"Brak!" Roberto yang merupakan ketua Serikat peneliti sekaligus donatur paling berkuasa, menggebrak meja pertemuan. Hari ini para dewan besar dan peneliti berkumpul menjadi satu, salah satunya prof Andreas dan Prof Connors. Ini semua karena laporan prof Connors yang melaporkan kalau gedung penelitian mereka dikuasai oleh pemuda bertopeng dari masa lampau. "Bukan hanya sekali, tapi pemuda itu adalah pemuda yang sama, yang merebut batu kristal pelangi dari pasukan kita! Ini sebuah penghinaan! Apa nggak ada yang bisa mengalahkannya? Jangan bilang kita kalah melawan manusia-manusia lampau yang bahkan belum secerdas kita!" Roberto menatap dingin semua anggota dewan dan para peneliti. "Tuan, pemuda itu nggak bisa diremehkan, ia memiliki ilmu yang hebat, aku belum pernah melihat kekuatan seperti miliknya." jelas prof Connor membela diri. Roberto kembali menatap tajam, ia tau kalau prof Connor tidak akan bicara sembarangan, tetapi ia tetap tak bisa menerima kenyataan kalau mereka d
"Arash, apakah pria itu adalah pamanmu?" Han Hae Su berada di dalam rengga yang sama sedangkan Fatta sendirian. Arash yang sedang menatap ke arah lain lalu menatap siapa yang Han Hae Su tunjuk. "Ya, dia pamanku... Mengapa bertanya?" tanya Arash lagi setelah memastikan siapa yang Han Hae Su maksud. "Apakah dia pamanmu yang pernah ke masa depan?" tanya Han Hae Su lagi. Arash mengangguk, meski tidak paham mengapa Han Hae Su menanyakan itu. "Bagaimana cara pamanmu ke masa depan?" tanya Han Hae Su lagi. Arash menatap Han Hae Su dengan tatapan penuh tanya, "hei, aku seorang peneliti, hal-hal yang diluar ilmu pengetahuan membuatku bertanya-tanya... Mengapa manusia biasa bisa melakukan perjalanan waktu tanpa bantuan teknologi? Hanya itu saja..." kata Han Hae Su menjelaskan. "Pamanku berangkat dengan ayahku, kata paman ayah memiliki kemampuan berteleportasi, bakat yang ia dapatkan karena menjalin kontrak dengan Naga..." jelas Arash, ia menjelaskan tanpa mengurangi dan mele
Tak perlu waktu lama untuk tim Arshi menjelajahi padang pasir dengan menggunakan Heli, mereka menemukan tempat tinggal Jalal dan keluarganya. Cukup mudah, melihat kereta kuda yang Arash tinggalkan. Memberi petunjuk kepada Arshi dan pasukannya kalau tempat ini pernah didatangi oleh pemuda bertopeng. Karena kereta kuda di padang pasir adalah hal yang tidak biasa. "Hamli, bawa Ghaffar pergi!" kata Maryam, sembari mengalungkan tas kain ke kepala Hamli. Hamli lebih tua setahun dari pada Ghaffar, ia lebih dewasa dan Maryam yakin kalau keponakan suaminya itu akan mencari jalan untuk menyelamatkan diri mereka. "Ibu, jangan minta aku pergi... Aku ingin bersama kalian!" pinta Ghaffar dengan mengiba. Maryam menyeka air matanya, ia juga tak ingin meninggalkan putranya itu sendirian. Tapi para manusia asing itu jelas akan menyadari keberadaan Hamli dan Ghaffar kalau ia bersama mereka. Maryam harus membuat jejak lain, agar manusia asing itu tidak mengejar Hamli dan Ghaffar. "Anakku, pergil
Sementara Arshi dan pasukannya mulai menelusuri wilayah selanjutnya, Arash dan rombongannya baru sampai di tempat Fatta dan pasukan Elang Hitam menitipkan kuda mereka. "Paman terima kasih karena memberikan kami bantuan dengan untamu," kata Sonic kepada Yusuf. Yusuf mengangguk, ia bahkan senang meminjamkan untanya kepada Sonic dan teman-temannya. Karena begitu pulang sudah ada rengga di atasnya. "Aku yang seharusnya berterima kasih... Rengga yang kalian buat sangat bagus, jarang ada pengrajin rengga yang membuatnya serapi ini." kata Yusuf, wajahnya berseri. Jika melakukan perjalanan maka ia tidak akan kepanasan lagi. Mendengar perkataan Yusuf, Sonic hanya tersenyum. Ia tak tau harus bagaimana menjelaskan asal usul rengga di atas unta milik Yusuf. Karena Sonic juga baru pertama kalinya menyaksikan kekuatan ajaib Arash. Ia kira kekuatan seperti itu mustahil bagi manusia, namun setelah melihat kemampuan manusia masa depan serta kemampuan Arash. Sepertinya Sonic harus lebih banyak
(Bocah, kamu nggak perlu mengotori dirimu, berikan aku kesempatan untuk melenyapkan mereka!) Raja Iblies mulai berbisik, mempengaruhi Arash dari segala sisi. Arash yang sedang marah dan dikuasai emosi tentu dalam keadaan terlemahnya melawan Raja Iblies.(Jangan khawatir, aku akan buat mereka memohon untuk mati, bahkan jika kematian itu lebih baik untuk mereka)Fatta tentu sadar dengan gerak-gerik yang Arash tunjukkan, "Naga muda, bawa aku mendekati Arash!"Naga muda seolah paham, ia dengan cepat mengubah wujudnya menjadi lebih besar, dengan cepat pula Fatta menunggangi Naga muda. "Slap!" Naga muda melakukan teleportasi untuk mendekati Arash dengan cepat. Membuat siapapun yang menyaksikan kejadian itu hanya bisa terperangah tak percaya. "Arash! Arash!" teriak Fatta begitu ia mendekati Arash. "Cih, pak tua jangan ganggu kami! Pergilah selagi aku bicara dengan baik!" seru Arshi dengan senyum mengejek. "Kalianlah yang seharusnya pergi kalau masih sayang nyawa, kalian pikir masih bisa
Raja Iblies tentunya tau apa yang terjadi dengan Fatta, apa yang Arash tidak sadari tentunya disadari oleh Raja Iblies. Sudah menjadi tugasnya mengalihkan kesadaran Arash secara penuh. Hanya saat dipenuhi oleh emosilah, waktu paling tepat agar Raja Iblies bisa merayu dan memiliki kesadaran Arash sepenuhnya. (Lihatlah Arash, karena kamu mengambil keputusan yang lambat, pamanmu sampai terluka seperti itu) (Apa harus menunggu pamanmu mati dulu baru kamu mengambil keputusan?) (Bunuh mereka Arash, manusia-manusia ini nggak pantas hidup!) (Mereka hanya akan membuat kerusakan di dunia ini) (Mereka nggak pantas hidup Arash!) Emosi mulai meluap saat Arash melihat Fatta terluka, padahal Arash tau kalau Fatta bisa menyembuhkan dirinya sendiri. Namun emosi yang memuncak karena melihat kematian Hamli di depan matanya, serta luka pada Fatta, membuatnya lupa pada kemampuan yang dimiliki oleh pamannya itu. "Beraninya kalian!" Udara di sekitar mereka berubah, secara perlahan tapi pasti
Arash menatap Arshi dan Reg secara bergantian, mereka terlihat gemetar ketakutan melihat bagaimana Arash dalam sekejap membunuh Glen. Padahal Glen adalah salah satu yang terkuat setelah Arshi. "Jangan mendekat!" teriak Reg, begitu Arash mulai berdiri dan berjalan ke arah mereka. "Bawa mayat temanmu dan serahkan diri kalian kepada warga." kata Arash. "Kamu pikir kami akan menurut? Lebih baik mati daripada menyerahkan diri!" meski ia sadar pikirannya meminta untuk menyerah, namun harga diri Arshi meminta untuk melawan Arash."Aku nggak memintamu untuk menurut, ini perintah!" sahut Arash. Arash kemudian mengeluarkan Elixir Anti magic Potion, cairan yang dapat melumpuhkan segala bentuk formasi sihir. Bukan hanya itu, Arash juga mengeluarkan kuas ajaibnya dan mulai bergerak ke arah Arshi maupun Reg. "Wush!" Dengan cepat Arash membentuk simpul tali untuk menjerat Arshi maupun Reg. Kemudian dengan sigap ia meminumkan Elixir Antimagic Potion kepada Arshi dan Reg, dalam sekejap kek
Arash tak peduli dengan perkataan Raja Iblies, jadi setelah menyerahkan Arshi dan Reg kepada warga lokal, Arash, Fatta, Han Hae Su serta pasukan Elang Hitam kembali ke Kerajaan Bamaraya. "Baru kali ini aku merasa nggak berguna saat menjalankan misi." kata Danang. "Kenapa?" tanya Aryo. Mereka adalah salah satu pasukan Elang Hitam yang ikut bersama Fatta, murid seperguruan dengan Sonic. "Kamu benar, anak itu dan pamannya bukan manusia biasa. Kita dibuat nggak berguna sama sekali." sahut Rambat. Sonic memperhatikan Arash dan Fatta yang berada di meja berbeda dengan mereka, saat ini perjalanan masih jauh. Mereka menaiki kapal untuk kembali ke Kerajaan Bamaraya, setelah itu akan kembali lagi melewati darat dengan kuda. "Pantas Yang Mulia Raja menginginkan bantuan anak itu, kalau anak itu menjadi sekutu bagi Yang Mulia. Maka para pejabat pasti nggak akan berani bertingkah." sahut Adam. Samba mengangguk, ia salah satu pasukan Elang Hitam yang memiliki tubuh seperti Fatta, namun u