Share

Bab 134

Author: Fatimah
last update Last Updated: 2025-03-01 21:07:49

“Kamu itu bodoh atau tolol sih? Kan sudah aku bilang berulang kali, jangan berharap lagi padaku! Aku sudah punya Sean, bahkan pernikahan kami akan digelar dua Minggu lagi!“ teriaknya.

Aric mengerutkan dahi, dan ekspresinya berubah terkejut. Dia menatap Naira bingung, seakan tak percaya kalau perempuan itu bisa berkata kasar padanya.

“Khai, sadar! Dia itu nggak sehat. Kalau kamu pikir dia nggak akan menyakitimu, kamu salah besar,“ ujarnya lembut.

Naira tidak menjawab. Dia hanya melangkah pergi dengan cepat. Lalu berdiri di sisi Sean yang entah sejak kapan melihatnya bersama Aric.

Naira memasang senyuman manis. Seolah tak terjadi apa-apa.

“Kalian ngapain?“ tanya Sean, dengan nada datar. Matanya menatap ke arah Aric penuh selidik.

“Nggak ngapa-ngapain. Aric cuma ngucapin selamat aja,“ jawab Naira sambil mengusap bahu Aric.

“Oh ya? Dia nggak mencoba menggodamu kan?“ tanya Sean, lagi. Naira tersenyum tipis, bergelayut di lengan Sean. Dia tahu kalau lelaki itu sedang dikuasai rasa cemburu
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 135

    Aric menoleh, memasang ekspresi serius. “Apa itu,Dad?”Pak Frans mengambil napas dalam. “Beberapa hari lalu, sahabat Daddy yang di Tiongkok menelepon. Rumah sakit miliknya sedang mencari dokter anak. Dia menawarkan posisi itu ke Om Dylan, tapi Om Dylan berpikir kamu lebih cocok.”Aric mengerutkan dahi. “Tiongkok?”“Iya. Posisi ini bagus, Ric. Selain gajinya besar, lingkungannya mendukung. Kalau kamu mau, Daddy akan mengatur semuanya,” tambah Pak Frans.Aric terdiam, pikirannya kembali berkecamuk. Di satu sisi, ini adalah kesempatan besar. Di sisi lain, dia tahu meninggalkan Indonesia berarti meninggalkan semua orang yang dia sayangi—termasuk Naira.“Pikirkan baik-baik. Daddy nggak akan memaksa. Tapi kalau kamu terus seperti ini, terjebak dalam masa lalu, mungkin ini jalan terbaik untukmu,” kata Pak Frans, sambil menatap Aric serius. Aric hanya mengangguk, tak mampu berkata apa-apa.**Naira duduk di ruang tamu rumah Sean dengan gelisah. Sean baru saja pergi ke dapur untuk mengambil m

    Last Updated : 2025-03-01
  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 136

    Langit menggantungkan awan kelabu yang berat di senja itu. Kafe kecil di sudut jalan menjadi pelarian bagi mereka yang membutuhkan kehangatan. Lampu-lampu redup di dalamnya memancarkan cahaya lembut, beradu dengan aroma kopi yang menyeruak di udara. Di sudut dekat jendela besar, Sean duduk dengan secangkir cappuccino yang kini hanya tersisa separuh. Matanya sesekali melirik ke luar, menembus kaca yang dipenuhi jejak rintik hujan. Sudah dua puluh menit dia menunggu seseorang yang sebenarnya tak dikenalnya sama sekali.Sean mendatangi kafe itu berbekal dari DM yang dikirimkan Liinata. DM itu tentu saja memantik rasa penasarannya. Bagaimana tidak, Liinata mengaku sebagai seseorang yang dekat dengan Aric dan mempunyai sebuah rahasia antara Aric dengan Naira.Dering ponsel mengalihkan atensinya. Sean lekas berdiri dengan cepat, dan menjawab panggilan dari Liinata. “Kamu di sebelah mana?“ tanya Liinata. Sean tak langsung menjawab. Matanya meliar, menyapu seluruh kafe yang memang tak b

    Last Updated : 2025-03-02
  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 137

    Naira mengangkat wajahnya, menatap Sean dengan tenang. “Ya. Itu aku, Sean.”Jawaban itu membuat Sean semakin murka. Dengan gerakan cepat, dia mengambil gelas jusnya dan menyiramkannya ke wajah Naira. Cairan dingin itu mengalir di wajah dan bajunya, tetapi Naira tidak bergeming. Dia tetap menatap Sean dengan tatapan tegas tanpa mengusapnya sama sekali.“Dasar Perempuan murahan!” Sean berteriak, nadanya penuh hinaan. “Aku bodoh karena pernah berpikir kamu layak jadi istriku!”Naira tertawa sumbang, mengusap wajahnya dengan tisu, lalu berdiri. “Terima kasih, Sean. Terima kasih sudah membuat semuanya jadi sangat mudah bagiku.”Sean terdiam, matanya menyipit. “Apa maksudmu?”Naira menghela napas berat. “Dari awal, aku tak pernah tertarik padamu. Apalagi setelah tahu kalau kamu itu sakit jiwa . Dan asal kamu tahu, aku mau menikah denganmu karena sebuah tujuan. Dan sebentar lagi tujuanku tercapai.“Ekspresi puas tercetak di wajah Naira. Sean menggebrak meja dengan keras. Tetapi Naira malah

    Last Updated : 2025-03-04
  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 138

    *“Jadi kamu kerjasama sama Atma buat ngejeblosin Sean ke penjara?“ tanya Bu Anya setelah Naira menceritakan tujuan awalnya menikah dengan Sean dan kesepakatannya dengan Pak Atma.“Iya, Bun. Awalnya aku mau ngatasin Sean sendiri saja. Tapi tiba-tiba Pak Atma datang, lalu ngajak kerja sama. Aku sempat ragu awalnya, tapi Alhamdulillahnya Pak Atma itu memang amanah. Kalau tanpa Pak Atma, belum tentu juga aku tahu kalau ternyata Sean itu sakit jiwa,“ papar Naira. Dia pun menceritakan tentang apa yang terjadi di keluarga Sean. Bu Anya jelas paling terkejut. Dia tak menyangka kalau Bu Annisa ternyata bisa berbuat seperti itu.“Nai, tapi setelah ini kamu harus tetap hati-hati. Aku yakin, Sean nggak bakalan nyerah gitu aja. Dia pasti ngincar kamu,“ kata Rio.Naira mengangguk. Dia pun berpikir seperti itu. Sebelum Sean ditangkap pihak berwajib, maka hidupnya pun belum bisa dikatakan tenang. Namun meski begitu, dia yakin tak lama lagi mantan calon suaminya itu akan ditangkap pihak berwajib.**

    Last Updated : 2025-03-04
  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 139

    Sean tertawa puas melihat Naira yang di matanya terlihat sangat tak berdaya. Naira merasakan jantungnya berdetak kencang. Mata bulat nan cokelatnya menatap lurus ke arah Sean, mencoba membaca gerakan lelaki itu. Napasnya tertahan, tapi dia menolak untuk menunjukkan ketakutannya lebih jauh. “Sean …” Suaranya gemetar, tapi tetap berusaha tenang. “Apa yang kamu lakukan? Apa kamu benar-benar ingin merusak hidupmu hanya karena aku?” Sean menyeringai, sudut bibirnya terangkat penuh kebencian. “Hidupku sudah rusak sejak kamu masuk ke dalamnya, Naira. Jadi, kenapa aku harus peduli?” Tangannya yang menggenggam pistol gemetar sedikit, tapi tatapannya tidak goyah. Sementara itu, Naira mencoba mencari celah untuk bergerak. Dia tahu bahwa Sean adalah tipe yang suka mengintimidasi, tapi dia juga tahu bahwa lelaki itu tidak sepenuhnya stabil. “Sean, dengarkan aku!” Naira kembali melangkah mundur perlahan, mencoba menambah jarak. “Kamu masih bisa menghentikan ini. Tidak ada gunanya melanj

    Last Updated : 2025-03-05
  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 140

    “Mommy … Mommy … jangan tinggalin kami.““Mommy … aku janji, nggak bakalan nyusahin Mommy. Tapi Mommy harus bangun.“Suara bersahutan si kembar diiringi tangis keduanya membuat Naira mengernyit bingung. Dia yang masih berada di alam bawah sadar, perlahan membuka mata. Mengerjap pelan, lalu membeliak saat melihat si kembar menangis.“Abang … Adek ….“ Si kembar dan yang lainnya sontak menoleh padanya.“Mommy? Mommy sudah sadar?“ Shaka menatapnya dengan mata berkaca-kaca. “Alhamdulillah, Sayang.“ Naira menjawab dengan ekspresi kebingungan.“Tadi kamu tiba-tiba pingsan, Nai,“ ujar Adila. Naira terdiam sejenak. Lalu menghela napas berat. Mengucapkan istighfar sambil mengusap dadanya.“Lo jangan bikin kita khawatir lagi, Nai. Kita takut tau!“ omel Meera.“Iya, Mommy. Aku takut.“ Razka langsung memeluknya. Begitupun dengan Shaka.“Mommy nggak apa-apa, cuma kecapean aja,“ ujar Naira sambil mengusap rambut si kembar dengan lembut.Bu Anya yang baru datang sambil membawa teh manis hangat sont

    Last Updated : 2025-03-05
  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 141

    “Tenang, Nis! Kendalikan emosimu!“ seru Bu Anya sambil menarik bahu Bu Annisa yang sedang dikuasai amarah.“Tak usah ikut campur! Kamu dan dia sama saja. Pokoknya saya nggak mau tahu, kamu harus mengganti semua kerugian,“ katanya sambil menyentak tangan Bu Anya dengan kasar.“Kalau dengan mengganti semuanya bisa membuat Ibu tenang, baiklah saya akan menggantinya. Berapa yang harus saya ganti?“ sahut Naira dengan tenang.Ucapan itu membuat Bu Anya tertegun. Bu Anya memegang lengan Naira dengan cemas. “Nai, kamu nggak perlu seperti itu.” Namun, Bu Annisa tersenyum sinis. “Oh, jadi kamu pikir kamu bisa membayar dengan uang dan semuanya akan selesai? Baiklah! Kalau begitu, ganti semua yang sudah saya keluarkan. Undangan, dekorasi, catering, busana, semuanya!” Naira mengangguk pelan. “Sebutkan saja jumlahnya, Bu.” “Yakin kamu bisa menggantinya?” tanya Bu Annisa dengan nada mengejek. “Kalau saya tidak mampu, saya akan mencicil. Tapi saya tidak akan lari dari tanggung jawab saya,” j

    Last Updated : 2025-03-05
  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 142

    Naira urung melanjutkan. Dia tak mau Bu Anya ikut syok kalau tahu berapa jumlah yang harus dibayarkan pada Bu Annisa. Dia takut Bu Anya kepikiran, lalu meminta Rio dan Meera untuk membantunya. “Cuma apa, Nai?“ Bu Anya bertanya lagi.“Cuma agak mumet aja, Bun. Banyak yang nanyain kenapa akun Ig sama tiktokku nggak ada,” jawab Naira yang tentunya hanya dusta.“Oh … itu. Kirain ada apa. Kalau kondisinya sudah kondusif, aktifkan lagi sosmedmu, Nai. Sayang banget kalau dianggurkan gitu,“ ujar Bu Anya. “Siap, Bun.“*Naira membelokkan mobilnya ke halaman rumah sakit seraya menahan napas. Perasaan gugup mengiringinya. Dia belum tahu akan bicara apa saat bertemu Aric nanti.Setelah memarkirkan mobil, Naira langsung membawa si kembar ke poli anak. Sepanjang koridor menuju poli anak, matanya tak henti menyisir ke sekeliling. Membuat Shaka menatapnya dengan dahi berkerut.“Mommy nyari siapa? Om Dokter Ganteng ya?“ tanyanya. Naira tergagap. Lalu tersenyum kaku sambil menggeleng pelan.“Nggak k

    Last Updated : 2025-03-06

Latest chapter

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 154

    Setelah resepsi pernikahan Hilma selesai, Aric pun lantas mengantar Naira pulang. Mobil yang mereka tumpangi, meluncur perlahan di jalanan yang ramai lancar. “Kamu lelah, Babe?“ tanya Aric sambil melirik Naira yang bersandar di kursi dengan mata terpejam. “Lumayan. Tapi aku happy, kok,“ jawab Naira sambil membuka matanya dan tersenyum tipis. Aric ikut tersenyum. “Aku lebih bahagia darimu, Babe. Karena akhirnya aku bisa mengenalkan perempuan yang kucintai pada Daddy, Ibu, dan semua keluarga,“ katanya. Naira menatapnya beberapa saat tanpa mengerjap. “Kamu tahu? Sudah lama sekali aku menantikan momen ini. Mengenalkanmu pada seluruh keluarga, dan mengatakan pada mereka kalau kamu lah satu-satunya perempuan yang tak lekang menempati hati ini,“ ujar Aric lagi. Mata Naira memanas seketika. Walau terasa berlebihan, tapi ucapan Aric benar-benar membuatnya terharu. “Kamu lebay ih,“ kelakarnya sambil pura-pura tertawa. Menyamarkan genangan air yang menggantung di pelupuk matanya. Aric i

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 153

    “Hah? Serius?“ pekik Hilma hampir berteriak, suaranya cukup menarik perhatian tamu terdekat.“Kenapa?“ Aric terkekeh melihat reaksi Hilma. Hilma menggeleng. Lalu menatap Pak Frans dan Bu Hania yang ikut bahagia melihat Aric akhirnya mendapatkan cintanya.“Apapun yang terjadi di antara kalian, ibu sama Daddy ikut senang karena akhirnya kalian bisa bersama,“ ujar Bu Hania.“Iya kan, Mas?“ Dia menatap Pak Frans yang langsung mengangguk.“Aku juga ikut senang, Bu. Tapi—“Ucap Hilma, tapi terhenti saat tiba-tiba saja Aric membisikkan sesuatu padanya. Hilma sesekali melirik pada Naira, lalu mengangguk.“Makasih, Bocil!“ seru Aric sambil beranjak ke sisi Naira.“Kamu tunggu dulu di sini, ya!“ serunya.“Memangnya kamu mau ke mana?“ Naira menatapnya penasaran.“Ada perlu sebentar,“ jawab Aric. Naira mengangguk ragu. Sambil menunggu Aric, dia pun lantas menyalami Hilma. Tak lupa mendoakan yang terbaik untuk calon iparnya itu. Setelah itu dia menyalami Pak Frans dan Bu Hania, yang langsung meme

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 152

    Naira memutar bola matanya, tak ingin memperpanjang obrolan. Dia tahu betul, kalau Aric sudah punya rencana, sulit baginya untuk mengubah keputusan lelaki itu. “Taksinya sudah datang. Ayo, Babe!“ seru Aric sambil mengambil alih koper Naira. Naira pun mengikutinya dengan bibir mengerucut. Sejujurnya dia ingin pulang ke rumahnya. Lalu bertemu si kembar. “Kenapa cemberut terus?“ tanya Aric saat di perjalanan menuju hotel. “Aku kangen si kembar,“ jawab Naira sendu. “Maaf, ya. Tapi ini juga demi kelancaran segalanya. Setelah dari acara Hilma, kita langsung ke rumahmu. Aku akan meminta izin langsung sama si kembar,“ sahut Aric. Naira menghela napas panjang. “Oke deh.“ Pagi cukup cerah saat Naira sibuk mematut dirinya di cermin. Jika biasanya dia mengenakan gaun buatannya sendiri, kali ini Naira mengenakan gaun berwarna pastel yang dua hari lalu dibeli Aric. Gaun itu tampak elegan, menawan tapi tak mencolok. Ukurannya pun begitu pas di tubuh Naira. “Kok deg-degan ya?“ gu

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 151

    “Ric, kenapa?“ Naira kembali bertanya. Aric kembali mengusap wajahnya. “Malam ini dan seminggu ke depan, kamu tidur di sini ya?“ katanya. “Sama kamu?“ tanya Naira. “Maunya sih begitu,“ jawab Aric sambil membuang napas “Tapi no! Aku mau nginep di apartemen temanku saja, Babe. Aku nggak yakin bisa menahan diri kalau dekat-dekat terus sama kamu,“ jawab Aric. Seketika hati Naira dipenuhi haru. “Kamu …“ “Aku nggak yakin bisa menjaga diri kalau berada di dekatmu, Khai. Sekarang hanya ini yang bisa aku lakukan sebelum kita halal,“ ujar Aric. Seketika air mata Naira mengalir. Bukan air mata sedih, tapi haru. “Kok nangis? Sedih nggak aku sentuh?“ kelakar Aric. Naira langsung mengerucutkan bibirnya. “Baru aja aku terharu, eh kamu malah bikin kesel,“ katanya. Aric pun tertawa lepas. “Udah masuk jam makan siang. Kita cari makan dulu, yuk!“ ajak Aric. “Boleh. Tapi shalat dulu, ya!“ balas Naira. “Oke.“ ** Aric membawa Naira ke sebuah restoran halal langganannya. Sebe

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 150

    “Nggak! Aku nggak mau!“ seru Aric dengan mata melotot.Mendengar penolakan Aric, dunia Naira seolah runtuh. Naira menghela napas sejenak, lalu berbalik hendak meninggalkan Aric. Tapi sedetik kemudian, Aric menarik tangannya dengan kencang hingga Naira jatuh ke pelukannya.Naira mengerjap pelan. Dahinya sedikit mengerut, mencerna apa yang sebenarnya diinginkan Aric.“Apa yang sebenarnya kamu inginkan, Khai? Tadi kamu bilang membutuhkanku, mencintaiku, tapi kenapa tiba-tiba tiba-tiba kamu bilang ingin bersahabat denganku? Jangan main-main dengan hatiku, Khaira!“ serunya tegas dengan suara tertahan.“Aku nggak main-main, Ric. Aku hanya ….“ Naira tak mampu menyelesaikan perkataannya.“Aku nggak mau kalau hanya jadi sahabatmu, Khai. Aku bosan jadi sahabatmu. Dari SMP sampai setua ini, tak bisakah aku menjadi pendamping hidupmu, Khai? Memilikimu seutuhnya?“ Aric menatap Naira lekat-lekat. Naira menelan salivanya susah payah. Lidahnya terasa kelu, tak tahu harus berkata apa lagi setelah men

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 149

    “Jadi gimana, Nai? Lo masih belum ketemu Aric?“ tanya Meera. Malam itu, sepulang dari rumah sakit, Naira melakukan video call dengan ketiga sahabatnya. “Belum, Meer.“ Naira menjawab lesu dengan mata berkaca-kaca. “Si Erlangga nggak ngerjain Lo kan, Nai?“ sahut Cantika. Naira mengangkat bahu. “Keknya sih enggak. Cuma emang kebijakan rumah sakitnya ketat. Andai punya nomor Aric, pasti nggak bakalan sesusah ini,“ keluhnya. Ke tiga sahabatnya saling melirik. Merasa iba pada Naira. Melihat seberapa besar effort perempuan itu mengejar cintanya. “Lo nggak punya nomor Erlangga juga?“ tanya Meera. “Enggak, Meer.“ Naira menghela napas berat. “Terus gimana? Kamu masih mau di situ atau gimana?“ tanya Adila. Naira terdiam sejenak. “Aku … belum tahu.“ Naira tak mau mengatakan kalau tabungannya menipis. Dia takut ke tiga sahabatnya itu turun tangan membantunya. Setelah panggilan video call berakhir, Naira berbaring miring sambil memeluk guling. Memikirkan apa kiranya langkah yang harus di

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 148

    Naira duduk di tepi ranjang hotelnya, menatap ke luar jendela yang berembun. Udara terasa menusuk, meski penghangat ruangan menyala. Langit di luar tampak kelabu, menandai musim gugur yang nyaris berakhir. Dia menarik nafas panjang, menyentuh kaca jendela dengan ujung jarinya, menyeka embun tipis yang menghalangi pandangannya. Trotoar di bawah sudah mulai ramai. Orang-orang berjalan terburu-buru, membungkus diri dengan mantel tebal, seolah tak sabar ingin menghindari dingin. Dari kejauhan, Naira melihat sekelompok burung kecil berterbangan, mencari tempat berlindung. Pemandangan itu membuatnya termenung. “Musim salju hampir tiba,” gumamnya pelan, sambil memeluk tubuhnya sendiri. Pagi itu terasa berbeda, bukan hanya karena udara yang dingin, tetapi juga karena hatinya yang masih bertahan dalam kegelisahan. Ada harapan kecil yang terus dia jaga, meski perlahan mulai meredup. Setelah mengisi perut, Naira kembali ke rumah sakit dengan semangat baru. Dia yakin, hari kedua akan berbe

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 147

    Waktu berlalu, Naira sibuk menyiapkan keberangkatannya. Dia sudah memesan tiket pesawat, hotel selama di sana, mencari tahu tentang rumah sakit tempat Aric bekerja, dan memastikan semua kebutuhan si kembar terpenuhi.“Mommy nggak bakalan lama kan ke luar negerinya?“ tanya Razka saat Naira meminta izin sebelum menidurkan mereka.Naira mengangguk sambil membelai rambut putra Razka dan Shaka bergantian.“Insya Allah, paling lama seminggu, Sayang. Selama mommy pergi, kalian jangan bertengkar, harus saling mengayomi,“ kata Naira.“Kalau aku sih oke, Mom. Tapi entah tuh Razka. Selama ini dia kan yang suka bikin ulah lebih dulu,“ sahut Shaka.Naira tertawa kecil, meski matanya mulai berkaca-kaca. Sedih sebenarnya harus meninggalkan si kembar. Andai punya tabungan lebih banyak, pasti dia akan mengajak mereka serta.“Pokoknya kalian jangan bertengkar. Abang harus mengayomi Adek, dan Adek harus hormat sama Abang.”“Siap, Mommy.“**Hari keberangkatan pun akhirnya telah tiba. Naira berdiri di ba

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 146

    Naira menatap mantan suaminya. Dia sama sekali tak marah. Setelah melihat tanggung jawab Hangga pada si kembar, rasa sakit lagi di hati seolah enyah entah kemana. Dia justru mendoakan yang terbaik untuk lelaki itu. “Selamat ya, Mas. Semoga kali ini Mas Hangga benar-benar bahagia. Aku harap dia juga jadi pelabuhan terakhir buat Mas.” “Aamiin,” jawab Hangga sambil tersenyum. “Terima kasih, Nai. Doa kamu berarti banget.” Hangga pun menyuruh si kembar meminta izin pada Bu Anya. Tanpa membantah, Shaka dan Razka langsung masuk menghampiri Bu Anya yang sedang memasak di dapur. Sedangkan Hangga memandang Naira dengan tatapan serius. Ada sesuatu yang sangat ingin dia tanyakan pada Naira. “Ngomong-ngomong, gimana hubungan kamu sama Aric? Aku dengar kalian dekat lagi?” Naira balas menatap Hangga dengan satu alis terangkat. Lalu tertawa kecil sebelum akhirnya menghela napas dan menggelengkan kepala. “Nggak, Mas. Jangankan dekat … yang ada Aric malah pindah ke luar negeri. Aku ngga

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status