Bukan hanya mampu menyembuhkan energi kehidupan Jatiagung, tetapi ramuan yang Arash berikan juga mampu mengembalikan penglihatan Jatiagung seperti semula. Jatiagung belum terbiasa, ia merasa silau ketika cahaya memasuki matanya. Jatiagung menunduk untuk membiasakan matanya melihat cahaya, ternyata dunia telah banyak berubah. Kini Jatiagung tersadar, mengapa ia dengan bodohnya membutakan matanya sendiri, menghilangkan bentuk nikmat dari Yang Maha Kuasa. "Arash, ayo kita berangkat ke tempat itu." Arash mengangguk, kini gurunya telah melihat dengan sempurna. Kali ini mereka tidak menggunakan peta yang diberikan oleh siluman Raja kera. Mereka menaiki Naga muda agar bisa sampai lebih cepat ke surga dunia.Jatiagung mengetahui tempat itu lebih dari apa pun, seperti kembali ke rumah yang telah lama ia tinggalkan. "Sraaaasssh!" Sebuah penghalang terlewati, sebuah dimensi yang berbedabegitu mereka memasuki sebuah hutan dengan cahaya hewan-hewan kecil spiritual. "Jika nggak mengetahu
Naga muda mengangguk pelan, ia kemudian mengubah dirinya sedikit lebih besar dan menutupi Arash, Fatta, Jatiagung dan Mei Xue dengan sayapnya. Mereka kemudian menjadi tak terlihat karena Naga muda segera berkamuflase. Tak berapa lama, mereka mulai mendengar suara langkah kaki di sekitar rumah Norman. "Apa itu?" Arash bertanya dengan tatapan matanya dan mengapa mereka harus bersembunyi saat ini? Jatiagung hanya memberi isyarat dengan tangannya. Suara-suara itu masih terdengar mengelilingi rumah. "Apa mereka berada di dalam?""Tentu saja, mereka ada di dalam."Suara-suara itu terdengar berbicara dengan pelan. Namun Arash bisa mendengar meski nampak lirih. "Apa kamu sudah memasang mahluk yang bisa membuat mereka tidur?" tanya suara di luar. "Sudah, jadi tenang dan masuklah!"Beberapa orang nampak masuk ke dalam rumah, tampilan mereka masih sama seperti manusia pada umumnya. Sepertinya Norman berniat menjebak Jatiagung dan teman-temannya. "Sialan, di mana mereka?" tanya seorang pri
"Mengapa kota pertengahan menjadi seperti ini? Apa kedua sekte kembali berperang?" tanya Jatiagung. "Mereka selalu berperang Jatiagung, hanya saja kali ini sepertinya mereka membuat kesepakatan yang saling menguntungkan buat mereka." Norman menjawab sembari mengunyah makanannya secara perlahan. Sulit menemukan nasi di tempat ini, ada banyak makanan nikmat. Tetapi, semua itu bukan berasal dari alam manusia seperti pada umumnya. "Kesepakatan? Apa kamu tahu kesepakatan seperti apa?" tanya Jatiagung lagi. "Sekte kegelapan akan meminta sekte bunga beracun untuk mengirimkan 10 wanita cantik selama 7 malam untuk melayani mereka, sebagai bayarannya mereka memberikan banyak sumber daya dan pangan untuk sekte bunga beracun." Arash, Fatta dan Mei Xue mendengarkan segala percakapan kedua sahabat lama itu. Sedangkan Naga muda sedang berjaga di luar rumah, karena hanya ia yang mampu melakukan kamuflase agar tidak ada yang menyadari keberadaannya. "Darimana sekte kegelapan mendapatkan
Mereka keluar dari rumah Norman ketika keadaan telah lebih baik, para warga di kota pertengahan beraktivitas seperti biasa dan tidak begitu peduli dengan keberadaan mereka. Kota ini nampak cantik, rumah-rumah di sini memang berukuran kecil. Dibuat dari bahan yang bukan kayu biasa. Kalau menatap ke arah selatan dan utara mereka bisa lihat kalau ada bangunan-bangunan megah yang menjulang tinggi. Bukan hanya itu, pemandangan pagi ini memang menggambarkan tempat ini seolah surga dunia. Karena ada bunga-bunga indah yang menghiasinya, ada pula batu-batu indah dengan nilai tinggi. Air yang mengalir deras seperti sungai-sungai kecil dengan aneka ikan hias di dalamnya. "Guru, batu apa ini?" tanya Arash, ia belum pernah melihat batuan indah yang ada di kota pertengahan. "Batu merah delima, jantung sang Naga." ketika Norman mengatakan itu Naga muda bereaksi. "Heh?!" "Hanya perumpamaan saja," Norman tertawa. Setelah itu Naga muda kembali berkamuflase dan bertengger di bahu Arash.
Arash menahan kedutan di wajahnya, kalau bukan karena Fatta adalah pamannya, sudah pasti pukulan ini akan melayang kepadanya. "Paman!" protes Arash dengan mata mendelik. Fatta menahan tawanya, ia bahkan sedikit menjauh karena tak kuasa menahan tawa. Astaga! Arash sungguh menggemaskan di mata Fatta. "Mengapa Kakak jadi terlihat lebih cantik dariku?" protes Mei Xue. Bukannya senang, Arash malah memberi Mei Xue jitakan di kepala. "Aduh!" Mei Xue hanya bisa mengelus kepalanya kemudian mengikuti Arash tanpa berani mengejeknya lagi. Tidak berapa lama akhirnya mereka sampai di depan halaman sekte bunga beracun. Seperti namanya bunga beracun tersebar di mana-mana, dengan keindahan yang mampu menggoda siapa pun yang melihatnya. Ketika terhisap aromanya, seseorang bisa saja mati. Karena itulah Norman, Jatiagung dan Fatta hanya bisa melihat dari kejauhan. Hal tepat ketika mengirim Mei Xue yang merupakan siluman ular, sedangkan Arash, ia memiliki Elixir healing potion yang bisa ia m
"Yah, hanya itu keinginan kami, makanan lezat, seperti yang aku lihat, kamu menggunakan kuas ajaib milik Raja Iblies, jadi aku juga tahu kalau benda itu nggak bisa digunakan oleh orang lain dan hanya bisa digunakan olehmu, benar bukan!" Anastasya duduk sembari menyilangkan kaki. Ia memakan buah di atas meja. Buah yang nampak bening, tidak seperti buah lainnya, lebih seperti agar-agar. "Katakan lebih dulu apa yang harus aku lakukan?" tanya Arash. "Kamu hanya perlu menahan makan dan minum, bukan hanya itu, setelah itu kamu nggak boleh bicara, meski kamu ingin bicara, bahkan di dalam hatimu." Anastasya melirik Arash, ia tahu kalau cara ini akan berhasil. "Dari mana aku tahu kalau cara itu berhasil? Kamu bisa saja membunuhku," tuduh Arash. Anastasya tergelak, "membunuhmu? Apa itu mungkin sedangkan di dalam tubuhmu sedang bersemayam Raja Iblies, anak muda aku nggak senekat itu ingin membunuhmu! Apa kamu nggak sadar kalau selama ini kedua siluman itu juga sedang mengikuti mu?" tanya Ana
Arash mengepalkan tangannya, ia merasa tak kuat dan ingin membuka matanya, ia ingin bertemu kedua orangtuanya. Hal yang wajar bukan? "Arash, mengapa kamu nggak membuka mata nak?" suara Rama lagi-lagi terdengar di telinga Arash. "Arash, maafkan ayah! Arash ...." Ketika Arash ingin membuka mata, kali ini suara Rama menghilang. Berganti dengan suara Fatta. "Arash, kamu mengapa ada di sini? Lama sekali paman menunggumu di luar!" "Arash apa yang kamu lakukan? Buka matamu, tempat ini aneh sekali! Arash!" "Astaga, ini yang nggak paman suka darimu! Kamu berbuat sesuka hatimu Arash!" "Arash, apa yang kamu tunggu, cepatlah kita pergi!" Kali ini Arash ingin membuka matanya, ingin memukul suara yang meniru suara Fatta. Haish! Arash benar-benar kesal, bahkan ketika ia mengomel seperti itu sangat mirip dengan pamannya. "Arash, cepatlah! Haish, karena inilah kedua orangtuamu meninggalkan kamu Arash, karena kamu sulit diatur!" Arash mengepalkan tangannya, saat ini rasanya ada kedut
Arash segera mengikuti Anastasya, ia begitu khawatir dengan keadaan teman-temannya. Jika apa yang Anastasya katakan benar, maka kemungkinan saat ini keadaan teman-temannya akan sulit. Mengingat begitu sulit mencari makanan di tempat ini. Arash dengan langkah yang terburu-buru mengikuti Anastasya dari belakang, tetapi betapa bingungnya Arash begitu mendapati teman-temannya malah makan dengan nikmat. Bahkan tidak terlihat kesulitan. "Ha! Apa yang baru saja aku khawatirkan?" gumam Arash kesal. "Arash! Akhirnya kamu keluar juga!" Fatta segera menghampiri Arash, begitu pula dengan Jatiagung dan Norman. Sedang Mei Xue segera berlari dan memeluk Arash, perasaan baru seminggu Arash berada di dalam gua. Mengapa mereka memperlakukan Arash seolah lama tak berjumpa. "Haish! Jangan memeluk seperti ini, sungguh memalukan." Arash berusaha melepaskan pelukan Mei Xue darinya, tetapi gadis muda itu masih mempererat pelukannya, ia menangis terisak di dalam pelukan Arash. Arash menatap F