BAB KE : 95KEMUNCULAN FAIZ YANG MENGANDUNG ANCAMAN16+Seperti apa pun kekayaan seseorang, dia tak akan pernah lepas dari masalah. Seperti itu pula yang dialami Karta Setiawan.Usahanya memang terus berkembang, bahkan saat ini dia akan membuka pabrik yang ke lima. Kesuksesan dalam bisnis bisa membuat dia berbangga diri.Namun, kebanggaan itu tidak lagi sempurna bila ingat sikap anaknya akhir-akhir ini. Sisilia putri semata wayangnya telah berubah. Telah berani menolak apa yang dia inginkan.Resah ....Belakangan ini rasa resah itu sering mengganggu diri Karta Setiawan. Resah akan masa depan anak gadisnya.Tujuannya mengumpulkan kekayaan dengan susah payah hanya semata-mata untuk menjamin kehidupan anak cucunya kelak. Untuk kebahagiaan keturunannya. Namun, mungkinkah Sisilia akan bahagia bila berjodoh dengan orang yang tidak selevel dengan mereka? Jelas cara dan gaya hidup setiap orang itu tidak sama. Berbeda sesuai dengan status sosial masing-masing. Bagaimana akan bahagia bila sep
BAB KE : 96NAMA FAIZ DALAM PERCAKAPAN KARTA SETIAWAN DAN ZULFA ADIATMA 16+Karta Setiawan diam sejenak, kemudian dia menjawab dengan anggukkan."Kita sama-sama repot mencari dalih waktu itu. Saya tidak ingin hal tersebut terjadi lagi. Kalau sahamnya Pak Karta serahkan begitu saja pada Azral, tentu akan menimbulkan tanda tanya dikalangan kuli tinta dan komisi anti rasuah. Bisa saja itu dianggap sebagai gratifikasi atau sogokan. Aroma korupsi jelas ada di sana! Jadi sebaiknya pemindahan saham tersebut atas nama jual beli saja," terang Zulfa Adiatma panjang lebar."Ya, tidak apa-apa ... dalam waktu dekat saya akan menyerahkan uang sebesar dua miliar pada Azral. Setelah itu saya akan membuat pengumuman, bahwa sebagian saham pabrik saya yang ke empat akan dijual. Kemudian Azral bertindak dengan cepat sebagai pembeli. Ini rencana yang sangat sempurna. Karena saya akan membuka pabrik yang ke lima. Tentu orang akan mengira saya membutuhkan modal untuk membangun pabrik baru." Karta Setiawa
BAB KE : 97KECEMASAN AZRAL 16+"Ya, Faiz!" Mata Karta Setiawan menatap dalam wajah Azral. Dia ingin mengetahui apakah Azral mengenal Faiz atau tidak.Mendapat tatapan seperti itu Azral semakin salah tingkah. Walau pertanyaan Karta Setiawan perihal Faiz, dapat sedikit melegakan hatinya. Dia berpikir mungkin bukan peristiwa di gubuk yang menyebabkan Sisilia berubah, tapi karena ada orang ketiga di antara mereka. Namun, rasa was-was tetap masih bercokol di hati Azral, ditambah dengan rasa cemburu yang tiba-tiba muncul.Tadi ketika bapaknya mengalihkan pembicaraan tentang Sisilia, hati Azral mulai cemas. Walau berada bersama bapaknya dalam menghadapi papa Sisilia. Namun, kekhawatiran tetap menyelimuti hati remaja itu. Dia khawatir, Sisilia telah menceritakan apa yang terjadi di gubuk pada Kedua orang tuanya. Jika hal itu disampaikan Karta Setiawan sekarang, tentu dia merasa sangat malu sekali.Walau selama ini tidak ada perubahan dari Karta Setiawan dan Sekar Wulandari terhadap Azra
RENCANA PEMBUNUHAN FAIZ 16+Andai kata Sisilia tidak berjodoh dengan Azral, bukan masalah bagi Zulfa Adiatma. Soal cinta bagi anaknya bukan sesuatu yang rumit. Zulfa Adiatma yakin mampu untuk menasehati anaknya agar mau melupakan Sisilia. "Masalah bukan di sana, Pak! Apapun yang terjadi saya tidak akan membiarkan Sisilia berhubungan dengan Faiz. Karena Faiz ini adalah anaknya Thoriq!"Rupanya apa yang disampaikan Karta Setiawan tidak ada kaitannya dengan Azral, tapi justru kalimat yang keluar dari mulut sahabatnya itu membuat wajah Zulfa Adiatma berubah drastis. "Thoriq?!"Seketika wajah Zulfa Adiatma memucat, matanya terbelalak dengan alis hampir bertaut. Suaranya terdengar lirih ketika menyebut nama itu. Karta Setiawan hanya mengangguk ... lemah.Hening sesaat."Dari mana Pak Karta mengetahui kalau dia anaknya Thoriq, dan bagaimana hubungannya dengan Sisilia?" tanya Zulfa Adiatma pelan, setelah berapa menit mereka hanya saling diam."Saya memerintahkan salah satu anak buah saya u
BAB KE : 99BERUSAHA UNTUK TIDAK JATUH CINTA 16+Ujian akhir telah berlalu, kini tinggal menunggu pengumuman kelulusan. Masa-masa seperti ini biasanya digunakan oleh para siswa dan siswi untuk bermain. Melepaskan segala rutinitas dari belajar.Begitupun dengan Faiz dan Sisilia. Mereka tidak lagi belajar bersama, karena tidak ada lagi tugas dari guru yang harus mereka selesaikan, bahkan tidak ada pelajaran sekolah yang harus mereka bahas.Tapi bagi Faiz, belajar itu adalah kebutuhan. Disaat sekolah libur, dia menghabiskan waktu di padepokkan. Menimba ilmu dari Buya Heru.Lain lagi dengan Sisilia. Dia tetap rutin berkunjung ke rumah Faiz.Masih seperti dulu, dalam satu minggu Sisilia bisa berkunjung tiga bahkan sampai empat kali.Cuma waktu berkunjungnya saja yang berbeda. Biasanya setelah pulang sekolah Sisilia baru bertandang ke rumah Faiz, tapi saat ini terkadang belum jam sembilan pagi dia telah berada di sana. Biasanya sehabis Zuhur baru dia pulang, karena Faiz juga harus ke padep
FAIZ DAN SISILIA DIMATA-MATAI RUDI 16+Sayangnya, pertanyaan Sisilia ditanggapi dengan diam oleh Faiz. Lelaki itu seakan enggan untuk mengiak bibir. Memang Sisilia gadis yang berani, cerdas dan sedikit ceplas-ceplos, tapi menghadapi sikap Faiz yang seperti ini membuat dia juga kehilangan kata-kata.Dia seakan tidak memiliki cara untuk mengorek isi hati Faiz. Lelaki yang disukainya itu terlalu rapi dalam menjaga isi hati."Kalau aku, sih, pernah merasa senang pada seseorang. Aku rasa aku sangat mencintainya. Bahkan saking aku mencintainya, aku tidak ingin berpisah dengan dia ...." Sisilia sengaja menghentikan kata-katanya, dan melirik ke arah Faiz. Ingin tahu bagaimana reaksi cowok itu.Namun, tidak ada reaksi dari Faiz. Mulut lelaki itu masih tetap terkunci, bahkan raut wajahnya terlihat datar. Sikap Faiz ini benar-benar membuat Sisilia geregetan. Bagaimana tidak geregetan? Sisilia telah berusaha menebalkan muka untuk menceritakan isi hatinya. Namun, tanggapan Faiz sangat mengecew
KETIKA CINTA TELAH TERBUKA 16+Tawa kedua remaja itu terhenti ketika ibu Faiz datang. Faiz dan Sisilia segera bangkit untuk menyambut Tina.Tangan wanita empat puluh satu tahun itu menenteng buah kelapa. Tadi di kebun belakang dia memang sengaja memetik kelapa muda untuk Faiz dan Sisilia. Dengan meminum air kelapa muda di cuaca yang panas ini, tentu akan mendatangkan kesegaran bagi Faiz dan Sisilia, pikir Tina. Kesibukan Tina memang mengurus kebun. Walau sebenarnya kebun itu tidak perlu diurus setiap hari, sebab isinya kebanyakan tanaman tua yang tidak memerlukan perawatan kusus. Namun, Tina justru hampir tiap hari berada di kebun tersebut. Karena begitulah cara Tina dalam melawan sepi, mengisi waktu dikala Faiz tidak di rumah.Pagi tadi ketika Sisilia datang, Tina sengaja pergi ke kebun yang berada di belakang rumah mereka. Tentu saja setelah menyuguhkan minuman dan beberapa cemilan untuk teman anaknya itu.Sisilia menerima kelapa dari tangan Tina dengan gembira, senyum tidak lep
BAB KE : 102 NIAT JAHAT PARA BEDEBAH 16+Setelah mendapat laporan dari Rudi, Karta Setiawan dengan cepat menghubungi Zulfa Adiatma. Mereka sepakat untuk melakukan pertemuan secepatnya. Pertemuan itu mereka adakan di taman milik Zulfa Adiatma, cuma kali ini tanpa dihadiri oleh Azral. Namun, jumlah mereka yang bertemu di sana semakin bertambah. Karena ketiadaan Azral digantikan oleh tiga orang lelaki bertubuh kekar.Rencana telah mereka susun dengan matang. Semua telah siap untuk mengantisipasi apapun yang akan terjadi.Tiga orang sebagai eksekutor telah menyanggupi untuk melakukan tugasnya. Sementara Zulfa Adiatma dan Karta Setiawan siap untuk melindungi mereka, andai kasus ini berujung pada pengadilan.Tak ada wajah tegang dari mereka ketika menyusun rencana pembunuhan itu. Terlihat mereka begitu santai dalam berdiskusi. Mungkin nyawa orang bagi mereka adalah sesuatu yang tidak berarti demi kepentingan mereka dan kemajuan usaha mereka.Sungguh sadis ...!Begitu pula dengan papa
BAB KE : 19716+Setelah pertemuan itu, hubungan mereka pun semakin membaik, malah Dudun dan Faiz hampir tiap minggu bertandang ke rumah Sisilia. Setiap hari libur, mereka berkumpul di rumah Sisilia, ada-ada saja yang mereka lakukan untuk menuai kebahagiaan. Tidak hanya Dudun dan Faiz. Naufal dan istrinya juga suka ikut berkumpul bersama mereka. Satu hal yang paling membuat Sisilia terharu. Perhatian Naufal, Dudun dan Faiz sangat luar biasa kepada papanya. Padahal Sisilia telah mengetahui bahwa orang tua Naufal dan Dudun juga termasuk korban kejahatan papanya di masa lalu, walau hal ini masih mereka rahasiakan pada Karta Setiawan. Anak-anak dari korban pembunuhan Karta Setiawan itu malah paling senang mendorong kursi roda Karta Setiawan, bahkan mereka tidak pernah bosan melatih Karta Setiawan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi kesehatan papa Sisilia tersebut. Pertemuan demi pertemuan, telah membuat cinta mereka semakin mekar, bahkan Faiz tidak sungkan lagi menyusul S
BAB KE : 19616+Faiz merasa heran dengan perubahan sikap Dudun dan Naufal itu, padahal jelas sekali betapa besar keinginan Dudun untuk balas dendam beberapa hari yang lalu. "Kita tidak perlu lagi menuntutnya, karena Tuhan telah memberi teguran pada beliau, dan beliau telah menyesali perbuatannya," jawab Naufal. "Lalu, bagaimana dengan kamu, Dun?" Faiz mengalihkan pertanyaan pada Dudun yang sedang mengemudi. "Sebelum ke sini, kami telah membicarakan tindakan apa yang akan kami lakukan, dan inilah yang terjadi. Kalau mau detilnya, tanya saja pada Mas Naufal, apa yang dilakukan Mas Naufal tadi adalah keputusan Mas Naufal sendiri. Tapi saya mendukung, karena memang itu yang terbaik," jawab Dudun sambil melirik kaca spion dalam. Dia menatap wajah Faiz sekilas dari sana. Saat ini Faiz dan Naufal duduk berdua di bangku tengah, sedangkan Dudun sendirian di depan memegang kemudi. Rupanya sebelum menemui Sisilia, Naufal dan Dudun sempat berdiskusi. Naufal meminta Dudun untuk menjaga per
BAB KE : 195 16+Seketika dada Faiz bergemuruh, gemuruh itu bertalu dengan rasa cemas yang kembali hadir. Faiz dapat menebak apa maksud ucapan Dudun itu. Naufal pun tertegun ketika mendengar apa yang disampaikan Dudun, dia menatap Dudun sesaat, seakan sedang memikirkan sesuatu. "Oh, iya. Hampir lupa," jawab Naufal kemudian, lalu ujung matanya melirik pada Faiz.Naufal tercenung dengan raut serius, seperti ada sesuatu yang sedang dipikirkannya, kemudian dia bangkit, membuat semua yang ada di ruangan itu mengarahkan mata pada Naufal. "Kamu berdiri, Dun!" perintah Naufal pada Dudun. Dudun pun mengikuti titah kakaknya. "Dorang kursimu ke belakang!" Naufal kembali memerintah yang segera dilaksanakan Dudun. Hati Faiz semakin cemas melihat tingkah kedua kakak-beradik itu. Raut heran juga tergambar di wajah Vira, Sisilia dan Karta Setiawan. Naufal berjalan di antara celah meja dan kursi yang didorong Dudun tadi.Setelah posisinya berada antara Faiz dan adiknya, Naufal mendorong meja
BAB KE : 19416+Kemudian kalimat itu juga dapat dijadikan bamper oleh Faiz. Seandainya Naufal mengatakan akan menuntut Karta Setiawan, atas apa yang telah dia lakukan pada orang tua mereka. Faiz punya kesempatan untuk membela Karta Setiawan, tentu perasaan Sisilia akan terobati dengan pembelaan Faiz nantinya, karena Sisilia telah mengetahui isi hati Faiz berdasarkan ucapan Naufal tadi."Berarti mereka memang sehati. Sisilia juga seperti itu, dia tidak akan menikah kalau tidak dengan Faiz." Tawa Vira kembali meledak di ujung kalimatnya. "Saya tidak ada berkata seperti itu!" Cubitan Sisilia langsung mendarat di lengan Vira, yang membuat Vira meringis.Ruangan itu kembali penuh oleh suara tawa Naufal, Dudun dan Vira. Karta Setiawan juga ikut tertawa walau tawanya belum begitu jelas."Yang sehati, sebenarnya saya dengan kamu! Saya tidak nikah-nikah, kamu juga ikutan menjomblo sampai sekarang," balas Sisilia dengan mulut geregetan. Tangan Sisilia kembali bergerak untuk mencubit Vira,
BAB KE : 19316+Karta Setiawan duduk berhadapan dengan Dudun. Mereka juga dipisahkan oleh meja yang sama, dari ujung ke ujung, mungkin jaraknya sekitar satu meter.Setelah beberapa saat, Naufal mulai berbicara untuk menyampaikan apa sebenarnya tujuan dan maksud mereka datang. "Nama saya Naufal dan ini adik saya Dudun Suparman. Kami adalah keluarga Faiz." Naufal mengawali dengan memperkenalkan diri pada Sisilia dan Karta Setiawan, setelah melirik ke arah Faiz, dan memastikan bahwa Faiz telah siap mendengar apa yang akan dia sampaikan. Perkenalan Naufal hanya dijawab dengan anggukan oleh Sisilia dan Karta Setiawan. "Sebenarnya tujuan kami ke sini, memang membawa maksud tertentu yang ingin kami sampaikan, tapi ijinkan kami terlebih dulu mengucapkan terima kasih pada Sisilia yang telah bersedia merawat Faiz, walaupun pada saat itu keadaan rumah sakit sangat sibuk, tapi Sisilia bersedia menangani Faiz dengan cepat."Naufal menatap Sisilia sesaat, lalu beralih pada Vira yang ada di s
BAB KE : 19216+Meskipun Dudun seorang police yang bermental baja, tapi rasa haru juga menyeruak ke dalam hatinya menyaksikan adegan yang terjadi di depan matanya. Begitu pula dengan Naufal.Bola mata kakak-beradik itu memerah dengan kilauan seperti kaca. Mereka berusaha keras agar air yang ada di bola mata mereka tidak merembes keluar. Begitu pula dengan perawat Karta Setiawan, walau tidak mengetahui peristiwa apa sebenarnya yang terjadi, tapi melihat adegan tersebut, dia pun tidak mampu menahan tangis.Faiz masih terpaku di samping Sisilia, dia hanya menunduk tanpa berani menatap siapa pun. Sementara air matanya ikut berlinang di pipi. Entah sudah berapa kali Faiz mengusap wajah, demi mengapus air yang ada di sana. "Su-su-ruh-lah me-me-reka ma-masuk!" ucapan Karta Setiawan menyadarkan mereka semua, sehingga apa yang sedang menumpuk di pikiran mereka langsung buyar. "Eh, iya! Ayo masuk, Mas!" Vira menghadap Naufal dan Dudun. Terdengar suara Vira agak serak dalam isak, mungkin
BAB KE : 19116+Sebelumnya, jangankan untuk mengangkat tangan, untuk menggerakannya saja Karta Setiawan sudah kesulitan. Tidak hanya itu, pertemuannya dengan Faiz, juga telah membuat Karta Setiawan mampu berbicara, walaupun dengan susah payah dan terbata-bata, serta perlu waktu yang cukup lama untuk menyampaikan sepotong kalimat, tapi apa yang disampaikannya dapat dimengerti. Wajar, jika hal itu merupakan sesuatu yang sangat menggembirakan bagi Vira, bahkan dia menganggap kejadian ini adalah sebuah keajaiban. "Papa ...! Heiiiyyy, apa yang kalian lakukan pada papa saya?!"Sebuah bentakan mengejutkan mereka yang ada di halaman. Perawat, Vira, Dudun dan Naufal serentak menoleh ke sumber suara tersebut. Faiz melepaskan pelukannya dari Karta Setiawan, kemudian ikut menoleh ke arah Sisilia yang telah berada di depan pintu. Dengan susah payah Karta Setiawan juga memalingkan mukanya ke arah Sisilia. "Naak-nak!" cukup keras suara yang keluar dari mulut Karta Setiawan memanggil anaknya
BAB KE : 19016+"Saya baik-baik aja Faiz .... " Vira menjawab pertanyaan Faiz setelah mereka berhadapan. "Eh, ya. Sampai lupa! Ayo masuk!" lanjut Vira ketika matanya menoleh pada Naufal dan Dudun. Vira sedikit kikuk menatap ke dua lelaki yang ada di depannya. Dia merasa malu karena belum sempat menyapa atau sekedar mengangguk pada dua lelaki yang posisinya jauh lebih dekat dengannya.Karena keterkejutannya ketika melihat Faiz, membuat Vira mengabaikan kedua lelaki tersebut. "Kenalkan. Saya Naufal dan ini Dudun, adik saya. Kami masih saudaranya Faiz." Sebelum melangkahkan kaki, Naufal memperkenalkan dirinya dan Dudun. "Saya Vira," jawab Vira sambil merangkapkan kedua tangan di depan dada dengan sedikit menundukan kepala tanda hormat, kemudian matanya kembali melirik pada Faiz. "Kalau Faiz, tidak perlu saya perkenalkan lagi, kan?" Senyum lepas dari bibir Naufal sambil ikut melirik ke arah Faiz. Dudun juga ikut tersenyum, hanya wajah Faiz saja yang masih terlihat agak tegang, b
BAB KE : 18916+Sejak kedatangan Vira, hampir setiap hari terdengar gelak tawa dari dalam rumah tersebut. Bahkan hampir saban hari mereka pergi jalan-jalan untuk menikmati indahnya Ibu Kota. Setiap pergi jalan-jalan, Sisilia selalu membawa semua orang yang bekerja di rumahnya, Disamping untuk berbagi kebahagiaan, tenaga mereka juga bermanfaat untuk memindahkan Karta Setiawan dari kursi roda ke dalam mobil, begitu pula sebaliknya. Ketika Sisilia menceritakan pertemuannya dengan Faiz pada Vira, tentu saja hal tersebut membuat Vira sangat terkejut, yang bahkan membuat dia sulit mempercayainya. Vira tidak pernah menyangka, Sisilia akan bertemu lagi dengan Faiz yang telah sekian lama menghilang, tapi itulah kekuasaan Tuhan, apa-apa yang tidak kita sangka, bisa saja menjadi kenyataan. Akhirnya Sisilia berkonsultasi dengan Vira tentang banyak hal, terutama tentang Faiz dan rasa yang ada di hatinya. Sisilia dan Vira adalah dua orang sahabat yang sama-sama berhasil menggapai impianny