Hari ini Dinda mengajar di kelas 11-IPA, anak-anak saling berbisik membicarakannya."Diam!! Diam sudah!!!" suruh Dinda tapi mereka masih saja gaduh."Apa yang kalian mau dari saya??" tanya Dinda."Memangnya kalau saya berciuman dengan pria tadi, apa urusannya dengan kalian??" tanya Dinda kembali.Semua siswa terdiam tak ada satupun yang berani menjawab."Saya tau saya salah karena melakukan adegan tersebut di depan kalian, pembelaan apa pun yang saya berikan, sepertinya tidak akan membuat kalian percaya. Jadi saya tidak akan memberikan penjelasan apa pun pada kalian. Cukup satu hal yang ingin saya sampaikan saya meminta maaf atas kegaduhan yang terjadi pagi ini!!" jelas Dinda pada seluruh siswa.Entah apa yang terjadi penjelasan dari Dinda justru membuat anak-anak tersenyum.Ada salah seorang anak perempuan yang mengangkat tangan."Bu... saya boleh bertanya??" izin anak tersebut."Kita hidup dengan adat ketimuran yang dijunjung tinggi oleh bangsa dan negara. Kejadian Ibu pagi ini buka
Andi tak bisa berpikir jernih, pikiranya terus saja tertuju pada Dinda."Shitttttt!!!" Andi melempar berkas yang ada di hadapannya.Pikiranya semrawut sekali saat ini. Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu ruangannya."Masuk!!" suruh Andi."Pak... Pak Rangga ingin bertemu," ucap sekretaris Andi."Suruh dia masuk!!" perintah Andi.Sekretarisnya pun langsung memanggil Rangga untuk masuk."Lo sembunyiin Dinda dimana??" Rangga datang langsung tiba-tiba saja menanyakan tentang keberadaan Dinda.Andi tersenyum sinis, Rangga yang tidak terima langsung mendaratkan pukulan di wajah Andi.Andi pun memegang wajahnya."Dinda masih istri gue, yang lo lakuin saat ini adalah tindakan kriminal," geram Rangga."Gue gak peduli, sekarang lo keluar dari ruangan gue!!" usir Andi."Awas aja lo Ndi!!!" ancam Rangga.Rangga pun keluar dari ruangan Andi dengan amarah yang masih membelenggu.Setelah Rangga mengusir Dinda sekarang dia sadar jika Dinda benar-benar berarti buatnya."Dinda harus jatuh kembali ke peluk
"Kamu berangkat sendiri??" tanya Ibu Harti saat Dinda bergegas untuk pergi."Aku udah telat!!! Aku berangkat yah Bu!!!" Dinda pergi terburu-buru."Si Andi kemana sih biasanya juga dia jemput aku!!" omel Dinda di dalam taxi.Ia lalu mencari handphonenya, saat sudah mendial no Andi ia baru sadar jika mereka sedang berselisih."Ya ampun, kita kan lagi marahan," ucap Dinda.Dinda yang sudah terbiasa dengan kesehariannya bersama Andi lupa jika mereka belum baikan usai kejadian kemarin."Hampir aja aku telat!!" Dinda bersyukut karena dia datang tepat waktu."Kamu gak di antar Andi???" tanya Rara karena tidak melihat mobil Andi."Nggak lah, lagian repotin dia juga tiap hari harus antar jemput aku," jawab Dinda."Emh Din... ada hal yang mau kamu bicarakan gak sama aku??" tanya Rara karena sampai saat ini Dinda masih belum menjelaskan tentang kejadian ciuman di halaman sekolah dengan Andi.Dinda mengerutkan keningnya berpikir tentang hal apa yang akan ia bicarakan."Kayanya gak ada deh," jawab
Dinda merasa agak tersisihkan karena selama ini Dinda dekat Andi, namun ia belum pernah sekalipun dipertemukan dengan keluarga Andi."Kamu udah sering ikut acara makan kaya gitu??" tanya Dinda."Dulu waktu Ayah sama Ibu masih ada ya sering, cuma semenjak mereka pergi udah jarang," jawab Rara."Ohhh.... mereka baik gak??" tanya Dinda penasaran."Baik banget Din, padahal gue bukan anak mereka, yah meskipun Andi pun juga bukan putra kandung mereka, tapi Ibu Syarah benar-benar baik dan tulus," puji Rara tentang keluarga Andi."Awalnya dulu saat kamu tinggal di rumah Andi, orang tua Andi berencana buat ngusir kalian, tapi mereka memikirkan kembali hal itu karena Andi menjelaskan semuanya dan memang terbukti pihak Rangga yang bersalah," jelas Rara. "Di usir??" Dinda agak bingung. Memory Dinda memang tidak terlalu bagus, ada beberapa hal yang ia lupakan pasca mengalami trauma mental dulu. "Maksud kamu waktu aku sakit memang Andi yang merawatku sejak awal??" tanya Dinda penasaran. "Bukan wa
Sepulangnya Dinda dari sekolah ia teringat ucapan Rara yang mengatakan bahwa dulu dirinya pernah tinggal di rumah Andi. Dinda pun menanyakan hal itu pada Ibunya."Bu....." panggil Dinda pada Bu Harti yang sedang menata makanan."Iyahh sayang, ada apa???" tanya Bu Harti."Emhhh... apa benar dulu kita pernah tinggal di rumah Andi??" tanya Dinda yang penasaran.Ibu Harti agak heran kenapa putrinya menanyakan hal itu, apa dia lupa."Kenapa kamu menanyakan hal itu??" tanya Ibu Harti bingung."Dinda hanya ingin tau Bu," jawab Dinda."Maksud Ibu apa kamu lupa bahwa kita pernah tinggal di sana??" tanya lagi Ibu Harti memastikan."Jadi benar Bu, kita dulu tinggal di rumah Andi???" Dinda seperti tidak percaya dengan ucapan Ibunya."Benar sayang, Andi adalah orang pertama yang dulu bantu kita saat kamu di usir secara tidak hormat oleh keluarga Rangga," ucap Ibu Harti yang terasa sesak mengingat kembali kejadian waktu itu."Jadi Andi yang menolong kita sejak awal???" tanya Dinda kembali."Iyahh..
Dinda keluar dan langsung berlari memeluk Andi.Hegmhh.... tubuh Andi tersentak dengan pelukan Dinda yang langsung memberikan pelukan erat.Andi kaget kenapa tiba-tiba Dinda seperti ini, padahal sebelumnya ia marah pada Andi, bahakan seolah menganggap remeh belaian kasih sayang yang Andi berikan saat di mobil waktu itu."Aku engapp Dinnn," ucap Andi yang sepertinya meminta Dinda melepaskan pelukannya."Sebentar lagi!!!" paksa Dinda. Andi pun pasrah pada wanita yang sebentar marah sebentar sweet ini.Dinda lalu melepaskan pelukannya."Ada apa sihh???" tanya Andi yang masih bingung dengan sikap Dinda yang berubah kembali saat ini."Gak papa, aku cuma mau peluk kamu aja," jawab Dinda menunduk."Ko nunduk.....???" tanya Andi saat melihat Dinda menundukan wajahnya."Heii... kenapa sihh??" tanya lagi Andi."Gakk papa, udah ayok masuk!!" ajak Dinda yang menarik tangan Andi."Ehh... Ehh..." Andi kaget karena Dinda langsung menariknya.Ia
"Emhhh... sebenarnya ada yang nau aku bicarakan sama kamu!!" ucap Andi."Ada apa memangnya??" tanya Dinda penasaran."Tapi ini kita udah baikan kan beneran??" Andi malah balik bertanya ."Ya udahlah, kaya bocil aja musti deklarasi buat baikan," kesal Dinda."Tadi katanya mau ngomong apa??" tanya Dinda kembali mengingatkan. Andi sebenarny sedang mengatur kata-kata apa yang akan dia katakan pada Dinda karena saat ini Andi memiliki kontrak kerja dengan Rangga. "Emhh... emh..hhh...hhh." Andi bingung harus seperti apa mengatakannya pada Dinda."Apa sihh umhh amhh emhh mulu??" greget Dinda karena Andi sejak tadi seperti yang bingung. "Iyahh bentar deh!!!" ucap Andi.Andi menarik nafa panjang.Dinda merasa bingung melihat Andi, sebenarnya apa yang akan ia katakan."Ini tentang pekerjaanku di Yogja nanti, kayanya aku bakalan lama tinggal di sana karena ini proyek mentah," tutur Andi mengawali pembicaraanya."Yah ga papa emangnya kenapa??" t
"Jelaskan sama Mamah!!" tekan Ibu Sarah pada Andi meminta penjelasan. Andi pun kaget saat melihat berita tentang dirinya yang di muat di majalah. "Mah Andi bisa jelaskan semua ini. Apa yang ada di berita itu gak seperti apa yang Mamah pikirkan," bela Andi pada dirinya. "Kamu tau apa yang kamu lakukan sudah mencoreng nama baik Mamah dan Papah!!" Ibu Sarah begitu marah pada Andi. "Sejak awal Mamah udah gak setuju kamu dekat dengan dia, dulu Mamah dan Papah cuma izinkan kamu dekat dengan wanita itu sampai dia sembuh, tapi kamu malah terus mendekatinya. Kamu lihat sekarang dia cuma bisa mempermalukan keluarga kita saja!!" murka Ibu Sarah melihat berita yang naik saat ini. "Mau di taro di mana muka kami Ndi??" tanya Ibu Sarah dengan kesal. "Andi tau Andi salah dan ceroboh, ini semua salah Andi Mah. Andi tidak ingin jika Dinda yang di salahkan karena memang Dinda pun sudah menghindar, namun Andi yang menariknya!!" jelas Andi pada Ibu Sarah. "Terus saja Andi kamu bela wanita itu. Sekar
Andi yang sedang membuka handphonenya begitu kaget saat melihat headline berita di media sosial."Apa???? Fasha bukan putri sah Om Evan dan Tante Maya," Andi tercengang saat membaca judul beritanya."Gila berita apaan ini?? mana paling atas pula," ucap Andi yang masih menganggap berita itu hanya omong kosong."Media emang kurang kerjaan, Om Evan dan Tante Maya kan baru saja dapat cucu masa mereka naikin berita gak bermutu kaya gini!!" Andi terus saja menskrol handphonenya, tapi alangkah kagetnya dia karena hampir semua pemberitaan di media mengangkat topik tentang keluarga Om Evan.Ia lalu menghubungi Dinda."Halo Din..." sapa Andi dengan nada yang penuh rasa penasaran."Tentang berita di media?" ucap Dinda yang langsung pada topiknya seolah ia sudah tau dan paham ke arah mana Andi akan bertanya."Sebenarnya ada apa Din, kenapa media memberitakan hal itu?" tanya Andi penasaran."Yah aku gak tau lah, kamu tanya aja medianya!!!" suruh Dinda."Kamu tuh ada-ada aja deh," kesal Andi menden
Semua orang mematung saat Dinda melenggang pergi dari ruang transfusi. Ia terlihat puas dengan keterpurukan yang sedang dihadapi dua keluarga ini. Seolah sedikit demi sedikit rasa sakitnya mulai terbayarkan. "Dasar wanita jalang," kesal Pak Evan dalam hatinya saal melihat Dinda yang tersenyum puas di hadapan Pak Evan. Rangga pun mengejar Dinda dan berterima kasih padanya karena dia masih punya hati untuk membantu istri dan anaknya. "Din tungga!!" Rangga meraih tangan Dinda. "Kamu mau apa lagi??" tanya Dinda sinis. "Aku cuma mau bilang terima kasih, karena kamu mau mendoorkan darahmu untuk Fasha," jawab Rangga agak kikuk. Dia terlihat malu karena perlakuannya selama ini, tapi di sisi lain Rangga pun sangat bersyukur. "Rawatlah mereka, jangan sampai kamu bernasib sama seperti mertuamu," Dinda lalu meninggalkan Rangga yang mematung usai mendengar ucapannya. "Apa maksud Dinda barusan??" Rangga bertanya-tanya dalam hatinya, namun ia mencoba untuk mengabaikannya lalu kembali pada kela
Rangga pun baru tahu tentang hubungan Ibu Maya di keluarga Fasha."Pah.... maksud Papah apa??" tanya Rangga bingung."Mamah kadung Fasha sudah meninggal saat Fasha masih bayi," ucap Pak Evan."Meninggal??? Jadi Mamah Maya tidak ada hubungan darah dengan Fasha??" Rangga yang masih belum percaya dengan apa yang ia dengar.Suster kembali keluar."Bagaimana Pak Rangga sudah ada yang bisa mendonor??" tanya suster."Tunggu sebentar Sus!!!" jawab Rangga. Ia pun langsung menghubungi teman-temannya, termasuk Dinda karena golongan darah Dinda sama dengan Fasha."Hallo Din.... maaf aku ganggu kamu, tapi aku benar-benar membutuhkanmu saat ini," ucap Rangga terburu-buru."Maksudnya apa sih???" tanya Dinda bingung."Fasha baru saja melahirkan, namun ia mengalami pendarahan hebat dan butuh transfusi darah sedangkan pasokan darah di rumah sakit untuk golongan AB tidak ada. Aku mohon bantu aku. Selamatkan Fasha!! pinta Rangga yang sudah tidak memikirkan rasa malu lagi.Mendengar hal itu Dinda terkeju
Kehadiran seorang bayi di tengah keluarga Rangga dan Fasha memberi kebahagiaan tersendiri terutama untuk Mamah Tari yang sejak dulu begitu menantikan kehadiran seorang cucu.Selesai persalinan Rangga pun dipersilahkan kembali untuk menunggu di luar dan bayinya akan dipindahkan ke ruang perawatan."Pak Rangga silahkan kembali tunggu di luar kembali!!" suruh seorang perawat.Rangga lalu berdiri."Aku keluar dulu yahh!!" pamit Rangga sebelum pergi, ia pun mengusap air mata di wajahnya karena terharu saat melihat dan mendengar suara bayi kecil itu untuk pertama kalinya."Rangga... gimana?? bayinya sudah lahir??" tanya Mamah Tari."Keadaan Fasha gimana??" Pak Evan yang ikut menyerobot bertanya."Bayinya sudah lahir, jenis kelaminnya laki-laki dan keadaan Fasha untuk saat ini cukup baik, namun dia masih belum sadar sepenuhnya karena pengaruh obat bius," jawab Rangga."Alhamdulillah...." ucap syukur Mamah Tari dan Ibu Maya."Bayinya akan dipindahakan ke ruang perawatan bayi, nanti kalian bis
Andi yang merasa bersalah terhadap Rara, apa lagi sebelumnya dia membuat Rara menangis, lalu menghubungi Rara, namun lagi-lagi Rara tidak mengangkat teleponya."Tumben banget deh Rara... biasnya dia langsung jawab," keluh Andi, tapi Andi gak ambil pusing ia menyangka mungkin saja Rara sedang sibuk."Ndi, orang lokasi udah telepon terus nih." Rangga yang memberi tahu jika mereka harus segera ke lokasi proyek."Iyah bentar!!" Andi pun menyimpan semua barangnya, lalu ke luar dari kamar."Ayo!!" ajak Andi sambil melempar kunci mobil pada Rangga."Kamu yang nyetir!!" suruh Andi.Di perjalanan menuju lokasi cukup hening tanpa ada pembicaraan di antara keduanya, sampai akhirnya Rangga membuka topik pembicaraan."Ndi... aku gak mau kita berselisih paham terus kaya gini cuma gara-gara masalah cewek!!" ucap Rangga mengawali pembicaraan di antara keduanya."Bukannya semua ini kamu yang mulai??" Andi yang melempar kesalahan pada Rangga karena memang selama ini Rangga yang mengawali pertengkaran d
"Mana mungkin Rara bertemu dengan Pak Diki, meskipun bergerak di dunia pendidikan namun dia bukan orang baru juga dalam dunia bisnis, Rara juga punya saham dibanyak perusahaan. Kamu mungkin salah lihat Din. Rara tuh tau Pak Diki orang seperti apa, aku yakin itu," jelas Andi saat berbicara dengan Dinda di balik telepon.Dinda pun terdiam. Ia berpikir ada benarnya Andi, gak mungkin Rara bertemu dengan Pak Diki. "Aku emang cuma lihat dia dari belakang, kaya mirip aja sama Rara," tutur Dinda pada Andi.Andi pun menghela nafasnya seolah merasa tenang karena memang tidak mungkin jika Rara berhubungan dengan orang-orang seperti Pak Diki."Kamu kangen aja kali yah sama aku, pake alesan bahas Rara segala," goda Andi."Ihh apaan, ngapain juga kangen sama kamu. Nggak lahhh!!!" elak Dinda, padahal sebenarnya sedari tadi ia tidak bisa tenang karena Andi belum juga menghubunginya."Aku tuh cuma kepikiran Rara aja soalnya belakangan ini sikap dia agak berubah," tutur Dinda yang merasa jika sikap Ra
Andi dan keluarga pun seger berangkat ke bandara, di sana sudah ada Rangga yang menunggu. Rangga pun menyalami Pak Fero dan Ibu Sarah saat mereka tiba di bandara. "Baik-baik kalian di sana!! Jangan berantem mulu!!!" pesan Pak Fero pada keduanya. "Iyahhh..." jawab Andi dengan malas. "Baik Pak!!" Rangga justru kebalikanya ia menjawabnya dengan mantap. Andi merasa aneh dengan sikap Rangga yang tiba-tiba menjadi kalem, karena biasanya tiap mereka bertemu pasti Rangga selalu mengajaknya adu statment. "Papah sudah urus semua keperluan kalian di sana, jadi kalian akan tinggal bersama di rumah perusahaan," ujar Pak Fero. "Apa?? aku sama dia tinggal bareng??" tanya Andi yang sepertinya menolak untuk tinggal bersama dengan Rangga. "Pahhh.... ayolahh masa aku sama dia," rengengek Andi pada Papahnya. "Kamu gak usah banyak merengek Andi, ini sudah jadi keputusan Papah, lagi pula ini tentang kerja sama tim, jadi Papah minta kamu abaikan dulu egomu itu!!" perintah Pak Fero pada Andi untuk bi
"ANDI!!" tegas Ibu Sarah memanggil putranya.Andi yang kaget langsung menoleh."Apa sih Mahh, manggilnya serem gitu," komentar Andi."Kamu apakan Rara sampai dia menangis barusan??" selidik Ibu Sarah pada Andi."Dia nangis?" Andi malah balik bertanya."Ko malah tanya Mamah sih, kamu apain dia??" tanya kembali Ibu Sarah."Gak di apa-apain Mah, kita habis ngobrol biasa," jawab Andi yang tidak merasa bersalah."Kalau gak di apa-apain mana mungkin nangis kaya tadi." Ibu Sarah yang tidak percaya pada Andi."Pokonya kamu harus kejar dia dan minta maaf!!" suruh Ibu Sarah.Andi pun tak bisa menolak, ia terpaksa keluar mencari Rara, namun sepertinya Rara sudah pergi."Raranya juga gak ada Mah, udah pulang kali dia," ucap Andi saat masuk kembali ke dalam rumah."Yahh kamu telepon dia dong!!!" paksa Ibu Sarah."Ya ampun mah, ini Andi udah mau berangkat masa masih harus ngurusin Rara sih," kesal Andi karena waktunya malah terbuang, apa lagi dia ada janji untuk bertemu dengan Dinda sebelum berang
Setibanya Rara di rumah Andi, mereka menyambutnya dengan baik."Hallo.... gimana kabar kamu sayang??" sambut Ibu Sarah saat melihat Rara tiba.'Baik Mah, mamah sendiri apa kabar?" tanya Rara."Mamah juga baik, sangat baik sekali," jawab Ibu Sarah.Rara pun menyalami Pak Fero. Semua terlihat senang melihat kedatangan Rara, namun Andi terlihat biasa saja dan malah membuang muka saat Rara menghampirinya. Sikap Andi membuat Rara merasa aneh, karena tidak biasanya ia seperti itu.Rara mencoba mendekatkan diri, membantu Andi mengemas barangnya."Gak usah!! Kamu temani Mamah saja sana!!' Andi mengambil barang yang dipegang oleh Rara."Aku bantu Ndi!" ucap Rara agak memaksa."Gak usah!!" larang Andi kembali, namun Rara tetap memaksa membantu Andi karena kesal melihat Rara yang keras kepala Andi pun merebut dengan paksa juga. Sikap Andi tersebut membuat Rara bingung."Kamu kenapa sih??" tanya Rara penasaran dengan perlakuan Andi padanya."Gak papa, biasa aja ko," jawab Andi singkat."Kamu