"Wuuuuurrrrsssshhh!"Rakabumi memutar pedangnya, api hitam menyebar ke seluruh ruangan yang menahan mereka. "Aaakkhhh!""Raka... Bumii... Asap itu... Akan... Membunuh.. Kami!" itu suara Juno, sedangkan pasukan lain sudah mulai terduduk sembari memegangi leher mereka. Mata mereka melotot tak berdaya menahan rasa sakit yang disebabkan oleh asap api hitam. "Kamu akan membunuh pasukanmu?" tanya Arash. "Untuk menangkapmu memerlukan pengorbanan oranglain!" sahut Rakabumi, ia masih saja memutar pedangnya untuk mengeluarkan energi dari api hitam. Asap hitam semakin menyebar, Arash tentu khawatir dengan para tahanan yang berada di lorong lain. "Kamu nggak akan menemukan apapun dari menangkapku, perbuatanmu sia-sia." kata Arash lagi. "Kamu nggak perlu khawatir, aku akan bertanggung jawab dengan tubuhmu!"Mata Arash berkilat marah, sepertinya Rakabumi berniat membunuh semua orang hanya untuk menangkapnya. "Baiklah, aku akan meladenimu dengan serius!""Sombong sekali kamu bocah!""Terima k
Beberapa tahanan yang bebas kini mulai mengamuk, menghancurkan beberapa barang di pusat penelitian untuk sekedar melampiaskan rasa kesal. Para staf juga tak luput dari amukan mereka, Arash yang melihat itu hanya bisa menggaruk kepalanya. (Lihatlah Arash bagaimana manusia bersikap) Yah, aku takkan menyangkal ejekanmu... "Hentikan semuanya... " Arash mengeluarkan auranya begitu bersuara, aura yang membuat siapapun bergidik ngeri dengan energi kekuatan yang Arash keluarkan dari suaranya. Arash sengaja melakukan itu, mengeluarkan energi Mana melalui kata-kata, ini bisa digunakan untuk membuat siapapun terintimidasi. "Anak muda, jangan ikut campur! Mereka layak mati dan dihabisi!""Benar, mereka nggak layak diampuni! Bunuh saja!""Karena mereka aku sampai berpisah dengan kedua orangtuaku!"Suara sedih mulai terdengar, sedih dan amarah tak bisa disatukan. Jika bersatu, perasaan itu bisa membuat manusia menjadi lepas kendali. Arash pun tak bisa menyalahkan perasaan itu, ia paham denga
"Bagaimana caramu menyembuhkan kami?" tanya Han Hae Su di sela-sela pekerjaannya. Mereka memperbaiki beberapa alat yang dirusak oleh para tahanan, beruntung alat itu masih bisa di selamatkan. "Mengapa mau tau? Aku beritau pun kamu nggak akan paham." Arash duduk dengan mengangkat kakinya ke atas. Ia memantau semua pergerakan Han Hae Su, itu karena Arash merasa tertarik dengan pengetahuan yang mereka punya. "Yah, sama sepertimu yang sepertinya tertarik, aku juga tertarik dengan caramu mengobati kami." sahut Han Hae Su. "Aku mengobati kalian dengan ramuan milik ayahku, ramuan itu mampu menyembuhkan segala macam penyakit kecuali kematian." jelas Arash. Netra Han Hae Su berbinar, bagaimana bisa sebuah ramuan mampu melakukan itu. "Apa ada energi sihir di dalamnya?" tanya Han Hae Su lagi. Arash mengangguk tanpa menoleh, "Mengapa kalian menculik mereka?" tanya Arash kemudian, pertanyaan yang sangat sensitif. Bahkan Han Hae Su tak bisa menjawabnya, ia hanya seorang peneliti. "Aku
Semua orang terdiam, tak ada yang tersinggung dengan perkataan Arash barusan. Hanya genk Gondrong yang menahan malu karena pukulan itu. Arash kembali ke sisi Han Hae Su yang sedang memperbaiki mesin, Han Hae Su melirik Arash yang kini berada di sampingnya. "Mereka adalah para tahanan yang membunuh banyak orang." kata Han Hae Su, membuat Arash bertanya-tanya mengapa Han Hae Su menyampaikan itu kepadanya. "Anak-anak itu juga nggak memiliki orang tua, beberapa bahkan memang dijual oleh keluarganya. Paman tua itu sudah nggak memiliki keluarga," Han Hae Su kembali menyampaikan hal yang membuat Arash bingung. "Maksudku, kami nggak pernah membawa sembarangan orang ke sini, para penjahat itu dibawa ke sini, dijadikan bahan penelitian sebagai bentuk hukuman untuk mereka." "Anak-anak dan remaja dijadikan bahan penelitian karena mereka bisa dijadikan petarung, selain itu kehidupan mereka terjamin dengan makan dan minum." Arash masih membiarkan Han Hae Su bicara sesukanya. Jadi ia hanya
"Haah... Aku hanya tak suka, dia lebih muda dariku, tapi gaya bahasanya seolah dia sudah mengarungi kehidupan lebih dulu dari kita." sahut Han Hae Su lagi, ia terlihat tak terima dengan cara Arash mengatakan kebenarannya. Linda hanya tersenyum, wajar jika Han Hae Su tersinggung. Karena selama ini tak ada satupun yang berkata seperti itu kepadanya, mengingat Han Hae Su adalah tangan kanan dari Prof Connors, salah satu anak didik seorang peneliti terhebat."Hae Su, jangan melihatnya seperti itu, kita tak pernah tau bagaimana dan seperti apa kehidupan yang ia jalani."Kata-kata Linda membuat Han Hae Su sedikit terbuka, bisa jadi apa yang Linda katakan benar. Han Hae Su tak pernah tau seperti apa kehidupan yang Arash jalani, hingga membuatnya bisa berpikir bijak seperti itu. 'akh! apa aku baru saja menyebutnya bijak?' elak Han Hae Su. "Baiklah, mari kita pulangkan para tahanan itu..." Han Hae Su berdiri, Linda tersenyum dan membantunya bangkit. Setidaknya Han Hae Su masih punya seorang
Fatta dan pasukan Elang Hitam dibawa ke sebuah rumah, ada seorang wanita dan anak laki-laki berumur 8 tahun. Anak itu memeluk ibunya begitu Jalal membawa Fatta dan pasukan Elang Hitam masuk ke dalam rumah. "Tenanglah Ghaffar, mereka bukan orang jahat..." kata Maryam menenangkan anak lelakinya itu. Sonic yang mendengar itu kemudian menatap Jalal, "ada apa dengan tempat ini? Sepertinya kalian ketakutan melihat orang asing? Maaf jika aku bertanya..." "Duduklah dulu, aku akan menyiapkan minuman untuk kalian..." Jalal kemudian menatap istrinya, Maryam paham dan langsung menyiapkan beberapa botol minuman untuk Fatta dan pasukan Elang Hitam. "Beberapa orang asing datang, mereka membawa secara paksa beberapa anak yang nggak memiliki keluarga. Bahkan ada beberapa remaja yang masih memiliki keluarga pun dibawa dengan paksa..." Jalal bicara sembari memberikan botol-botol air ke hadapan mereka berenam. Fatta dan pasukan Elang Hitam langsung menenggak minuman itu dengan lahap. "Tuan, t
Semua orang jelas ketakutan, bahkan aura yang Arash keluarkan bisa membuat udara terasa sesak. Melihat semua tahanan mulai bersikap tenang, Arash kembali bicara. "Jangan ada yang mengacau, aku takkan segan-segan... Ini adalah kepentingan kalian, jangan membuatku lelah karena sudah menolong kalian. Apa kalian mengerti? Mengangguk jika ia!" Semua tahanan langsung mengangguk dengan cepat, mereka berbaris dengan rapi dan menajamkan telinga. Han Hae Su kemudian mengambil pengeras suara dan mulai membacakan tahun dan nama tempat, beberapa remaja dan anak kecil maju. Linda bertugas membawa mereka untuk melewati gerbang waktu setelah mengaturnya. Tidak boleh terjadi kesalahan tahun, jika terjadi maka mereka takkan bisa kembali. Jadi para staf peneliti sangat berhati-hati, mereka juga mendengar ancaman Arash. Rasa takut membuat mereka sedikit bergetar ketika mengetik program di mesin waktu. Perlu waktu sekitar satu jam untuk setiap perjalanan, mesin waktu akan mereset dirinya kemu
Han Hae Su menatap Arash dengan tatapan dilema, "pertama, aku nggak punya siapa pun lagi selain para peneliti yang akan kembali mengaturku untuk melakukan hal seperti ini." "Kedua, aku ingin mencoba hal baru dan terakhir, aku ingin menelitimu..." jawaban Han Hae Su yang sangat jujur membuat Arash tak bisa mendebatnya. Tapi setelah dipikirkan ia bisa saja menggunakan Han Hae Su untuk mencari di mana lagi tempat mereka melakukan penelitian. Tapi Arash juga resah, apa ia harus ikut campur dengan urusan manusia-manusia masa depan? 'Haish! Baiklah aku pikirkan nanti saja...' batin Arash lagi. "Kamu yakin mau ikut denganku, kamu kan terbiasa dengan hal yang canggih, sedangkan di masa lalu nggak ada hal seperti itu." sahut Arash mencoba menggagalkan niat Han Hae Su. "Aku sudah yakin, aku akan ikut denganmu..." sahut Han Hae Su dengan tatapan mata yang meyakinkan. Arash hanya bisa menggeleng pelan, "Baiklah aku akan menghancurkan tempat ini, minta temanmu untuk segera kembali k