Keesokan paginya Andi kembali menjemput Dinda."Pagi Bu..." sapa Andi pada Ibu Harti yang membukakan pintu."Nak Andi," balas Ibu Harti.Dinda yang mendengar kedatangn Andi langsung memeriksa ke luar."Kamu ko jemput aku lagi sih??" tanya Dinda."Memangnya kenapa???" tanya Andi balik."Yahh gak usah lah, ngerepotin aja!!" jawab Dinda."Gak papa aku kan sekalian ikut sarapan di sini," imbuh Andi. Ia sebenarnya berusha mengalihkan rasa canggungnya."Iyah gak papa ko Nak Andi bebas pokonya buat Nak Andi mah. Anggap aja rumah sendiri." Ibu Harti yang memang memang sudah menganggap Andi seperti putranya sendiri karena kebaikan Andi selama ini."Tuhh kan kata Ibu juga bebas dong!!" Andi yang merasa dibela oleh Ibu Harti.Dinda yang cemberut kembali masuk kamar untuk merapikan penampilannya."Apaan sih Andi malah jemput lagi," gerutu Dinda yang sedang menyisir rambutnya.Setelah selesai semuanya Dinda langsung pergi ke ruang makan untuk ikut sarapan."Besok gak usah jemput lagi!!" perintah D
Dinda berpegangan erat karena sepertinya Andi marah padanya.Ia pun tak banyak bekomentar hanya diam sepanjang perjalanan menuju sekolah. Sesampainya di sekolah Dinda langsung ke luar dari mobil Andi."Terima kasih!!" singkat Dinda dan turun dari mobol Andi.Andi yang sedang marah dan tak berpikir jernih ikut ke luar dan mengejar Dinda yang sudah setengah jalan.Ia lalu mengejar Dinda dan menarik tangannya.Sebuah adegan yang tak pernah Dinda bayangkan sedikitpun, Andi tanpa kompromi mencium bibir Dinda di depan khalayak umum. Dinda pun langsung melepaskannya karena tidak enak dilihat oleh anak-anak dan guru yang lainnya."Gila kamu yah Ndi," kesal Dinda dan mendorong Andi mundur."Tenang saja ciuman itu hanya sebuah ciuman perpisahan, tidam ada sedikit rasa apa pun," sinis Andi yang kemudian berlalu begitu saja.Anak-anak langsung bersorak saat melihat adegan itu."WAW GOOD JOB BUUUU!!!" teriak salah seorang siswa."ARGHHH AKU JUGA MAUUUU," ucap yang lainnya.Risa salah satu siswa y
Hari ini Dinda mengajar di kelas 11-IPA, anak-anak saling berbisik membicarakannya."Diam!! Diam sudah!!!" suruh Dinda tapi mereka masih saja gaduh."Apa yang kalian mau dari saya??" tanya Dinda."Memangnya kalau saya berciuman dengan pria tadi, apa urusannya dengan kalian??" tanya Dinda kembali.Semua siswa terdiam tak ada satupun yang berani menjawab."Saya tau saya salah karena melakukan adegan tersebut di depan kalian, pembelaan apa pun yang saya berikan, sepertinya tidak akan membuat kalian percaya. Jadi saya tidak akan memberikan penjelasan apa pun pada kalian. Cukup satu hal yang ingin saya sampaikan saya meminta maaf atas kegaduhan yang terjadi pagi ini!!" jelas Dinda pada seluruh siswa.Entah apa yang terjadi penjelasan dari Dinda justru membuat anak-anak tersenyum.Ada salah seorang anak perempuan yang mengangkat tangan."Bu... saya boleh bertanya??" izin anak tersebut."Kita hidup dengan adat ketimuran yang dijunjung tinggi oleh bangsa dan negara. Kejadian Ibu pagi ini buka
Andi tak bisa berpikir jernih, pikiranya terus saja tertuju pada Dinda."Shitttttt!!!" Andi melempar berkas yang ada di hadapannya.Pikiranya semrawut sekali saat ini. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruangannya."Masuk!!" suruh Andi."Pak... Pak Rangga ingin bertemu," ucap sekretaris Andi."Suruh dia masuk!!" perintah Andi.Sekretarisnya pun langsung memanggil Rangga untuk masuk."Lo sembunyiin Dinda dimana??" Rangga datang langsung tiba-tiba saja menanyakan tentang keberadaan Dinda.Andi tersenyum sinis, Rangga yang tidak terima langsung mendaratkan pukulan di wajah Andi.Andi pun memegang wajahnya."Dinda masih istri gue, yang lo lakuin saat ini adalah tindakan kriminal," geram Rangga."Gue gak peduli, sekarang lo keluar dari ruangan gue!!" usir Andi."Awas aja lo Ndi!!!" ancam Rangga.Rangga pun keluar dari ruangan Andi dengan amarah yang masih membelenggu.Setelah Rangga mengusir Dinda sekarang dia sadar jika Dinda benar-benar berarti buatnya."Dinda harus jatuh kembali ke peluk
"Kamu berangkat sendiri??" tanya Ibu Harti saat Dinda bergegas untuk pergi."Aku udah telat!!! Aku berangkat yah Bu!!!" Dinda pergi terburu-buru."Si Andi kemana sih biasanya juga dia jemput aku!!" omel Dinda di dalam taxi.Ia lalu mencari handphonenya, saat sudah mendial no Andi ia baru sadar jika mereka sedang berselisih."Ya ampun, kita kan lagi marahan," ucap Dinda.Dinda yang sudah terbiasa dengan kesehariannya bersama Andi lupa jika mereka belum baikan usai kejadian kemarin."Hampir aja aku telat!!" Dinda bersyukut karena dia datang tepat waktu."Kamu gak di antar Andi???" tanya Rara karena tidak melihat mobil Andi."Nggak lah, lagian repotin dia juga tiap hari harus antar jemput aku," jawab Dinda."Emh Din... ada hal yang mau kamu bicarakan gak sama aku??" tanya Rara karena sampai saat ini Dinda masih belum menjelaskan tentang kejadian ciuman di halaman sekolah dengan Andi.Dinda mengerutkan keningnya berpikir tentang hal apa yang akan ia bicarakan."Kayanya gak ada deh," jawab
Dinda merasa agak tersisihkan karena selama ini Dinda dekat Andi, namun ia belum pernah sekalipun dipertemukan dengan keluarga Andi."Kamu udah sering ikut acara makan kaya gitu??" tanya Dinda."Dulu waktu Ayah sama Ibu masih ada ya sering, cuma semenjak mereka pergi udah jarang," jawab Rara."Ohhh.... mereka baik gak??" tanya Dinda penasaran."Baik banget Din, padahal gue bukan anak mereka, yah meskipun Andi pun juga bukan putra kandung mereka, tapi Ibu Syarah benar-benar baik dan tulus," puji Rara tentang keluarga Andi."Awalnya dulu saat kamu tinggal di rumah Andi, orang tua Andi berencana buat ngusir kalian, tapi mereka memikirkan kembali hal itu karena Andi menjelaskan semuanya dan memang terbukti pihak Rangga yang bersalah," jelas Rara. "Di usir??" Dinda agak bingung. Memory Dinda memang tidak terlalu bagus, ada beberapa hal yang ia lupakan pasca mengalami trauma mental dulu. "Maksud kamu waktu aku sakit memang Andi yang merawatku sejak awal??" tanya Dinda penasaran. "Bukan wa
Sepulangnya Dinda dari sekolah ia teringat ucapan Rara yang mengatakan bahwa dulu dirinya pernah tinggal di rumah Andi. Dinda pun menanyakan hal itu pada Ibunya."Bu....." panggil Dinda pada Bu Harti yang sedang menata makanan."Iyahh sayang, ada apa???" tanya Bu Harti."Emhhh... apa benar dulu kita pernah tinggal di rumah Andi??" tanya Dinda yang penasaran.Ibu Harti agak heran kenapa putrinya menanyakan hal itu, apa dia lupa."Kenapa kamu menanyakan hal itu??" tanya Ibu Harti bingung."Dinda hanya ingin tau Bu," jawab Dinda."Maksud Ibu apa kamu lupa bahwa kita pernah tinggal di sana??" tanya lagi Ibu Harti memastikan."Jadi benar Bu, kita dulu tinggal di rumah Andi???" Dinda seperti tidak percaya dengan ucapan Ibunya."Benar sayang, Andi adalah orang pertama yang dulu bantu kita saat kamu di usir secara tidak hormat oleh keluarga Rangga," ucap Ibu Harti yang terasa sesak mengingat kembali kejadian waktu itu."Jadi Andi yang menolong kita sejak awal???" tanya Dinda kembali."Iyahh..
Dinda keluar dan langsung berlari memeluk Andi.Hegmhh.... tubuh Andi tersentak dengan pelukan Dinda yang langsung memberikan pelukan erat.Andi kaget kenapa tiba-tiba Dinda seperti ini, padahal sebelumnya ia marah pada Andi, bahakan seolah menganggap remeh belaian kasih sayang yang Andi berikan saat di mobil waktu itu."Aku engapp Dinnn," ucap Andi yang sepertinya meminta Dinda melepaskan pelukannya."Sebentar lagi!!!" paksa Dinda. Andi pun pasrah pada wanita yang sebentar marah sebentar sweet ini.Dinda lalu melepaskan pelukannya."Ada apa sihh???" tanya Andi yang masih bingung dengan sikap Dinda yang berubah kembali saat ini."Gak papa, aku cuma mau peluk kamu aja," jawab Dinda menunduk."Ko nunduk.....???" tanya Andi saat melihat Dinda menundukan wajahnya."Heii... kenapa sihh??" tanya lagi Andi."Gakk papa, udah ayok masuk!!" ajak Dinda yang menarik tangan Andi."Ehh... Ehh..." Andi kaget karena Dinda langsung menariknya.Ia