Rangga yang sudah mengantar Dinda ternyata tidak langsung pergi ke kantor ia menghubungi sekretarisnya dan menitipkan beberapa pekerjaan.
"Yu kamu pundurkan semua jadwal pertemuanku hari dengan client yah!!" suruh Rangga."Saya mau ke dokter kandungan dulu mengantar istri saya untuk periksa," sambung Rangga pada Ayu selaku sekretarisnya di kantor."Baik Pa," balas Ayu.Rangga lalu menutup ponselnya."Wah... jangan-jangan Bu Dinda hamil, alhamdulillah!!" komentar Ayu yang belum mengetahui jika bos nya sudah menikah lagi. Ia lalu pergi dari mejanya sambil bersenandung senang karena mendengar berita baik.****Rangga kembali ke rumah karena ia khawatir pada Fasha juga tidak sabar dengan hasil tes kehamilannya."Lho kamu ko pulang lagi?" heran Mamah Tari yang melihat putranya pulang."Aku khawatir pada Fasha lebih baik kita langsung pergi ke dokter saja!!" ajak Rangga pada istri keduanya yang masih terkulai lemas di shofa."Ya udah aku siap-siap d"Din ponsel kamu bunyi terus teh!!!" ucap Rara memberitahu.Ternyata Ibu Harti."Assalamualaikum Bu," salam Dinda."Waalaikumsalam Din," jawab Ibunya."Ibu sudah sampai Jakarta sama Ayah, tadi ibu sudah telepon suamimu buat jemput Ibu di terminal," jelas Sang Ibu."APA IBU DAN AYAH DI JAKARTA!!" Dinda kaget karena tiba-tiba orangtuanya sudah ada di Jakarta."Ko Ibu gak kasih kabar ke Dinda, mau datang?" keluh Dinda karena dia belum memberitahu soal pernikahan Rangga dengan Fasha.Tak lama ada mobil terparkir di depan gerbang sekolah. Ternyata itu Rangga yang mau menjemput Dinda."Din kayanya laki lu jemput dehh!!" tutur Rara yang melihat mobil Rangga terparkir.Dinda berlari terburu-buru menemui suaminya."Mas.... Ibu ..... sama Ayahh...." ucapnya sambil terpogoh-pogoh karena cape berlari."Iyah aku tau," ketus Rangga."Cepat masuk!!" suruh Rangga pada Dinda yang berbicara di balik jendela mobil. "Aku ambil tas dulu!!" izin Dinda,
"Apa yang kamu pikirkan Nak??" tanya Pak Danu yang mendapati menantunya gelisah."Ngga ada ko Yah..." elak Rangga.Ia segera memasukan barang bawaan ke dalam mobil. Ayah Dinda menemani Rangga duduk di depan, sementara Dinda yang kekeh duduk di belakang sambil memeluk ibunya."Bagaimana kerjaan kamu Nak?? Lancar??" tanya Pak Danu."Lancar Yah, alhamdulillah sekarang juga Rangga sedang ada proyek pelebaran jalan," jawab Rangga tanggap. Pak Danu mengangguk-anggukan kepalanya. Ia begitu bangga pada menantunya yang begitu sukses."Betapa beruntungnya Dinda Nak, Ibu sangat berterima kasih sama kamu!!" tutur Ibu Harti."Selama ini Ibu selalu kepikiran dengan keadaan putri Ibu yang masih belum bisa memberi keturuan sama kamu, justru akan membuatmu berpaling dari Dinda," sambung Ibu Harti.Deggg... degup jantung Rangga dan Dinda sontak di buat kaget oleh pernyataan Ibu Harti. Sudah sekitar sepuluh bulan pernikahan Rangga dan Fasha, namun mereka masih belum memberitahuan hal tersebut pada oran
Bagaimana jika nanti Ibu tau kalau Dinda ternyata dimadu oleh Rangga dan saat ini istri kedua Rangga sedang mengandung," batin Dinda sangat kalut."Nak...." sapa kembali Sang Ibu yang mendapati putrinya kembali termenung.Dinda tersadar jika Ibunya sedang memperhatikannya ia lalu pamit ke dapur untuk menyiapkan makan malam."Bu... Dinda ke dapur dulu yaj bantu Bi Darmi siapkan makanan!!" pamit Dinda pada Ibunya.Bu Harti mengangguk."Ibu istirahat saja di sini!!" suruh Dinda pada Ibu Harti.Ia lalu keluar dan langsung mencari Rangga, namun ia tak menemukan sosok Rangga di mana pun."Aku gak bisa selamanya menyembunyikan semua ini dari Ibu dan Ayah, lambat lalun mereka pun pasti akan tau," batin Dinda."Cari siapa kamu?" tanya Mamah Tari yang melihat Dinda celingukan di ruang tengah."Cari Rangga Mah," jawab Dinda."Tentu saja Rangga sedang menemui istrinya yang sedang hamil," sinis Mama Tari.Dinda tak meladeni ucapan mertuanya ia lalu per
Dinda keluar dari rumah Fasha dengan gontai dan perasaan hancur. Rangga yang sempat ingin mengejar Dinda tiba-tiba berhenti karena Fasha memegang perutnya seperti kesakitan. Ia hanya terus memperhatikan langkah Dinda hingga sosoknya sudah tak terlihat lagi."DINDA....!!!" panggil Andi yang baru saja turun dari mobil.Ia lantas langsung menghampiri Dinda yang terlihat begitu kalut."Din... kamu kenapa??" tanya Andi dan segera menghampiri Dinda yang mau terjatuh."Gak papa ko Ndi..." jawab Dinda meyakinkan.Ia lalu pergi meninggalkan rumah Fasha.Andi yang tak bisa melepaskan tatapan matanya pada Dinda akhirnya mengejar Dinda. Benar saja ia hampir saja pingsan di jalan raya."DINDA!!" teriak Andi yang langsung berlari dan meraih tubuh Dinda.Dinda pun jatuh di pelukan Andi. Ia lalu membawanya ke dalam mobil. Ia hendak mengantar Dinda ke rumah sakit.Selama ini Andi memang selalu care dengan Dinda, bahkan selama Dinda bekerja di sekolah Rara. Andi lah yang selalu memberi suport.****Andi
Andi kaget mendengar tuduhan yang di tunjukan padanya."Stress lu Ngga!!" ucap Andi."Lu yang stress sama Dinda, masih mending gue nikahi Fasha, mau gue tiduri sampe bunting kaya sekarang juga gue udah sah sama Fasha. Nah lu sama Dinda??? Kalian tuh zina!!!" tuduh Rangga yang semakin berani."Jaga ucapan lu yahh Ngga, selama ini meskipun gue suka sama Dinda sama sekali gak pernah terbesit di hati gue buat ngerebut Dinda dari luuu!!!" balas Andi yang sudah mulai terpancing emosinya."Alahhh gak usah so alim deh lu," Rangga yang semakin menjadi mengatai Andi." Kita beresin di luar aja!!! Kasian Dinda lagi tidur!!" ajak Andi."Gak perlu!! Lu urus aja Dinda sesuka lu!!" ucap Rangga sambil pergi meninggalakan mereka berdua."Lu kenapa sih Ngga??" tanya Andi yang mencoba meraih tangan Rangga untuk mencegahnya pergi."Urus aja Dinda itu kan yang lu mau??" jawab Rangga yang kemudian balil bertanya. "Ngga dia tuh istri lu. Kondisi dia kaya gini juga gara
Andi mengantarkan Dinda pulang. Sesampainya di rumah ia justru malah dicemooh oleh Ibu mertuanya."Wanita macam apa, pergi sendiri pulang-pulang ko diantar pria lain," celetuk Mamah Tari yang membukakan pintu untuk Dinda dan Andi."Tante Tari jangan menuduh yang tidak-tidak. Dinda tadi pingsan sepulang dari rumah Fasha, aku bawa dia ke rumah sakit," jelas Andi.Mendengar suara ribut-ribut, Pak Danu dan Bu Harti segera menuju ke halaman depan."Nakkk.... siapa laki-laki itu??" tanya Bu Harti."SELINGKUHAN DINDA," celetuk lagi Rangga dari belakang."RANGGA, JAGA UCAPANMU!!!" tampik Andi yang tidak menerima tuduhan dari Rangga.Papah Harto pun datang bergabung dengan mereka."Apa yang kamu katakan Rangga??" tanya Papah Harto."Andi ini sahabat kamu, atas dasar apa kamu menuduhnya seperti itu??" tambah Papah Harto."Atas banyak hal Pah!!" ucap Rangga sambil melemparkan beberapa foto yang menunjukan interaksi yang cukup intens antara Andi dan Dinda
Papah Harto mencoba mencegah, namun Pak Danu sudah sangat kecewa. Apa lagi melihat Rangga yang diam saja tidak mempedulikan Dinda yang akan di bawa pergi oleh Pak Danu."Anakmu saja sudah tidak peduli lagi sama Dinda. Lihat ia bahkan hanya berdiam diri melihat istrinya akan aku bawa!!!" jelas Pak Danu."Maafkan Rangga Yah, tapi Rangga selama ini tidak pernah mengkhianati Dinda, justru Dinda lah yang memulai semua kebohongan ini!!" bela Rangga pada dirinya sendiri."Yapp anakku yang bersalah. Jadi biarkan aku membawanya pergi kembali pulang," ucap Pak Danu yang langsung membawa Dinda dan istrinya pergi."Saya pamit!!" Dinda pun ikut bersama orangtuanya tanpa sedikitpun melakukan perlawanan karena Rangga sediri sudah tidak mengharapkan Dinda.Papah Harto pun tidak dapat berbuat apapun karena putranya sendiri tidak menceggah sedikitpun kepergian istrinya."Keterlaluan lu Ngga!!" ucap Andi.Ia lalu pergi mengejar Dinda dan keluarganya."Pak Danu tung
Pak Danu terdiam, sesakit apa sebenarnya Dinda hingga dokter mengatakan jika putrinya mengalami gangguan mental yang hebat. Ia menarik nafas panjang mencoba menenangkan dirinya sendiri."Dinda itu kuliah jurusa psikolog, dia bahakan menjadi seorang guru BP untuk menangani anak-anak yang butuh rangkulan dia, tapi saat ini Dinda sendirilah yang membutuhkan seorang psikiater," keluh Pak Danu pada dirinya sendiri."Pak.... saya punya teman pasikiater yang sudah biasa mengurus pasien seprtian Dinda, jika Bapak mau nanti saya atur jadwalnya agar kalian bisa saling bicara dengan santai," ucap Anndi.Awalnya Pak Danu ragu, namun setelah dipikir kembali akhirnya ia menyetujui tawaran dari Andi."Baiklah, tapi aku mau mengajak putriku pulang dulu ke Cianjur," ucap Pak Danu.Andi mengangguk. "Bapak bisa tinggal di rumah ini kelak saat Dinda menjalani pengobatan!!" kata Andi.Pak Danu tidak menyangka jika Andi ternyata baik, bahkan ia mencarikan Dinda tempat pengobatan agar Dinda lekas sembuh.*
Andi yang sedang membuka handphonenya begitu kaget saat melihat headline berita di media sosial."Apa???? Fasha bukan putri sah Om Evan dan Tante Maya," Andi tercengang saat membaca judul beritanya."Gila berita apaan ini?? mana paling atas pula," ucap Andi yang masih menganggap berita itu hanya omong kosong."Media emang kurang kerjaan, Om Evan dan Tante Maya kan baru saja dapat cucu masa mereka naikin berita gak bermutu kaya gini!!" Andi terus saja menskrol handphonenya, tapi alangkah kagetnya dia karena hampir semua pemberitaan di media mengangkat topik tentang keluarga Om Evan.Ia lalu menghubungi Dinda."Halo Din..." sapa Andi dengan nada yang penuh rasa penasaran."Tentang berita di media?" ucap Dinda yang langsung pada topiknya seolah ia sudah tau dan paham ke arah mana Andi akan bertanya."Sebenarnya ada apa Din, kenapa media memberitakan hal itu?" tanya Andi penasaran."Yah aku gak tau lah, kamu tanya aja medianya!!!" suruh Dinda."Kamu tuh ada-ada aja deh," kesal Andi menden
Semua orang mematung saat Dinda melenggang pergi dari ruang transfusi. Ia terlihat puas dengan keterpurukan yang sedang dihadapi dua keluarga ini. Seolah sedikit demi sedikit rasa sakitnya mulai terbayarkan. "Dasar wanita jalang," kesal Pak Evan dalam hatinya saal melihat Dinda yang tersenyum puas di hadapan Pak Evan. Rangga pun mengejar Dinda dan berterima kasih padanya karena dia masih punya hati untuk membantu istri dan anaknya. "Din tungga!!" Rangga meraih tangan Dinda. "Kamu mau apa lagi??" tanya Dinda sinis. "Aku cuma mau bilang terima kasih, karena kamu mau mendoorkan darahmu untuk Fasha," jawab Rangga agak kikuk. Dia terlihat malu karena perlakuannya selama ini, tapi di sisi lain Rangga pun sangat bersyukur. "Rawatlah mereka, jangan sampai kamu bernasib sama seperti mertuamu," Dinda lalu meninggalkan Rangga yang mematung usai mendengar ucapannya. "Apa maksud Dinda barusan??" Rangga bertanya-tanya dalam hatinya, namun ia mencoba untuk mengabaikannya lalu kembali pada kela
Rangga pun baru tahu tentang hubungan Ibu Maya di keluarga Fasha."Pah.... maksud Papah apa??" tanya Rangga bingung."Mamah kadung Fasha sudah meninggal saat Fasha masih bayi," ucap Pak Evan."Meninggal??? Jadi Mamah Maya tidak ada hubungan darah dengan Fasha??" Rangga yang masih belum percaya dengan apa yang ia dengar.Suster kembali keluar."Bagaimana Pak Rangga sudah ada yang bisa mendonor??" tanya suster."Tunggu sebentar Sus!!!" jawab Rangga. Ia pun langsung menghubungi teman-temannya, termasuk Dinda karena golongan darah Dinda sama dengan Fasha."Hallo Din.... maaf aku ganggu kamu, tapi aku benar-benar membutuhkanmu saat ini," ucap Rangga terburu-buru."Maksudnya apa sih???" tanya Dinda bingung."Fasha baru saja melahirkan, namun ia mengalami pendarahan hebat dan butuh transfusi darah sedangkan pasokan darah di rumah sakit untuk golongan AB tidak ada. Aku mohon bantu aku. Selamatkan Fasha!! pinta Rangga yang sudah tidak memikirkan rasa malu lagi.Mendengar hal itu Dinda terkeju
Kehadiran seorang bayi di tengah keluarga Rangga dan Fasha memberi kebahagiaan tersendiri terutama untuk Mamah Tari yang sejak dulu begitu menantikan kehadiran seorang cucu.Selesai persalinan Rangga pun dipersilahkan kembali untuk menunggu di luar dan bayinya akan dipindahkan ke ruang perawatan."Pak Rangga silahkan kembali tunggu di luar kembali!!" suruh seorang perawat.Rangga lalu berdiri."Aku keluar dulu yahh!!" pamit Rangga sebelum pergi, ia pun mengusap air mata di wajahnya karena terharu saat melihat dan mendengar suara bayi kecil itu untuk pertama kalinya."Rangga... gimana?? bayinya sudah lahir??" tanya Mamah Tari."Keadaan Fasha gimana??" Pak Evan yang ikut menyerobot bertanya."Bayinya sudah lahir, jenis kelaminnya laki-laki dan keadaan Fasha untuk saat ini cukup baik, namun dia masih belum sadar sepenuhnya karena pengaruh obat bius," jawab Rangga."Alhamdulillah...." ucap syukur Mamah Tari dan Ibu Maya."Bayinya akan dipindahakan ke ruang perawatan bayi, nanti kalian bis
Andi yang merasa bersalah terhadap Rara, apa lagi sebelumnya dia membuat Rara menangis, lalu menghubungi Rara, namun lagi-lagi Rara tidak mengangkat teleponya."Tumben banget deh Rara... biasnya dia langsung jawab," keluh Andi, tapi Andi gak ambil pusing ia menyangka mungkin saja Rara sedang sibuk."Ndi, orang lokasi udah telepon terus nih." Rangga yang memberi tahu jika mereka harus segera ke lokasi proyek."Iyah bentar!!" Andi pun menyimpan semua barangnya, lalu ke luar dari kamar."Ayo!!" ajak Andi sambil melempar kunci mobil pada Rangga."Kamu yang nyetir!!" suruh Andi.Di perjalanan menuju lokasi cukup hening tanpa ada pembicaraan di antara keduanya, sampai akhirnya Rangga membuka topik pembicaraan."Ndi... aku gak mau kita berselisih paham terus kaya gini cuma gara-gara masalah cewek!!" ucap Rangga mengawali pembicaraan di antara keduanya."Bukannya semua ini kamu yang mulai??" Andi yang melempar kesalahan pada Rangga karena memang selama ini Rangga yang mengawali pertengkaran d
"Mana mungkin Rara bertemu dengan Pak Diki, meskipun bergerak di dunia pendidikan namun dia bukan orang baru juga dalam dunia bisnis, Rara juga punya saham dibanyak perusahaan. Kamu mungkin salah lihat Din. Rara tuh tau Pak Diki orang seperti apa, aku yakin itu," jelas Andi saat berbicara dengan Dinda di balik telepon.Dinda pun terdiam. Ia berpikir ada benarnya Andi, gak mungkin Rara bertemu dengan Pak Diki. "Aku emang cuma lihat dia dari belakang, kaya mirip aja sama Rara," tutur Dinda pada Andi.Andi pun menghela nafasnya seolah merasa tenang karena memang tidak mungkin jika Rara berhubungan dengan orang-orang seperti Pak Diki."Kamu kangen aja kali yah sama aku, pake alesan bahas Rara segala," goda Andi."Ihh apaan, ngapain juga kangen sama kamu. Nggak lahhh!!!" elak Dinda, padahal sebenarnya sedari tadi ia tidak bisa tenang karena Andi belum juga menghubunginya."Aku tuh cuma kepikiran Rara aja soalnya belakangan ini sikap dia agak berubah," tutur Dinda yang merasa jika sikap Ra
Andi dan keluarga pun seger berangkat ke bandara, di sana sudah ada Rangga yang menunggu. Rangga pun menyalami Pak Fero dan Ibu Sarah saat mereka tiba di bandara. "Baik-baik kalian di sana!! Jangan berantem mulu!!!" pesan Pak Fero pada keduanya. "Iyahhh..." jawab Andi dengan malas. "Baik Pak!!" Rangga justru kebalikanya ia menjawabnya dengan mantap. Andi merasa aneh dengan sikap Rangga yang tiba-tiba menjadi kalem, karena biasanya tiap mereka bertemu pasti Rangga selalu mengajaknya adu statment. "Papah sudah urus semua keperluan kalian di sana, jadi kalian akan tinggal bersama di rumah perusahaan," ujar Pak Fero. "Apa?? aku sama dia tinggal bareng??" tanya Andi yang sepertinya menolak untuk tinggal bersama dengan Rangga. "Pahhh.... ayolahh masa aku sama dia," rengengek Andi pada Papahnya. "Kamu gak usah banyak merengek Andi, ini sudah jadi keputusan Papah, lagi pula ini tentang kerja sama tim, jadi Papah minta kamu abaikan dulu egomu itu!!" perintah Pak Fero pada Andi untuk bi
"ANDI!!" tegas Ibu Sarah memanggil putranya.Andi yang kaget langsung menoleh."Apa sih Mahh, manggilnya serem gitu," komentar Andi."Kamu apakan Rara sampai dia menangis barusan??" selidik Ibu Sarah pada Andi."Dia nangis?" Andi malah balik bertanya."Ko malah tanya Mamah sih, kamu apain dia??" tanya kembali Ibu Sarah."Gak di apa-apain Mah, kita habis ngobrol biasa," jawab Andi yang tidak merasa bersalah."Kalau gak di apa-apain mana mungkin nangis kaya tadi." Ibu Sarah yang tidak percaya pada Andi."Pokonya kamu harus kejar dia dan minta maaf!!" suruh Ibu Sarah.Andi pun tak bisa menolak, ia terpaksa keluar mencari Rara, namun sepertinya Rara sudah pergi."Raranya juga gak ada Mah, udah pulang kali dia," ucap Andi saat masuk kembali ke dalam rumah."Yahh kamu telepon dia dong!!!" paksa Ibu Sarah."Ya ampun mah, ini Andi udah mau berangkat masa masih harus ngurusin Rara sih," kesal Andi karena waktunya malah terbuang, apa lagi dia ada janji untuk bertemu dengan Dinda sebelum berang
Setibanya Rara di rumah Andi, mereka menyambutnya dengan baik."Hallo.... gimana kabar kamu sayang??" sambut Ibu Sarah saat melihat Rara tiba.'Baik Mah, mamah sendiri apa kabar?" tanya Rara."Mamah juga baik, sangat baik sekali," jawab Ibu Sarah.Rara pun menyalami Pak Fero. Semua terlihat senang melihat kedatangan Rara, namun Andi terlihat biasa saja dan malah membuang muka saat Rara menghampirinya. Sikap Andi membuat Rara merasa aneh, karena tidak biasanya ia seperti itu.Rara mencoba mendekatkan diri, membantu Andi mengemas barangnya."Gak usah!! Kamu temani Mamah saja sana!!' Andi mengambil barang yang dipegang oleh Rara."Aku bantu Ndi!" ucap Rara agak memaksa."Gak usah!!" larang Andi kembali, namun Rara tetap memaksa membantu Andi karena kesal melihat Rara yang keras kepala Andi pun merebut dengan paksa juga. Sikap Andi tersebut membuat Rara bingung."Kamu kenapa sih??" tanya Rara penasaran dengan perlakuan Andi padanya."Gak papa, biasa aja ko," jawab Andi singkat."Kamu