10"Kenapa Bapak tidak melaporkannya pada saya? Jadi kan hal bisa segera diatasi," tegurku kemudian membuang napas kasar. Aku sangat kesal. Kalau tidak ada aduan dari Delin tentang pelakor itu, sungguh aku hanya sedang menunggu pemakamanku sendiri."Saya sungguh-sungguh minta maaf, Bu Mitha, Pak Romi mengancam akan memecat saya.Jadi saya tidak berani melaporkannya sama Ibu," jawabnya tertunduk lesu.Kurang ajar benar kamu, Mas! Apa maksudmu melakukan ini semua. Setelah membuat perusahaanku bangkrut, kau lalu akan meninggalkan aku, begitu?!Tanganku mengepal geram."Mulai sekarang, saya yang akan mengambil alih perusahaan!" Tak akan kubiarkan perusahaan ini jadi pemakaman!"Jadi, ibu akan kembali mempimpin perusahaan?""Ya secepatnya, saya tidak mau perusahaan yang sudah dibangun susah payah oleh almarhum Ayah jadi bangkrut gara-gara lelaki itu!" tegasku dengan tatapan yakin.Awas kamu ya, Mas."Saya mendukung penuh keputusan Ibu.Para petinggi perusahaan juga pasti akan setuju dengan
11Silakan, nikamti saja dulu, Anita. Pilih, apapun yang kamu mau. Ambil!Aku pastikan kamu akan kembali merasakan malu. Ini pelajaran bagus, yang mungkin tidak ada di mata kuliah apapun. Pelajaran untuk tahu diri! Pengalaman memang adalah guru terbaik dalam kehidupan. Gadis itu masih muda, masa depannya masih panjang. Heran deh, kenapa harus sukanya sama laki orang. padahal dunia ini yak kekurangan lelaki tampan dan jauh lebih baik dari Mas Romi. Teganya dia membuat anakku harus kehilangan sosok Ayah.Setelah mendapatkan banyak barang, seperti tas, high heels dan baju kurang bahan. Kini tiba saatnya mereka menghitung.Mataku melotot mendengarnya.Gila, hampir 300 juta totalnya.Beberapa paperbag sudah siap diberikan. Peremuan gatal itu tersenyum senang. Tunggu saja, apa yang sebentar lagi akan terjadi.Mas Romi memberikan kartu kreditnya untuk digesek.Namun kasir itu mengembalikannya."Maaf, Pak, kartunya tidak berfungsi."Haha, emang enak kamu, Mas. Coba saja keluarin kartu yang la
12"Mas, buka pintunya, ini aku, Mhita!" teriakku dengan kencang. Terdengar kasak kusuk dan kerusuhan di dalam.Kalau iya itu klien penting, memang sepenting apa sampai harus dikunci segala pintunya?!Ini membuat aku tambah murka saja."Mas buka pintunya, kalau gak, akan aku dobrak!" teriakku lagi. Tak peduli dengan karyawan yang menonton aksiku ini."Aku hitung sampai tiga!Satu!Dua!Ti-."Baru saja mau menggedor lagi, pintu terbuka dengan menampilkan wajah suamiku yang terlihat berkeringat sebiji jagung.Mataku langsung memicing.Kemejanya saja bahkan tidak rapi. Masa iya pertemuan dengan klien seberantakkan ini?Aku jadi semakin curiga.Jangan-jangan ada Anita di dalam. Benar-benar muka tembok dia! Gak kapok-kapok meski sudah aku permalukan dua kali.Kalau iya, sekalian saja aku seret dia dan kupermalukan lagi di sini. Kebetulan, tanganku sudah sangat gatel sejak kemarin."Mitha, ngapain kamu ke sini?" tanya Mas Romi menatapku tak suka."Pake baju rapi segala lagi, habis dari man
13"Mas, kamu keterlaluan ya!Aku gak habis pikir sama kamu! Setelah kebaikanku selama ini, beraninya kamu berselingkuh di belakangku, bahkan berbuat asusila di sini!Aku muak sama kamu! Sudah cukup aku bersabar selama ini!" cercaku penuh emosi.Aku meraih tas yang ada di atas meja. Membukanya, meraih map berwarna hijau lalu kulemparkan dengan kasar ke meja, tepat di hadapannya.Pria itu tampak tersentak. Dia pikir hanya dirinya saja yang bisa marah. Aku juga bisa."Mas, aku ingin kita cerai!Tanda tangani surat itu sekarang juga!Dan angkat kaki dari rumahku!" tegasku dengan penuh penekanan dalam setiap kalimatnya.Pria itu menatap nanar. Entah tatapan penyesalan, penderitaan, ratapan, atau apalah itu aku tak peduli."Dan jangan harap, kamu bisa membawa Aura.Semua bukti sudah ditanganku. Hak asuh Aura, pasti jatuh padaku!Lagipula sudah jelas, selama ini kau terlihat tidak menginginkannya!" ungkapku apa adanya. Pria itu bangkit, lalu bersujud di kakiku dengan air mata buayanya. Dia
14"Mulai sekarang, saya bukan istri Mas Romi lagi, panggil saya secara formal dan sopan!Jangan berpura-pura bodoh! Saya punya semua bukti kecurangan yang kamu lakukan selama bekerja di sini.Apa perlu, aku jabarkan satu persatu kecurangan kamu!Cepat kemasi barang-barangmu dan pergi!"Pria itu tampak gelagapan. Aku tahu dia ikutan mengintip kejadian barusan. Dia pasti tak menyangka kalau wanita yang ada di hadapannya akan memeriksa sedetail ini.Padahal dia sudah berusaha menghilangkan barang bukti. Saat ini dia pasti sedang merutuki diriku dalam hatinya.Rasakan kamu! Sepandai-pandainya tupai melompat, pasti akan jatuh juga."Cepat!" sentakku dengan penuh emosi."T--tapi, Mbak. Sabar dulu.Pasti ada kesalahpahaman di sini.Aku sama sekali gak korupsi!" Dia masih saja mengelak meski bukti sudah ditanganku. Sungguh tak tahu malu!"Security!""Iya, Bu."Aku menepis angin, memberi kode untuk segera mengeluarkan pria itu. Malas sekali lama-lama melihatnya.Security berbadan kekar itu m
15"Mitha, kamu jangan egois gini dong.Aku gak mau, pisah sama kamu!Oke?Lihat Aura, dia sangat membutuhkanku.Gak apa-apa, aku jadi bawahan kamu.Asalkan, kamu jangan minta cerai.Aku bahkan bersedia jadi kacung kamu di kantor, Mhita!PLEASE, jangan minta cerai ya," ungkapnya sembari berpangku tangan.Pria itu menatapku dengan tatapan menghiba. Menjijikan! Suka sekali dia membuat drama.Apa yang sedang kamu rencanakan, Mas?!Pasti ada sesuatu yang kamu sembunyikan, kalau tidak, mana mungkin kamu bersedia jadi kacung segala.Nanti malam, saat dia tidur aku harus menyadap ponselnya."Sayang, aku mohon, kamu lihat kan, Aura sangat membutuhkan figur seorang Ayah.""Bisa diam tidak, Mas! Suara kamu membuat kepalaku pusing tahu gak!""Kamu pusing, Sayang?Apa mungkin kamu hamil?Gak mungkin kayaknya. Kita kan dah lama gak ena-ena. kalau gitu, aku buatin teh buat kamu ya?" tuturnya sok perhatian. Dia membuatku mual. Gak mau aku nambah anak darinya. Hiyy. hisa dibayangkan kehidupanku nant
16Kubuka pesan dari Farah terlebih dahulu.( Romi! Istrimu itu sudah gila kali, hari ini Bimo dipecat.Gimana nasib kami, Rom. Belum lagi hutang yang menumpuk gara-hara Mas Bimo kecanduan judi online!) pesannya dengan emoticon menangis di akhir kalimat.Mataku membola sempurna. Jangan-jangan, Bimo korupsi untuk mendanai hobi haramnya selama ini. Brengsek sekali pria itu!Aku beralih ke pesan Mama. Dugaanku adalah, sebelum Mas Romi sempat membaca pesan ini, Farah sudah lebih dulu menelponnya. itu kenapa pesannya belum sempat dibuka.[ ROMI! POKOKNYA KAMU HARUS KURAS DULU UANGNYA, BARU MENCERAIKAN DIA! ][ Mama gedek banget sama wanita bodoh itu!Kenapa dia jadi berani sama kita!Jangan-jangan dia selingkuh dari kamu, ROMI!] Kurang ajar! jelas-jelasnya anaknya yang selingkuh, dia malah nuduh aku! Keterlaluan!Aku meremas ponsel dengan gemas.Jadi ini alasan utamanya kenapa Mas Romi sangat bersikeras ingin mempertahankan rumah tangga kami.Kebangetan kamu ya, Mas. Aku tidak akan perna
Part 17Karena aku yang terus memaksa, pria itu pun akhirnya mau memasukkan kue tersebut ke dalam mulutnya dan meminum kopinya meski dengan tangan gemetar dan ekspresi wajah yang sulit diartikan.Antara jijik, dan ingin memuntahkan. Ia tak bisa berkutik. Tapi baru saja menyesap kopi, pria itu langsung mual dan berlari ke arah kamar mandi dengan tangan yang menutupi mulutnya. Persis kayak cewek lagi kena morning sick pas hamil trimester pertama."Huekkk!"Nah, senjata makan tuan kan jadinya. Makanya jadi orang jangan jahat!Aku berpangku tangan sambil tersenyum puas melihat dia kocar-kacir.Aku saja yang hanya melihat dia makan merasa jijik, apalagi Mas Romi yang benar-benar memasukkan makanan itu ke mulutnya. Hiyyy.Seharusnya dia nggak usah jijik dong ya. Itu kan ludahnya sendiri. Aneh kamu, Mas!Aku mengikutinya sampai di depan pintu kamar mandi. Aku mendengarnya terus-menerus memuntahkan isi makanan yang sudah ia makan."Huekk!Huekk!Sialan! Kenapa sih dia pake acara nggak mau mak
42Wanita itu sangat sakit hati. Dadanya bagai dicucuk beribu belati. Definisi sakit tapi tak berdarah. Ingin mengobati, tapi luka di dalam hati tak bisa terlihat. Andai bisa, ia sudah melakukannya.Dia baru menyadari, kalau Romi itu merasa sedang menggauli mantan istri, bukan dirinya sendiri.Netranya memanas, sedetik kemudian mulai berkabut lalu menjadi bongkahan air mata. yang meleleh, membasahi kedua pipi tirusnya."Tega sekali kamu, Mas!" Bahunya berguncang hebat, tanda ia menangis tersedu-sedu dengan kedua tangan menangkup wajahnya.Nampaknya karena saking lelah, Romi sama sekali tidak sadar, apalagi mendengar isakannya. malah sekarang mulai terdengar dengkuran halus dari mukutnya. Menyadari hal itu, Anita tampak makin kesal dan menangis sesenggukan.Entah kenapa, Anita merasa seperti menjadi seorang pengemis, yang ingin pria itu sadar, meminta maaf, memeluk lalu mengajak tidur bersama.Namun, tak mungkin sekali! pikirnya.Anita membaringkan tubuh, membelakangi Romi. Ia masih m
Farah berjalan menghampiri Anita yang gelagatnya terlihat mencurigakan.Seraya menyunggingkan senyum, wanita berusia 40 tahunan itu berceloteh, hingga membuat Anita yang tengah dilanda emosi, nampak tersentak kaget."Duh pengantin baru!Lagi ngapain di dapur?""Eh, Mbak Farah.Ini, aku lagi ngambil air minum.Aku haus," sahutnya malu-malu. Segera ia sembunyikan botol obat di belakang pinggangnya."Apaan tuh, yang kamu sembunyiin?" tanyanya kepo, matanya nampak melirik, mencoba menggali apa yang telah disembunyikan adik iparnya.Namun, wanita itu tidak bisa melihat dengan jelas, tapi ia bisa menyimpulkan kalau itu adalah botol obat."B--bukan apa-apa kok, Mbak Farah sendiri kok belum tidur?" tanya Nita sekedar basa- basi. ia memang harus mengambil hati semua orang yang ada di rumah ini agar hubungannya dengan Romi didukung, agar tidak ada orang yang memihak mantan istri suaminya.Dia hanya belum tahu, kalau orang-orang yang ia anggap sebagai penolong hubungannya dengan sang suami, justr
Malam pertama yang dingin.Sampai acara usai, pria itu tetap tak mengindahkan istrinya. Tak ia pedulikan ocehan Anita. bahkan setiap celotehan yang keluar dari mulutnya hanya ditanggapi dengan 'ya' atau 'tidak'.Padahal, sebelum menikah Romi selalu memuji kecantikan wanita berambut panjang tersebut. Tapi kini, setelah menjadi istrinya, dan mengetahui kalau Mitha sekarang kehidupannya jauh melesat tinggi.Pria itu pun merasa tidak berselera pada Anita, terutama setelah melihat wajah Mitha yang cantik luar biasa. Bibir warna ombre itu nampak menggairahkan, bak apel merah segar yang baru dipetik dari pohonnya.Semua kata-kata cinta, seolah menguap begitu saja. Entah kemana janji yang telah ia ucapkan barusan, janji sebagai seorang suami yang harus tanggungjawab tentu bukan hanya terhadap lahir tapi juga batinnya.Mungkin memang benar kata orang. Biasanya, sesuatu yang belum dimiliki itu terlihat menarik, tapi jika sudah didapatkan seperti biasa saja. Begitu juga dengan pernikahan.Sebe
Sembari mengambil gelas kaki berisi minuman berwarna merah cerah, pria itu tampak asyik mencondongkan bagian kepalanya, mencuri dengar obrolan para konglomerat yang sedang berkumpul mengerubungi Puspa dan Mitha, bak gerombolan semut yang sedang merebungi gula. Telinganya serasa berdengang mendengar mereka yang berebut ingin menjodohkan Mitha dengan para anak lelakinya.Rasa panas menjalari hati dan pikirannya. Ya, pria itu diserang rasa cemburu dan panik, takut kalau Mitha akan menerima salah satu pinangan dari mereka."Dasar para tua bangka tidak berguna!Materialistis sekali mereka!" desisnya mengumpat dengan tangan yang mengepal kuat."Mau-mau aja menjodohkan anak lelaki mereka dengan janda beranak satu!Kaya nggak ada gadis saja di dunia ini!Lihat saja, Mitha pasti akan kembali kepelukanku!Aku akan menjadi lebih kaya lagi, lebih dari yang dulu. Kali ini, aku tidak akan pernah menyia-nyiakan Mitha. Aku sadar sekarang, hanya dialah yang mampu menggetarkan hatiku. Tidak wanita lain
Anita dan ibunya melotot, hendak keluar dari kelopaknya. Keduanya sangat terkejut. seolah merasa ini adalah mimpi buruk. "Ini gila!Bukannya wanita itu sudah jatuh miskin? kenapa tiba-tiba dia punya Ibu yang merupakan atasan Ayah?" batinnya dalam hati."Cepat, kalian minta maaf sekarang juga!"Keduanya saling melempar pandangan.Wanita itu kesal lalu pergi sembari menghentakkan kakinya dan menarik Romi untuk duduk di atas pelaminan.Istri Manaf tampak bingung dengan kejadian tak terduga ini. Wanita itu langsung meminta maaf pada Mitha. Setelah itu, dia membawa suaminya pergi untuk meminta penjelasan.Hilyaa cs yang sedari tadi menyimak obrolan mereka juga tak kalah terkejut.Tidak menyangka kalau Mitha anak konglomerat, bahkan putri dari atasan suaminya di kantor."Jadi, yang dikatakan Melda itu benar, kalau wanita itu rupanya adalah anak angkat, bahkan Ibu kandungnya jauh lebih kaya daripada Ayahnya dulu. Ini benar-benar luar biasa!"Dalam pikirannya, wanita itu mengira kalau Mitha
"Asal kamu tahu saja, Mita adalah putri kandung saya, yang sudah hilang selama lebih dari 20 tahun!""Apa?!" Semua orang nampak terkejut dan terhenyak mendengar pernyataan Puspa barusan.Apalagi yang datang kebanyakan adalah tamu-tamu penting perusahaan.Kini semua mata tertuju pada Puspa. Mereka memasang telinga lebar-lebar. "A--apa, maksud Nyonya dengan mengatakan dia adalah ...."Belum sempat pria itu melanjutkan perkataannya, Puspa langsung menyela.Wanita yang rambutnya disanggul rapi itu, sungguh tidak terima anaknya direndahkan di depan matanya langsung."Bukankah penjelasan saya barusan jelas?! Mitha adalah putri kandung saya!Tolong jaga ucapan dan sikap Anda padanya!Atau saya bisa memecat Anda sekarang juga!"Wanita itu tidak main-main dengan ancamannya, karena Pak Manaf sudah melukai hatinya. Di hadapannya, di depan semua orang, pria botak itu berani menghardik Mitha di depan matanya sendiri.Pria berkepala plontos itu terhenyak. Tangannya gemetar ketakutan, dia langsung
Anita melayangkan tamparan di depan semua orang. Mereka terkejut, apalagi Mitha.Dada wanita itu tampak kembang kempis menatap suaminya.Namun, pria itu tampak tak peduli, malah mengusap tamparan itu sembari tetap tersenyum ke arah Mitha.Wanita itu tersenyum puas kemenangan."Itu karena aku punya suami seperti kamu, Mas.Sekarang aku sudah bebas dari kamu. Aku merasa jadi diriku yang sebenarnya.Dan untuk kamu Anita, sekarang giliran kamu merasakan neraka yang dulu pernah aku rasakan!" bisiknya lalu menerbitkan seringai.Tentu saja wanita itu marah. Dia ingin mendorong Mitha, tapi gegas dihalau oleh Satria. Mereka datang bak pasangan suami istri saat ini. Satria juga sangat tampan dengan stelan jas berwarna hitam.Dia tak terlihat seperti seorang pengawal."Kamu itu, cuma pengawal! Jangan ikut campur ya!" bentak Anita menunjuknya."Nona, sebaiknya Anda jaga tempramen. Bukankah ini adalah waktu yang paling bersejarah untuk kalian?"Satria tampak santai menanggapi kemarahan Anita."Das
30 menit sebelum kedatangan Mitha."Ajib bener si Romi! Cerai dari istrinya dah nikah lagi sama cewek yang bahenol, kaya lagi," celetuk temannya yang bernama Simon."Apa rahasianya, Rom?Kok gampang banget dapat penggantinya!" seloroh Rendy."Eh, emang lho kagak tahu, kalau si Romi itu pejantan tangguh!" sahut Arman.Semua orang pun tertawa.Pria itu tersenyum lebar mendengar pujian demi pujian yang dilayangkan teman-temannya."Eh, gue kasih tahu ya. Gampang banget buat cari penggantinya.Yang penting kalian tuh gak usah setia-setia amat ama satu cewek!" usulnya seraya menepis angin.Ketiganya saling melempar pandangan.Mereka adalah teman lama Romi, dan belum tahu desas-desus yang terjadi."Dah ah, gue permisi dulu ya. Masih banyak tamu undangan yang butuh salaman.Kalian nikmati saja jamuan yang ada," serunya pamit kembali menemani sang istri."Siap deh, Bos Romi pesonanya memang gak ada mati."Setelah kepergian pria itu.Seorang teman lagi yang baru datang senyum-senyum mendengar
"Aku ingin, secepatnya menikah dengan Mas Romi," ungkapnya.Mereka tidak merasa terkejut karena memang pernikahan itu diundur beberapa waktu lalu."Kalau begitu, suruh Romi datang ke sini," ucap Ayah, yang langsung diangguki Ibu."Tapi masalahnya, dia tidak punya uang sama sekali, Yah," ungkapnya menunduk."Apa?!" Ayah dan Ibu tampak melotot dengan pernyataan Anita."Anita, Ayah peringatkan sama kamu.Kamu benar-benar yakin ingin menikahi pria itu?!Dia itu selain duda, juga mantan narapidana, bahkan sekarang dia tidak punya pekerjaan, dan untuk menikahi kamu dia tidak mau mengeluarkan uang sepeserpun!kamu yakin bisa menjalani rumah tangga yang bahagia dengan lelaki seperti itu?!"Gadis itu merengut. Tak terima karena Ayah menjelek-jelekan Romi. Meski sebenarnya, sudut hatinya yang lain juga mengadari, membenarkan perkataan Ayah barusan. "Ayah, sebenarnya Mas Romi itu adalah pria yang sangat baik. Cuman keadaan saja yang memang sedang tidak berpihak padanya.""Baik bagaimana, Dia di