Semua orang jelas ketakutan, bahkan aura yang Arash keluarkan bisa membuat udara terasa sesak. Melihat semua tahanan mulai bersikap tenang, Arash kembali bicara. "Jangan ada yang mengacau, aku takkan segan-segan... Ini adalah kepentingan kalian, jangan membuatku lelah karena sudah menolong kalian. Apa kalian mengerti? Mengangguk jika ia!" Semua tahanan langsung mengangguk dengan cepat, mereka berbaris dengan rapi dan menajamkan telinga. Han Hae Su kemudian mengambil pengeras suara dan mulai membacakan tahun dan nama tempat, beberapa remaja dan anak kecil maju. Linda bertugas membawa mereka untuk melewati gerbang waktu setelah mengaturnya. Tidak boleh terjadi kesalahan tahun, jika terjadi maka mereka takkan bisa kembali. Jadi para staf peneliti sangat berhati-hati, mereka juga mendengar ancaman Arash. Rasa takut membuat mereka sedikit bergetar ketika mengetik program di mesin waktu. Perlu waktu sekitar satu jam untuk setiap perjalanan, mesin waktu akan mereset dirinya kemu
Han Hae Su menatap Arash dengan tatapan dilema, "pertama, aku nggak punya siapa pun lagi selain para peneliti yang akan kembali mengaturku untuk melakukan hal seperti ini." "Kedua, aku ingin mencoba hal baru dan terakhir, aku ingin menelitimu..." jawaban Han Hae Su yang sangat jujur membuat Arash tak bisa mendebatnya. Tapi setelah dipikirkan ia bisa saja menggunakan Han Hae Su untuk mencari di mana lagi tempat mereka melakukan penelitian. Tapi Arash juga resah, apa ia harus ikut campur dengan urusan manusia-manusia masa depan? 'Haish! Baiklah aku pikirkan nanti saja...' batin Arash lagi. "Kamu yakin mau ikut denganku, kamu kan terbiasa dengan hal yang canggih, sedangkan di masa lalu nggak ada hal seperti itu." sahut Arash mencoba menggagalkan niat Han Hae Su. "Aku sudah yakin, aku akan ikut denganmu..." sahut Han Hae Su dengan tatapan mata yang meyakinkan. Arash hanya bisa menggeleng pelan, "Baiklah aku akan menghancurkan tempat ini, minta temanmu untuk segera kembali k
"Berdiri di belakangku..." Arash tiba-tiba menggeser Han Hae Su ke belakangnya. "Ada apa? Hewan itu ditahan kok, aman jika kita masuk..." kata Han Hae Su lagi, ia sudah akan melangkah ke depan tapi Arash dengan cepat menariknya kembali. "Slap!" Arash menarik Han Hae Su kembali ke belakang. Sebuah semburan api yang lemah namun bisa membakar manusia dalam sekejap hampir saja mengenai Han Hae Su. "Apa itu tadi?" Han Hae Su jelas ketakutan melihat semburan api yang tiba-tiba menyerang mereka. "Cklek!" Arash menjentikkan jemarinya, bola-bola cahaya mulai menerangi ruangan itu. Melihat kekuatan sihir yang tak pernah ia lihat membuat Han Hae Su menatap Arash kagum. Ia pernah melihat beberapa kekuatan pahlawan, tapi belum ada yang seperti kekuatan milik Arash. "Gggrrrrrr....! Ggggrrrrr....!" Hewan itu berwarna hitam kelam, dengan beberapa nuansa keemasan di bagian mata dan sayapnya. "Manusia biadap! Masih berani kalian menemuiku?!" Hewan itu terlihat marah. (Wah, kamu menemuka
Arash merasa aneh, baru kali ini ia merasa tidak bisa berbuat sesuatu. Bagaimana tidak, Naga muda itu mengubah bentuknya menjadi lebih kecil. Seperti anakan kucing, Arash kira Naga muda itu memiliki kulit berwarna gelap, namun sepertinya Naga muda berwarna kebiruan tua. Terdapat bulat-bulat putih dengan lingkaran keemasan di tepiannya. Menghiasi sayap Naga muda, seolah ktu adalah sayap kupu-kupu, bukan sayap Naga. "Aku kan sudah bilang, aku nggak mau menjalin kontrak denganmu." kata Arash, namun Naga muda bersikap acuh. Ia bahkan tak segan menjadikan kepala Arash sebagai tempatnya bertumpu. "Tuan, aku tau kamu nggak mau menjalin kontrak denganku, tetapi aku adalah penjaga tempat ini, jadi aku harus memastikan kamu nggak berbuat onar..." "Cih!" Siapapun yang mendengarnya tau kalau itu hanya alasan Naga muda saja untuk mengikuti Arash. Arash juga tak bisa mengusir Naga muda, di dalam hati Arash ia begitu menyukai hal-hal yang lucu seperti Naga putih, ini semua karena sifat Mel
Arash mendekat, "Paman, biarkan dia memutuskan jalannya sendiri, dia adalah anak laki-laki, kamu harus mengajarkannya untuk tau cara membela dirinya sendiri. Ia harus tau seperti apa ibunya..." sahut Arash, bukankah dulu Fatta juga seperti itu kepadanya. Jalal menatap Hamli dengan tatapan sedih, "kalau begitu, paman antarkan kamu ke rumah ibumu." kata Jalal lagi. Hamli dengan cepat mengangguk dan tersenyum. Anak kecil seperti Hamli jarang berprasangka, ia tak pernah tau dengan niat dari orang dewasa. Anak kecil seperti Hamli sangatlah polos, bahkan saat dijual pun ia tak pernah berprasangka buruk. Hanya saja terkadang orang dewasalah yang menyalah gunakan kepolosan anak kecil seperti Hamli. Jalal kemudian mendekati Fatta, "Tuan sesampainya di desa aku akan mengembalikan bayaranku." "Dia bilang apa?" tanya Fatta yang memang tak paham dengan bahasa yang digunakan Jalal. Sonic sudah akan menyahut, tetapi Arash mendahului. "Paman ini akan mengembalikan bayaran darimu paman,
"Istriku... Jangan begitu, kamu nggak tau kalau mereka adalah orang yang baik. Aku nggak menyelesaikan pekerjaanku hingga akhir, namun mereka tetap membayar, aku sudah akan mengembalikan emasnya, tetapi Tuan itu melarang." Jalal memegangi bahu istrinya, "istriku... Kita nggak boleh berprasangka buruk, sedangkan setiap orang itu memiliki kesempatan untuk berubah...""Baiklah, aku akan menyiapkan tempat untuknya..." kata Maryam mengalah, Jalal tersenyum lega. Mau bagaimanapun Han Hae Su adalah wanita. Ia tak mungkin membiarkan Han Hae Su tidur bersama para lelaki. Sementara itu badai pasir mulai datang, angin bertiup kencang. Mendatangkan suhu udara hingga 51C, suhu naik dan menjadi panas. Bagi Aras dan Fatta yang sudah terbiasa tinggal di benua Asia yang cenderung dingin, suhu hangat ini cukup menyiksa mereka. "Badai pasir ini pertanda akan terjadi peralihan cuaca. Hal ini sudah biasa terjadi di daerah kami, hanya saja jika Tuan dan teman-teman ingin melanjutkan perjalanan, akan sang
"Brak!" Roberto yang merupakan ketua Serikat peneliti sekaligus donatur paling berkuasa, menggebrak meja pertemuan. Hari ini para dewan besar dan peneliti berkumpul menjadi satu, salah satunya prof Andreas dan Prof Connors. Ini semua karena laporan prof Connors yang melaporkan kalau gedung penelitian mereka dikuasai oleh pemuda bertopeng dari masa lampau. "Bukan hanya sekali, tapi pemuda itu adalah pemuda yang sama, yang merebut batu kristal pelangi dari pasukan kita! Ini sebuah penghinaan! Apa nggak ada yang bisa mengalahkannya? Jangan bilang kita kalah melawan manusia-manusia lampau yang bahkan belum secerdas kita!" Roberto menatap dingin semua anggota dewan dan para peneliti. "Tuan, pemuda itu nggak bisa diremehkan, ia memiliki ilmu yang hebat, aku belum pernah melihat kekuatan seperti miliknya." jelas prof Connor membela diri. Roberto kembali menatap tajam, ia tau kalau prof Connor tidak akan bicara sembarangan, tetapi ia tetap tak bisa menerima kenyataan kalau mereka d
"Arash, apakah pria itu adalah pamanmu?" Han Hae Su berada di dalam rengga yang sama sedangkan Fatta sendirian. Arash yang sedang menatap ke arah lain lalu menatap siapa yang Han Hae Su tunjuk. "Ya, dia pamanku... Mengapa bertanya?" tanya Arash lagi setelah memastikan siapa yang Han Hae Su maksud. "Apakah dia pamanmu yang pernah ke masa depan?" tanya Han Hae Su lagi. Arash mengangguk, meski tidak paham mengapa Han Hae Su menanyakan itu. "Bagaimana cara pamanmu ke masa depan?" tanya Han Hae Su lagi. Arash menatap Han Hae Su dengan tatapan penuh tanya, "hei, aku seorang peneliti, hal-hal yang diluar ilmu pengetahuan membuatku bertanya-tanya... Mengapa manusia biasa bisa melakukan perjalanan waktu tanpa bantuan teknologi? Hanya itu saja..." kata Han Hae Su menjelaskan. "Pamanku berangkat dengan ayahku, kata paman ayah memiliki kemampuan berteleportasi, bakat yang ia dapatkan karena menjalin kontrak dengan Naga..." jelas Arash, ia menjelaskan tanpa mengurangi dan mele