Selama di perjalanan, Jatiagung selalu melatih Arash dan Fatta, mereka selalu bersinggah saat malam hari dan membangun tenda. Di saat seperti itu Jatiagung memperbolehkan Arash menggunakan kuas ajaib untuk menggambar tenda serta keperluan lainnya. Tetapi Jatiagung tetap memberi Arash peringatan untuk tidak begitu menggunakan kuas ajaib, itu semua agar Arash tidak bergantung kepada kekuatan kuas ajaib. "Nggak ada yang abadi di dunia ini Arash, bahkan manusia saja nggak bisa sepenuhnya bergantung kepada manusia lainnya. Aku harap kamu bisa memahami itu, terkadang kita harus mengandalkan diri sendiri dan hanya bersandar kepada Yang Maha Kuasa." Arash mengangguk dan mendengarkan dengan baik apa yang Jatiagung sampaikan. "Guru, seperti apa surga dunia itu?" tanya Arash kemudian. Wajah Jatiagung berubah menjadi sendu, "tempat yang memberikan segala tipu daya, menggodamu dengan segala cara dan membuatmu terlena hingga lupa bahwa di tempat itu semuanya nggak nyata. Tempat itu men
"Apa yang kalian inginkan?" Arash mencoba meredam amarahnya. Lagipula saat ini lawannya adalah wanita, kalau dulu mungkin Arash takkan segan-segan memukul mereka, sekarang Arash mencoba menahan diri kali ini. "Kami hanya menginginkan dia, tetapi kalau kamu juga mau, aku bisa membawamu bersama kami," senyum wanita itu begitu menggoda, beruntung Arash belum memasuki masa puber pertamanya, saat ini yang menjadi tujuan Arash adalah bertemu ayahnya serta meningkatkan kekuatannya, jadi wanita bukanlah godaan terbesar untuk Arash. "Siapa kalian sebenarnya?" tanya Arash lagi, Fatta membantu Mei Xue untuk berdiri. Mereka kini berada di samping Arash, mencegah segala kemungkinan yang terjadi. Wanita itu mendekat, ia mengangkat tangannya, seketika Fatta dan Mei Xue ingin kembali menyerang, tetapi Arash mengangkat tangannya. Mereka kira wanita itu ingin melukai Arash, ternyata ia malah membelai wajah Arash dengan lembut. Senyumnya juga terlihat begitu kejam. Wanita itu ibarat mawar hitam y
Arash mulai terpojok, baru kali ini Arash merasa seperti tidak berguna. Saat ini sudut matanya menangkap keadaan Mei Xue yang tidak begitu baik. Tetapi para wanita dari sekte bunga beracun terus menyerangnya tanpa memberi Arash kesempatan untuk beristirahat. "Mei Xue, kamu nggak apa-apa?" tanya Arash tanpa mengalihkan perhatiannya dari kedua orang wanita yang kini menyerangnya. "A-ku nggak apa-apa!" sahut Mei Xue, ia terlihat dalam keadaan lemah, tetapi ia tidak mau Arash merasa ia hanya menjadi beban. Arash kemudian mengerahkan segala kemampuannya untuk menyerang kedua orang itu, kali ini Arash membuang segala belas kasihannya. Arash mengeluarkan kuas ajaibnya, kali ini ia harus melakukan segala cara untuk menyelamatkan teman-temannya. "Wush!" Arash mengayunkan kuas ajaib yang telah membesar, membuat kedua pasukan wanita itu mundur ketika melihat kuas ajaib itu. "Ketua!" teriak keduanya, mereka tentu mengenali artefak kuno di tangan Arash. Asmara menoleh dan mem
Jatiagung terdiam, seolah baru saja diserang ribuan perasaan sakit yang kini menderanya, Jatiagung menangis pilu, menyesali semua yang terjadi. Asmara tidak peduli, baginya air mata Jatiagung sudah tidak ada gunanya, anaknya takkan bisa kembali. "Jatiagung, hentikan air matamu! Aku mual melihatmu menangis," cibir Asmara. Jatiagung tidak bisa menghentikan tangisannya, ia merasa begitu sedih. Bahkan anak yang tidak bersalah pun harus menanggung dosanya. "Asmara, bunuhlah aku! Kamu berhak melakukan itu!" pinta Jatiagung. Asmara mencibir Jatiagung, karena saat ini ia masih dalam pengaruh totok yang membuatnya tidak bisa bergerak. Kalau saja ia bisa bergerak, maka ia pasti akan menghabisi Jatiagung untuk meluapkan segala kemarahannya. Fatta terlihat gelisah melihat sikap Jatiagung, ia terlihat begitu sedih. "Tuan, jangan seperti ini! Kamu nggak berhak menentukan hidup dan matimu dengan cara seperti ini." Meski Fatta tidak tahu dengan jelas seperti apa kejadiannya, tetap
Semenjak bertemu Asmara, Jatiagung nampak bersedih. Meski ia mencoba terlihat tegar, tetapi perkataan Asmara membuat gurunya lebih banyak merenung. "Arash, sebaiknya kamu bicara dengan gurumu, biasanya ia yang mengajarkanmu tentang banyak hal, ia juga menghiburmu, sekarang giliranmu menghiburnya, setiap manusia punya waktu terpuruknya." Setelah berkata seperti itu, Fatta memberikan ubi bakar madu yang mereka gambar. "Baiklah," sahut Arash, ia membawa ubi bakar madu kepada gurunya dengan alas daun pisang. "Guru, makanlah lebih dulu." Arash menyerahkan ubi bakar madu ke dekat Jatiagung. Biasanya Jatiagung akan bersemangat jika berkaitan dengan makanan. Tetapi, kali ini wajahnya nampak sendu. "Arash, aku bersalah, seharusnya kalian biarkan saja Asmara membunuhku," kata Jatiagung, nada bicaranya terdengar bergetar begitu mengetahui anaknya mati karena sekte bunga beracun. "Guru, kamu nggak boleh marah kepada dirimu sendiri, jika aku jadi anakmu, pada awalnya mungkin aku akan mar
Bukan hanya mampu menyembuhkan energi kehidupan Jatiagung, tetapi ramuan yang Arash berikan juga mampu mengembalikan penglihatan Jatiagung seperti semula. Jatiagung belum terbiasa, ia merasa silau ketika cahaya memasuki matanya. Jatiagung menunduk untuk membiasakan matanya melihat cahaya, ternyata dunia telah banyak berubah. Kini Jatiagung tersadar, mengapa ia dengan bodohnya membutakan matanya sendiri, menghilangkan bentuk nikmat dari Yang Maha Kuasa. "Arash, ayo kita berangkat ke tempat itu." Arash mengangguk, kini gurunya telah melihat dengan sempurna. Kali ini mereka tidak menggunakan peta yang diberikan oleh siluman Raja kera. Mereka menaiki Naga muda agar bisa sampai lebih cepat ke surga dunia.Jatiagung mengetahui tempat itu lebih dari apa pun, seperti kembali ke rumah yang telah lama ia tinggalkan. "Sraaaasssh!" Sebuah penghalang terlewati, sebuah dimensi yang berbedabegitu mereka memasuki sebuah hutan dengan cahaya hewan-hewan kecil spiritual. "Jika nggak mengetahu
Naga muda mengangguk pelan, ia kemudian mengubah dirinya sedikit lebih besar dan menutupi Arash, Fatta, Jatiagung dan Mei Xue dengan sayapnya. Mereka kemudian menjadi tak terlihat karena Naga muda segera berkamuflase. Tak berapa lama, mereka mulai mendengar suara langkah kaki di sekitar rumah Norman. "Apa itu?" Arash bertanya dengan tatapan matanya dan mengapa mereka harus bersembunyi saat ini? Jatiagung hanya memberi isyarat dengan tangannya. Suara-suara itu masih terdengar mengelilingi rumah. "Apa mereka berada di dalam?""Tentu saja, mereka ada di dalam."Suara-suara itu terdengar berbicara dengan pelan. Namun Arash bisa mendengar meski nampak lirih. "Apa kamu sudah memasang mahluk yang bisa membuat mereka tidur?" tanya suara di luar. "Sudah, jadi tenang dan masuklah!"Beberapa orang nampak masuk ke dalam rumah, tampilan mereka masih sama seperti manusia pada umumnya. Sepertinya Norman berniat menjebak Jatiagung dan teman-temannya. "Sialan, di mana mereka?" tanya seorang pri
"Mengapa kota pertengahan menjadi seperti ini? Apa kedua sekte kembali berperang?" tanya Jatiagung. "Mereka selalu berperang Jatiagung, hanya saja kali ini sepertinya mereka membuat kesepakatan yang saling menguntungkan buat mereka." Norman menjawab sembari mengunyah makanannya secara perlahan. Sulit menemukan nasi di tempat ini, ada banyak makanan nikmat. Tetapi, semua itu bukan berasal dari alam manusia seperti pada umumnya. "Kesepakatan? Apa kamu tahu kesepakatan seperti apa?" tanya Jatiagung lagi. "Sekte kegelapan akan meminta sekte bunga beracun untuk mengirimkan 10 wanita cantik selama 7 malam untuk melayani mereka, sebagai bayarannya mereka memberikan banyak sumber daya dan pangan untuk sekte bunga beracun." Arash, Fatta dan Mei Xue mendengarkan segala percakapan kedua sahabat lama itu. Sedangkan Naga muda sedang berjaga di luar rumah, karena hanya ia yang mampu melakukan kamuflase agar tidak ada yang menyadari keberadaannya. "Darimana sekte kegelapan mendapatkan