Share

13

Penulis: Anik Safitri
last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-22 14:31:48

"Selamat pagi, Bu Ratih,"sapa seseorang yang keluar dari mobil. Bu Ratih dan Zaki sontak menoleh ke arah sumber suara.

Mereka berdua ternganga. Melihat siapa yang memanggilnya. Lelaki paruh baya menuju tua memakai celana panjang dengan kemeja lengan panjang keluar dari mobil dengan seulas senyum. Lalu sejurus kemudian lelaki itu menghampiri keduanya.

Namun melihat lelaki itu tersenyum justru raut wajah yang kesal yang ditunjukan Bu Ratih kepadanya. Ia melipat tanganya di dada dan melengos ke arah lain.

"Pak Ahmad?"sapa Zaki.

"Apa kabar nak Zaki?"tanya nya lagi dengan senyum dan keramahtamahan.

"Tidak usah sok bertanya kabar. Bilang saja kamu mau menertawakan kami kan?"tanya Bu Ratih dengan ketus.

Zaki masih menatap nanar tak percaya. Pemilik usaha pengepul rongsok ini adalah Ayah dari Hasna. Mantan mertuanya.

"Baru punya usaha beginian saja sombongnya sudah selangit."lanjut Bu Ratih lagi.

Zaki menunduk. Ia tak menyangka roda kehidupan dunia berubah sedrastis ini. Mertua yang dulu sela
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • KARMA SANG MANTAN ISTRI    14

    Bu Ratih menatap sinis dengan perkataan Hasna yang terkesan meledek itu. Zaki pun tak kalah menunjukan raut ketidaksukaanya. Namun tidak bagi Hasna, ini hanya sebagian kecil dari balas dendamnya saat ia dan keluarganya dulu dijadikan bahan lelucon oleh keluarga sang mertua."Zaki, itu merem apa ya maunya nikah sama Hasna? Apa dia amnesia begitu kalau dia berasal dari keluarga terpandang?"kata Silvi, sepupu Zaki."Bisa jadi dipelet itu,"Maya memimpali."Ya mungkin begitu paling ya. Orang kampung yang bermimpi menjadi kaya. Biasanya dari ilmu-ilmu hitam seperti itu,"sahut Bu Ratih yang juga merasa kesal dengan pilihan anaknya."Biar saja tante. Perjanjian dengan setan itu tidak akan ada habis nya. Bisa jadi justru keluarga Hasna yang akan menjadi tumbal berikutnya,". Silvi mulai beropini lagi.Dan semua tertawa. Seakan berbicara tentang kematian itu adalah hal yang dianggap tidak tabu."Masih mending ART ku loh tante. Dia lulusan SMA. Penampilanya juga tidak ndeso dan norak-norak banget

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • KARMA SANG MANTAN ISTRI    15

    Zaki turut penasaran terkait kepindahan Hasna. Apa itu ada kaitanya dengan pertikaian antara ibunya kemarinAndai itu benar, betapa merasa bersalahnya Zaki atas itu. Dan yang ia bisa lakukan disini hanyalah mengintip dari balik jendela. Tanpa ada keberanian sekedar menghampiri. Walaupun ia sangat merasa terharu saat pandangan Ranita terus saja menatap kontrakan papa nya."Ada apa sih?"tanya Bu Ratih mengagetkan."Hasna sepertinya akan pindah, bu,"Mata Bu Ratih membulat sempurna. Namun sejurus kemudian ia tersenyum lebar."Syukurlah. Benci aku melihat wanita itu. Tapi ada tidak enaknya jika ia pindah dari sini, nanti kalau kita sukses, siapa dong yang melihatnya,"Zaki mendnegkus kesal."Ibu tidak ikut menyalami Hasna? Lihatlah ibu-ibu kontrakan lain, ikut menghampiri sebagai ucapan perpisahan. Neneng juga ikut ada disana lho bu," Akhirnya Bu Ratih mencoba ikut melihat dari balik jendela juga. Memang benar, para ibu-ibu tampak mengerumuni Hasna. Tidak ada kaum laki-laki. Tentu itu

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • KARMA SANG MANTAN ISTRI    16

    Namun betapa ia terkejut bahwa ternyata isinya adalah sebuah celengan plastik berbentuk beruang. Brakk..Bu Ratih membantingnya. Wajahnya berubah bersungut marah. Zaki yang mendengar barang dibanting sontak mencari sumber suara."Ibu, ada apa?""Lihatlah ulah mantan istrimu,"kata Bu Ratih sembari menunjuk celengan palstik iti.Zaki memungutnya. Memutar-mutar apa yang ia bawa saat itu."Ada apa bu? Tidak ada yang salah dari benda ini?"tanya Zaki masih membolak baliknya."Iya. Yang salah mantan istri mu. Lihat. Kamu tau yang lain diberi apa oleh si Hasna? Emas ant*m berat satu gram. Senilai satu juta an. Lah ibu dikasih celengan model begini paling seharga seuluh ribu. Apa tidak keterlaluan itu?"Bu Ratih terus saja marah-marah sembari berkacak pinggang."Tidak bu,"jawab Zaki tiba-tiba."Maksutmu?""Ya bagi Zaki, Hasna tidak keterlaluan.""Karena kamu masih mengharapkanya begitu?""Dengar dulu Zaki bicara bu. Bu, seandainya ibu memasukan uang ke dalam celengan ini mungkin jumlahnya aka

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • KARMA SANG MANTAN ISTRI    17

    Rupanya tidak perlu waktu lama menunggu jawaban mengapa Hasna ada di tempat ini. Seorang pria gagah mengenakan kemeja batik lengan panjang. Senada dengan gaun yang dipakai Hasna menghampiri wanita itu. Dengan mesra Hasna menggandeng tangan sang suami. Pasangan yang ideal dan serasi.Zaki hanya melamun melihat itu. Membayangkan dulu bahkan sekalipun ia tidak pernah mengajak Hasna ke acara seperti ini. Dengan alasan malu. Hasna terlalu kucel. Tidak cantik dan lain sebagainya. Andai saja Zaki sadar bahwa Hasna pun mampu tampil berkelas. Tergantung siapa laki-laki yang mendampingi dia. Siapapun wanita. Dari kalangan manapun. Asal ada uang, mereka pun bisa tampil cantik.Wanita yang jatuh pada lelaki yan tepat, tentu ia akan menjadi ratu. Sebaliknya jika wanita jatuh pada lelaki yang salah, ia bisa menjadi babu. Seperti Hasna saat terikat pernikahan dengan Zaki dulu."Kamu mau jadi patung disini atau memilih masuk?"tanya Bu Ratih membuyarkan lamunan Zaki."Hasna, bu,"jawab lirih Zaki."Ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • KARMA SANG MANTAN ISTRI    18

    Zaki menghampiri dengan geram pasangan suami istri yang tampak begitu bahagia itu."Hasna,"panggilnya dengan ketus dan dingin.Yang dipanggil menoleh sewajarnya. Namun ia pun juga merasa kaget bahwa yang memanggilnya adalah Zaki. Bukan karena ia merasa heran mengapa Zaki ada di acara ini. Namun ia lebih ingin menjaga perasaan suaminya. Karena menurut Hasna mempertemukan suami dan mantan suami dalam sebuah kesempatan itu kurang tepat. "M.. Mas..Zaki. Ada apa?"jawabnya sedikit gugup. Robert yang kebetulan mendengar kalimat dari istrinya juga sontak menoleh.Hasna semakin takut, jika justru memancing amarah Robert. Terlihat juga tatapan Robert kepada Zaki yang kurang bersahabat. Ah memang dari fisik saja, Zaki terlihat lemah. Dibandingkan Robert dengan tubuh tegap, gagah serta berisi serta bingkai wajahnya yang menyiratkan kewibawaan. "Perkenalkan ini Mas Zaki, mas,"lanjut Hasna sembari hatinya tidak berhenti berdo'a agar semua baik-baik saja.Sejenak Hasna pun memejamkan mata. Ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • KARMA SANG MANTAN ISTRI    19

    Dan tanpa disangka, ia justru mendapat tepuk tangan dari semua yang hadir. Merasa didukung, seulas senyum juga tergambar dari bingkai wajah tampan seorang Robertio.Sementara Zaki dengan wajah merah padam menahan emosi serta geram yang sudah memuncak.Ia kalah. "Tih, anak membuat kekacauan dengan pemilik perusahaan besar itu. Jangan makan saja kerjaanmu. Datang kesini cuma gara-gara isi perut. Tidak peka dengan keadaan sekitar,"omel Tante Mela kepada Bu Ratih dengan tiba-tiba. Padahal baru satu suap saja masuk kedalam mulutnya. Bu Ratih mendesah pelan. Beginikah rasanya menjadi miskin. Tidak dibela walaupun kerabat sendiri. Sedikit panik ia mencari keberadaan Zaki. Menyeruak kerumunan orang-orang yang berkumpulDi depan sana tampak Zaki tengah berhadapan dengan seorang pria blasteran yang gagah, berwajah penuh wibawa dan tegas. Dan di samping sang pria telah berdiri seorang Hasna demgan mimik wajah resah yang tidak bisa disembunyikan. "Zaki, "seru Bu Ratih.Zaki hanya menole

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • KARMA SANG MANTAN ISTRI    20

    Zaki celingukan saat kembali memasuki gedung tempat acara pesta pernikahan Sean dan Tari digelar. Sepertinya ia tengah mencaribsesuatu. Namun yang terlihat hanya wara-wiri petugas kebersihan. "Cari apa mas? "sapa seorang pria paruh baya dengan vacum cleaner di tanganya"Ehm. Saya cari pelayan bernama Fatihah. Dia tadi ada disini saat acara berlangsung,""Oh. Neng Fatihah? Dia sedang ganti pakaian mau pulang. Mungkin sebentar lagi juga keluar. Mas ini siapanya Neng Fatihah ya? Teman dekatnya kah?"Zaki enggeleng dengan cepat. "Oh bukan pak. Saya hanya ingin mengucapkan terima kasih kepada Fatihah yang sempat menolong sya, "Pria paruh baya itu mengangguk. "Tidak apa-apa atuh jadi teman dekatnya. Pantas. Memang lebih baik Neng Fatihah bersama pria yang lebih dewasa. Daripada pria muda yang ujung-ujungnya tidak bertanggung jawab, "Zaki membulatkan netra. Mengeryitkan dahi. Seolah sebagai isyarat ingin tau kiranya apa yang terjadi dengan masa lalu Fatihah."Jadi ceritanya Neng

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • KARMA SANG MANTAN ISTRI    21

    Atau mungkin ia masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Hasna? Di atas montor milik Fatihah, Zaki ingin sekali menanyakan itu. Namun kekuatan ragu berkali-kali menepisnya.Untuk apa menanyakan hal yang tidak penting itu. Namun seandainya memang Hasna bersaudara dengan Fatihah. Justru ia akan merasa malu."Apa kamu kenal dengan istri Pak Robert, Fat? "tanya Zaki akhirnya. Di jok belakang Fatihah memicingkan mata, lalu tertawa kecil. "Bu Hasna?"tanyanya lagi memastikan.Zaki mengangguk kecil."Ya kali mas. Rakyat jelata seperti ku bersaudara dengan serang istri konglomerat,"Zaki merasakan apa yang mengganjal di hati dan fikiranya sedikit lega."Tapi wajah kamu.., ""Mirip dengan Bu Hasna? Mas Zaki bukan orang yang pertama kali mengatakan itu. Tetapi ya lebih bening Bu Hasna lah. Suaminya bermodal. Ya begitu kalau wanita di ratukan oleh sang suami. Aura kebahagiaanya terpancar. Menambah wajah cantiknya semakin berseri. Apa nasibku kelak bisa sama dengan Bu Hasna ya?"celetuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-27

Bab terbaru

  • KARMA SANG MANTAN ISTRI    49

    Fatihah berdiri di depan pintu rumah dengan semangat yang menggebu-gebu. Setelah beberapa hari perencanaan dan persiapan, hari ini adalah hari yang ia tunggu-tunggu. Ia akan pindah ke rumah kontrakan yang baru, jauh dari tekanan dan masalah yang selama ini mengganggu hidupnya bersama Bu Ratih. Dengan langkah mantap, ia memasuki rumah dan mencari Bu Ratih untuk berpamitan.Di dalam rumah, Bu Ratih sedang duduk di ruang tamu, membaca koran pagi. Ketika melihat Fatihah masuk dengan wajah ceria, ia mengangkat alisnya dan tersenyum tipis.“Fatihah, ada apa? Kamu tampak sangat bersemangat hari ini?” tanya Bu Ratih yang seolah melupakan perdebatannya dengan Fatihah tempo hari.Fatihah mendekati Bu Ratih dengan penuh keyakinan. “Bu, aku ingin memberitahukan bahwa Zaki dan aku memutuskan untuk mengontrak rumah sendiri. Kami sudah menemukan tempat yang cocok dan akan segera pindah.”Bu Ratih terkejut mendengar berita itu. “Mengontrak rumah? Ibu minta maaf jika kamu tidak nyaman disini.”Fatihah

  • KARMA SANG MANTAN ISTRI    48

    Fatihah melangkah dengan cepat, meninggalkan rumah dengan perasaan campur aduk. Langkahnya membawa dia ke rumah orang tuanya yang tidak terlalu jauh dari sana. Setibanya di rumah, Fatihah langsung disambut oleh ibunya, Bu Siti, yang terkejut melihat putrinya datang dengan wajah yang penuh air mata.“Fatihah, ada apa ini? Kenapa kamu menangis?” tanya sang ibu dengan cemas, memeluk putrinya erat-erat.Fatihah hanya bisa menangis tanpa bisa menjelaskan apa yang terjadi. Ia merasa kelelahan secara emosional setelah pertengkaran hebat dengan Bu Ratih. Ibunya mengelus punggungnya dengan lembut, mencoba menenangkan.“Sudah, nak, ceritakan pada Ibu apa yang terjadi. Kenapa kamu tiba-tiba datang seperti ini?” tanya ibu Fatihah dengan lembut.Fatihah menghela napas panjang, mencoba mengumpulkan kata-kata.Ibu, aku tidak kuat lagi tinggal di rumah Bu Ratih. Aku selalu dibandingkan dengan Hasna, dan itu membuatku merasa tidak berharga. Aku merasa tidak dihargai sebagai istri Zaki.”Bu Siti menger

  • KARMA SANG MANTAN ISTRI    47

    Fatihah berjalan pulang dari pasar dengan langkah berat, pikirannya dipenuhi oleh pertemuan tak terduga dengan Hasna. Ia merasa perasaannya campur aduk, antara marah, cemburu, dan kesal. Selalu saja Hasna muncul di saat-saat yang tidak tepat, seolah-olah mengingatkan Fatihah tentang semua kekurangannya. Meskipun Hasna terlihat tulus dan ramah, Fatihah tidak bisa menahan perasaan sinis yang membuncah di dalam hatinya.Di sisi lain, Hasna merasa bingung dengan sikap dingin dan sinis Fatihah. Sebelum ini, hubungan mereka baik-baik saja, bahkan sempat akrab walau Fatihah tau bahwa HAsna adalah mantan istri Zaki. Hasna merenung sambil duduk di kursi favoritnya di rumah. Ia mencoba mengingat apakah ada sesuatu yang pernah ia lakukan hingga membuat Fatihah berubah seperti itu. Hasna merasa ada yang tidak beres, dan ia berniat untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.Setelah beberapa hari berlalu, Hasna memutuskan untuk mengunjungi rumah Fatihah. Ia berharap kunjungannya bisa membantu

  • KARMA SANG MANTAN ISTRI    46

    Zaki hanya terdiam mendengarkan permintaan sang istri. Ia tidak bisa memberikan keputusan secara langsung. Hatinya seolah tengah ada di persimpangan dilemma. Sementara Fatihah, meskipun hari sudah larut malam, matanya masih saja terjaga hingga dini hari. Semua masalah seolah olah tengah berputar putar dalam otaknya. Ia terbangun pagi itu dengan perasaan yang bercampur aduk. Hari-hari yang dihabiskannya bersama Bu Ratih di rumah terasa semakin berat. Ia menghargai kebaikan Bu Ratih, tetapi kata-kata yang sering keluar dari mulut ibu mertuanya itu kadang sangat menyakitkan. Setelah mandi dan bersiap, Fatihah turun ke dapur dengan tekad yang sudah bulat di hatinya.“Pagi, Bu,” sapa Fatihah dengan suara ceria yang dipaksakan.“Pagi, Fatihah,” jawab Bu Ratih sambil menyeruput teh hangatnya. Ada keheningan sejenak sebelum Bu Ratih akhirnya membuka percakapan yang membuat suasana menjadi tegang. “Ibu tadi bertemu Hasna. Auranya benar benar keluar terpancar. Apalagi saat hamil ini.”Fatihah m

  • KARMA SANG MANTAN ISTRI    45

    Pagi berikutnya, Fatihah memutuskan untuk mengunjungi orang tuanya. Ia merasa perlu berbicara dengan mereka tentang perasaannya dan mendapatkan dukungan dari mereka. Ketika ia tiba di rumah orang tuanya, ia disambut dengan senyum hangat dari ayah dan ibunya. Namun, setelah berbicara sebentar, air mata Fatihah mulai mengalir saat ia menceritakan semua yang sedang terjadi."Kami sudah mencoba berbagai cara, Bu. Tapi sepertinya selalu gagal. Program bayi tabung ini adalah harapan terakhir kami," ucap Fatihah dengan suara terisak.Ibu Fatihah, Bu Aisyah, merangkulnya dengan lembut. "Nak, kami mengerti perasaanmu. Kami juga ingin melihatmu bahagia dengan keluarga yang lengkap. Tapi menggadaikan rumah untuk program itu... apakah tidak ada cara lain?"Fatihah menggeleng pelan. "Aku tidak tahu lagi, Bu. Aku hanya merasa gagal sebagai seorang istri. Aku tidak bisa memberikan Zaki seorang anak."Ayah Fatihah, Pak Rahmat, yang sedari tadi diam, akhirnya angkat bicara. "Fatihah, kita harus berpik

  • KARMA SANG MANTAN ISTRI    44

    Pada keesokan harinya, Fatihah tidak bisa tidur nyenyak. Pikiran tentang program bayi tabung terus menghantui benaknya. Ia tahu biaya yang dibutuhkan sangat besar, dan semakin ia berpikir, semakin besar rasa cemas itu tumbuh. Namun, dalam hatinya, ia merasa ini adalah satu-satunya jalan untuk mewujudkan impian mereka.Setelah sarapan, Fatihah duduk dengan Zaki di ruang tamu, terlihat lebih serius daripada biasanya. Zaki yang sedang menatap televisi menoleh, merasakan perubahan di wajah Fatihah. "Ada apa, Fatihah?" tanya Zaki, dengan nada penuh perhatian.Fatihah menghela napas panjang. "Zaki, aku ingin kita serius memikirkan program bayi tabung itu. Aku tahu biayanya tidak sedikit, tapi aku siap berusaha. Aku tahu kita tidak kaya, tapi aku ingin memberikan yang terbaik untuk kita."Zaki mengerutkan kening, perasaan berat melingkupi hatinya. "Fatihah, aku tidak ingin kamu merasa terbebani. Biaya itu... tidak mudah untuk kita. Kita sudah berusaha, tapi apakah itu benar-benar jalan yang

  • KARMA SANG MANTAN ISTRI    43

    Pagi yang cerah itu, Fatihah duduk termenung di teras rumahnya. Burung-burung berkicau riang di kejauhan, namun hatinya tidak bisa merasakan kebahagiaan yang sama. Pikirannya terhuyung-huyung antara kegelisahan dan keputusasaan. Dalam hatinya, ia selalu merasa bersalah karena belum bisa memberikan keturunan untuk Zaki. Setiap hari ia merasakan beban itu semakin berat, terutama saat ia melihat Zaki yang berusaha menyembunyikan kekecewaannya. Di dalam rumah, Bu Ratih sedang berbincang dengan Zaki. Suaranya terdengar lembut, namun nadanya menunjukkan keprihatinan yang mendalam. "Zaki, kamu tahu, aku selalu mendukungmu. Tapi tidak bisakah kau melihat bahwa Fatihah belum bisa memberikanmu keturunan? Padahal kita sudah sangat menantikannya." Zaki terdiam sejenak, mencoba menenangkan ibunya. "Bu, Fatihah sudah berusaha. Mungkin belum saatnya kita diberi keturunan. Kita harus bersabar." Namun Bu Ratih tidak puas dengan jawaban itu. "Sabar, sabar. Sampai kapan, Zaki? Lihatlah Hasna, dia s

  • KARMA SANG MANTAN ISTRI    42

    "Tidak. Itu tidak akan terjadi. Hubunganku dengan Zaki hanya sebatas Rania. Tidak lebih. Dan aku harap kamu percaya hal itu, mas," ujar Hasna Robertio tersenyum. "Siapa pula yang tidak percaya dengan wanita sebaik kamu. Mungkin aku juga harus berterimakasih kepada Zaki," ujar Robertio Hasna menyipitkan mata. "Berterima kasih? Untuk apa?" "Untuk sifatnya. Karena kalau tidak dia bersikap seperti itu, kamu tidak akan menjadi milikku. Terkadang orang yang tulus itu didapat dari seseorang yang tidak menghargai pasangannya. Bukan begitu?" goda Robertio. Hasna hanya tersenyum dan mencubit pelan pinggang suaminya. Malam itu, bintang-bintang tampak lebih terang dari biasanya, seolah mengawasi langkah-langkah kecil Zaki yang penuh beban. Setelah kejadian yang mengguncang, Zaki merasakan kedamaian yang aneh, tetapi di balik kedamaian itu, ada ketegangan yang tidak bisa diabaikan. Perasaan Fatihah yang terluka menjadi bayangan yang terus mengganggunya. Di rumah, Fatihah duduk termenung, me

  • KARMA SANG MANTAN ISTRI    41

    Malam itu, meski ketegangan sedikit mereda, Robertio dan Hasna masih merasakan beratnya beban di pundak mereka. Ardan sudah ditangkap, tetapi permintaan orang tuanya untuk membebaskannya menambah tekanan yang baru. Sementara itu, di tempat lain, Zaki dan ibunya berusaha memulai hidup baru setelah berbagai cobaan yang mereka lalui. Pagi itu, Zaki dan ibunya, Bu Ratih, datang ke rumah Hasna dan Robertio. Dengan wajah yang penuh rasa syukur, mereka disambut oleh Hasna yang masih terkejut melihat mereka. "Bu Ratih, Zaki, ada apa kalian ke sini pagi-pagi?" tanya Hasna dengan ramah. Bu Ratih menatap Hasna dengan mata berkaca-kaca. "Hasna, kami datang untuk mengucapkan terima kasih. Kami tidak tahu bagaimana harus membalas semua kebaikanmu dan Robertio. Tanpa bantuan kalian, aku tidak tahu apa yang akan terjadi pada Zaki." Hasna tersenyum lembut. "Kami hanya melakukan apa yang kami bisa, Bu Ratih. Yang penting sekarang kalian aman." Zaki maju, menatap Hasna dengan penuh hormat. "Hasna,

DMCA.com Protection Status