Share

Playing Victim

Author: Izz Rustya
last update Last Updated: 2024-04-08 05:14:10

Part 4

Enak sekali hidupnya. Tinggal minta, ngambil, beres! Tanpa mau peduli dengan perasaanku!

Aku berdiri tepat di depan mobil yang hendak melaju. Wanita yang selalu bergaya bak sosialita itu membuka kaca jendela, lalu menyembul di baliknya.

"Apa-apaan si kamu, Mitha!

Minggir, Mama mau pulang!" sentaknya sambil membunyikan klakson berkali-kali.

"Enak aja, main pulang.

Tunggu dulu sebentar!" ucapku lantang.

Ck! Wanita itu berdecak kesal.

"Mama ada acara di rumah,  awas!" kelakarnya.

"Gak bisa, keluar sekarang juga, Ma.

Sebelum kesabaranku habis!" ucapku tegas sambil berkacak pinggang.

Wanita itu membuang napas kasar, lalu keluar dengan ragu-ragu. Dia pasti takut padaku.

Dia menatapku tajam lalu bicara dengan ketus.

"Ada apalagi?!

Sudah Mama bilang, Mama ada acara!

Kecuali, kalau kamu mau beliin cincin itu. Baru, Mama ada waktu buat kamu!" cetusnya sambil membuang muka.

Dia masih pura-pura tidak tahu apa-apa rupanya. bahkan sudah mengambil barang punyaku, tapi masih berlagam polos dan secara terang-terangan mengaku memberiku waktu, hanya kalau aku mau membelikan cincin berlian itu. Cih! Tak sudi aku.

"Heh, gak bakal aku beliin Mama cincin itu!

Mama gak pantes tau, make barang mahal!"

"Apa kamu bilang?!

kamu jangan kurang ajar ya, Mitha.

Kamu itu kenapa sih, kemarin masih baik-baik saja, sekarang udah kaya orang kesurupan!

Kamu itu gak sopan banget tau gak!"

Aku tertawa terbahak-bahak.

"Manusia model Mama ini, gak pantas dihormati.

Tau kenapa? karena Mama itu pen-cu-ri!

Mama itu kalau datang, bisa gak sih secara baik-baik?

Bukannya malah ngambilin barang-barang aku, Ma. Itu namanya maling!"

Plak! Dia menampar pipi kiriku dengan kencang. Terasa perih dan sakit menjalar di pipi. Tapi, ini idak sebanding dengan sakit di dalam hati ini.

"Kamu!

Beraninya kamu bilang Mertuamu sendiri, maling, hah!" tunjuknya padaku. Benar ya kata pepatah. Mana ada maling ngaku. kalau maling ngaku, penjara pasti penuh.

Dia ingin menamparku lagi, tapi secepat kilat aku tahan. Aku menatapnya tajam. Dia ingin melepas tangannya dari cengkramanku, tapi tak bisa karena aku memegangnya dengan sangat kuat.

"Kembaliin, Ma, atau aku laporin Mama ke polisi sekarang juga!

Dengar, Ma. Aku gak segan-segan buat menjarain benalu kayak Mama!" ancamku. Kesabaranku sudah habis. Mulai sekarang, aku gak mau diinjak-injak lagi.

Sorot matanya menatapku penuh kebencian. Tapi, apa peduliku. lagipula, kita tak ada hubungan darah sedikit pun. Aku sudah cukup menahan diri dan mengalah selama ini.

"Dasar menantu durhaka, sudah menuduh yang tidak-tidak, malah mau lapor polisi segala!

Bukan Mama, yang ada, kamu yang akanama penjarain karena sudah memfitnah mertua sendiri!"

"Heh, Mama yakin, kalau aku ini fitnah?

Mama yakin, mau penjarain aku?!" tantangku.

Mata wanita itu semakin intens menatapku tajam, hingga terdengar bunyi gemerutuk di bibirnya.

"Aku hitung sampai lima!

Kembalikan, atau aku jebloskan Mama ke penjara!

Mama ingat ya, aku tidak pernah main-main dengan ucapanku. seperti aku berbuat baik sama Mama, begitu juga sebaliknya. Aku bisa berbuat lebih kejam.

Kenapa, Mama heran karena aku berubah?

Ini juga karena, buah dari sikap kalian padaku selama ini!

Cukup basa-basinya. Mama kembalikan baik-baik semua perhiasanku, atau aku akan mengambilnya secara paksa!

Satu ... dua ... tiga ... empat ... lima."

Kuhempaskan tangan itu dengan kasar, lalu merogoh ponsel dari sling bag.

Mengotak-atik ponsel kemudian menelpon polisi.

Dia tampak kesal, lalu membuka tas mahalnya.

"Ini! 

Aku gak butuh barang-barang murahan punya kamu!

Aku juga punya yang lebih bagus dari itu!" bentaknya.

Dia melemparkannnya dengan kasar ke arahku. Dia bilang gak butuh, tapi ngambil diam-diam. Dasar munafik!

Aku menyunggingkan senyuman sinis. Dasar nenek lampir!

Wanita itu hendak kembali masuk ke mobilnya.

"Mama!" seru anak kesayangannya yang tiba-tiba datang dari arah belakang.

"Farah, huhuhu!" Mama mertua pura-pura menangis. bahkan air matanya saja gak ada.

Mulai deh playing victim lagi. Aku sampai hapal karena saking seringnya hal ini terjadi.

Kakak iparku itu memeluk Mama.

"Untung kamu ke sini, kalau tidak, nggak tau apa yang akan terjadi sama Mama, huhuhu!"

"Mitha! kamu kok kasar banget sama mertua!"

"Kenapa aku yang disalahin, Mama yang salah karena dia udah nyuri barang-barang di rumahku!" tandasku.

Mama langsung menyela.

"Tega ya, kamu memfitnah mertua kamu seperti ini!

Mama itu cuma mau minjem, bukan nyuri, Mitha!" sanggahnya.

"Kamu benar-benar ya, Mitha! Dia ini mertua kamu, ibumu juga!

Seharusnya kamu perlakukan Mama dengan sangat baik. bukannya seperti ini!

Ingat ini, anaknya adalah suamimu dan di dunia ini tidak ada yang namanya mantan anak, yang ada mantan istri. Kamu kan ketemu Romi sudah gede, sudah dewasa seperti sekarang!

Gak tahukan waktu dia kecil yang urusin itu Mama. Kalau bukan kerana Romi, memangnya kamu bisa urus perusahan kamu sendirian!  

Mikir dong pake ot*k!"

"Oke, kalau begitu, mulai sekarang, aku akan urus perusahaanku sendiri!

Jadi, aku tidak harus merasa perlu berterima kasih pada Mama!" jawabku menantang.

"Kamu memang sudah gila, Mitha! Pasti karena anakmu yang pesakitan itu, kamu jadi tidak bisa berpikir normal!

Ayo, Ma, kita pulang. Bisa-bisa kita ikutan gila kalau lama-lama ada di sini!" 

"Aku juga khawatir Mama akan terkena serangan jantung jika lama-lama di sini.

Ingat ya Mitha, doa orang terdzolimi itu diijabah! Jangan menatang-mentang kamu yang punya perusahaan lalu berbuat seenaknya sama kami. Ingat ya, tanpa Romi kamu mungkin sudah bangkrut dan digulung hutang!" ketusnya lalu masuk ke kursi kemudi. Aku sigap menghindar, saat mobil itu sengaja mau menabrakku.

Hihhh! Keterlaluan sekali dia.

Mama yang salah kok malah nyalahin aku.

Aku juga gak bakal kayak gini kalau Mama melakukannya secara baik-baik, setidaknya untuk yang terakhir kali, sebelum aku berpisah dengan Mas Romi!

Awas saja, kalian lihat nanti. Aku gak butuh Mas Romi!

Aku juga bisa mengatur perusahaan!

Bisa-bisanya ya mereka merendahkan aku. Selama ini aku sengaja mengalah karena almarhum Ayah ingin aku fokus mengurus anak kami yang memang sejak kecil sakit-sakitan. Tapi mereka justru sebaliknya, malah menyangka aku tidak ingin mengurus perusahaan kerana tidak mampu. Selama ini, aku sudah cukup bersabar, tapi mereka semakin menjadi-jadi. Akan kubuktikan kalau ucapanku tidak main-main. Pokoknya, aku harus melakukannya.

Ih, dasar tak tahu malu! Sudah aku pungut, anaknya, diberikan kehidupan yang layak bahkan keluarganya pun ikut merasakan harta yang aku punya, sekarang malah semakin berbuat seenaknya saja. Rumah ini selalu dianggap rumah sendiri dan barang-barangnya selalu dianggap serasa milik mereka. Gak anak, gak ibunya sama aja. Cuma bikin darah tinggi!

Bersambung ....

Jangan lupa subscribe ya teman-teman ....

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
kebanyakan bacot kau njing. klu sedikit punya wibawa maka takkan kau direndahkan sama orang yg sdh kau bantu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Dibully

    Part 5Aku meremas dada dengan tangan yang mengepal kuat. Sesak rasanya. kalau bukan karena Aura, mungkin aku sudah gila menghadapi mertua dan ipar setengah siluman seperti mereka. Bik Asih mengejar Aura yang berlari menghampiriku. putriku memeluk, wajahnya kemudian mendongak."Mama, baik-baik aja, kan Ma?"Aku mengangguk, ikutan mendongak agar air mata tidak jatuh di hadapan Aura. Dia pasti tahu kalau ibunya sedang bersedih saat ini.Aku berjongkok, kemudian membingkai wajah kuyu putriku.Kasihan sekali kamu, Nak, harus selalu mendengarkan pertengkaran dari orang-orang dewasa yang seharusnya memberimu kebahagiaan."Sayang, kamu pasti nguping lagi ya?" tanyaku yang disambut dengan anggukan. Ya Allah."Mafkan Mama ya, Sayang. Seharusnya kami bisa jaga sikap di depan kamu. Ayo, kita masuk, anginnya kencang, gak bagus buat kesehatan kamu," ajakku, kemudian menggendong tubuh kurusnya.Sejak lahir, daya tahan tubuh Aura memang lemah. Dia sering sakit-sakitan, dan Mas Romi serta keluargan

    Last Updated : 2024-04-08
  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Ternyata ....

    Part 6Wanita itu mencak-mencak, wajahnya merah padam, rasanya pasti campur aduk jadi satu tuh!Rasain! dasar pelakor. dandanannya yang udah rapi jadi berantakan. Impiannya mengambil ijazah kelulusan dan berjabat tangan dengan Pak Rektor akhirnya gagal total. Kebanggaan yang seharusnya dielu-elukan pada hari ini hanya ada dalam angan. Aku yakin, dia akan benci mengenang hari wisudanya sendiri. Hahaha, ups. tapi pelakor seperti dia memang pantas mendapatkannya!Dadanya kembang kempis menandakan ia amat marah padaku. Gak kebalik emang? Bukannya aku yang harusnya marah seperti itu? yang mencak-mencak dan mengumpat! yang wajahnya merah padam dan ingin menjambak! harusnya dengan kejadian ini dia sadar, bukan malah bersikap bagai orang terdzolimi, padahal di sini aku yang jelas-jelas tersakiti.Kedua orang tuanya tampak sibuk menenangkan anak gadisnya, kemudian mereka mengajak Anita pergi sambil merangkul, melindungi dari tatapan orang-orang yang menatapnya dengan rasa jijik.Sesak dadaku,

    Last Updated : 2024-04-25
  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Mempermalukan

    Part 7Aku menjatuhkan bobot di kursi kemudi, lalu menarik napas dalam-dalam. Aku merasa jalan ini terlalu gelap, bahkan untuk sekedar bernapas pun aku merasa kesulitan. Aura, kasihan sekali kamu, Nak. Menghidupkan mesin, aku melajukan mobil menuju toko kue langganan. meski seluruh badanku terasa lemas setelah melihat kelakuan Mas Romi secara langsung, tapi aku harus tetap kuat demi Aura. Di perjalanan, entah bagaimana ceritanya, tapi hampir saja aku menabrak orang yang mau menyebrang. Aku yang terkejut langsung menginjak rem mendadak hingga tubuhku serasa terdorong dengan kencang ke depan.Buru-buru aku membuka kaca jendela untuk memastikan keadaannya.Dengan raut wajah yang merah padam. wanita itu mendatangiku dan menghardik tanpa belas kasihan. tapi aku juga tidak bisa berbuat apa-apa selain minta maaf dan memberinya beberapa lembar uang untuk mengobati rasa syok yang dia alami. wajar juga dia marah, karena hampir saja aku menabraknya."Heh, Mbak!Kalau bawa mobil hati-hati dong

    Last Updated : 2024-04-25
  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Main Cantik Dulu

    Part 8"Mama, kembaliin cincinku!" teriakku lantang di hadapan semua orang, hingga membuatnya mati kutu.Semua orang terperangah, lalu melihat ke kearah ibu mertua dengan tatapan tak percaya."Enak aja, ini punya Mama!" sergahnya sambil menyimpan jemari di belakang tubuhnya.Heh, gini deh kalau punya mertua kleptomania. Semua barang yang dia ambil dariku, diakui sebagai miliknya."Mama jangan ngaku-ngaku, mana buktinya kalau itu punya Mama?Ini, surat pembeliannya aja ada di aku!"Kutunjukakan kertas pembelian yang telah kusimpan sejak lama.Semua mata tertuju padaku. Bak seorang artis besar di depan para wartawan. Mereka kemudian kembali menatap Mama mertua dengan tajam. Wanta berusia 50 tahun itu menunduk malu dengan jemari tangan saling bertautan, ia meremasnya dengan kesal. Aku yakin sekali, dia sedang mengumpatku di dalam hatinya karena aku mengacaukan acaranya. Acara arisan, yang lebih tepatnya sebagai ajang berpamer ria. Ya, gak apa-apa sih kalau barang yang dipamerkan milik se

    Last Updated : 2024-04-25
  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Ambil Alih Perusahaan

    9"Sayang, aku besok mau dinas keluar kota,kamu siapin baju-baju aku ya," pintanya. Bibir tebal itu hendak mencium pipi, tapi aku sigap berdiri.Aku merenggangkan tubuh, kemudian menguap."Kamu beresin aja sendiri ya, Mas, aku capek banget hari ini, abis chek up Aura, mana sendirian lagi," kataku berbohong. Aku juga gak percaya kalau dia benar-benar dinas kerja. mungkin saja dia pergi sama pacarnya, ke mana gitu. Pria itu membuang napas kasar. "Ya udah deh, gimana kesehatan Aura?" "Tumben kamu peduli," sindirku, sambil berpangku tangan."Gini-gini aku kan juga Papanya, aku sibuk kerja buat Aura juga," timpalnya."Iya, Mas, aku tahu kok, kamu itu sudah kerja keras, banting tulang, lintang pukang sampai gak tahu arah jalan pulang.Ya udah, aku ke kamar Aura ya.""Lagi?""Iya, seperti biasa.""Untuk malam ini saja, biarkan dia ditemani Bik Asih," ujarnya dengan raut wajah kesal."Maaf, Mas, akhir-akhir ini Aura sering bangun malam, aku khawatir terjadi apa-apa, lagipula besok kamu kan

    Last Updated : 2024-04-25
  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Membekukan ATM

    10"Kenapa Bapak tidak melaporkannya pada saya? Jadi kan hal bisa segera diatasi," tegurku kemudian membuang napas kasar. Aku sangat kesal. Kalau tidak ada aduan dari Delin tentang pelakor itu, sungguh aku hanya sedang menunggu pemakamanku sendiri."Saya sungguh-sungguh minta maaf, Bu Mitha, Pak Romi mengancam akan memecat saya.Jadi saya tidak berani melaporkannya sama Ibu," jawabnya tertunduk lesu.Kurang ajar benar kamu, Mas! Apa maksudmu melakukan ini semua. Setelah membuat perusahaanku bangkrut, kau lalu akan meninggalkan aku, begitu?!Tanganku mengepal geram."Mulai sekarang, saya yang akan mengambil alih perusahaan!" Tak akan kubiarkan perusahaan ini jadi pemakaman!"Jadi, ibu akan kembali mempimpin perusahaan?""Ya secepatnya, saya tidak mau perusahaan yang sudah dibangun susah payah oleh almarhum Ayah jadi bangkrut gara-gara lelaki itu!" tegasku dengan tatapan yakin.Awas kamu ya, Mas."Saya mendukung penuh keputusan Ibu.Para petinggi perusahaan juga pasti akan setuju dengan

    Last Updated : 2024-04-25
  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Tamu Penting

    11Silakan, nikamti saja dulu, Anita. Pilih, apapun yang kamu mau. Ambil!Aku pastikan kamu akan kembali merasakan malu. Ini pelajaran bagus, yang mungkin tidak ada di mata kuliah apapun. Pelajaran untuk tahu diri! Pengalaman memang adalah guru terbaik dalam kehidupan. Gadis itu masih muda, masa depannya masih panjang. Heran deh, kenapa harus sukanya sama laki orang. padahal dunia ini yak kekurangan lelaki tampan dan jauh lebih baik dari Mas Romi. Teganya dia membuat anakku harus kehilangan sosok Ayah.Setelah mendapatkan banyak barang, seperti tas, high heels dan baju kurang bahan. Kini tiba saatnya mereka menghitung.Mataku melotot mendengarnya.Gila, hampir 300 juta totalnya.Beberapa paperbag sudah siap diberikan. Peremuan gatal itu tersenyum senang. Tunggu saja, apa yang sebentar lagi akan terjadi.Mas Romi memberikan kartu kreditnya untuk digesek.Namun kasir itu mengembalikannya."Maaf, Pak, kartunya tidak berfungsi."Haha, emang enak kamu, Mas. Coba saja keluarin kartu yang la

    Last Updated : 2024-04-25
  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Main Bar-Bar

    12"Mas, buka pintunya, ini aku, Mhita!" teriakku dengan kencang. Terdengar kasak kusuk dan kerusuhan di dalam.Kalau iya itu klien penting, memang sepenting apa sampai harus dikunci segala pintunya?!Ini membuat aku tambah murka saja."Mas buka pintunya, kalau gak, akan aku dobrak!" teriakku lagi. Tak peduli dengan karyawan yang menonton aksiku ini."Aku hitung sampai tiga!Satu!Dua!Ti-."Baru saja mau menggedor lagi, pintu terbuka dengan menampilkan wajah suamiku yang terlihat berkeringat sebiji jagung.Mataku langsung memicing.Kemejanya saja bahkan tidak rapi. Masa iya pertemuan dengan klien seberantakkan ini?Aku jadi semakin curiga.Jangan-jangan ada Anita di dalam. Benar-benar muka tembok dia! Gak kapok-kapok meski sudah aku permalukan dua kali.Kalau iya, sekalian saja aku seret dia dan kupermalukan lagi di sini. Kebetulan, tanganku sudah sangat gatel sejak kemarin."Mitha, ngapain kamu ke sini?" tanya Mas Romi menatapku tak suka."Pake baju rapi segala lagi, habis dari man

    Last Updated : 2024-04-25

Latest chapter

  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Tak Bisa Cuci Piring

    42Wanita itu sangat sakit hati. Dadanya bagai dicucuk beribu belati. Definisi sakit tapi tak berdarah. Ingin mengobati, tapi luka di dalam hati tak bisa terlihat. Andai bisa, ia sudah melakukannya.Dia baru menyadari, kalau Romi itu merasa sedang menggauli mantan istri, bukan dirinya sendiri.Netranya memanas, sedetik kemudian mulai berkabut lalu menjadi bongkahan air mata. yang meleleh, membasahi kedua pipi tirusnya."Tega sekali kamu, Mas!" Bahunya berguncang hebat, tanda ia menangis tersedu-sedu dengan kedua tangan menangkup wajahnya.Nampaknya karena saking lelah, Romi sama sekali tidak sadar, apalagi mendengar isakannya. malah sekarang mulai terdengar dengkuran halus dari mukutnya. Menyadari hal itu, Anita tampak makin kesal dan menangis sesenggukan.Entah kenapa, Anita merasa seperti menjadi seorang pengemis, yang ingin pria itu sadar, meminta maaf, memeluk lalu mengajak tidur bersama.Namun, tak mungkin sekali! pikirnya.Anita membaringkan tubuh, membelakangi Romi. Ia masih m

  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Pengaruh Obat Kuat

    Farah berjalan menghampiri Anita yang gelagatnya terlihat mencurigakan.Seraya menyunggingkan senyum, wanita berusia 40 tahunan itu berceloteh, hingga membuat Anita yang tengah dilanda emosi, nampak tersentak kaget."Duh pengantin baru!Lagi ngapain di dapur?""Eh, Mbak Farah.Ini, aku lagi ngambil air minum.Aku haus," sahutnya malu-malu. Segera ia sembunyikan botol obat di belakang pinggangnya."Apaan tuh, yang kamu sembunyiin?" tanyanya kepo, matanya nampak melirik, mencoba menggali apa yang telah disembunyikan adik iparnya.Namun, wanita itu tidak bisa melihat dengan jelas, tapi ia bisa menyimpulkan kalau itu adalah botol obat."B--bukan apa-apa kok, Mbak Farah sendiri kok belum tidur?" tanya Nita sekedar basa- basi. ia memang harus mengambil hati semua orang yang ada di rumah ini agar hubungannya dengan Romi didukung, agar tidak ada orang yang memihak mantan istri suaminya.Dia hanya belum tahu, kalau orang-orang yang ia anggap sebagai penolong hubungannya dengan sang suami, justr

  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Malam Pertama 2

    Malam pertama yang dingin.Sampai acara usai, pria itu tetap tak mengindahkan istrinya. Tak ia pedulikan ocehan Anita. bahkan setiap celotehan yang keluar dari mulutnya hanya ditanggapi dengan 'ya' atau 'tidak'.Padahal, sebelum menikah Romi selalu memuji kecantikan wanita berambut panjang tersebut. Tapi kini, setelah menjadi istrinya, dan mengetahui kalau Mitha sekarang kehidupannya jauh melesat tinggi.Pria itu pun merasa tidak berselera pada Anita, terutama setelah melihat wajah Mitha yang cantik luar biasa. Bibir warna ombre itu nampak menggairahkan, bak apel merah segar yang baru dipetik dari pohonnya.Semua kata-kata cinta, seolah menguap begitu saja. Entah kemana janji yang telah ia ucapkan barusan, janji sebagai seorang suami yang harus tanggungjawab tentu bukan hanya terhadap lahir tapi juga batinnya.Mungkin memang benar kata orang. Biasanya, sesuatu yang belum dimiliki itu terlihat menarik, tapi jika sudah didapatkan seperti biasa saja. Begitu juga dengan pernikahan.Sebe

  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Malam Pertama

    Sembari mengambil gelas kaki berisi minuman berwarna merah cerah, pria itu tampak asyik mencondongkan bagian kepalanya, mencuri dengar obrolan para konglomerat yang sedang berkumpul mengerubungi Puspa dan Mitha, bak gerombolan semut yang sedang merebungi gula. Telinganya serasa berdengang mendengar mereka yang berebut ingin menjodohkan Mitha dengan para anak lelakinya.Rasa panas menjalari hati dan pikirannya. Ya, pria itu diserang rasa cemburu dan panik, takut kalau Mitha akan menerima salah satu pinangan dari mereka."Dasar para tua bangka tidak berguna!Materialistis sekali mereka!" desisnya mengumpat dengan tangan yang mengepal kuat."Mau-mau aja menjodohkan anak lelaki mereka dengan janda beranak satu!Kaya nggak ada gadis saja di dunia ini!Lihat saja, Mitha pasti akan kembali kepelukanku!Aku akan menjadi lebih kaya lagi, lebih dari yang dulu. Kali ini, aku tidak akan pernah menyia-nyiakan Mitha. Aku sadar sekarang, hanya dialah yang mampu menggetarkan hatiku. Tidak wanita lain

  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Makin Tergoda

    Anita dan ibunya melotot, hendak keluar dari kelopaknya. Keduanya sangat terkejut. seolah merasa ini adalah mimpi buruk. "Ini gila!Bukannya wanita itu sudah jatuh miskin? kenapa tiba-tiba dia punya Ibu yang merupakan atasan Ayah?" batinnya dalam hati."Cepat, kalian minta maaf sekarang juga!"Keduanya saling melempar pandangan.Wanita itu kesal lalu pergi sembari menghentakkan kakinya dan menarik Romi untuk duduk di atas pelaminan.Istri Manaf tampak bingung dengan kejadian tak terduga ini. Wanita itu langsung meminta maaf pada Mitha. Setelah itu, dia membawa suaminya pergi untuk meminta penjelasan.Hilyaa cs yang sedari tadi menyimak obrolan mereka juga tak kalah terkejut.Tidak menyangka kalau Mitha anak konglomerat, bahkan putri dari atasan suaminya di kantor."Jadi, yang dikatakan Melda itu benar, kalau wanita itu rupanya adalah anak angkat, bahkan Ibu kandungnya jauh lebih kaya daripada Ayahnya dulu. Ini benar-benar luar biasa!"Dalam pikirannya, wanita itu mengira kalau Mitha

  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Menyesal

    "Asal kamu tahu saja, Mita adalah putri kandung saya, yang sudah hilang selama lebih dari 20 tahun!""Apa?!" Semua orang nampak terkejut dan terhenyak mendengar pernyataan Puspa barusan.Apalagi yang datang kebanyakan adalah tamu-tamu penting perusahaan.Kini semua mata tertuju pada Puspa. Mereka memasang telinga lebar-lebar. "A--apa, maksud Nyonya dengan mengatakan dia adalah ...."Belum sempat pria itu melanjutkan perkataannya, Puspa langsung menyela.Wanita yang rambutnya disanggul rapi itu, sungguh tidak terima anaknya direndahkan di depan matanya langsung."Bukankah penjelasan saya barusan jelas?! Mitha adalah putri kandung saya!Tolong jaga ucapan dan sikap Anda padanya!Atau saya bisa memecat Anda sekarang juga!"Wanita itu tidak main-main dengan ancamannya, karena Pak Manaf sudah melukai hatinya. Di hadapannya, di depan semua orang, pria botak itu berani menghardik Mitha di depan matanya sendiri.Pria berkepala plontos itu terhenyak. Tangannya gemetar ketakutan, dia langsung

  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Syok Berat 2

    Anita melayangkan tamparan di depan semua orang. Mereka terkejut, apalagi Mitha.Dada wanita itu tampak kembang kempis menatap suaminya.Namun, pria itu tampak tak peduli, malah mengusap tamparan itu sembari tetap tersenyum ke arah Mitha.Wanita itu tersenyum puas kemenangan."Itu karena aku punya suami seperti kamu, Mas.Sekarang aku sudah bebas dari kamu. Aku merasa jadi diriku yang sebenarnya.Dan untuk kamu Anita, sekarang giliran kamu merasakan neraka yang dulu pernah aku rasakan!" bisiknya lalu menerbitkan seringai.Tentu saja wanita itu marah. Dia ingin mendorong Mitha, tapi gegas dihalau oleh Satria. Mereka datang bak pasangan suami istri saat ini. Satria juga sangat tampan dengan stelan jas berwarna hitam.Dia tak terlihat seperti seorang pengawal."Kamu itu, cuma pengawal! Jangan ikut campur ya!" bentak Anita menunjuknya."Nona, sebaiknya Anda jaga tempramen. Bukankah ini adalah waktu yang paling bersejarah untuk kalian?"Satria tampak santai menanggapi kemarahan Anita."Das

  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Shok Berat

    30 menit sebelum kedatangan Mitha."Ajib bener si Romi! Cerai dari istrinya dah nikah lagi sama cewek yang bahenol, kaya lagi," celetuk temannya yang bernama Simon."Apa rahasianya, Rom?Kok gampang banget dapat penggantinya!" seloroh Rendy."Eh, emang lho kagak tahu, kalau si Romi itu pejantan tangguh!" sahut Arman.Semua orang pun tertawa.Pria itu tersenyum lebar mendengar pujian demi pujian yang dilayangkan teman-temannya."Eh, gue kasih tahu ya. Gampang banget buat cari penggantinya.Yang penting kalian tuh gak usah setia-setia amat ama satu cewek!" usulnya seraya menepis angin.Ketiganya saling melempar pandangan.Mereka adalah teman lama Romi, dan belum tahu desas-desus yang terjadi."Dah ah, gue permisi dulu ya. Masih banyak tamu undangan yang butuh salaman.Kalian nikmati saja jamuan yang ada," serunya pamit kembali menemani sang istri."Siap deh, Bos Romi pesonanya memang gak ada mati."Setelah kepergian pria itu.Seorang teman lagi yang baru datang senyum-senyum mendengar

  • KARANGAN BUNGA UNTUK PELAKOR   Perubahan Drastis 2

    "Aku ingin, secepatnya menikah dengan Mas Romi," ungkapnya.Mereka tidak merasa terkejut karena memang pernikahan itu diundur beberapa waktu lalu."Kalau begitu, suruh Romi datang ke sini," ucap Ayah, yang langsung diangguki Ibu."Tapi masalahnya, dia tidak punya uang sama sekali, Yah," ungkapnya menunduk."Apa?!" Ayah dan Ibu tampak melotot dengan pernyataan Anita."Anita, Ayah peringatkan sama kamu.Kamu benar-benar yakin ingin menikahi pria itu?!Dia itu selain duda, juga mantan narapidana, bahkan sekarang dia tidak punya pekerjaan, dan untuk menikahi kamu dia tidak mau mengeluarkan uang sepeserpun!kamu yakin bisa menjalani rumah tangga yang bahagia dengan lelaki seperti itu?!"Gadis itu merengut. Tak terima karena Ayah menjelek-jelekan Romi. Meski sebenarnya, sudut hatinya yang lain juga mengadari, membenarkan perkataan Ayah barusan. "Ayah, sebenarnya Mas Romi itu adalah pria yang sangat baik. Cuman keadaan saja yang memang sedang tidak berpihak padanya.""Baik bagaimana, Dia di

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status