"Mahh... udahlah gak usah ladenin Fasha, dia emang orangnya kaya gitu." Rara yang mencoba melerai Ibu Sarah yang sepertinya sudah kesal sama Fasha."Biarkan saja sayang, biar dia gak macem-macem lagi sama kamu," ucap Ibu Sarah.Fasha pun merasa malu di hadapan banyak orang."Apa yang kamu lakukan barusan??" tanya Ibu Maya yang melihat kebodohan putrinya."Aku kesal saja pada Rara yang terlihat so, dia itu dulu cuma pengikut Dinda," jawab Fasha kesal."Tapi yang kamu hadapi barusan adalah Ibu Sarah dan Rara sekarang adalah calon mantu dari keluarga mereka. Kamu harus hati-hati!!" Ibu Maya yang memperingatkan Fasha agar tidak macam-macam.Fasha sebenarnya merasa kesal dengan keadaannya saat ini karena dulu ia yang akan dijodohkan dengan Andi. Ia dulu tidak tau jika Andi putra dari Pak Fero pemilik perusahaan terbesar di Asia, jika ia tau mungkin Fasha lebih memilih Andi dibandingkan Rangga. Hidupnya bersama Rangga saat ini jauh dari ekspestasinya dulu.****"Nak Rara," sapa Mamah Tari.
"Kenapa Fasha bebicara seperti itu?? apa maksudnya??" Rara merasa Fasha sangat aneh.Rara lalu mendekat pada Fasha."Aku tidak akan termakan ucapanmu Fasha, kehidupanku baik-baik saja dan kamu gak usah ikut campur. Aku gak pernah mengusik kehidupanmu," ucap Rara.Sebelum Rara pergi meninggalkan Fasha ia berbisik, "Kecuali kamu ingin hidupmu semakin hancur."Kali ini justru Fasha yang kaget karena Rara berani berbicara seperti itu padanya."Kurang ajar!! Awas kamu Rara," ancam Fasha yang kesal dengan ucapan Rara padanya.****"Mahh aku pulang duluan yah, Andi udah jemput aku, kita ada urusan!!" pamit Rara.Ternyata benar Andi sudah menjemputnya. Ibu Sarah begitu bahagia melihat kedatangan Andi."Sebelah sini Nak!!" Ibu Sarah melambaikan tangannya pada Andi.Andi pun menyapa para istri pengusaha relasi papahnya dengan senyum manisnya."Wahh Andi dan Rara memang terlihat sangat cocok yah," komentar Ibu Ratih."Benar mereka begitu serasi!!!" puji Ibu Jeny yang berdiri di sebelahnya.Andi
"Rara ko aneh sih, dia kaya yang males buat selesaika masalah ini??" Dinda yang penuh tanya saat melihat sikap Rara barusan."Ini salah gue juga sih," Andi yang malah menyalahkan dirinya."Ko jadi kamu yang salah??" Dinda bingung dengan jawaban Andi."Kalau aja aku bisa nahan diri, Rara gak akan terjerumus masuk dalam lingkup masalah ini dan dia juga gak perlu bersandiwara seperti sekarang," jawab Andi. Ia kasihan pada Rara yang sudah banyak berkorban untuk dia bahkan sekarang untuk keluarganya."Waktu kamu dalam masa pengobatan juga, Rara yang sering bantu aku buat urus dokumen kepindahan kamu, bahkan dia tidak menghapus data kamu di sekolah karena Rara berpikir kelak kamu pasti akan kembali," tambah Andi."Rara emang orang yang baik, makanya aku kaget pas lihat ekspersi dia barusan," komentar Dinda karena Rara tidak pernah bersikap demikian."Dia juga manusia kali bisa kesal juga dong," ucap Andi yang menganggap hal itu biasa.Dinda hanya mengangguk-angguk.Rara lalu kembali."Maaf
"Kalian habis dari mana??" tanya Ibu Sarah saat Andi dan Rara tiba di rumah."Dari cafe Mah, abis makan," jawab Andi.Namun Ibu Sarah terus memperhatikan Rara yang terlihat muram."Kamu kenapa sayang ko kaya yang bete??" tanya Ibu Sarah yang mendekat pada Rara."Ya itu gara-gara mamah ajak dia ke pertemuan komunitas ibu-ibu," serobot Andi yang terus saja menjawab pertanyaan."Emang benar??" tanya Ibu Sarah memastikam.Rara jelas menampiknya, "Enggak Mah, enggak ko!!""Yeee... malah bohong lagi," ucap Andi, ia lalu mendekat pada Ibu Sarah dan Rara yang sedang duduk di ruang keluarga."Mahh... kasian Rara, gak usah di ajak ke acara-acara kaya gitu deh!!" pinta Andi karena Rara yang terlihat tidak nyaman."Serius kamu gak nyaman ikut sama Mamah tadi??" tanya Ibu Sarah."Iyah sih Mah, apa lagi tadi ada Fasha dan Tante Tari, tapi untuk kedepannya Rara pasti udah terbiasa ko," jawab Rara dengan bijak."Tuhh kan, aku bilang apa?? Mamah tuh maksa sih," ucap Andi yang merasa menang."Lagian ki
"Rara..." panggil Andi heran saat melihat Rara masih ada di rumahnya."Mamah maksa aku buat nginep di sini," ucap Rara mencoba menjelaskan keberadaannya di rumah Andi."Mamah benar-benar keterlaluan deh dia sampai minta kamu buat nginap di sini!" kesal Andi dengan sikap Ibu Sarah yang terlalu memaksa kepada Rara."Maafin Mamah yah Ra dia terlalu maksa kamu," tutur Andi yang merasa tidak enak karena Rara harus terus mengikuti kemauan Mamahnya."Gak papa ko Ndi, lagian di rumah juga sepi gak ada siapa-siapa." Semenjak kepergian orang tuanya dunia Rara memang seolah hancur, ia bisa bangkit kembali karena Andi yang selalu menemaninya dan keluarga Andi yang selalu mensuportnya selama ini.Andi lalu memegang tangan Rara."Kita itu keluarga jadi kamu gak perlu merasa sendirian." Andi menguatkan Rara untuk tidak merasa kesepaian karena selama ini Andi akan selalu ada untuk Rara sebagai seorang Kakak."Mau coklat panas gak??" Andi menawarkan minuman hangat pada Rara."Boleh..." jawab Rara."T
Rara yang sama terkejutnya langsung berlari masuk menuju kamarnya. Ia malu sekali karena sudah menanyakan hal tersebut."Parah banget kamu Rara...!!" kesal Rara pada dirinya sendiri.Ia langsung mengunci diri di kamarnya, menyelimuti tubuhnya dengan selimut karena saking malunya. Rara berusaha memejamkan matanya untuk tidur berharap bisa melupakan kejadian barusan, namun usahanya sia-sia ia tak kunjung mengantuk.Rara lalu melihat jam tangannya."Pukul 11 malam," ucapnya.Ia ⁰membuka lemari baju yang sudah disediakan untuknya berharap ada sepotong baju renang yang disediakan oleh Ibu Sarah karena kamarnya menghadap langsung ke kolam renang."Kali aja ada baju renang, meskipun kayanya gak mungkin," ucapnya sambil terus mencari.Ternyata ada satu baju renang yang memang dipersiapkan oleh Ibu Sarah untuk Rara.Ia pun langsung mengganti bajunya dan membuka jendela kamarnya.Rara menarik nafasnya, ia menghirup udara malam di rumah Andi."Aku tidak akan melepaskannya!!" ucap Rara yang kemud
Pagi sekali Rara sudah bangun untuk mempersiapkan sarapan, ia di bantu oleh asisten rumah tangga Ibu Sarah. "Wahh anak gadis jam segini udah sibuk siapin sarapan," ucap Pak Fero yang baru saja selesai berolah raga.Rara tersenyum ia pun menawarkan kopi pada Pak Fero, "Om mau kopi??""Emhh boleh.." jawab Pak Fero.Rara pun membuatkan kopi untuk Pak Fero."Ini Om!!" Secangkir kopi disajikan untuk menemani Pak Fero yang sedang melihat berita di TV."Makasih yah!!" ucap Pak Fero yang terlihat senang melihat Rara."Waw, lengkap sekali menunya Ra??? Ini kamu yang masak??" tanya Ibu Sarah."Dibantu Bibi Mah," jawab Rara merendah."Non Rara semua yang siapkan Bu... saya aja kaget biasanya pagi-pagi gak serame ini di dapur, malah gak enak saya sama Non Rara!!" ucap Bibi menunduk."Gak papa Bi... Rara udah biasa ko," balas Rara sambil memegang pundak Bibi ART."Mamah gak salah kan Pah??" Ibu Sarah yang terlihat bangga karena sejak awal Rara adalah pilihan Ibu Sarah."Iyaahh," ucap Pak Fero."
"Kamu jemput Rara??" tanya Dinda saat melihat Andi yang datang bersamaan dengan Rara."Enggak, aku nginep di rumah Andi," jawab Rara dengan berani seolah sedang memperlihatkan statusnya saat ini."Biasa disuruh Mamah," sambung Andi yang merasa tidak enak pada Dinda.Dinda pun tak banyak komentar ia hanya tersenyum saja."Emhh aku mau ngobrol dulu sama Andi boleh gak Ra??" Dinda yang meminta izin pada Rara."Apaan sih kamu pake minta izin segela sama Rara, udah ayo!!" Andi pun menarik tangan Dinda.Rara yang kesal melihat Dinda dan Andi langsung masuk pergi ke ruangannya.****Saat di taman sekolah Dinda mengeluarkan sebuah berkas yang ia tunjukan pada Andi."Apa ini??" tanya Andi."Aku mau urus perceraianku dengan Rangga. Tolong carikan pengacara buat aku!!" pinta Dinda.Mendengar itu membuat Andi sangat bahagia, karena akhirnya Dinda benar-benar memutuskan hubungannya dengan Rangga."Okee, itu gampang," balas Andi dengan senyum bahagianya."Ya udah kalau gitu aku masuk dulu!!" Dinda