Arash tak peduli dengan perkataan Raja Iblies, jadi setelah menyerahkan Arshi dan Reg kepada warga lokal, Arash, Fatta, Han Hae Su serta pasukan Elang Hitam kembali ke Kerajaan Bamaraya. "Baru kali ini aku merasa nggak berguna saat menjalankan misi." kata Danang. "Kenapa?" tanya Aryo. Mereka adalah salah satu pasukan Elang Hitam yang ikut bersama Fatta, murid seperguruan dengan Sonic. "Kamu benar, anak itu dan pamannya bukan manusia biasa. Kita dibuat nggak berguna sama sekali." sahut Rambat. Sonic memperhatikan Arash dan Fatta yang berada di meja berbeda dengan mereka, saat ini perjalanan masih jauh. Mereka menaiki kapal untuk kembali ke Kerajaan Bamaraya, setelah itu akan kembali lagi melewati darat dengan kuda. "Pantas Yang Mulia Raja menginginkan bantuan anak itu, kalau anak itu menjadi sekutu bagi Yang Mulia. Maka para pejabat pasti nggak akan berani bertingkah." sahut Adam. Samba mengangguk, ia salah satu pasukan Elang Hitam yang memiliki tubuh seperti Fatta, namun u
Arash bahkan terlihat acuh dengan pertanyaan Naga muda, namun Han Hae Su yang mendengar kalau Mustika Naga adalah benda berharga menolaknya. "Jangan berikan benda berharga kepadaku, ini hanya pusing akan membaik setelah kita sampai di darat." sahut Han Hae Su, ia yang ingin mengikuti Arash, Han Hae Su tak boleh membuat Arash merasa repot karena dirinya. "Astaga, minum saja... Aku punya banyak benda seperti ini." sahut Arash. Naga muda yang mendengar itu hanya melongo, setaunya Mustika Naga sangatlah langka. Ibunya pernah meminjamkannya Mustika Naga, itupun ia harus berhati-hati. Karena Mustika Naga sangat langka. Mustika Naga ini bisa membuat siapapun yang menelannya bisa bernapas di dalam air, bukan hanya itu merek aku juga bisa bicara dan berenang dengan cepat. "Nggak bisa Tuan, ini barang langka!" protes Naga muda. "Naga muda, jangan cerewet! Kalau kubilang banyak ya banyak," sahut Arash. Mendengar penjelasan Arash, Han Hae Su jelas mau menerima pil yang di seb
"Bos, setelah ikut dengan kelompok perompak besar, kelompok kita semakin makmur." Udin, bekas kelompok bandit gunung hitam memijat kaki Hadi. "Saat ini aku menjadi kakak ke empat, bisa jadi suatu hari aku akan naik menjadi kakak pertama." Hadi dan Udin langsung cekikikan membayangkan hari dimana mereka bisa menguasai kelompok perompak besar. Perompak besar memiliki keterkaitan dengan penadah senjata gelap, Hadi masuk ke dalam kelompok dan memberikan satu batang emas yang ia dapatkan dari pemuda bertopeng, setelah itu Hadi diangkat menjadi salah satu petinggi di kelompok perompak besar dan menjadi kakak keempat. Ada tingkatan kepemimpinan di kelompok perompak besar, ada Kakak pertama, ialah Bos besar yang mengambil keputusan akhir pada setiap diskusi, sedangkan kakak kedua, ketiga dan keempat. Masing-masing memiliki jatah wilayahnya tersendiri. "Bos, kudengar kakak kedua dan kakak ketiga mendapatkan buruan besar." "Buruan besar? Apa mereka menangkap seorang pedagang kaya raya?
Kelompok perompak besar disambut oleh Ganto, kakak pertama sekaligus bos besar dari perompak besar. "Luar biasa, kakak kedua dan kakak ketiga menangkap buruan langka, kalau tahanan memiliki jabatan tinggi di kerajaan, maka kita bisa meminta tebusan yang cukup besar." Kelompok perompak besar memiliki cukup banyak pasukan. Ada sekitar 1000 lebih pasukan, bahkan tempat yang kini mereka tempati sudah terlihat hampir seperti sebuah pedesaan. Mereka membangun kawasan mereka dengan pagar kayu yang tinggi, disertai menara pengawas yang mengawasi jika ada musuh yang akan menyerang. "Tempat ini sungguh besar..." kata Fatta. "Ini sih seperti desa yang mulai maju dan berkembang, kenapa malah merampok lagi?" gumam Arash. "Plak! Diamlah!" salah satu perompak memukul kepala Arash. Arash tentu tidak akan tinggal diam, segera ia mengeluarkan Mana anginnya dan mendorong perompak itu hingga tersungkur. Membuatnya jadi bahan tertawaan. "Siapa tadi yang mendorongku?" katanya kesal, namun sem
Udin mengawal Hadi yang sedang berjalan-jalan di sekitar kawasan kelompok besar, mereka ingin melihat seperti apa tahanan yang baru ditangkap oleh kakak kedua dan kakak ketiga. Begitu sampai di lubang tahanan, pasukan yang lebih rendah kedudukannya memberikan penghormatan kepada Hadi. Hadi tersenyum sekaligus mengangguk pelan, mensyukuri kedudukannya saat ini. Hadi menunduk, begitu pula Udin. Mereka melihat langsung seperti apa tahanan yang ditangkap, namun Hadi begitu tercengang dengan siapa yang ditangkap oleh kakak kedua dan kakak ketiga. "Eh!"Hadi langsung mundur ke belakang ketika salah satu tahanan itu menoleh kepadanya. "Bos, itu pria bertopeng yang memberi kita sebatang emas dan meminta kita menyebar kata-kata itu bukan?" ternyata bukan hanya Hadi, Udin juga menyadari siapa yang baru saja mereka lihat. Hadi mengangguk, "kita harus menyelidiki, mengapa mereka bisa tertangkap, aku curiga kalau ini benar-benar jebakan darinya.""Tapi Bos, bisa jadi ia memang tertangkap men
Belum juga Hadi membalas, pasukan paling rendah yang memang tak suka kepada Hadi dan Udin mulai mengejeknya dari atas lubang tahanan. "Hadi, kemaren kamu jadi kakak keempat, kenapa sekarang jadi tahanan?""Kudengar dia ingin bernegosiasi dengan tahanan yang ditangkap kakak kedua dan kakak ketiga.""Konyol sekali, mau bicara omong kosong, pantas saja kamu dijatuhkan sekarang!"Tawa pasukan itu meledak mengejek Hafi dan Udin, saat Hadi berada di posisi kakak keempat, bahkan untuk menegakkan kepala saja mereka tak berani, sekarang bahkan mereka tanpa segan mengejeknya. "Kamu jadi bos di sini?" tanya Fatta. Hadi hanya bisa tersenyum getir, ia bahkan dihina seperti ini. "Benar, sebelumnya Bos adalah kakak keempat, karena ingin membebaskan kalian makanya aku dan bos sekarang ditahan!" sahut Udin, ia kesal karena pemuda bertopeng dan pamannya ini membuat mereka turun jabatan. "Mengapa ingin membebaskan kami?" tanya Arash. Begitu Udin ingin bicara, dengan cepat Hadi menutup mulutnya, ia
"Hiat!! Hiat!!" Beberapa murid di perguruan Wunan sedang berlatih dengan pedang kayu, murid cilik yang rata-rata berumur 9-10 tahun itu mengerahkan tenaga mereka untuk mengayunkan pedang ke arah boneka jerami. Peluh membanjiri tubuh mereka, namun mereka belum merasa letih, guru Yao berjalan dengan tangan di belakang. Memperhatikan setiap gerakan murid cilik yang diajarnya. "Turunkan kakimu, bagaimana bisa kuat kalau pondasimu tidak benar!!" teriak guru Yao. Semua murid cilik langsung memperbaiki posisi kaki mereka, seketika terasa sangat letih namun tidak boleh mengeluh. Sementara itu dipojokan, seorang anak laki-laki berusia 7 tahun memperhatikan mereka dengan sapu di tangannya. Anak laki-laki itu memiliki rambut putih, mata putih dan kulit yang pucat. Arash Adipati, wajahnya berbinar dan merasa senang ketika melihat para murid cilik berlatih. Saat berumur 8 tahun ia boleh mendaftar, Arash tak sabar menjadi bagian dari murid cilik!! karena sebentar lagi ia akan berumur
"Arash, maafkan keponakan paman!! Ia masih belum berpikir secara matang!!" Ketua Wan Bingwen datang secara langsung meminta maaf di depan Arash, bahkan ia membuat kepala Wan Yunan menunduk malu saat ini di depan Arash. Tentu saja itu karena Fatta sudah melapor kepada Wan Bingwen. "Paman, aku sudah memaafkannya..." sahut Arash, ia bahkan terlihat tidak nyaman karena membuat Wan Yunan harus menundukkan kepala kepadanya. Wan Yunan jelas marah dan ingin memberontak, tapi Wan Bingwen pamannya mengancam kalau Wan Yunan akan dikeluarkan kalau selalu membully Arash. "Minta maaf kepada Arash, Wan Yunan!!" perintah Wan Bingwen. Wan Yunan mengepalkan tangannya, hatinya benar-benar dipenuhi dendam dan amarah, ia pasti akan membuat Arash membayarnya lain kali. Wan Yunan berbalik dan langsung berlari. "Wan Yunan!!" panggil Wan Bingwen. "Aku nggak akan pernah meminta maaf kepada yatim terkutuk!!" teriak Wan Yunan ketika berada tepat di pintu rumah Arash dan Fatta. Fatta jelas marah,