Setelah obrolan mengenai rangkaian acara yang akan diadakan, mereka melanjutkan obrolan lebih santai seraya menyantap makan malam yang sudah tersaji sedari tadi. Daniel memuji Tom Yum Soup yang dengan wangi jeruk yang khas. Tanpa sengaja dia juga mengatakan kalau dia sangat ahli membuat Tom Yum Soup dan itu membuat Serena terkejut.
“Aku mengakui kehebatan koki di hotel ini, masakannya sangatlah enak. Sedikit usulan dariku, kau harus memasukkan menu bakpao daging dan kacang merah ke dalam menu hotel. Aku jamin, aku akan lebih sering datang kesini jika salah satu terbaikmu bisa membuat bakpao yang enak.”
“Wah … aku takjub sekali, ternyata seorang David Lim bisa juga menaruh perhatian terhadap makanan tradisional.” Serena kembali terkejut. Sekelebat dalam pikirannya malah terlintas kembali percakapannya dengan Daniel siang tadi.
“Kalau koki di sini belum ada yang bisa membuat bakpao enak, aku bisa mengajari mereka. Hahaha ….” Daniel dengan nalu
Daniel terpaksa harus menikmati pemandangan yang cukup menyakitkan bagi dirinya. Namun apa daya, dia bukan siapa-siapa bagi Serena kini.Daniel berdehem menanggapi pernyataan Rudy, “iya–Serena yang mengusulkannya. Aku jadi sangat tertolong karenanya ide darinya. Aku ucapkan terima kasih sekali lagi, Serena. Terima kasih karena telah bersedia membantu Lim Group.” Daniel berkata lebih tegas pada kalimat terakhirnya. Dia kemudian mencuri pandang kepada Serena, mencoba mencari jejak atas perubahan sikap wanita itu.Tetapi Serena terus saja menundukkan kepalanya. Dia tampaknya sedang menghindari tatapan Daniel. Aneh sekali padahal di ruangan–saat mereka hanya berdua – jelas-jelas Serena bersikap seolah hendak melakukan pendekatan lebih kepada David Lim.“Kalau begitu sudah bisa dipastikan rapat besar pemegang saham nanti akan berjalan dengan lancar, benar kan? Kau juga harus ingat, aku menaruh investasi bersar tehadap Lim Group. Ja
Siang menjelang sore hari yang tenang seperti biasanya di Desa Jiaju–dimana para ibu dan anak-anak perempuan bersantai di halaman rumah sambil menikmati pemandangan burung-burung yang beterbangan dari satu ranting ke ranting lain.Tatkala keasikan menikmati hari, lima orang anak lelaki tampak baru kembali setelah bermain dari dalam hutan dan menangis. Mereka kompak memegangi perut mereka sambil mengaduh. Para ibu dengan penuh kekhawatiran menyongsong anak-anak mereka dan buru-buru menggiring masuk ke dalam rumah.“Ibu … perutku sakit.” Seorang anak kecil menangis dipelukan ibunya.“Nak, apa yang terjadi? Siapa saja yang tadi bermain bersamamu?” tanya ibu anak itu cemas.Sang ibu pun mengantarkan anaknya ke kamar–mengompres perut anaknya, lalu mendatangi satu persatu rumah anak-anak yang tadi bermain bersama buah hatinya itu. Betapa kagetnya ibu itu saat dia mendapati kondisi kelima anak itu yang hampir sama denga
Ditengah panasnya proses rapat di kantor Lim Group, Daniel dan Jenny baru saja sampai di pasar Kai Xin. Shuo Ming begitu antusias melibatkan sepenuhnya David Lim dalam proyek pembangunan gedung Lim Group. Sehingga, hari itu mereka ditugaskan untuk kembali melakukan pendekatan kepada para pedagang serta memantau perkembangan pembangunan.“Selamat datang, Tuan David Lim.” Seru Lidya Huanran saat melihat sebuah mobil mewah terparkir tidak jauh dari pasar.Wanita muda itu menyongsong Daniel dalam setelan David Lim dengan wajah berseri-seri. Sebelumnya dia sudah mendengar kabar dari Eden kalau David Lim sedang merencanakan relokasi pasar Kai Xin. Tapi menyambut kedatangan pujaan hatinya itu merupakan kebahagiaan tersendiri baginya.“Nona Jenny, selamat datang.” Tidak lupa Lidya pun menyapa Jenny yang berdiri di sebelah Daniel.“Hai, nona Lidya ….” Jenny membalas sapaan Lidya seraya melambaikan tangannya.&ldquo
Dari kejauhan, pasar Kai Xin terlihat sudah mulai sepi karena beberapa pedagang yang biasanya berjualan sampai dengan siang hari sudah menutup dagangan mereka. Serena memarkirkan mobilnya pada salah satu sisi jalan yang jauh dari pasar agar tidak mencolok.“Kemana aku harus mencari pria itu?” Serena terus berjalan sambil mencoba menghubungi nomor ponsel Daniel. Hingga dia terlewat menyadari mobil David Lim yang terparkir tidak jauh dari pasar.Serena berdiri di depan kedai milik Lidya. Sejenak Lidya memperhatikan wanita cantik yang sedang berdiri itu, seolah mengingat apakah mereka pernah bertemu sebelumnya. Tapi kemudian dia menggelengkan kepalanya, satu-satunya wanita kota cantik nan elegant yang pernah berkenalan dengannya hanyalah Jenny.“Kenapa tidak mengangkat panggilanku? Sekarang dia malah mengabaikanku?” Serena cemberut.Bertepatan dengan Serena yang masih berdiri di depan kedai Lidya, Daniel dan Jenny berjalan beriringan
Jenny tertatih menyusul Daniel yang terlihat seperti seorang yang sedang bersembunyi.“David Lim! Jangan kabur lagi! Aduuhh … aku repot sekali mengejarmu dengan memakai sepatu hak tinggi ini.”“Kenapa dia menangis?” Daniel bergumam.“Dia? Siapa?” Jenny mendorong Daniel dan mengintip apa yang sedang diintip oleh Daniel.“Astaga? Kau berlari terburu-buru sejauh ini hanya untuk menghindari Serena, lalu kau mengintipnya lagi dari balik kayu rongsokan?” Jenny berkata geram.“Berisik sekali. Biasanya kau selalu tenang.” Daniel menggeser Jenny yang berdiri menghalanginya.“Bisa-bisanya kau seperti ini. Awas saja kalau sampai akhir pekan nanti kau membuat keributan di The Mandarin Hotel Restaurant, sudah pasti aku akan melaporkan kelakuanmu ini kepada Tuan Ming. Biar kau tidak usah dapat upah.” Ancam Jenny.“Aduuh … ancaman yang mengerikan, Jenny.&rdqu
Tepuk tangan meriah dilayangkan oleh seluruh peserta acara kepada David Lim yang baru saja memasuki ruang pertemuan mereka. Kemudian Jenny memimpin pembukaan acara yang berjalan dengan baik. Tampaknya kencannya waktu itu berjalan lancar, sehingga setelahnya dia selalu tampak bersinar.“Atas permintaan khusus dari pemimpin tertinggi Lim Group, maka pada hari ini beliau sendirilah yang akan menerangkan secara langsung perihal rencana relokasi pedagang pasar Kai Xin. Marilah kita sambut dengan meriah–Tuan David Lim.”Tepuk tangan yang lebih meriah dari sebelumnya kembali menggaung di ruangan yang berisikan lebih dari 50 orang itu. Daniel menapakkan kakinya ke atas panggung dengan penuh percaya diri dan ketika lampu sorot menyoroti sosoknya, seketika itupun dia berubah menjadi David Lim. Pria berkelas dengan pesona yang mahal, berjalan menaiki panggung.“Tampan sekali ….” Lidya berucap agak kencang.Tepat di depannya duduk
“Halo, nyonya Tao. Ada apa?” Serena menjawab teleponnya di luar ruangan dengan setengah berbisik.“Serena maafkan aku mengganggumu lagi. Nenekmu–nenekmu tadi terjatuh di kamarnya.” Suara nyonya Tao terdengar panik.“Nenek jatuh? Lalu sekarang bagaimana keadaannya?” Serena tidak kalah panik. Diapun segera berjalan menuju toilet agar tidak ada yang menguping pembicaraannya.“Serena sekali lagi maafkan aku … aku hanya meninggalkannya sebentar saja untuk menjemur pakaian.” Kini suara nyonya Tao mulai terdengar terisak.“Katakan saja langsung, bagaimana keadaan nenekku?” pekik Serena.“Nenekmu–nenekmu sekarang tidak sadarkan diri. Kami tidak tahu harus membawanya kemana. Rumah sakit terdekat dari sini sekitar 5 jam perjalanan dan mobilku sedang rusak.” Suara nyonya Tao terputus-putus–isak tangisnya semakin keras.“Apa
Serena memegangi kepalanya yang mulai sakit. Pikirannya yang sudah penuh dengan bayangan kondisi nenek Goh kini harus ditambah dengan pria yang main tebak-tebakan tentang siapa dirinya yang sebenarnya.“Aku tidak mengerti ….” Jawab Serena sekenanya.“Abang, tolong jangan membuat nona Serena kebingungan. Sudah terlanjur seperti ini, kenapa tidak langsung dibongkar saja semuanya?” geram Lidya yang mulai jengkel dengan situasi yang ada.“Serena, lihat aku!” Daniel mendekatkan wajahnya ke wajah Serena, “kau kini melihatku sebagai David Lim kan? Tapi seharusnya kau bisa merasakanku sebagai Daniel Yuwan. Jadi, kalau kau menyukai David, sama juga kau telah menyukai Daniel.”Serena kembali terdiam. Apa maksudnya dengan melihat David Lim dan merasakan Daniel Yuwan? Serena masih berusaha mencerna apa yang baru saja dia dengar.“Sekarang kita mau kemana?” akhirnya hanya kalimat itulah yang ber