Dinda masih berstatus sebagai istri Rangga dan Rangga pun masih memberi nafkah pada Dinda seperti biasanya. Hanya saja bagi Dinda setelah beberapa bulan ini berlalu ia seperti di anggap ada tapi tidak ada.Ia bahkan hingga saat ini masih belum meminta izin pada Rangga suaminya untuk mengajar di sebuah sekolah. Begitupun Rangga yang tidak bertanya pada Dinda, namun meskipun sudah tau semuanya karena pada dasarnya Rangga hanya ingin Dinda jujur padanya."Kenapa kamu sering pergi tanpa izin sama aku? tanya Rangga yang sudah rapi keluar dari kamarnya."Penting buat kamu???" tanya sinis Dinda."Masih peduli kamu sama keadaan aku?" tambah Dinda."Kamu yanh selalu diam dan seolah selalu menghindar dari aku," jawab Rangga.Dinda berjalan mendekat pada Rangga. Wajah mereka kini saling berhadapan."Aku juga istrimu Mas, berbuatlah ADIL!!!" tegas Dinda pada suaminya dan langsung pergi meninggalkannya ke bawah."Kamu yang selalu menghindar dari perhatianku Dinda.
"Rangga jangan-jangan istrimu hamil," ucap Mamah Tari yang begitu antusias."Haa....mill..." ucap pelan Dinda.Tatapan Dinda seketika terlihat kosong. Jika benar itu terjadi, ia sudah tak memiliki fungsi apa pun di keluarg ini. Hanya bumbu pelengkap beban bagi Rangga.Rangga langsung mengejarnya. "Shaa... Shaa.... kamu baik-baik aja kan??"teriak Rangga dari luar pintu kamar mandi."Iyah... tunggu sebentar!!" jawab Fasha meyakinkan jika dirinya baik-baik saja. Ia membersihkan mulutnya lalu keluar dari kamar mandi."Are you oke??" tanya Rangga khawatir.Fasha hanya mengangguk sambol memegang perutnya."Gak enak banget lihat nasi Ngga, mana bau banget lagi!!" ucap Fasha dan langsung masuk kamar mandi kembali.Mamah Tari datang menghampiri Rangga yang sedang mencium-cium tubuhnya sendiri."Kamu lagi ngapain?" tanya Mamah Tari heran."Kata Fasha bai banget Mah, masa iyah sih, aku kan bari aja mandi," ucap Rangga yang kebingungan."Bawa dia ke dokter kandungan!!" saran Mamah Tari."Mamah y
Dinda kaget dengan ucapan Rangga barusan."Dari mana kamu tau semua ini??" tanya Dinda."Kamu gak perlu tau aku tau dari mana, yang aku butuh kejujuran kamu Din!!" tegas Rangga yang meluapkan kekecewaannya pada Dinda.Dinda cukup bingung untuk memberikan jawaban, namun perlahan tapi pasti Dinda menjelaskan semuanya pada Rangga."Aku bukan tidak mau jujur Mas, sejak awal aku sudah berniat untuk memberi tahu dan meminta izin mu, namun setiap kali aku bicara sama kamu pasti kamu lagi sama Fasha dan saat itu tak ada tempat buat aku. Kamu selalu asyik bicara dengan Fasha dan mengabaikanku. Hal itu terus berulang sehingga membuatku lelah, hingga akirnya aku memilih untuk tidak berbicara banyak hal padamu!!" jelas Dinda yang membuat Rangga agak merasa bersalah."Selama ini aku tidak pernah bermaksud mengabaikanmu, tapi kamu sendiri yang sepertinya menghindar dariku!!" elak Rangga yang tidak ingin disalahkan."Ok Aku paham, tapi selama ini kamu juga lebih mementingkan Fasha!!" ucap Dinda."Da
Rangga yang sudah mengantar Dinda ternyata tidak langsung pergi ke kantor ia menghubungi sekretarisnya dan menitipkan beberapa pekerjaan."Yu kamu pundurkan semua jadwal pertemuanku hari dengan client yah!!" suruh Rangga."Saya mau ke dokter kandungan dulu mengantar istri saya untuk periksa," sambung Rangga pada Ayu selaku sekretarisnya di kantor."Baik Pa," balas Ayu.Rangga lalu menutup ponselnya."Wah... jangan-jangan Bu Dinda hamil, alhamdulillah!!" komentar Ayu yang belum mengetahui jika bos nya sudah menikah lagi. Ia lalu pergi dari mejanya sambil bersenandung senang karena mendengar berita baik.****Rangga kembali ke rumah karena ia khawatir pada Fasha juga tidak sabar dengan hasil tes kehamilannya."Lho kamu ko pulang lagi?" heran Mamah Tari yang melihat putranya pulang."Aku khawatir pada Fasha lebih baik kita langsung pergi ke dokter saja!!" ajak Rangga pada istri keduanya yang masih terkulai lemas di shofa."Ya udah aku siap-siap d
"Din ponsel kamu bunyi terus teh!!!" ucap Rara memberitahu.Ternyata Ibu Harti."Assalamualaikum Bu," salam Dinda."Waalaikumsalam Din," jawab Ibunya."Ibu sudah sampai Jakarta sama Ayah, tadi ibu sudah telepon suamimu buat jemput Ibu di terminal," jelas Sang Ibu."APA IBU DAN AYAH DI JAKARTA!!" Dinda kaget karena tiba-tiba orangtuanya sudah ada di Jakarta."Ko Ibu gak kasih kabar ke Dinda, mau datang?" keluh Dinda karena dia belum memberitahu soal pernikahan Rangga dengan Fasha.Tak lama ada mobil terparkir di depan gerbang sekolah. Ternyata itu Rangga yang mau menjemput Dinda."Din kayanya laki lu jemput dehh!!" tutur Rara yang melihat mobil Rangga terparkir.Dinda berlari terburu-buru menemui suaminya."Mas.... Ibu ..... sama Ayahh...." ucapnya sambil terpogoh-pogoh karena cape berlari."Iyah aku tau," ketus Rangga."Cepat masuk!!" suruh Rangga pada Dinda yang berbicara di balik jendela mobil. "Aku ambil tas dulu!!" izin Dinda,
"Apa yang kamu pikirkan Nak??" tanya Pak Danu yang mendapati menantunya gelisah."Ngga ada ko Yah..." elak Rangga.Ia segera memasukan barang bawaan ke dalam mobil. Ayah Dinda menemani Rangga duduk di depan, sementara Dinda yang kekeh duduk di belakang sambil memeluk ibunya."Bagaimana kerjaan kamu Nak?? Lancar??" tanya Pak Danu."Lancar Yah, alhamdulillah sekarang juga Rangga sedang ada proyek pelebaran jalan," jawab Rangga tanggap. Pak Danu mengangguk-anggukan kepalanya. Ia begitu bangga pada menantunya yang begitu sukses."Betapa beruntungnya Dinda Nak, Ibu sangat berterima kasih sama kamu!!" tutur Ibu Harti."Selama ini Ibu selalu kepikiran dengan keadaan putri Ibu yang masih belum bisa memberi keturuan sama kamu, justru akan membuatmu berpaling dari Dinda," sambung Ibu Harti.Deggg... degup jantung Rangga dan Dinda sontak di buat kaget oleh pernyataan Ibu Harti. Sudah sekitar sepuluh bulan pernikahan Rangga dan Fasha, namun mereka masih belum memberitahuan hal tersebut pada oran
Bagaimana jika nanti Ibu tau kalau Dinda ternyata dimadu oleh Rangga dan saat ini istri kedua Rangga sedang mengandung," batin Dinda sangat kalut."Nak...." sapa kembali Sang Ibu yang mendapati putrinya kembali termenung.Dinda tersadar jika Ibunya sedang memperhatikannya ia lalu pamit ke dapur untuk menyiapkan makan malam."Bu... Dinda ke dapur dulu yaj bantu Bi Darmi siapkan makanan!!" pamit Dinda pada Ibunya.Bu Harti mengangguk."Ibu istirahat saja di sini!!" suruh Dinda pada Ibu Harti.Ia lalu keluar dan langsung mencari Rangga, namun ia tak menemukan sosok Rangga di mana pun."Aku gak bisa selamanya menyembunyikan semua ini dari Ibu dan Ayah, lambat lalun mereka pun pasti akan tau," batin Dinda."Cari siapa kamu?" tanya Mamah Tari yang melihat Dinda celingukan di ruang tengah."Cari Rangga Mah," jawab Dinda."Tentu saja Rangga sedang menemui istrinya yang sedang hamil," sinis Mama Tari.Dinda tak meladeni ucapan mertuanya ia lalu per
Dinda keluar dari rumah Fasha dengan gontai dan perasaan hancur. Rangga yang sempat ingin mengejar Dinda tiba-tiba berhenti karena Fasha memegang perutnya seperti kesakitan. Ia hanya terus memperhatikan langkah Dinda hingga sosoknya sudah tak terlihat lagi."DINDA....!!!" panggil Andi yang baru saja turun dari mobil.Ia lantas langsung menghampiri Dinda yang terlihat begitu kalut."Din... kamu kenapa??" tanya Andi dan segera menghampiri Dinda yang mau terjatuh."Gak papa ko Ndi..." jawab Dinda meyakinkan.Ia lalu pergi meninggalkan rumah Fasha.Andi yang tak bisa melepaskan tatapan matanya pada Dinda akhirnya mengejar Dinda. Benar saja ia hampir saja pingsan di jalan raya."DINDA!!" teriak Andi yang langsung berlari dan meraih tubuh Dinda.Dinda pun jatuh di pelukan Andi. Ia lalu membawanya ke dalam mobil. Ia hendak mengantar Dinda ke rumah sakit.Selama ini Andi memang selalu care dengan Dinda, bahkan selama Dinda bekerja di sekolah Rara. Andi lah yang selalu memberi suport.****Andi