Share

Bab 136

Author: Fatimah
last update Last Updated: 2025-03-02 22:25:12

Langit menggantungkan awan kelabu yang berat di senja itu. Kafe kecil di sudut jalan menjadi pelarian bagi mereka yang membutuhkan kehangatan. Lampu-lampu redup di dalamnya memancarkan cahaya lembut, beradu dengan aroma kopi yang menyeruak di udara.

Di sudut dekat jendela besar, Sean duduk dengan secangkir cappuccino yang kini hanya tersisa separuh. Matanya sesekali melirik ke luar, menembus kaca yang dipenuhi jejak rintik hujan.

Sudah dua puluh menit dia menunggu seseorang yang sebenarnya tak dikenalnya sama sekali.

Sean mendatangi kafe itu berbekal dari DM yang dikirimkan Liinata. DM itu tentu saja memantik rasa penasarannya. Bagaimana tidak, Liinata mengaku sebagai seseorang yang dekat dengan Aric dan mempunyai sebuah rahasia antara Aric dengan Naira.

Dering ponsel mengalihkan atensinya. Sean lekas berdiri dengan cepat, dan menjawab panggilan dari Liinata.

“Kamu di sebelah mana?“ tanya Liinata.

Sean tak langsung menjawab. Matanya meliar, menyapu seluruh kafe yang memang tak b
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Endah Pratiwi
please aric, datang lindungi khaira mu...
goodnovel comment avatar
Yuni Erna
Kok sean lom dpt tindakan sih atas perilakuny kak
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 137

    Naira mengangkat wajahnya, menatap Sean dengan tenang. “Ya. Itu aku, Sean.”Jawaban itu membuat Sean semakin murka. Dengan gerakan cepat, dia mengambil gelas jusnya dan menyiramkannya ke wajah Naira. Cairan dingin itu mengalir di wajah dan bajunya, tetapi Naira tidak bergeming. Dia tetap menatap Sean dengan tatapan tegas tanpa mengusapnya sama sekali.“Dasar Perempuan murahan!” Sean berteriak, nadanya penuh hinaan. “Aku bodoh karena pernah berpikir kamu layak jadi istriku!”Naira tertawa sumbang, mengusap wajahnya dengan tisu, lalu berdiri. “Terima kasih, Sean. Terima kasih sudah membuat semuanya jadi sangat mudah bagiku.”Sean terdiam, matanya menyipit. “Apa maksudmu?”Naira menghela napas berat. “Dari awal, aku tak pernah tertarik padamu. Apalagi setelah tahu kalau kamu itu sakit jiwa . Dan asal kamu tahu, aku mau menikah denganmu karena sebuah tujuan. Dan sebentar lagi tujuanku tercapai.“Ekspresi puas tercetak di wajah Naira. Sean menggebrak meja dengan keras. Tetapi Naira malah

    Last Updated : 2025-03-04
  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 138

    *“Jadi kamu kerjasama sama Atma buat ngejeblosin Sean ke penjara?“ tanya Bu Anya setelah Naira menceritakan tujuan awalnya menikah dengan Sean dan kesepakatannya dengan Pak Atma.“Iya, Bun. Awalnya aku mau ngatasin Sean sendiri saja. Tapi tiba-tiba Pak Atma datang, lalu ngajak kerja sama. Aku sempat ragu awalnya, tapi Alhamdulillahnya Pak Atma itu memang amanah. Kalau tanpa Pak Atma, belum tentu juga aku tahu kalau ternyata Sean itu sakit jiwa,“ papar Naira. Dia pun menceritakan tentang apa yang terjadi di keluarga Sean. Bu Anya jelas paling terkejut. Dia tak menyangka kalau Bu Annisa ternyata bisa berbuat seperti itu.“Nai, tapi setelah ini kamu harus tetap hati-hati. Aku yakin, Sean nggak bakalan nyerah gitu aja. Dia pasti ngincar kamu,“ kata Rio.Naira mengangguk. Dia pun berpikir seperti itu. Sebelum Sean ditangkap pihak berwajib, maka hidupnya pun belum bisa dikatakan tenang. Namun meski begitu, dia yakin tak lama lagi mantan calon suaminya itu akan ditangkap pihak berwajib.**

    Last Updated : 2025-03-04
  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 139

    Sean tertawa puas melihat Naira yang di matanya terlihat sangat tak berdaya. Naira merasakan jantungnya berdetak kencang. Mata bulat nan cokelatnya menatap lurus ke arah Sean, mencoba membaca gerakan lelaki itu. Napasnya tertahan, tapi dia menolak untuk menunjukkan ketakutannya lebih jauh. “Sean …” Suaranya gemetar, tapi tetap berusaha tenang. “Apa yang kamu lakukan? Apa kamu benar-benar ingin merusak hidupmu hanya karena aku?” Sean menyeringai, sudut bibirnya terangkat penuh kebencian. “Hidupku sudah rusak sejak kamu masuk ke dalamnya, Naira. Jadi, kenapa aku harus peduli?” Tangannya yang menggenggam pistol gemetar sedikit, tapi tatapannya tidak goyah. Sementara itu, Naira mencoba mencari celah untuk bergerak. Dia tahu bahwa Sean adalah tipe yang suka mengintimidasi, tapi dia juga tahu bahwa lelaki itu tidak sepenuhnya stabil. “Sean, dengarkan aku!” Naira kembali melangkah mundur perlahan, mencoba menambah jarak. “Kamu masih bisa menghentikan ini. Tidak ada gunanya melanj

    Last Updated : 2025-03-05
  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 140

    “Mommy … Mommy … jangan tinggalin kami.““Mommy … aku janji, nggak bakalan nyusahin Mommy. Tapi Mommy harus bangun.“Suara bersahutan si kembar diiringi tangis keduanya membuat Naira mengernyit bingung. Dia yang masih berada di alam bawah sadar, perlahan membuka mata. Mengerjap pelan, lalu membeliak saat melihat si kembar menangis.“Abang … Adek ….“ Si kembar dan yang lainnya sontak menoleh padanya.“Mommy? Mommy sudah sadar?“ Shaka menatapnya dengan mata berkaca-kaca. “Alhamdulillah, Sayang.“ Naira menjawab dengan ekspresi kebingungan.“Tadi kamu tiba-tiba pingsan, Nai,“ ujar Adila. Naira terdiam sejenak. Lalu menghela napas berat. Mengucapkan istighfar sambil mengusap dadanya.“Lo jangan bikin kita khawatir lagi, Nai. Kita takut tau!“ omel Meera.“Iya, Mommy. Aku takut.“ Razka langsung memeluknya. Begitupun dengan Shaka.“Mommy nggak apa-apa, cuma kecapean aja,“ ujar Naira sambil mengusap rambut si kembar dengan lembut.Bu Anya yang baru datang sambil membawa teh manis hangat sont

    Last Updated : 2025-03-05
  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 141

    “Tenang, Nis! Kendalikan emosimu!“ seru Bu Anya sambil menarik bahu Bu Annisa yang sedang dikuasai amarah.“Tak usah ikut campur! Kamu dan dia sama saja. Pokoknya saya nggak mau tahu, kamu harus mengganti semua kerugian,“ katanya sambil menyentak tangan Bu Anya dengan kasar.“Kalau dengan mengganti semuanya bisa membuat Ibu tenang, baiklah saya akan menggantinya. Berapa yang harus saya ganti?“ sahut Naira dengan tenang.Ucapan itu membuat Bu Anya tertegun. Bu Anya memegang lengan Naira dengan cemas. “Nai, kamu nggak perlu seperti itu.” Namun, Bu Annisa tersenyum sinis. “Oh, jadi kamu pikir kamu bisa membayar dengan uang dan semuanya akan selesai? Baiklah! Kalau begitu, ganti semua yang sudah saya keluarkan. Undangan, dekorasi, catering, busana, semuanya!” Naira mengangguk pelan. “Sebutkan saja jumlahnya, Bu.” “Yakin kamu bisa menggantinya?” tanya Bu Annisa dengan nada mengejek. “Kalau saya tidak mampu, saya akan mencicil. Tapi saya tidak akan lari dari tanggung jawab saya,” j

    Last Updated : 2025-03-05
  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 142

    Naira urung melanjutkan. Dia tak mau Bu Anya ikut syok kalau tahu berapa jumlah yang harus dibayarkan pada Bu Annisa. Dia takut Bu Anya kepikiran, lalu meminta Rio dan Meera untuk membantunya. “Cuma apa, Nai?“ Bu Anya bertanya lagi.“Cuma agak mumet aja, Bun. Banyak yang nanyain kenapa akun Ig sama tiktokku nggak ada,” jawab Naira yang tentunya hanya dusta.“Oh … itu. Kirain ada apa. Kalau kondisinya sudah kondusif, aktifkan lagi sosmedmu, Nai. Sayang banget kalau dianggurkan gitu,“ ujar Bu Anya. “Siap, Bun.“*Naira membelokkan mobilnya ke halaman rumah sakit seraya menahan napas. Perasaan gugup mengiringinya. Dia belum tahu akan bicara apa saat bertemu Aric nanti.Setelah memarkirkan mobil, Naira langsung membawa si kembar ke poli anak. Sepanjang koridor menuju poli anak, matanya tak henti menyisir ke sekeliling. Membuat Shaka menatapnya dengan dahi berkerut.“Mommy nyari siapa? Om Dokter Ganteng ya?“ tanyanya. Naira tergagap. Lalu tersenyum kaku sambil menggeleng pelan.“Nggak k

    Last Updated : 2025-03-06
  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 143

    “Pak ...” Naira menatap amplop itu dengan pandangan kosong. “Saya tidak pernah menyimpan dendam. Saya paham, waktu itu Bu Annisa dan Sean pasti sangat kecewa. Apalagi persiapan pernikahan tinggal 98%. Masalah uang itu, saya juga sudah ikhlas.““Tidak, Naira,” potong Pak Atma dengan nada getir. “Kamu tidak pantas diperlakukan seperti itu. Insya Allah, nanti kalau keuangan kami sudah stabil, saya akan mencicilnya. Oh iya saya mau minta maaf untuk semua yang pernah dilakukan Sean. Mohon doanya juga karena dia sekarang ...” Dia terdiam sejenak, tampak ragu untuk melanjutkan. “dia sakit, Naira.” Naira mengangkat wajah, terkejut. “Sakit? Apa yang terjadi padanya?” “Di penjara, dia diperlakukan dengan sangat buruk hingga akhirnya lumpuh. Saya sudah memohon keringanan, dan sekarang dia diperbolehkan kami bawa ke tempat lain untuk dirawat,” jelas Pak Atma. Suaranya semakin serak, seperti menahan emosi. Naira tertegun, hatinya mencelos. Meski Sean pernah melukai hatinya, sedikit pun dia t

    Last Updated : 2025-03-06
  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 144

    “Kenapa Lo? Nyesel ya ditinggalin Aric?“ ledek Meera sambil menyikut Naira yang sedang duduk menopang dagu sambil mengaduk minumannya. Setelah menanyakan keberadaan Aric pada sahabatnya, mereka langsung bertemu di sebuah kafe tak jauh dari workshop Naira. “Itulah kalau cinta kebanyakan gengsi. Giliran gini aja baru nyesel,“ timpal Cantika. Naira meliriknya sebal. “Ya namanya juga penyesalan, pasti datangnya belakangan. Kalau datangnya duluan, bukan penyesalan namanya tapi uang muka.“ Setali dengan Meera dan Cantika, Adila yang biasanya bijak pun ikut meledek Naira. Mereka bertiga bahkan menertawakan Naira yang wajahnya ditekuk sedemikian rupa. “Ledek aja terus sampe kalian keselek,“ cetus Naira, sebal. Meera, Cantika dan Adila saling lirik. Bukannya berhenti, tawa mereka justru semakin pecah. “Gue tuh pengen kasihan sama Lo, Nai. Tapi gue pikir-pikir … ngapain harus kasihan? Aric pergi karena ulah Lo sendiri. Andai Lo nggak jual mahal, pasti dia nggak bakalan pergi,“ kata Meera s

    Last Updated : 2025-03-07

Latest chapter

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 161

    Naira tertawa geli sambil geleng-geleng kepala. “Bulan madu kita sudah berakhir, Sayang. Saatnya kembali ke kehidupan yang sebenarnya.” Aric langsung mengerucutkan bibir. Lalu melangkah keluar kamar. Sedangkan Naira lantas membersihkan tubuhnya yang terasa lengket. Sebelum membuka pintu, Aric mengintip dari jendela. Tapi sayang, yang bertamu tak terlihat. Aric pun akhirnya langsung membuka pintu untuk tamu yang tak diundangnya itu. “Assalamualaikum, Bu Hajah Naira!“ Aric disambut suara riang ketiga sahabat Naira. Meera, Cantika dan Adila. “Waalaikumussalam,“ jawab Aric, kikuk sambil tersenyum nyengir. “Eh, sorry, Ric. Kirain kita Naira,“ kata Cantika. “Its oke, no problem. Silahkan duduk dan anggap saja rumah sendiri,“ ujar Aric. “Thanks, Ric.“ Meera, Cantika dan Adila menyahut kompak. “Nairanya mana, Ric?“ tanya Meera sambil menatap interior rumah Aric yang benar-benar berkelas. “Nyonya lagi mandi. Kalian tunggu saja, ya. Kalau mau minum, ambil saja di kulkas,“

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 160

    Aric menoleh, menatap istrinya dengan lembut. “Aku juga nggak akan pernah melupakannya, Khai. Semoga perjalanan ini jadi awal yang baik untuk kita.” Naira tersenyum, merasa hatinya penuh dengan cinta dan syukur. Perjalanan itu tidak hanya mendekatkan mereka kepada Allah, tetapi juga semakin menguatkan cinta mereka sebagai suami istri. Tiba di rumah Aric, si kembar langsung dijemput Hangga. Lelaki itu akan melamar calon istrinya, dan menginginkan si kembar turut hadir di momen itu. Naira dan Aric tak keberatan. Justru Aric merasa inilah waktunya berduaan dengan Naira. Malam pun tiba. Suasana terasa sepi tanpa kehadiran si kembar. Di dapur, Naira berdiri sibuk memanaskan makanan untuk makan malam. Aric sendiri duduk di ruang makan, matanya sesekali melirik ke arah istrinya. Dia merasakan sesuatu yang berbeda malam itu. Udara terasa lebih dingin dari biasanya. Membangunkan sisi kelelakiannya. “Babe,” panggilnya lembut. “Ya, Sayang?” jawab Naira tanpa menoleh, fokus pada pa

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 159

    Aric memperhatikan mereka dari jarak dekat. Dalam diamnya dia merasa bersyukur bisa membawa keluarganya ke Tanah Suci. Bagi Aric, perjalanan ini bukan hanya ibadah, tetapi juga hadiah yang sengaja dipersembahkan untuk istrinya, sebagai bentuk cinta dan pengabdian. Di dalam pesawat, si kembar tertidur di pangkuan Aric. Naira yang duduk di sebelah mereka, memandangi Aric. Melihat wajah Aric yang terlihat damai, Naira lantas melangitkan doa. Memohon agar perjalanan ini membawa keberkahan bagi mereka sekeluarga. ** Tiba di Mekkah, tubuh Naira terasa membeku. Melihat Masjidil Haram dengan segala kemegahannya, dia merasa seperti berada di dunia lain. Tapi saat melihat Ka’bah untuk pertama kalinya, air matanya langsung mengalir deras. “Masya Allah… Aric, ini benar-benar indah. Apa ini nyata? Aku tidak sedang bermimpi kan?” tanyanya dengan suara bergetar. Aric berdiri di sampingnya, mengangguk pelan. “Ini nyata, Khai. Alhamdulillah, kita sampai di sini.” Mereka berjalan me

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 158

    “Ric … ini ….“ Netra Naira berkaca-kaca saat membaca isi surat yang diberikan Aric. Seakan masih tak percaya dengan apa yang baru saja dibacanya. Naira pun beranjak duduk. Lalu memeluk surat itu erat. “Masya Allah … Alhamdulillah,” gumamnya, hampir tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Tangannya sedikit bergetar saatmenatap Aric. “Kita … akan umrah?” Aric mengangguk, senyumnya semakin melebar. Lalu memeluk pinggang Naira. “Aku sudah mendaftarkan kita. Kamu, aku, dan si kembar. Semuanya sudah aku atur.” Air mata Naira mengalir perlahan. Hatinya penuh haru dan syukur. Dia kembali mendekap surat itu sambil menatap suaminya dengan pandangan mengabur. “Kenapa kamu selalu tahu cara membuatku bahagia, Ric?” Aric mengusap kepala Naira lembut. “Karena sudah lama aku mencintaimu. Jadi jangan heran kalau aku tahu segalanya. Dan sekarang aku suamimu, Khai. Bahagiamu adalah tugasku.” * “Yang bener Lo, Nai?“ tanya Meera saat Naira mengabari tentang rencana keberangkatan umr

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 157

    “Sudah dulu mesra-mesraannya. Tuh lihat, mereka dari tadi pengen foto bareng kalian,” kata Bu Hania. Naira pun langsung melepaskan tangan Aric dari pinggangnya. Lalu beranjak berdiri. Sementara Aric hanya menghela napas panjang. Lalu ikut berdiri, dan melayani orang-orang yang ingin berfoto dengan mereka. ** Naira berdiri di depan jendela besar yang menghadap langsung ke pantai. Malam begitu tenang, hanya suara deburan ombak yang terdengar, bersenandung lembut seperti ingin menenangkan setiap hati yang mendengarnya. Angin malam pun seakan tak mau kalah menebarkan pesonanya, membawa aroma khas laut, bercampur wangi bunga-bunga tropis yang tumbuh di sekitarnya. Gaun merah panjang Naira bergoyang pelan ditiup angin dari jendela yang sedikit terbuka. Matanya menatap langit bertabur bintang, sesekali bibirnya tersenyum samar, mengingat hari bahagia yang baru saja mereka lalui. “Masih betah menatap laut?” Suara berat nan lembut itu membuat Naira sedikit tersentak. Naira menol

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 156

    “Ya Allah … cantik banget Lo, Nai!” pekik Meera. Dia langsung menghampiri Naira. Menatap penampilan sahabatnya itu dengan takjub. “Iya. Kamu cantik banget, Nai. Nggak heran Aric klepek-klepek sama kamu,“ sahut Adila. “Bener. Mana bodymu oke banget. Enggak kek gue,“ timpal Cantika sambil menatap badannya sendiri. Sejak ikut program KB, tubuhnya memang mengembang tak karuan. “Oh iya, keluarga kamu udah sampai Nai. Mereka pengen ketemu kamu,” kata Bu Anya mengalihkan perhatian Naira dan ketiga sahabatnya. “Keluarga?“ Meera menyahut heran. “Maksudnya Omnya Naira, Bun?“ tanyanya. Bu Anya mengangguk. “Kan dia yang mau jadi walinya Naira. Iya kan, Nai?“ ujarnya. Naira mengangguk. “Kalau gitu, bunda suruh masuk saja ya?“ tanya Bu Anya. “Iya silahkan, Bun.“ Bu Anya pun keluar dari ruang khusus rias itu. Setelah Bu Anya tak ada, Meera langsung menanyai Naira. “Serius Lo undang mereka, Nai?“ tanyanya. “Bukan aku, Meer. Tapi Aric. Kata Aric bagaimanapun, mereka keluarga a

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 155

    “Kalau Om mau melamar jadi Papi kalian … kira-kira bakalan kalian terima nggak?“ Mendengar pertanyaan Aric, Shaka dan Razka sontak saling pandang. Lalu keduanya menatap Aric lekat-lekat. “Om Dokter beneran mau jadi Papi kita?“ tanya Razka. “Ya.“ Aric tersenyum. “Aku sih setuju, Om. Yang penting Om nggak pisahkan kita dari Mommy,“ kata Shaka. Dalam benaknya masih tercetak jelas bagaimana upaya Sean memisahkan mereka dari Naira. “Mana bisa begitu. Kalau Om jadi Papi kalian, ya kita harus sama-sama. Dimanapun, kapanpun, dengan kondisi apapun, Om harus selalu sama kalian,“ jawab Aric. Shaka tersenyum samar. “Jadi gimana?“ lanjut Aric. “Aku setuju. Asalkan Om bisa bikin Mommy cantik setiap hari,” jawab Razka. Aric mengernyit tak paham. “Mommy itu cantik kalau tersenyum, Om. Jadi Om harus bisa bikin Mommy tersenyum setiap hari,“ ujar Shaka, seakan tahu arti kerutan di wajah Aric. “Oh … begitu ya?“ Aric mangut-mangut. “Kalau begitu, bantu Om bikin Mommy kalian selalu ter

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 154

    Setelah resepsi pernikahan Hilma selesai, Aric pun lantas mengantar Naira pulang. Mobil yang mereka tumpangi, meluncur perlahan di jalanan yang ramai lancar. “Kamu lelah, Babe?“ tanya Aric sambil melirik Naira yang bersandar di kursi dengan mata terpejam. “Lumayan. Tapi aku happy, kok,“ jawab Naira sambil membuka matanya dan tersenyum tipis. Aric ikut tersenyum. “Aku lebih bahagia darimu, Babe. Karena akhirnya aku bisa mengenalkan perempuan yang kucintai pada Daddy, Ibu, dan semua keluarga,“ katanya. Naira menatapnya beberapa saat tanpa mengerjap. “Kamu tahu? Sudah lama sekali aku menantikan momen ini. Mengenalkanmu pada seluruh keluarga, dan mengatakan pada mereka kalau kamu lah satu-satunya perempuan yang tak lekang menempati hati ini,“ ujar Aric lagi. Mata Naira memanas seketika. Walau terasa berlebihan, tapi ucapan Aric benar-benar membuatnya terharu. “Kamu lebay ih,“ kelakarnya sambil pura-pura tertawa. Menyamarkan genangan air yang menggantung di pelupuk matanya. Aric i

  • KAU MENDUA AKU PUN SAMA    Bab 153

    “Hah? Serius?“ pekik Hilma hampir berteriak, suaranya cukup menarik perhatian tamu terdekat.“Kenapa?“ Aric terkekeh melihat reaksi Hilma. Hilma menggeleng. Lalu menatap Pak Frans dan Bu Hania yang ikut bahagia melihat Aric akhirnya mendapatkan cintanya.“Apapun yang terjadi di antara kalian, ibu sama Daddy ikut senang karena akhirnya kalian bisa bersama,“ ujar Bu Hania.“Iya kan, Mas?“ Dia menatap Pak Frans yang langsung mengangguk.“Aku juga ikut senang, Bu. Tapi—“Ucap Hilma, tapi terhenti saat tiba-tiba saja Aric membisikkan sesuatu padanya. Hilma sesekali melirik pada Naira, lalu mengangguk.“Makasih, Bocil!“ seru Aric sambil beranjak ke sisi Naira.“Kamu tunggu dulu di sini, ya!“ serunya.“Memangnya kamu mau ke mana?“ Naira menatapnya penasaran.“Ada perlu sebentar,“ jawab Aric. Naira mengangguk ragu. Sambil menunggu Aric, dia pun lantas menyalami Hilma. Tak lupa mendoakan yang terbaik untuk calon iparnya itu. Setelah itu dia menyalami Pak Frans dan Bu Hania, yang langsung meme

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status