"Tapi ... Vin. Hanya aku yang cinta sendiri. Tidak dengannya." lirih Kasih, sedih.
"Hei, kamu jangan bersedih begitu, Kasih. Kamu kan sangat cantik. Kamu bisa menggodanya dengan paras cantikmu. Apalagi, semua orang mendukungmu. Keluarganya pun, sangat mendukung mu, kan?""Iya sih, tapi tetap saja. Aku masih ragu. Entah lah, Vin. Apalagi aku tuh, tidak pernah sekali pun ngobrol dengannya. Aku hanya melihatnya dari kejauhan saja." lirihnya, semakin sedih.Kasih pun semakin larut dalam kesedihannya. Dia tidak tahu harus berbuat apa untuk mengusir kegundahan hatinya.Malam hari pun tiba, semua anggota keluarga Pak Danu sedang berkumpul di sebuah ruangan di dalam rumah kecil milik majikannya, yang telah mereka tempati sejak dahulu kala.Bu Sani duduk di samping suaminya. Menunggu anak mereka Kasih yang masih berada di dalam kamar.Tak berapa lama, Kasih pun keluar dari kamarnya, dan mulai bergabung duduk di sofa sederhana yang ada di ruangan itu.Lalu sang ayah pun mulai angkat bicara,"Malam ini Ayah sengaja mengumpulkan kalian. Untuk membicarakan perihal lamaran Keluarga Tuan Hoewar kepada putri kita, Kasih. Sebelumnya Ayah minta maaf karena menerima lamaran itu tanpa menanyakan terlebih dahulu kepadamu, Kasih." ucap sang ayah, sambil melihat ke arah putri satu-satunya, itu."Bunda juga minta maaf, karena ikut menyetujui lamaran itu. Tapi menurut Bunda, sudah saatnya keluarga kita membalas semua kebaikan Keluarga Tuan Hoewar, selama ini." tukas Bunda Sani, kepada anaknya."Benar kata, Bunda. Apalagi Oma Meri sangat menyayangimu layaknya seperti cucunya sendiri. Sejak kamu kecil, Oma Meri membiayai sekolahmu. Memasukkanmu ke sekolah yang sama dengan cucu kandungnya. Sampai kamu bisa mewujudkan cita-citamu menjadi seorang dokter. Itu semua karena kebaikan Oma Meri." Ayah Danu kembali menjelaskan kebaikan keluarga majikannya, kepada mereka.Kasih terus saja menunduk sambil mendengarkan semua perkataan kedua orang tuanya, yang semuanya adalah benar.Hanya saja hatinya masih saja bimbang karena lamaran itu tiba-tiba saja menghampirinya."Semua orang juga sudah tahu, bagaimana kondisi Oma Meri saat ini. Kamu selaku seorang dokter pasti lebih tahu, kan? Jadi tidak ada salahnya. Jika kita mewujudkan keinginan Oma Meri, selagi beliau masih sehat dan kuat." tutur Ayah Danu, lagi.Sepasang suami istri itu, lalu memperhatikan anaknya yang dari tadi menunduk saja. Keduanya saling pandang, mencoba mereka-reka. Ada apa dengan Kasih.Lalu sang ibu mencoba untuk angkat bicara,"Kasih, Kamu kenapa menunduk terus? Apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiranmu?" tanya Bunda Sani, kepada putri satu-satunya itu."Coba tegakkan kepalamu. Katakan apa yang ada di hatimu?" Kali ini, Ayah Danu yang angkat bicara kepada anak gadisnya, itu.Kasih lalu menegakkan kepalanya. Matanya yang memerah karena menangis, terlihat jelas kepada kedua orang tuanya."Ka-sih, kamu kenapa menangis?" tutur sang ibu, lalu dengan cepat menghampiri putrinya dan mencoba untuk menenangkannya."Katakan yang ada di hatimu, Nak. Ayah dan Bunda juga ingin mendengarnya. Tapi Bunda harap kamu juga mempertimbangkan kesehatan Oma Meri saat ini." Bunda Sani kembali mengingatkan putrinya, untuk lebih mengutamakan kesehatan sang Oma.Setelah lama berdiam diri, akhirnya Kasih pun mulai berkata,"Ayah, Bunda. A ... aku sama sekali tidak mempermasalahkan tentang perjodohan itu. Hanya saja, aku dan Tuan Muda Faith, belum saling kenal. Sekalipun kami tidak pernah berbicara. Hal itu yang mengganggu pikiranku." jujurnya, kepada kedua orang tuanya."Kamu nggak usah khawatir begitu. Seiring berjalannya waktu. Komunikasi diantara kalian pasti akan terjalin. Ayah sangat bersyukur karena kamu juga menerima perjodohan ini." tukas, Ayah Danu."Apa yang dikatakan Ayah ada benarnya, Kasih. Gak mungkin Tuan Muda Faith tidak mengenalimu. Toh sejak dahulu kita hidup bertetangga. Pasti dia tahu jika kamu adalah Kasih. Anak art yang bekerja di rumahnya. Kamu jangan terlalu khawatir, Oma Meri berserta Tuan dan Nyonya Hoewar, sangat mendukung mu dan perjodohan ini.Ternyata kedua orang tuanya tidak mengetahui kegundahan hati Kasih yang sesungguhnya.Dia pun hanya tersenyum dan menganggukkan kepala kepada kedua orang tuanya. Pertanda Kasih mengikuti semua keinginan mereka.Pagi pun tiba,Ada yang berbeda saat ini. Kasih yang biasanya berangkat untuk bekerja ke rumah sakit dengan naik sepeda motor matik, miliknya.Namun pagi ini, Nyonya Rara mengharuskan Kasih untuk diantar oleh sopir pribadi Keluarga Hoewar."Ta ... tapi, Nyonya. Aku sudah terbiasa naik motor jika akan ke rumah sakit." ucapnya, kepada sang calon ibu mertua.Mendengar ucapan Kasih. Nyonya Rara menjadi tidak suka. Dia dengan segera menatap tajam ke arah Kasih mengisyaratkan ketidaksukaannya. Apalagi Kasih masih memanggilnya dengan sebutan 'Nyonya'Kasih yang menyadari jika sang calon ibu mertua tidak suka dengan kalimat yang dirinya ucapkan, segera berkata,"Ma ... maafkan aku, Mami. Ba ... baiklah, aku naik mobil saja menuju ke rumah sakit." ucap Kasih, sambil menundukkan kepala.Mendengar jawaban Kasih, wajah Nyonya Rara menjadi berbinar."Nah ... gitu, dong. Kamu ikuti aturan Mami.""I ... iya, Mi." sahut Kasih, menjadi tak enak."Oh, iya. Nanti siang pesawat yang membawa Lovlyta akan tiba di Jakarta. Mungkin dia akan langsung menuju ke rumah sakit.""Oh ya, Mi?" Kasih sangat senang mendengarnya.Dia dan Lovlyta sangat akrab sejak dulu. Bahkan saat mereka sedang berada di bangku sekolah. Kasih sering sekali menjadi guru privat dadakan untuk putri majikannya itu. Akan tetapi soal perasaannya kepada Faith yang Kasih pendam selama bertahun-tahun. Tidak diketahui sedikit pun oleh Lovlyta.Kasih sengaja menutupi semuanya tentang perasaannya kepada Faith. Kasih hanya mengetahui informasi tentang Faith dari cerita-cerita Lovlyta yang selalu kesal kepada kakaknya, karena sering menjahilinya.Namun yang terjadi saat ini, Kasih malah akan dijodohkan dengan Faith. Dia sampai bertanya-tanya di dalam hatinya. Tentang bagaimana reaksi Lovlyta saat tahu jika Kasih malah akan dijodohkan kepada kakaknya.Setelah menempuh perjalanan beberapa saat, akhirnya Kasih sampai juga di rumah sakit."Cie, yang mau OTW menjadi Nyonya Bos! Sudah nggak naik motor lagi ya, sekarang?" goda, Vini kepada Kasih. Sesaat setelah dirinya keluar dari mobil."Astaga, Vini! Kaget, gue!" tukas Kasih, sambil memegangi dadanya."Ha-ha-ha. Maaf-maaf. Habis sih, Lo ngelamun aja. Baru pagi-pagi, juga!" celutuk Vini, lagi.Tak berapa lama dokter Robin yang juga rekan kerja Kasih, ikut bergabung dengan keduanya."Halo, selamat pagi ... Nona-nona cantik!" Sapa Robin kepada keduanya.Namun matanya, tertuju kepada Kasih.Robin menyukai Kasih secara diam-diam selama ini. Rasa cintanya sangat besar kepada gadis itu.Dia berencana untuk mengungkapkan perasannya kepada gadis pujaannya hatinya, itu."Nona-nona cantik? Tapi mata Lo, hanya mengarah kepada Kasih. Dasar gombal!" ketus, Vini."Ha-ha-ha." Robin tertawa renyah."Kasih memang lebih anggun dari Lo, Vin. Lo sih terkesan tomboy banget! Anggun dikit kek, kayak Kasih." celutuk Robin, lagi."Dih ... siapa Elo ngatur-ngatur, gue?" tutur Vini, tak suka dengan omongan rekannya, Robin.Vini, sahabat Kasih. Tak kalah menariknya, memiliki rambut panjang yang tergerai lurus dan wajah oriental yang memukau. Namun itu dulu. Sejak Vini putus cinta dan merasakan pahitnya patah hati. Dia pun merubah penampilannya, dab menjadi terkesan lebih tomboy saat ini. Sepertinya, Vini tidak mau mengenal pria lagi. Dia trauma dengan kisah cintanya yang kandas karena perselingkuhan. Untuk itu dia menutup diri untuk tidak mengenal cinta lagi.Ketiga dokter tersebut saat ini sedang sarapan di kafetaria yang ada di dekat lobi rumah sakit.Dari tadi, Robin mencuri-curi pandang melihat ke arah Kasih. Sepertinya dia sangat terpesona dengannya. Selain memil
Sebagai dokter pribadi Oma Meri yang ditugaskan oleh pihak rumah sakit. Membuat waktu Kasih lebih banyak merawat Oma Meri. Seperti saat ini, Kasih sedang berada di ruang rawatan mewah itu. Sedang menjaga sang Oma yang sedang tidur.Dia pun mengisi waktunya dengan membaca sebuah artikel kesehatan. Sambil menunggu Oma Meri bangun.Lalu tiba-tiba pintu ruangan itu dibuka dari luar. Terlihat seorang gadis berparas cantik dan anggun yang tinggi semampai dengan body proposional layaknya model, bersama dengan sang ibunda. Yang sedang berjalan menuju ke dalam ruang rawatan Oma Meri."Hai, selamat siang. Kamu, Kasih kan?" ucapnya, mencoba mengenali teman masa kecilnya.Kasih sangat kaget. Melihat Lovlyta yang sudah berada di dekatnya. Duduk di sofa lalu menyambutnya dengan sebuah pelukan."Lo ... Lovlyta? Kamu Lovlyta, kan?" tutur Kasih, masih tak percaya. Jika sahabat masa kecilnya itu, telah berada di depannya saat ini."Ya ... ampun, Kasih ... masa kamu gak mengenaliku, sih? protes Lovlyta
"I ... iya, Tu. Maksud saya, iya Daddy." lirihnya, sambil menundukkan kepalanya."Kas, kamu tenang saja. Jika Kak Faith macam-macam ke kamu. Aku nggak akan tinggal diam." ucap, Lovlyta kepada sang calon kakak ipar."Kasih, Oma harapkan kamu bisa menerima sikap Faith. Anak itu dari dulu terlihat sangat pendiam. Dia lebih suka menyendiri dan menghabiskan waktunya membaca buku. Faith kurang bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Makanya Oma memilih mu untuk menjadi pendamping Faith, karena Oma sangat yakin jika kamu mampu menjadi istri yang baik untuknya." jelas Oma Meri, panjang lebar."Benar kata sang Oma, Kas. Mommy juga sangat yakin kamu adalah wanita yang tepat untuk mendampingi Faith." Nyonya Rara, ikut meyakinkan Kasih."I ... iya, Mommy." jawab Kasih, singkat.Dukungan semua anggota Keluarga Hoewar untuknya. Semata-mata tidak membuat kegundahan hatinya sirna juga. Kasih sudah beberapa kali menghalaunya, namun tetap tidak bisa. Dia sedikit takut dengan sikap Faith yang sang
Setelah bertemu dengan dokter Roland. Hati Faith semakin ketar-ketir perihal kesehatan sang Oma.Dia sangat ingat semua pesan dan nasihat dari dokter Roland.Saat ini Faith diikuti oleh Max sedang melangkah menuju ke ruang rawatan Oma Meri.Seorang perawat sedang menuntun mereka menuju ke kamar di mana Oma Meri sedang dirawat."Di sini kamarnya, Tuan Muda. Saya permisi dulu." ucap perawat itu, lalu mulai meninggalkan mereka."Terima kasih, suster." sahut, Max. Sementara Faith segera membuka pintu kamar mewah itu.Oma Meri yang baru saja selesai sarapan disuapin oleh Kasih. Saat ini sedang santai menonton televisi. Sang Oma yang mendengar jika pintu kamarnya dibuka dari luar. Segera berkata,"Kamu kah itu, Kasih? Kok cepat banget kamu tebus obat untuk Oma?" ucap Oma Meri.Sang Oma berpikir jika yang datang kembali ke kamar rawatannya adalah Kasih. Soalnya dokter itu meminta izin kepada Oma Meri untuk mengambil obat di bagian farmasi, rumah sakit itu.Namun alangkah terkejutnya Oma Mer
Faith menjadi terdiam mendengar perkataan Oma Meri yang sangat menusuk itu.Lalu tiba-tiba dari arah luar pintu, Kasih datang dengan membawa obat untuk Oma Meri.Tiba-tiba dokter Kasih sangat kaget saat melihat Oma Meri yang sedang memegang dada kirinya, dan terlihat sedang menahan kesakitan."Oma! Anda kenapa?" ucapnya, panik. Lalu buru-buru berjalan menghampiri Oma Meri dan segera memeriksa sang Oma, dengan menggunakan stetoskop yang menggantung di lehernya.Kasih tidak sempat memperhatikan sekelilingnya. Bahkan kehadiran Faith dan Max di ruangan itu. Tidak menjadi fokusnya.Saat ini Kasih sedang memeriksa Oma Meri dengan sangat teliti. Sang dokter tak lupa juga mengukur tekanan darah Oma Meri dan menghitung detak jantungnya selama satu menit."Oma ... tekanan darah Oma kok bisa naik lagi? Padahal tadi pagi saat Oma bangun, semua hasil pemeriksaan masih normal." tutur Dokter Kasih.Faith yang dari tadi memperhatikan dokter yang sedang memeriksa sang Oma, tiba-tiba menjadi panik saa
"Ma ... maaf, Oma. A-ku ada keperluan lainnya dengan pasien." jawab Kasih, sekenanya."Pasien lain? Bukankah dokter Roland, menugaskan mu hanya merawat Oma, saja?" ucap Oma Meri, menusuk."Eh ... i-ya, Oma. Maksudnya, aku ada perlu sebentar dengan dokter Vini." sahut Kasih, tetap mencari cara agar bisa keluar dari ruang rawatan Oma Meri. Oma Meri tentu saja mengetahui, jika itu hanya akal-akalan Kasih untuk dapat keluar dari kamarnya. Sang Oma tidak tidak akan membiarkan itu terjadi. Oma Meri segera berkata,"Kamu tidak boleh ke luar dari ruangan ini, Kasih. Sebentar lagi, semua orang akan berkumpul di sini." tegas, sang Oma."I ... iya, Oma. Maaf." jawab, Kasih. Lalu, dia pun duduk di sofa sesuai perintah dari Oma Meri.Di sofa itu, Faith juga duduk, tepat di depan Kasih. Dia menatap gadis itu dari ujung kakinya sampai ke area wajahnya. Hal itu sontak membuat Kasih menjadi risih sendiri.Kasih pun mulai mereka-reka dalam hatinya,"Apakah Faith tahu jika kami akan dijodohkan? Kenapa
"Jadi karena semua telah setuju, pernikahan akan dilangsungkan akhir pekan depan." ucap sang Oma, lagi."Apa?" seru Kasih, tak percaya.Lagi-lagi semua mata menatap ke arahnya, mereka seakan kaget dengan respon dari Kasih."Ma ... maaf." ucapnya, terbata."Pak Danu, Bik Sani. Bagaimana pendapat kalian?" tanya Oma Meri, ingin mendengarkan pendapat orang tua Kasih."Kami setuju-setuju saja, Oma Nyonya. Mana yang terbaik, untuk semuanya." jawab Pak Danu, bijak. Yang dibarengi dengan anggukkan sang istri. Pertanda jika dia sependapat dengan suaminya."Bagaimana, Faith?" Oma Meri, kembali bertanya kepada cucunya."Apa pun itu, asalkan kesehatan Oma cepat pulihnya. Saya setuju." jawab Faith, bijak.Mendengar jawaban dari Faith, membuat Kasih yang tadi terus menunduk. Segera menegakkan kepalanya. Dia sungguh tak percaya. Tanpa beban, pria itu menyetujui tanggal pernikahan yang ditetapkan oleh keluarga.Faith juga menatap ke arah Kasih tapi tanpa ekspresi. "Rara, kamu aturlah kapan mereka mu
Sebelum ke luar dari sana, Mommy Rara mengingatkan kepada keduanya untuk segera mencari cincin nikah."Sudah, stop berdebatnya. Faith ... ayo kalian segera mencari cincin pernikahan. Tunggu apa lagi?" tutur, Mommy Rara.Faith hanya mengangguk. Karena dia belum bisa memutuskan kapan mereka akan berangkat. Karena Kasih masih sibuk menenangkan adiknya, Lovlyta."Mommy sama Daddy, pamit dulu. Segeralah kalian berangkat." Sang ibu kembali mengingatkan putranya."Bik Sani, Anda tinggal di sini, ya? Jagain Oma Meri." perintahnya, lagi."Baik, Nyonya." jawab, Bik Sani. Setelah Mommy Rara, rasa semua sudah beres. Sang ibu lalu menyusul suaminya keluar dari ruangan mewah itu.Setelah mengetahui jika sang sahabat sudah mulai tenang. Kasih pun angkat bicara."Oma, saya pamit sebentar mau mengambil tas saya di loker." tutur Kasih, kepada Oma Meri. Namun pandangannya juga mengarah kepada semua orang yang berada di dalam ruangan itu."Lho, Kasih. Kamu sama Tuan Muda Faith, bukannya mau mencari cinci
Selama dua hari lamanya, pasangan suami istri itu hanya menghabiskan waktu mereka di dalam kamar sambil melakukan ritual suci tentunya, olah raga ranjang yang telah menjadi favorit Faith sejak menikah dengan Kasih. Namun di hari berikutnya, Faith pun mengajak istrinya ke Playa d'en Bossa.Bagi pecinta pantai, Playa d'en Bossa adalah destinasi yang wajib dikunjungi. Dengan panjang lebih dari dua kilometer, pantai indah ini menawarkan air jernih, pasir putih halus, dan beragam klub pantai dan bar. Di sini, para pengunjung dapat bersantai, menikmati berbagai olah raga air, atau menari sepanjang hari dengan musik dari DJ terkenal di klub-klub terkenal seperti Ushuaïa dan Hi Ibiza. "Mas, keren banget tempat ini!" puji Kasih."Kapan-kapan kita balik ke sini, ya? bersama anak-anak kita kelak," ucap Faith kepada istrinya."Benarkah, Mas?" Faith mengangguk pasti."Iya, Sayang! Seluruh hidupku dan semua fasilitas dan penghasilan yang aku miliki tentu saja hanya untuk menyenangkan mu dan anak
Mendengar perkataan Kasih, tanpa pikir panjang lagi, Faith mulai membalas ciuman istrinya dan melakukan beberapa penyerangan.Sambil dia juga tetap fokus mendorong kembali alat tempur miliknya ke dalam gua sempit milik Kasih."Sempit ... sungguh sangat sempit di dalam sana." ucapnya dalam hati.Faith terus mendorong masuk alat tempurnya itu. Sambil menatap istrinya yang berusaha menahan sakit..Hingga disatu ketika, "Krek ...." Seperti ada suara sobekan yang berasal dari dalam inti tubuh istrinya.Bersamaan dengan itu, Kasih menjerit kesakitan,"Ahhh .... Sakit!" Tangisannya tiba-tiba pecah. Faith segera memeluk istrinya. Lalu membisikkan sesuatu di telinga istrinya."Terima kasih, Sayang. Kita berhasil. Mulai saat ini kamu hanyalah milikku, aku akan bertanggung jawab sepenuhnya denganmu dan kehidupan keluarga kecil kita, bersama anak-anak kita nanti." ucapnya sambil tersenyum bangga.Faith pun penasaran apa yang telah terjadi di bawah sana. Dia pun segera mencabut alat temput mi
"Sayang, aku sudah selesai mandinya," ucap Faith kepada istrinya. Sesaat setelah dia baru saja ke luar dari dalam kamar mandi.Faith berharap sang istri tidak lupa dengan janjinya malam ini. Jika mereka akan menghabiskan malam bersama sampai pagi menjelang."Iya, Mas. Aku mandi dulu, ya?" serunya sambil membawa paper bag berisikan gaun mini yang super seksi untuk menggoda suaminya.Kasih pun segera menanggalkan semua pakaian yang melekat di tubuhnya dan memulai ritual mandinya di malam ini. Untuk lebih merilekskan tubuhnya, Kasih pun memutuskan untuk berendam sebentar di dalam bathtub.Sementara di dalam kamar, Faith mulai gelisah karena istrinya sedikit lama berada di dalam kamar mandi. Entah kenapa, alat tempur miliknya sudah tegak berdiri saja, dari tadi.Faith mulai sedikit merasa kesal karena sang istri tidak kunjung ke luar dari dalam kamar mandi. Sementara senjata pamungkasnya sudah sangat siap untuk menuju ke medan pertempuran."Kasih kok lama banget ke luarnya, ya?" tanyany
Hari semakin siang. Keduanya lalu ke Port de Sant Antoni de Portmany, yang memiliki berbagai toko yang berjajar di sepanjang pantai. Daerah di sekitar pelabuhan ini adalah tempat yang bagus untuk melihat-lihat pakaian, aksesoris, suvenir, dan barang antik bergaya lokal. Berjalan menyusuri kawasan pejalan kaki tepi laut Passeig de ses Fonts, untuk menemukan berbagai macam kerajinan tangan dan barang baru, serta pakaian pesta.Seperti saat ini, Kasih kembali memborong banyak souvenir untuk oleh-olehnya. Faith sampai menyewa satu taxi lagi khusus tempat untuk semua hasil belanjaan Kasih."Sayang, apakah masih ada lagi yang ketinggalan? Setelah ini kita lunch dulu, Honey." ucapnya kepada istrinya."Sudah semua kok, Mas. Yuk kita makan siang dulu," sahut Kasih. Faith pun mengajak istrinya makan siang ke sebuah restoran mewah di pusat kota itu.Menu makan siang mereka adalah Paella yang merupakan hidangan nasi berbahan dasar makanan laut. Hidangan tambahan untuk makan siang lainnya yait
Sinar matahari pagi di musim panas menyambut kedatangan Faith dan Kasih di Kota Ibiza. Jet pribadi milik Faith baru saja mendarat di Bandar Udara Ibiza.Ibiza merupakan sebuah kota di Pulau Ibiza, salah satu pulau di Kepulauan Balearik yang terletak di Laut Mediterania. Pulau ini berada di bawah teritori Negara Spanyol.Dengan luas lima ratus tujuh puluh satu kilometer persegi, Pulau Ibiza menawarkan berbagai pantai indah yang cocok untuk dikunjungi saat liburan atau pun berbulan madu seperti Kasih dan Faith saat ini."Welcome to Ibiza, Honey!" seru Faith kepada istrinya, sesaat setelah mereka menginjakkan kaki di depan hotel megah yang akan mereka tempati selama hampir dua minggu ke depan."Wah ... Mas Faith, tempat ini sunguh indah!" ucap Kasih memuji pulau yang sangat memukau mata memandang. "Iya, dong! Kita akan berada di tempat ini selama dua minggu ke depan, Honey! So ... persiapkan dirimu dengan baik!" Seringai licik mulai muncul di sudut bibir."Ih ... Mas Faith! Apaan, sih?
Vini, sahabat Kasih juga ikut mengucapkan selamat kepadanya. "Kas ... selamat, ya! Langgeng terus dan tetap happy!" doa Vini untuk sahabatnya."Thanks ya, Vin."Lalu gadis itu berbisik di telinga Kasih,"Kas ... gue tunggu cerita Lo tentang first night kalian! Hi-hi-hi!" Seketika wajah Kasih menjadi pucat mendengar ucapan Vini. Malam pertama sungguh sesuatu yang sangat dirinya takuti. Apalagi Kasih adalah seorang dokter. Pasti sangat mengetahui tentang itu.Tak lupa juga Lovlyta, sang adik ipar ikut memberi selamat untuk Faith dan Kasih. "Kak Faith, congrat! Kasih! Finally kita akhirnya bersaudara!" ujarnya sambil memeluk mempelai wanita, sahabatnya dari kecil. Semua orang berbahagia hari itu. Sampai acara selesai pada malam harinya, kedua mempelai masih terlihat berbinar-binar wajahnya. Tamu dan para undangan mulai berpamitan, acara pun selesai digelar. Semua berjalan dengan sempurna. Tanpa gangguan sedikit pun. Dengan dibantu oleh Vini dan Lovlyta, Kasih pun dituntun untuk mas
Hari pernikahan pun tiba.Hari sabtu kali ini akan menjadi hari yang sangat spesial untuk Kasih dan Faith karena hari ini, keduanya akan mengikat janji suci pernikahan mereka. Pernikahan tersebut dilangsungkan secara privat party sehingga tamu undangan hanya berjumlah tiga ratus orang saja, yang terdiri dari keluarga kedua belah pihak mempelai dan beberapa kolega perusahaan. Pengamanan menuju Kediaman Hoewar juga telah diperketat. Tamu dan undangan yang masuk ke lokasi pesta harus menunjukkan ID Card dan undangan pernikahan.Tamu dan para undangan telah hadir semua. Taman samping rumah telah disulap menjadi lokasi pesta dengan thema white garden party, semua dekorasi hampir didominasi dengan warna putih. Warna kesukaan Kasih.Faith sedang berdiri di depan altar menunggu Kasih yang akan berjalan menuju ke arahnya. Sebentar lagi mereka akan saling mengucapkan janji nikah diantara keduanya, di hadapan pemuka agama dan para tamu dan undangan lainnya. Kasih sangat cantik hari ini, d
Setelah selesai makan siang, Faith pun mulai menjelaskan kepada Kasih rencana pernikahan yang telah dirinya rancang sendiri.Gadis itu terus saja menyimak perkataan Faith dari awal sampai akhir. Tanpa mengatakan atau membantah sedikit pun. Baginya menikah dengan cinta terpendamnya selama ini, adalah impian terbesarnya. Apalagi Faith juga merupakan cinta pertama dan terakhir di dalam hidupnya. Dia terus saja diam tanpa mengatakan apa pun, karena dia sangat setuju dengan semua pandangan Faith itu. "Jadi konsep pernikahan kita adalah garden party. Bagaimana pendapatmu? Apakah kamu setuju? Jika kamu kurang suka, kita bisa mengganti konsepnya," tutur Felix kepada sang calon istri. Kasih masih tetap diam bahkan semakin diam. Sang gadis juga mulai gugup saat ini."Hei, Sayang? Kamu kok diam saja? Ayo katakan sesuatu?" seru Faith kepadanya.Faith menjadi bertanya-tanya kenapa Kasih menjadi diam.Dia pun mulai menebak-nebao jika sang calon istri tidak menyukai idenya itu."Atau kamu tidak s
Di sebuah apartemen,Robin terlihat mengepalkan tangannya karena semua rencananya gagal total untuk melakukan sesuatu kepada Oma Meri karena Faith telah memindahkan sang nenek ke kediaman Hoewar."Sial banget! Kurang ajar Lo, Faith!" geramnya tak tertahankan.Robin pun segera menyuruh anak buahnya untuk memata-matai Kediaman Hoewar. Namun sayangnya hal tersebut tidak dapat dilakukan oleh orang-orang suruhannya karena rumah keluarga Faith sangat di jaga dengan ketat."Sial! Sial! Sial!" Robin terlihat marah besar sekarang. Pria itu tak dapat berbuat apa-apa saat ini. Bahkan kariernya dia pertaruhkan demi membalaskan dendamnya kepada Faith karena telah merebut wanita yang dirinya sayangi.Kali ini Robin akan fokus dalam menggagalkan pernikahan Faith dan Kasih."Bagaimana pun caranya, pernikahan itu harus batal! Saya harus bisa menggagalkan semuanya!" tuturnya kepada dirinya sendiri.Robin pun segera menelepon seseorang dan ingin ngobrol langsung dengan orang itu untuk membicarakan re