"Apa Mas! Gugurkan kandungan? Tidak, tidak Mas, Aku tidak Mau, sudah cukup banyak dosa yang telah aku perbuat Mas.""Setuju atau tidaknya kamu itu gak penting buatku, kamu tidak boleh menolak dan jangan coba-coba melawan.""Mas, Aku mohon jangan lakukan itu," hiba Riana sembari meneteskan air mata."Diam! Jangan banyak bicara, sebentar lagi kita akan sampai, kau nurut saja padaku, bukankah kau menginginkan maaf dariku?"Riana hanya bisa menangis menghadapi perubahan sifat san sikap dari Mirza."Seperti inikah dulu perlakuan Mas Mirza pada Mbak Lila? Sungguh bodoh diriku yang sudah termakan bujuk rayunya," Riana merutuki dirinya dalam hati."Aku tidak akan membiarkan anak ini digugurkan, bagaimanapun caranya aku akan mempertahankan anak ini, ya… nanti aku akan kabur saja," begitu batin Riana.****Mobil Mirza telah sampai di depan halaman rumah seorang dukun beranak, Mirza bergegas turun dan menarik tangan Riana untuk mengikutinya, tapi saat Mirza dan Riana sudah sampai di depan pintu
Ya, ternyata yang Lila tabrak adalah Riana, kondisinya cukup memprihatinkan dengan luka di kepala bagian belakang dan kaki juga tangannya berdarah."To… lo...ng," ucap Riana terbata sembari menjulurkan tangannya pada Lila."Riana kamu masih sadar? Kamu dengar Aku Ri, kamu masih sanggup berdiri? Biar aku bantu, kita ke mobil dan segera ke rumah sakit," ucap Lila pada Riana dan hanya di jawab anggukan pelan oleh Riana."Oke baik, sekarang Aku mau mapah kamu, kamu pegang tangan Aku ya," Lila memegang tangan Riana dan membantunya untuk berdiri.Perlahan Lila membantu Riana masuk ke dalam mobilnya dan mendudukkan Riana di jok bagian belakang.Dengan cepat Lila memacu laju kendaraannya memutar arah balik kembali ke kotanya, Lila membatalkan niatnya untuk pergi ke panti asuhan tempatnya dibesarkan demi untuk menolong Riana san madu.*****Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 30 menit, akhirnya kendaraan Lila sampai di pelataran rumah sakit, Lila menghentikan mobilnya tepat didepan ruang
"Kamu ini gimana sih, dia itu kan bank berjalan kita, kalau gak ada dia gimana kita bisa melanjutkan hidup!" Bu Widya histeris karena telah kehilangan tambang uangnya."Ya gimana Bu, Aku gak nyangka jika Riana berani kabur seperti itu.""Memangnya kamu mau gugurin kandungan Riana dimana?""Di rumah dukun beranak Bu, Aku pernah dikasih tau temanku dulu kalau disana ada seorang dukun beranak yang juga menerima jasa aborsi.""Kamu ini bodoh sekali sih Mirza, kalau hanya menggugurkan kandungan ngapain mesti kesana, tinggal kamu beli saja obat penggugur kandungan, dan berikan pada Riana dengan dalih kalau itu vitamin untuknya.""Ya kalau gugur Bu, kalau tidak gimana? Kalau di tempat dukun itu sudah dijamin pasti akan hilang anaknya.""Terserah kamulah, pokoknya Ibu gak mau tau, kamu harus segera menemukan Riana, karena Ibu gak mau kelaparan, o iya Ibu minta duit dong!""Duit? Untuk apa? Bukannya baru kemarin Aku kasih Ibu uang 5 juta?""Sudah habis, Ibu belikan tas branded, dan sekarang Ib
"Dokter gimana keadaan teman saya?" tanya Lila pada Dokter yang baru saja keluar dari ruangan Riana."Alhamdulilah pasien tidak ada luka serius, hanya saja, Saya tidak bisa menyelamatkan anak yang dikandungnya." ucap Dokter dengan wajah sendu."Apa! Teman Saya sedang hamil Dok?" ucap Lila yang terkejut dengan penuturan Dokter."Ya, pasien sedang hamil kurang lebih 5 minggu, tapi janin tidak bisa bertahan didalam rahimnya, karena benturan yang sangat kuat, Saya sudah berusaha semaksimal mungkin, kalau begitu Saya permisi dulu."Lila hanya menganggukkan kepala menjawab ucapan sang Dokter."Jadi Riana sedang hamil, hamil anak siapa? Anak Mas Rian atau Mas Mirza?" gumam Lila dalam hati.Lila berjalan menuju ranjang yang dipakai Riana, Lila mengamati Riana dalam, banyak pikiran berkecamuk di dalam otaknya, gadis yang dulu sudah ia anggap sebagai Adiknya sendiri itulah yang tega menjadi duri dalam rumah tangganya.Ah… betapa Lila tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Riana, karena gadis itu mas
"Apa maksudmu gara-gara Mas Mirza, bukankah Kau sudah tidak bersamanya semenjak hari pernikahan itu?""Sebenarnya Aku sudah tinggal kembali bersama Mas Mirza dan keluarganya, tapi, tapi, hiks hiks hiks.""Ceritalah Riana, siapa tau Aku bisa membantumu."Kemudian mengalirlah cerita Riana mulai dari dirinya pertama datang ke rumah Desi, diminta untuk memenuhi semua keinginan Mirza dari bentuk permintaan maaf Riana, hingga akhirnya Mirza yang tega menjualnya pada pria hidung belang hanya untuk memenuhi gaya hidup Mirza dan keluarganya."Kurang ajar! Aku tidak menyangka jika Mas Mirza akan berbuat hal keji seperti itu, jadi kemarin kau kabur dari kejaran Mas Mirza hingga akhirnya menabrak mobilku yang sedang melaju?""Iya Mbak, kemarin itu Mas Mirza berniat menggugurkan kandunganku, karena menurutnya jika Aku hamil maka itu akan menghambat pekerjaanku sebagai pelacur," Riana menundukkan kepalanya lebih dalam, bahunya berguncang karena isak tangis yang dikeluarkannya.Betapa berat nasib ya
"Maafkan Aku Mbak, sungguh Aku menyesal.""Sudahlah lupakan itu, yang penting sekarang Kau dan Aku bersatu bersama-sama kita menghancurkan mereka, hancur, sehancur-hancurnya, lagian yang dilakukan Mirza dan keluarganya sudah termasuk tindakan kriminal, yakni human trafficking.""Baiklah Mbak, Aku setuju, Aku justru berterima kasih sekali karena Mbak Lila sangat baik padaku yang sudah terlalu jahat padamu, sekali lagi terimakasih Mbak." ucap Riana sembari memeluk Lila, sementara Lila hanya tersenyum mendengar ucapan Riana."Kali ini riwayatmu akan tamat Mas," gumam Riana dalam hati.****"Sayang, kamu sungguh hebat, Aku sangat puas," ucap sang Pria pada sang Wanita."Aku juga puas sayang, kamu juga hebat, tapi…""Tapi kenapa?""Kalau sampai kita ketahuan sama Desi gimana?""Ya jangan sampai ketahuan dong, emangnya kamu mau diusir dari rumahnya?" " Ya, ya enggak dong Mas.""Makanya itu, jika kita ingin melepaskan hasrat ya mending kita keluar cari hotel, maksudnya cari aman gitu, kayak
"Permisi," ucap Riana setelah mengetuk pintu ruang pribadi Lila."Masuk," sahut Lila dari dalam.Riana membuka pintu setelah mendapat persetujuan dari Lila, dan masuk kedalam ruang pribadi Lila."Masuklah, sini duduk disampingku, Aku mau bicara sama kamu," ucap Lila sembari menepuk sofa di sebelahnya."Iya Mbak.""Apa kamu sudah siap untuk bekerja sama denganku?" tanya Lila saat Riana sudah mendaratkan tubuhnya disofa."Aku siap Mbak, karena memang itu yang Aku nanti.""Baik, tapi rencana ini lumayan beresiko, tapi insyaallah Aku pastikan kalau Mirza dan keluarganya akan hancur.""Kalau boleh tau apa itu Mbak?""Kamu harus kembali ke tempat Mirza dan keluarganya, kamu buat seolah-olah kamu masih ingin terus bersama Mirza dan melakukan apapun yang Mirza minta termasuk menjualmu.""Tapi Mbak…""Dengar dulu, Aku belum selesai bicara.""Kamu mengikuti kemauan Mirza bukan lantas kamu betul-betul kembali menjadi pelacur, tapi dalam arti kita menjebaknya.""Maksudnya Mbak?""Kamu tau kan per
"Pagi katamu! Kamu gak lihat jam, ini sudah jam berapa Mirza! Jam 11 kamu bilang masih pagi! Mau Ibu guyur kamu!""Iya iya ah, apa sih Bu, ada apa?""Ada apa, ada apa, cari duit, jangan molor aja kerjanya, kamu kira duit bakal dateng dengan tidur ha!""Duh, Ibu mau kerja apa, sekarang ini susah cari kerjaan, selama ini Aku kerja kan hanya mengelola restoran milik Lila saja.""Mirza, Mirza, percuma Ibi sekolahin kamu tinggi-tinggi, tapi bodoh mu masih melekat, ya kamu kerja apa kek, kuli kek, tukang panggul pasar kek."" Dih, ogah, masa orang seganteng Aku mau kerja jadi kuli sih, gak level.""Terus kamu mau kerja apa, liat noh si Rian, meskipun dia bajingan tapi dia punya banyak uang karena dia bekerja, apalagi dia seorang pns sudah pasti hidupnya terjamin.""Iya iya ah, yaudah Aku mandi dulu, ntar cari kerja.""Yaudah sono cepetan!""Iya."Mirza pun mengikuti ucapan Ibunya, Mirza menyambar handuk yang tergeletak diatas bangku yang ada di kamarnya, lalu masuk ke kamar mandi.Semenjak
"Oh iya, Ibu sampai lupa soal itu, karena kebetulan orangtua Rian juga sudah gak ada jadi harusnya memang Desi yang dapat.""Nah alasan kenapa gak dari kemarin-kemarin mereka berikan ini sama kalian, karena mereka mengira Kak Desi juga ikut meninggal dalam musibah kebakaran itu, sementara mereka taunya kalau orangtua Rian pun sudah tidak ada.""Lalu bagaimana bisa kamu tahu dan yakin jika dana itu akan diberikan pada kami sebagai wakil dari Kak Desi? ""Sebelumnya aku memang ke kantor Mas Rian, dan memperbincangkan masalah ini, dan alhamdulilahnya ternyata mereka juga mencari keluarga dari Mas Rian, yah jadi mereka minta aku sampaikan ke kalian masalah ini, jadi besok kalian bisa ke kantor mas Rian untuk mengurus masalah ini. ""Tapi Lila, surat nikah, kartu keluarga dan dokumen lainnya kan ikut terbakar di rumah Kak Desi. ""Kalian tenang saja. Kan mereka pasti menyimpan datanya
Sinta dan Bu Widya saling tatap mendengar ucapan Lila."Kalau Ibu tidak keliling bagaimana kami mau makan Lila, penghasilan kami hanya dari berkeliling itu.""Ibu tenang saja, kami sudah menyiapkan warung untuk Ibu dan juga Sinta berjualan, letak warungnya di ruko depan sana, di sana lebih strategis tempatnya, jadi kalian bisa berjualan sekalian tinggal disana, nanti kalian tambah saja di menu jualan kalian, seperti gorengan, berbagai macam es, dan menu sarapan lainnya, dan kurasa pasti laku karena ruko yang ku pilih tempatnya selain strategis juga ramai. " jelas Lila."Ya Allah Lila, terimakasih banyak, Ibu dan Sinta sangat berhutang budi pada kalian, sekali lagi terimakasih. " Riana, Lila, Sinta dan juga Bu Widya pun saling berpelukan."Assalamualaikum, " ucap Lila memberikan salam saat berada di muka pintu warung mantan mertuanya.Sudah Tiga bulan, Bu Widya d
"Iya boleh, silahkan.""Ibu ayo bangun, ngobrolnya didalam saja, gak enak juga diliat tetangga. "Dan benar saja, sudah ada beberapa tetangga yang melihat Bu Widya bersimpuh di kaki Lila dengan tatapan heran.Lila, Azka, Riana, Bu Widya dan juga Sinta akhirnya masuk kedalam rumah mungil itu."Maaf sebelumnya kenalkan ini Mas Azka, dia suamiku, kami baru saja menikah Tiga bulan yang lalu, dan tentunya kalian pasti heran kami bisa tau tempat tinggal kalian dan kedatangan kami yang secara tiba-tiba."Sinta dan Bu Widya masih terdiam, menyimak apa yang diucapkan oleh Lila."Sebetulnya sudah lama aku ingin menemui kalian, tapi sayang aku baru tau kalian disini setelah aku mencari-cari info tentang kalian, dan aku turut prihatin atas apa yang terjadi pada Kak Desi dan juga Rian. "Sinta dan Bu Widya saling bertatapan, ya, mere
"Bukankah itu sudah tugas kita pada sesamanya untuk saling memaafkan, Tuhan saja maha pemaaf, lalu apalah hak ku yang hanya seorang hambanya untuk tidak memaafkan kesalahan mereka, o iya Mas, boleh aku minta sesuatu padamu? ""Boleh dong sayang, katakan saja apa yang kamu inginkan. ""Tolong cari tahu tentang keadaan keluarga mantan suamiku, soalnya aku punya firasat yang tidak mengenakkan, bisa gak Mas? ""Bisa dong, apa sih yang gak buat kamu. ""Makasih ya Mas. ""Iya sama-sama sayang, secepatnya aku akan kasih kamu kabar. Sekarang kita turun yuk gak enak sudah di tunggu Mama sama Papa dibawah. ""Yaudah yuk Mas. "Lila dan Azka pun beranjak dari tempatnya dan menuju dimana Mama dan Papa mereka berada.****Dua bulan berlalu setelah Lila meminta tolong pada suaminya untuk mencari tahu keb
Setelah berhasil lepas, beberapa orang langsung menyergap Desi dan mengikatnya, Desi meronta meminta untuk dilepaskan.Cacian dan makian tak henti-hentinya ia lontarkan terutama pada Lila, dendam dan benci yang teramat dalam membuat Desi kehilangan setengah dari kewarasannya.Setelah petugas datang akhirnya Desi pum di bawa untuk diamankan."Kamu gak papa sayang? ""Alhamdulilah enggak Mas, aku gak pernah nyangka jika Kak Desi kehidupannya akan menjadi seperti ini, setelah resmi bercerai dari adiknya aku sama sekali gak pernah berhubungan dengan mereka," ucap Lila dengan wajah sendu meskipun Desi dan keluarganya pernah menyakitinya tapi betapa Lila tidak tega jika harus melihat kondisi mantan iparnya menjadi seperti itu."Ya Sudah mungkin itu karma atas perbuatan jahat mereka padamu, mending sekarang kita pulang, Mama dan Papa sudah menunggu kita dirumah."
"Gak tau sayang mungkin saja ada perbaikan jalan, coba biar Mas aku cek dulu ke depan sana. ""Aku ikut Mas, ""Kamu disini aja, nanti capek lho, ke depan sana jauh. ""Gak papa, aku malas nunggu sendirian di mobil.""Yasudah ayo, tapi mobilnya aku parkirin dulu di depan situ ya," ucap Azka sembari menunjuk halaman luas di depannya."Iya tapi izin dulu sama pemiliknya. ""Oke. "Setelah Azka dan Lil memarkirkan mobil mereka, keduanya pun berjalan untuk melihat apa penyebab kemacetan sore itu."Kalian semua bren*sek, gak ada yang bisa merebut hati suamiku selain aku! Cuma aku yang bisa memiliki nya cuma aku, hahahahaha! "Samar-samar Lila dan Azka mendengar suara caci maki keributan di depan sana."Ada apa sih Mas? ""Gak tau, coba kita ta
"Bu, Sinta mohon jangan larang Sinta, Sinta mau berbakti sama Ibu walaupun gak seberapa, ya Bu jangan larang Sinta. ""Ya Sudah terserah kamu saja, tapi Ibu gak mau kamu terlalu capek. ""Iya Ibu tenang saja, insyaallah aku gak akan kenapa-napa. " lalu Sinta dan Bu Widya pun saling berpelukan.*****"Orang gila, orang gila, orang gila, " suara sorak anak-anak mengiringi langkah kaki Desi yang terseok."Aku bukan orang gila! Pergi kalian! " hardik Desi menatap murka pada segerombolan anak-anak itu."Orang gilanya ngamuk woi, kabuuurrrrr!" seru segerombolan anak-anak itu melarikan diri.Empat bulan setelah kejadian kebakaran itu Desi harus merelakan sebelah kakinya diamputasi, karena kaki Desi yang tertimpa bara dari kayu rangka atap rumah Desi tidak bisa diselamatkan lagi. Ditambah lagi Desi harus kehi
Sinta dan Bu Widya memang sebenarnya terpaksa berbelanja di warung Bu Sanah, karena hanya warung Bu Sanah yang mau menjual eceran pada mereka, sedangkan warung lain jika membeli beras minimal Satu kilo tidak boleh kurang sedangkan uang Bu Widya dari hasil berjualan nasi pecel dan gorengan tidak mencukupinya.Setelah menerima uang dari Bu Widya. Sinta pun berlalu dan menuju warung Bu Sanah untuk membeli beras dan seperempat telur."Bu beli beras sekilo sama telur seperempat, " ucap Sinta saat dirinya sampai di warung Bu sanah."Tumben beli banyak Sin, biasanya juga beras setengah kilo sama telur sebiji doang, " ujar Bu Sanah dengan bibir tersungging sinis."Iya Bu, alhamdulillah Ibu saya jualannya hari ini sedang laris jadi bisa bawa pulang uang yang lumayan. ""Makanya Sin, jadi perempuan itu kudu cekatan, kudu mandiri kudi bisa kerja, jangan ngandelin ora
"Bagaimana saksi, sah? " tanya penghulu pada para saksi."Sah. ""Sah. ""Sah. ""Sah. ""Alhamdulilah, " ucap semua para tamu undangan.Setelahnya Lila pum mencium takzim tangan Azka yang kini sudah menjadi suaminya.Ya, hari ini adalah hari pernikahan antara Azka dan juga Lila, Azka merasa sangat beruntung bisa mendapatkan wanita mandiri, kuat, cantik dan sederhana seperti Lila, tidak seperti kebanyakan para wanita yang sebelum-sebelumnya yang mengejarnya.