Anita dan ibunya melotot, hendak keluar dari kelopaknya. Keduanya sangat terkejut. seolah merasa ini adalah mimpi buruk. "Ini gila!Bukannya wanita itu sudah jatuh miskin? kenapa tiba-tiba dia punya Ibu yang merupakan atasan Ayah?" batinnya dalam hati."Cepat, kalian minta maaf sekarang juga!"Keduanya saling melempar pandangan.Wanita itu kesal lalu pergi sembari menghentakkan kakinya dan menarik Romi untuk duduk di atas pelaminan.Istri Manaf tampak bingung dengan kejadian tak terduga ini. Wanita itu langsung meminta maaf pada Mitha. Setelah itu, dia membawa suaminya pergi untuk meminta penjelasan.Hilyaa cs yang sedari tadi menyimak obrolan mereka juga tak kalah terkejut.Tidak menyangka kalau Mitha anak konglomerat, bahkan putri dari atasan suaminya di kantor."Jadi, yang dikatakan Melda itu benar, kalau wanita itu rupanya adalah anak angkat, bahkan Ibu kandungnya jauh lebih kaya daripada Ayahnya dulu. Ini benar-benar luar biasa!"Dalam pikirannya, wanita itu mengira kalau Mitha
SELAMAT WISUDA ANITA SANJAYA, ATAS KEBERHASILANNYA MEREBUT SUAMI ORANG.PERCUMA SEKOLAH TINGGI, KALAU UJUNGNYA CUMA DAPAT GELAR PELAKOR.TTD Istri sah pacarmu!***[ Ini Suami kamu kan?! ]Delin mengirimkan sebuah foto yang memperlihatkan suamiku sedang merangkul seorang wanita berpakaian seksi di Mall.Baju crop top warna krem, dipadukan dengan celana jeans pendek warna biru muda. Rambutnya panjang berwarna pirang. Itu jelas suamiku. Foto yang diambil itu terlihat sangat epic, di mana suamiku sedang menoleh ke arah wanitanya sambil tersenyum semringah. Pria itu terlihat sangat bahagia. Wajahnya cerah, berbeda 180 derajat ketika ada di rumah. Jangankan tersenyum lebar seperti di foto ini, bahkan sikapnya sangat dingin padaku. kalau meminta jatah saja dia memperlakukanku dengan acuh tak acuh, layaknya aku ini sebuah patung yang tak memiliki perasaan.Dadaku bergemuruh penuh emosi."Mas Romi?!" Tanganku mengepal kuat.Mataku memanas, otakku terasa mendidih melihatnya. Bagaimana tidak!
Part 2Aku semangat menunggu orang-orang berdatangan. Tak sabar rasanya melihat reaksi mereka. Bukan hanya pelakor yang akan menanggung malu. Tapi juga keluarganya. Ini akibatnya kalau macam-macam dengan suami orang. bukan hanya dia sendiri yang menanggung malu, tapi satu keluarga akan terkena imbasnya. Harusnya ini bisa memberi efek jera. kecuali, kalau urat malu mereka sudah putus.Aku menatap jalanan sambil menggigit kuku-kuku tangan. Mataku awas menatap sekitar. peristiwa memalukan ini tak boleh sampai dilewatkan barang sedetikpun. Kehancuran wanita itu, masih tetap tidak sebanding dengan rasa sakit di hatiku. Gara-gara, Mas Romi tak peduli pada anak dan istrinya.Aku tidak bisa membayangkan, bagaimana perasaan pelakor itu saat mendapati acara sakralnya berubah jadi hari yang tak akan pernah ia lupakan seumur hidup. Sebentar lagi, pertunjukan segera dimulai. Aku sungguh tak sabar.Heh, ini adalah hal memalukan yang tidak akan pernah dia lupakan dalam seumur hidupnya. Bukankah ini
Part 3Enteng banget ya kalau ngomong. Dia minta cincin berlian, udah kayak minta kerupuk. Emangnya aku bank yang seenaknya bisa diminta uang untuk beli barang. Nasabah aja bayar kali, bank gak bakal ngasih gratisan. Apa dia gak malu kali ya. Padahal baru saja dia menghardikku. bahkan mengatakan aku bodoh, mengatakan cucunya pesakitan. Eh, sekarang, dia minta dibelikan barang mahal. Entah dimana otaknya. minimal, dia harus sadar diri."Cincin berlian?!" Tiba-tiba saja otakku merasa pusing kalau berhadapan dengan wanita yang satu ini.Dia mendongakkan wajahnya, menatapku angkuh. "Ya, yang sama kayak punya kamu, yang baru!" celetuknya."Kayak aku? yang baru? yang mana?!" tanyaku memastikan. karena memang sudah lama aku tak beli perhiasan. Bukan tanpa alasan, aku lebih sibuk mengurus Aura daripada menyenangkan diri sendiri. Mereka selalu menyuruhku fokus pada kesehata Aura saja. Hingga aku tak sadar telah lalai pada diri sendiri. bahkan aku tak ingat, kapan terakhir kali aku memanjakan
Part 4Enak sekali hidupnya. Tinggal minta, ngambil, beres! Tanpa mau peduli dengan perasaanku!Aku berdiri tepat di depan mobil yang hendak melaju. Wanita yang selalu bergaya bak sosialita itu membuka kaca jendela, lalu menyembul di baliknya."Apa-apaan si kamu, Mitha!Minggir, Mama mau pulang!" sentaknya sambil membunyikan klakson berkali-kali."Enak aja, main pulang.Tunggu dulu sebentar!" ucapku lantang.Ck! Wanita itu berdecak kesal."Mama ada acara di rumah, awas!" kelakarnya."Gak bisa, keluar sekarang juga, Ma.Sebelum kesabaranku habis!" ucapku tegas sambil berkacak pinggang.Wanita itu membuang napas kasar, lalu keluar dengan ragu-ragu. Dia pasti takut padaku.Dia menatapku tajam lalu bicara dengan ketus."Ada apalagi?!Sudah Mama bilang, Mama ada acara!Kecuali, kalau kamu mau beliin cincin itu. Baru, Mama ada waktu buat kamu!" cetusnya sambil membuang muka.Dia masih pura-pura tidak tahu apa-apa rupanya. bahkan sudah mengambil barang punyaku, tapi masih berlagam polos dan
Part 5Aku meremas dada dengan tangan yang mengepal kuat. Sesak rasanya. kalau bukan karena Aura, mungkin aku sudah gila menghadapi mertua dan ipar setengah siluman seperti mereka. Bik Asih mengejar Aura yang berlari menghampiriku. putriku memeluk, wajahnya kemudian mendongak."Mama, baik-baik aja, kan Ma?"Aku mengangguk, ikutan mendongak agar air mata tidak jatuh di hadapan Aura. Dia pasti tahu kalau ibunya sedang bersedih saat ini.Aku berjongkok, kemudian membingkai wajah kuyu putriku.Kasihan sekali kamu, Nak, harus selalu mendengarkan pertengkaran dari orang-orang dewasa yang seharusnya memberimu kebahagiaan."Sayang, kamu pasti nguping lagi ya?" tanyaku yang disambut dengan anggukan. Ya Allah."Mafkan Mama ya, Sayang. Seharusnya kami bisa jaga sikap di depan kamu. Ayo, kita masuk, anginnya kencang, gak bagus buat kesehatan kamu," ajakku, kemudian menggendong tubuh kurusnya.Sejak lahir, daya tahan tubuh Aura memang lemah. Dia sering sakit-sakitan, dan Mas Romi serta keluargan
Part 6Wanita itu mencak-mencak, wajahnya merah padam, rasanya pasti campur aduk jadi satu tuh!Rasain! dasar pelakor. dandanannya yang udah rapi jadi berantakan. Impiannya mengambil ijazah kelulusan dan berjabat tangan dengan Pak Rektor akhirnya gagal total. Kebanggaan yang seharusnya dielu-elukan pada hari ini hanya ada dalam angan. Aku yakin, dia akan benci mengenang hari wisudanya sendiri. Hahaha, ups. tapi pelakor seperti dia memang pantas mendapatkannya!Dadanya kembang kempis menandakan ia amat marah padaku. Gak kebalik emang? Bukannya aku yang harusnya marah seperti itu? yang mencak-mencak dan mengumpat! yang wajahnya merah padam dan ingin menjambak! harusnya dengan kejadian ini dia sadar, bukan malah bersikap bagai orang terdzolimi, padahal di sini aku yang jelas-jelas tersakiti.Kedua orang tuanya tampak sibuk menenangkan anak gadisnya, kemudian mereka mengajak Anita pergi sambil merangkul, melindungi dari tatapan orang-orang yang menatapnya dengan rasa jijik.Sesak dadaku,
Part 7Aku menjatuhkan bobot di kursi kemudi, lalu menarik napas dalam-dalam. Aku merasa jalan ini terlalu gelap, bahkan untuk sekedar bernapas pun aku merasa kesulitan. Aura, kasihan sekali kamu, Nak. Menghidupkan mesin, aku melajukan mobil menuju toko kue langganan. meski seluruh badanku terasa lemas setelah melihat kelakuan Mas Romi secara langsung, tapi aku harus tetap kuat demi Aura. Di perjalanan, entah bagaimana ceritanya, tapi hampir saja aku menabrak orang yang mau menyebrang. Aku yang terkejut langsung menginjak rem mendadak hingga tubuhku serasa terdorong dengan kencang ke depan.Buru-buru aku membuka kaca jendela untuk memastikan keadaannya.Dengan raut wajah yang merah padam. wanita itu mendatangiku dan menghardik tanpa belas kasihan. tapi aku juga tidak bisa berbuat apa-apa selain minta maaf dan memberinya beberapa lembar uang untuk mengobati rasa syok yang dia alami. wajar juga dia marah, karena hampir saja aku menabraknya."Heh, Mbak!Kalau bawa mobil hati-hati dong
Anita dan ibunya melotot, hendak keluar dari kelopaknya. Keduanya sangat terkejut. seolah merasa ini adalah mimpi buruk. "Ini gila!Bukannya wanita itu sudah jatuh miskin? kenapa tiba-tiba dia punya Ibu yang merupakan atasan Ayah?" batinnya dalam hati."Cepat, kalian minta maaf sekarang juga!"Keduanya saling melempar pandangan.Wanita itu kesal lalu pergi sembari menghentakkan kakinya dan menarik Romi untuk duduk di atas pelaminan.Istri Manaf tampak bingung dengan kejadian tak terduga ini. Wanita itu langsung meminta maaf pada Mitha. Setelah itu, dia membawa suaminya pergi untuk meminta penjelasan.Hilyaa cs yang sedari tadi menyimak obrolan mereka juga tak kalah terkejut.Tidak menyangka kalau Mitha anak konglomerat, bahkan putri dari atasan suaminya di kantor."Jadi, yang dikatakan Melda itu benar, kalau wanita itu rupanya adalah anak angkat, bahkan Ibu kandungnya jauh lebih kaya daripada Ayahnya dulu. Ini benar-benar luar biasa!"Dalam pikirannya, wanita itu mengira kalau Mitha
"Asal kamu tahu saja, Mita adalah putri kandung saya, yang sudah hilang selama lebih dari 20 tahun!""Apa?!" Semua orang nampak terkejut dan terhenyak mendengar pernyataan Puspa barusan.Apalagi yang datang kebanyakan adalah tamu-tamu penting perusahaan.Kini semua mata tertuju pada Puspa. Mereka memasang telinga lebar-lebar. "A--apa, maksud Nyonya dengan mengatakan dia adalah ...."Belum sempat pria itu melanjutkan perkataannya, Puspa langsung menyela.Wanita yang rambutnya disanggul rapi itu, sungguh tidak terima anaknya direndahkan di depan matanya langsung."Bukankah penjelasan saya barusan jelas?! Mitha adalah putri kandung saya!Tolong jaga ucapan dan sikap Anda padanya!Atau saya bisa memecat Anda sekarang juga!"Wanita itu tidak main-main dengan ancamannya, karena Pak Manaf sudah melukai hatinya. Di hadapannya, di depan semua orang, pria botak itu berani menghardik Mitha di depan matanya sendiri.Pria berkepala plontos itu terhenyak. Tangannya gemetar ketakutan, dia langsung
Anita melayangkan tamparan di depan semua orang. Mereka terkejut, apalagi Mitha.Dada wanita itu tampak kembang kempis menatap suaminya.Namun, pria itu tampak tak peduli, malah mengusap tamparan itu sembari tetap tersenyum ke arah Mitha.Wanita itu tersenyum puas kemenangan."Itu karena aku punya suami seperti kamu, Mas.Sekarang aku sudah bebas dari kamu. Aku merasa jadi diriku yang sebenarnya.Dan untuk kamu Anita, sekarang giliran kamu merasakan neraka yang dulu pernah aku rasakan!" bisiknya lalu menerbitkan seringai.Tentu saja wanita itu marah. Dia ingin mendorong Mitha, tapi gegas dihalau oleh Satria. Mereka datang bak pasangan suami istri saat ini. Satria juga sangat tampan dengan stelan jas berwarna hitam.Dia tak terlihat seperti seorang pengawal."Kamu itu, cuma pengawal! Jangan ikut campur ya!" bentak Anita menunjuknya."Nona, sebaiknya Anda jaga tempramen. Bukankah ini adalah waktu yang paling bersejarah untuk kalian?"Satria tampak santai menanggapi kemarahan Anita."Das
30 menit sebelum kedatangan Mitha."Ajib bener si Romi! Cerai dari istrinya dah nikah lagi sama cewek yang bahenol, kaya lagi," celetuk temannya yang bernama Simon."Apa rahasianya, Rom?Kok gampang banget dapat penggantinya!" seloroh Rendy."Eh, emang lho kagak tahu, kalau si Romi itu pejantan tangguh!" sahut Arman.Semua orang pun tertawa.Pria itu tersenyum lebar mendengar pujian demi pujian yang dilayangkan teman-temannya."Eh, gue kasih tahu ya. Gampang banget buat cari penggantinya.Yang penting kalian tuh gak usah setia-setia amat ama satu cewek!" usulnya seraya menepis angin.Ketiganya saling melempar pandangan.Mereka adalah teman lama Romi, dan belum tahu desas-desus yang terjadi."Dah ah, gue permisi dulu ya. Masih banyak tamu undangan yang butuh salaman.Kalian nikmati saja jamuan yang ada," serunya pamit kembali menemani sang istri."Siap deh, Bos Romi pesonanya memang gak ada mati."Setelah kepergian pria itu.Seorang teman lagi yang baru datang senyum-senyum mendengar
"Aku ingin, secepatnya menikah dengan Mas Romi," ungkapnya.Mereka tidak merasa terkejut karena memang pernikahan itu diundur beberapa waktu lalu."Kalau begitu, suruh Romi datang ke sini," ucap Ayah, yang langsung diangguki Ibu."Tapi masalahnya, dia tidak punya uang sama sekali, Yah," ungkapnya menunduk."Apa?!" Ayah dan Ibu tampak melotot dengan pernyataan Anita."Anita, Ayah peringatkan sama kamu.Kamu benar-benar yakin ingin menikahi pria itu?!Dia itu selain duda, juga mantan narapidana, bahkan sekarang dia tidak punya pekerjaan, dan untuk menikahi kamu dia tidak mau mengeluarkan uang sepeserpun!kamu yakin bisa menjalani rumah tangga yang bahagia dengan lelaki seperti itu?!"Gadis itu merengut. Tak terima karena Ayah menjelek-jelekan Romi. Meski sebenarnya, sudut hatinya yang lain juga mengadari, membenarkan perkataan Ayah barusan. "Ayah, sebenarnya Mas Romi itu adalah pria yang sangat baik. Cuman keadaan saja yang memang sedang tidak berpihak padanya.""Baik bagaimana, Dia di
Keduanya pun janjian bertemu di Cafe. Kali ini bukan Cafenya, Mitha. Selain Romi merasa malu, Anita juga tak mau kalau harus kembali ke sana. Pantang bagi wanita itu. lagipula, dia sangat yakin kalau Cafe itu tak akan bertahan lama.Dan juga Romi ingin membahas tentang keuangan. tentu pria itu malu jika sampai Mitha mengetahui keadaan keuangannya yang memburuk. dalam bayangannya Mitha akan tertawa jika tahu Farah punya hutang sampai 1M."Iya, Sayang ada apa?Kapan kamu akan menemui orang tuakku?" cecar Anita. Dia tak sabar rasanya memenangkan pertarungan ini. padahal itu hanya dalam pikirannya saja. Mitha sendiri sama sekali tidak pernah menganggap apa yang terjadi adalah sebuah peperangan.Wanita itu telah dengan ikhlas melepaskan Romi untuknya. Pria sampah seperti Romi amat tak layak dicintai.Pria berkaos biru muda itu menggaruk tengkuknya yang tak gatal.Belum apa-apa, Anita sudah membrondongnya dengan pernyataan itu, pikirnya."Sayang, sebenarnya aku ingin banget secepatnya melam
Dia tidak terlalu banyak mengerti tentang urusan orang dewasa. Namun, sebagai anak hatinya sakit melihat ibunya menderita, sudahlah ayahnya masuk penjara, sekarang ibunya dibentak-bentak bahkan dianiaya oleh neneknya sendiri.Di sisi lain, sebagai seorang ibu. Hilya sadar kalau hal ini sepenuhnya bukan kesalahan Farah, tapi karena menantunya yang tidak tahu diri. Beruntung dia ada di penjara, kalau tidak, mungkin sudah dibunuhnya.Wanita itu memilih duduk di sofa untuk meredakan emosi yang menguasai jiwanya saat ini. Tidak mudah memang, tapi dia akan berusaha. Wanita itu duduk sembari menghentakkan kakinya berulang kali."Arghhhh!" geramnya."Sumpah ya, Mbak!Aku sangat tidak menyangka! Berani sekali kamu, Mbak!" hardik Vira yang juga ikutan kecewa dengan sikap Kakaknya.Wanita itu merasa semakin terpojok. Ia juga merasa bersalah, tapi tidak bisa berbuat apa-apa.Wanita itu berlari mendekati adiknya."Rom, bagaimana ini, Rom!Mbak mohon bantuan kamu!" pintanya dengan tatapan sayu. Wan
Hati pria itu mencelos mendengar nominal yang disebutkan.Uang sebanyak itu, dari mana coba?Kalau dulu mungkin bisa mendapatkannya dengan mudah, jangankan 1 milyar, lebih daei itu pun bisa, karena bisa menggelapkan uang perusahaan. Tapi sekarang, jangankan uang sebanyak itu, 10 juta saja sulit, bahkan satu juta pun tak ia dapatkan jika tidak bekerja.Efek tergiur dengan janji manis Burhan yang menyilaukan. Tadinya, ia pikir bisa lolos dari penjara, dan menikmati uang hasil mencuri dari perusahaan lalu menikahi Anita. Ternyata, Burhan seorang pengkhianat kelas kakap. Jangankan mendatangkan pengacara untuk mengeluarkannya, bahkan menengoknya saja pun tidak sama sekali,. Cuih! Ia kesal sekali mengingat pria gendut yang licik itu.Romi memutar otak, bagaimana caranya tidak perlu membayar hutang, tapi surat tanah itu berada kembali dalam genggamannya.Bagaimanapun juga, pria itu tidak ingin kalau sampai rumah yang telah didapatkan dengan susah payah dari hasil membodohi Mitha dn Ayahnya r
"Makanya kamu itu, kalau sudah tahu bergantung sama orang tua, kenapa kamu berani melakukan hal gila itu?!" Rasanya kepala wanita itu mau pecah. Dia benar-benar tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi saat ini. Bisa-bisanya anaknya itu mengikuti keinginan suaminya. padahal sudah tahu kalau Bimo itu kecanduan judi online.Rasanya akhir-akhir ini, kesialan sedang mengikuti langkahnya, seolah tidak mau membiarkan dia tersenyumDia juga tidak habis pikir, bagaimana wanita itu bisa mencuri surat tanah tersebut, padahal Hilya selalu mengunci pintu lemari yang berisi surat-surat penting."Kamu benar-benar keterlaluan ya.Sekarang kamu harus tanggungjawab, kamu harus bayar hutang ke mereka.""Iya Mbak, lagian Mbak itu kenapa sih, berani-beraninya memberikan surat tanah rumah ini ke mereka!Keluarga kita itu sedang corak marut dilanda musibah, Kakak malah menambah runyam keadaannya!" Vira merasa geram dengan sikap Kakaknya itu."Ampun, Ma, gimana caraku membayar hutang. Sekarang aja aku t