangat tertarik sama kamu Dek, bahkan dia mau membayar dua kali lipat kalau permainanmu sangat bagus, dan kamu tahu, keuangan kita semakin menipis, jadi Mas harap kamu mau ya.""Emmm gimana ya Mas.""Ayolah, sayang kalau gak diambil, kapan lagi dapat pelanggan yang royal begini.""Hemm, baiklah Mas, atur aja gimana enaknya, apapun yang kamu inginkan pasti aku turuti," ucap Riana sembari memasang senyuman terbaiknya, anggap saja senyuman terbaik terakhir yang Riana berikan pada Mirza."Serius Dek?""Iya Mas, apa sih yang enggak buat kamu.""Makasih ya Dek, Mas seneng banget deh," ucap Mirza semba
"Kamu cantik sekali sayang, seandainya hari ini tidak ada pelanggan tentu saja kamu akan Mas makan sekarang juga," ucap Mirza sembari memeluk Riana dengan tangannya yang bergerilya ke bagian tubuh sensitif Riana."Mas bisa saja, Aku kan memang selalu cantik, dan itu juga untuk Mas, tapi untuk hari ini Aku harus menemani pelanggan dulu, ini semua kan demi kita juga, udah yuk nanti terlambat, nanti kalau pelanggan kecewa malah kita yang repot kan," ucap Riana sembari menoel ujung hidung Mirza."Yah baiklah, meskipun ada sedikit rasa gak rela tapi mau gimana lagi, demi uang banyak Mas harus merelakanmu.""Yaudah yuk," ucap Riana melepaskan pelukan tangan Mirza dan kini sudah menggandeng Mirza untuk keluar kamar.Saat Riana dan Mirza berjalan melewati ruang televisi ternyata disana Desi dan Bu Widya sedang bersantai tapi Sinta dan Rian entah ada dimana mereka."Mau kemana kamu Mir?" tanya Bi Widya pada Mirza."Ini Bu, mau nemenin Riana nemuin pelanggannya.""Biasa Bu, mau ngel*nte dia, up
"Kamu benar Dek, Kak Desi pasti iri sama kita karena setelah ini kita akan dapat banyak uang," ucap Mirza pada akhirnya sembari berjalan mengekor di belakang Riana."Awas aja kamu Mir, kalau sampai ketangkep kita gak mau ngurusin kamu!" pekik Desi, tapi Mirza tidak menghiraukannya, Mirza terus saja berjalan mengikuti Riana menuju mobilnya."Udah Mas gak usah dengerin, nanti kamu sumpal aja mulut Kakak mu itu dengan segepok uang, pasti nanti dia yang malu sendiri," ucap Riana saat dirinya dan Mirza sudah berada di dalam mobil."Kamu benar Dek, yasudah ayo kita berangkat, kamu sudah siapkan?""siap dong, cuss lets go, kita menjemput rezeki," ucap Riana yang berpura-pura bahagia.Mobil pun membelah padatnya jalanan di kota itu, dengan lihai Mirza membawa mobil agar tidak terlambat untuk segera sampai ke tempat tujuan, karena Mirza tidak mau jika pelanggan kelas kakakpnya ini sampai kabur.****Mobil Mirza sudah ada di parkiran area hotel, Riana pun turun dan bergegas menuju ke dalam hote
"Saya juga senang jika pelanggan puas, saya jamin, Riana ini tidak akan mengecewakan anda Pak.""Tentu saja, saya tidak akan kecewa dengan Riana, ya sudah Pak ini uang sisa pembayaran nya ya, dan Bapak bisa keluar dari sini, karena saya sudah tidak sabar untuk segera memiliki Riana malam ini," ucap Efendi sembari memberikan sejumlah uang dalam amplop coklat."Hahaha Bapak tenang saja, Saya paham, baiklah saya pamit, Riana kamu baik-baik ya, jangan kecewakan tamu kita yang satu ini," ucap Mirza sembari berniat memasukkan uang itu ke dalam saku jaketnya.Tapi belum sempat Mirza memasukkan uang itu, tiba-tiba sebuah suara mengagetkannya."Jangan bergerak, Anda sudah tertangkap basah dan terkepung!" ucap seseorang pada Mirza, dan ternyata orang itu adalah salah satu anggota kepolisian yang sedari awal sudah mengintai Mirza.Mirza terpaku, dalam hatinya ia sedikit tidak percaya jika nasib naas telah menghampirinya, Mirza menoleh ke arah Riana dan Efendi."Jadi kau adalah salah satu dari me
"Oh iya, Ibu sampai lupa soal itu, karena kebetulan orangtua Rian juga sudah gak ada jadi harusnya memang Desi yang dapat.""Nah alasan kenapa gak dari kemarin-kemarin mereka berikan ini sama kalian, karena mereka mengira Kak Desi juga ikut meninggal dalam musibah kebakaran itu, sementara mereka taunya kalau orangtua Rian pun sudah tidak ada.""Lalu bagaimana bisa kamu tahu dan yakin jika dana itu akan diberikan pada kami sebagai wakil dari Kak Desi? ""Sebelumnya aku memang ke kantor Mas Rian, dan memperbincangkan masalah ini, dan alhamdulilahnya ternyata mereka juga mencari keluarga dari Mas Rian, yah jadi mereka minta aku sampaikan ke kalian masalah ini, jadi besok kalian bisa ke kantor mas Rian untuk mengurus masalah ini. ""Tapi Lila, surat nikah, kartu keluarga dan dokumen lainnya kan ikut terbakar di rumah Kak Desi. ""Kalian tenang saja. Kan mereka pasti menyimpan datanya
Sinta dan Bu Widya saling tatap mendengar ucapan Lila."Kalau Ibu tidak keliling bagaimana kami mau makan Lila, penghasilan kami hanya dari berkeliling itu.""Ibu tenang saja, kami sudah menyiapkan warung untuk Ibu dan juga Sinta berjualan, letak warungnya di ruko depan sana, di sana lebih strategis tempatnya, jadi kalian bisa berjualan sekalian tinggal disana, nanti kalian tambah saja di menu jualan kalian, seperti gorengan, berbagai macam es, dan menu sarapan lainnya, dan kurasa pasti laku karena ruko yang ku pilih tempatnya selain strategis juga ramai. " jelas Lila."Ya Allah Lila, terimakasih banyak, Ibu dan Sinta sangat berhutang budi pada kalian, sekali lagi terimakasih. " Riana, Lila, Sinta dan juga Bu Widya pun saling berpelukan."Assalamualaikum, " ucap Lila memberikan salam saat berada di muka pintu warung mantan mertuanya.Sudah Tiga bulan, Bu Widya d
"Iya boleh, silahkan.""Ibu ayo bangun, ngobrolnya didalam saja, gak enak juga diliat tetangga. "Dan benar saja, sudah ada beberapa tetangga yang melihat Bu Widya bersimpuh di kaki Lila dengan tatapan heran.Lila, Azka, Riana, Bu Widya dan juga Sinta akhirnya masuk kedalam rumah mungil itu."Maaf sebelumnya kenalkan ini Mas Azka, dia suamiku, kami baru saja menikah Tiga bulan yang lalu, dan tentunya kalian pasti heran kami bisa tau tempat tinggal kalian dan kedatangan kami yang secara tiba-tiba."Sinta dan Bu Widya masih terdiam, menyimak apa yang diucapkan oleh Lila."Sebetulnya sudah lama aku ingin menemui kalian, tapi sayang aku baru tau kalian disini setelah aku mencari-cari info tentang kalian, dan aku turut prihatin atas apa yang terjadi pada Kak Desi dan juga Rian. "Sinta dan Bu Widya saling bertatapan, ya, mere
"Bukankah itu sudah tugas kita pada sesamanya untuk saling memaafkan, Tuhan saja maha pemaaf, lalu apalah hak ku yang hanya seorang hambanya untuk tidak memaafkan kesalahan mereka, o iya Mas, boleh aku minta sesuatu padamu? ""Boleh dong sayang, katakan saja apa yang kamu inginkan. ""Tolong cari tahu tentang keadaan keluarga mantan suamiku, soalnya aku punya firasat yang tidak mengenakkan, bisa gak Mas? ""Bisa dong, apa sih yang gak buat kamu. ""Makasih ya Mas. ""Iya sama-sama sayang, secepatnya aku akan kasih kamu kabar. Sekarang kita turun yuk gak enak sudah di tunggu Mama sama Papa dibawah. ""Yaudah yuk Mas. "Lila dan Azka pun beranjak dari tempatnya dan menuju dimana Mama dan Papa mereka berada.****Dua bulan berlalu setelah Lila meminta tolong pada suaminya untuk mencari tahu keb
Setelah berhasil lepas, beberapa orang langsung menyergap Desi dan mengikatnya, Desi meronta meminta untuk dilepaskan.Cacian dan makian tak henti-hentinya ia lontarkan terutama pada Lila, dendam dan benci yang teramat dalam membuat Desi kehilangan setengah dari kewarasannya.Setelah petugas datang akhirnya Desi pum di bawa untuk diamankan."Kamu gak papa sayang? ""Alhamdulilah enggak Mas, aku gak pernah nyangka jika Kak Desi kehidupannya akan menjadi seperti ini, setelah resmi bercerai dari adiknya aku sama sekali gak pernah berhubungan dengan mereka," ucap Lila dengan wajah sendu meskipun Desi dan keluarganya pernah menyakitinya tapi betapa Lila tidak tega jika harus melihat kondisi mantan iparnya menjadi seperti itu."Ya Sudah mungkin itu karma atas perbuatan jahat mereka padamu, mending sekarang kita pulang, Mama dan Papa sudah menunggu kita dirumah."
"Gak tau sayang mungkin saja ada perbaikan jalan, coba biar Mas aku cek dulu ke depan sana. ""Aku ikut Mas, ""Kamu disini aja, nanti capek lho, ke depan sana jauh. ""Gak papa, aku malas nunggu sendirian di mobil.""Yasudah ayo, tapi mobilnya aku parkirin dulu di depan situ ya," ucap Azka sembari menunjuk halaman luas di depannya."Iya tapi izin dulu sama pemiliknya. ""Oke. "Setelah Azka dan Lil memarkirkan mobil mereka, keduanya pun berjalan untuk melihat apa penyebab kemacetan sore itu."Kalian semua bren*sek, gak ada yang bisa merebut hati suamiku selain aku! Cuma aku yang bisa memiliki nya cuma aku, hahahahaha! "Samar-samar Lila dan Azka mendengar suara caci maki keributan di depan sana."Ada apa sih Mas? ""Gak tau, coba kita ta
"Bu, Sinta mohon jangan larang Sinta, Sinta mau berbakti sama Ibu walaupun gak seberapa, ya Bu jangan larang Sinta. ""Ya Sudah terserah kamu saja, tapi Ibu gak mau kamu terlalu capek. ""Iya Ibu tenang saja, insyaallah aku gak akan kenapa-napa. " lalu Sinta dan Bu Widya pun saling berpelukan.*****"Orang gila, orang gila, orang gila, " suara sorak anak-anak mengiringi langkah kaki Desi yang terseok."Aku bukan orang gila! Pergi kalian! " hardik Desi menatap murka pada segerombolan anak-anak itu."Orang gilanya ngamuk woi, kabuuurrrrr!" seru segerombolan anak-anak itu melarikan diri.Empat bulan setelah kejadian kebakaran itu Desi harus merelakan sebelah kakinya diamputasi, karena kaki Desi yang tertimpa bara dari kayu rangka atap rumah Desi tidak bisa diselamatkan lagi. Ditambah lagi Desi harus kehi
Sinta dan Bu Widya memang sebenarnya terpaksa berbelanja di warung Bu Sanah, karena hanya warung Bu Sanah yang mau menjual eceran pada mereka, sedangkan warung lain jika membeli beras minimal Satu kilo tidak boleh kurang sedangkan uang Bu Widya dari hasil berjualan nasi pecel dan gorengan tidak mencukupinya.Setelah menerima uang dari Bu Widya. Sinta pun berlalu dan menuju warung Bu Sanah untuk membeli beras dan seperempat telur."Bu beli beras sekilo sama telur seperempat, " ucap Sinta saat dirinya sampai di warung Bu sanah."Tumben beli banyak Sin, biasanya juga beras setengah kilo sama telur sebiji doang, " ujar Bu Sanah dengan bibir tersungging sinis."Iya Bu, alhamdulillah Ibu saya jualannya hari ini sedang laris jadi bisa bawa pulang uang yang lumayan. ""Makanya Sin, jadi perempuan itu kudu cekatan, kudu mandiri kudi bisa kerja, jangan ngandelin ora
"Bagaimana saksi, sah? " tanya penghulu pada para saksi."Sah. ""Sah. ""Sah. ""Sah. ""Alhamdulilah, " ucap semua para tamu undangan.Setelahnya Lila pum mencium takzim tangan Azka yang kini sudah menjadi suaminya.Ya, hari ini adalah hari pernikahan antara Azka dan juga Lila, Azka merasa sangat beruntung bisa mendapatkan wanita mandiri, kuat, cantik dan sederhana seperti Lila, tidak seperti kebanyakan para wanita yang sebelum-sebelumnya yang mengejarnya.