Share

Awal permainan

Author: Atiexbhawell
last update Last Updated: 2023-09-28 22:09:32

Hari menjelang malam kala Suci melangkahkan kakinya keluar dari salah satu cabang resroran milik Bara. Dengan raut kesal ia kembali ke dalam mobil dan mentutup pintunya keras.

"Aarrrrgggghhhttttt!!" teriaknya frustasi sembari memukul setir kemudi.

"Bara, kamu di mana?" lirihnya berbarengan dengan air mata yang mengalir dari kedua netranya.

Ia menghela nafas besar berkali-kali demi untuk menghalau sesak mengingat sang suami yang sudah hampir satu minggu ini menghilang bak ditelan bumi.

Satu persatu cabang restoran milik suaminya ia datangi, namun hasilnya nihil. Semua karyawan kepercayaan tak ada satupun mengetahui keberadaan sang bos. Teman dekat dan sanak saudara yang ia kenal pun tak luput dari penelusurannya. Dan hasilnya masih sama, tak ada satupun mengetahui keberadaan Bara.

Lama ia larut dalam pikirannya tentang keberadaan sang suami, dering ponsel dalam tasnya mengalihkan perhatian. Ia menyeka kasar air mata yang masih membasahi pipinya, lantas merogoh ponsel dari dalam tas. Terpampang nama asisten rumah tangganya di layar ponsel.

"Halo, Bik! Kenapa?" tanyanya begitu panggilan ia jawab.

"Halo, Non. Apa sudah jalan pulang? Ini ditunggu Nyonya besar di rumah." tanya seorang wanita yang dipanggil Bibik oleh Suci itu.

"Nyonya besar? Mama?" tanya Suci lagi.

"Bukan, tapi Nyonya Wartini!" jawab wanita itu lagi.

Suci sedikit terkejut dengan jawaban pembantunya itu. Pasalnya, selama menjadi istri Bara, tak sekalipun mertuanya itu datang ke kediamannya. Dikarenakan hubungan keduanya yang memang tak baik.

"Oke, sebentar lagi saya sampai!" jawab Suci kemudian mengakhiri panggilan.

Ia gegas meninggalkan area parkir restoran dan melaju membelah jalanan menuju kediamannya selama ini.

Tak butuh waktu lama, kurang dari 20 menit Suci sudah sampai di rumah mewahnya.

"Bunda!" ucapnya pada Ibunda Bara saat kakinya melangkah menuju ruang keluarga dimana sang mertua terlihat tengah bermain dengan Sofia, putrinya.

Menyadari kedatangan sang menantu, Wartini lantas meminta pengasuh cucunya itu untuk membawa Sofia ke kamar.

"Sus, tolong bawa Sofia ke kamar, ya! Saya ada perlu sama Maminya!" ujar Wartini. Lantas Sofia bersama pengasuhnya berlalu menuju kamar.

"Ada perlu apa Bunda kemari?" tanya Suci saat Sofia sudah menghilang di balik pintu kamar.

Wartini tak langsung menjawab, ia mengambil sebuah map berwarna hijau dari dalam tasnya kemudian melangkah mendekati sang menantu yang masih berdiri di tempat.

"Oke langsung saja! Baca dan pahami baik-baik surat ini." Wartini menyerahkan map itu pada Suci dengan tatapan tajamnya.

Suci segera meraihnya dan membaca surat yang berada di dalam map tersebut. Sontak matanya melebar sempurna dengan mulut menganga tak percaya. Lantas ia menatap map itu dan Wartini secara bergantian.

"Ce-cerai! Gak, gak mungkin! Ini pasti akal-akalan Bunda saja, iya, kan?" teriak Suci histeris. Tubuhnya luruh ke sofa yang berada di sampingnya, air mata mengalir tanpa dikomando.

Wartini menyunggingkan senyum miring melihat ekspresi Suci. Ia dengan santai melangkah kemudian menjatuhkan bobot di sofa panjang seberang tempat Suci.

"Jika masih tak percaya, kau hubungi saja suamimu!" ucapnya tenang.

Suci segera merogoh ponsel dalam tasnya dan menekan nomor suaminya. Tak sesulit kemarin-kemarin, kini begitu berdering segera dijawab oleh Bara.

"Bagaimana? Sudah baca dan pahami bukan isi suratnya?" tanya Bara santai sembari terkekeh pelan.

"Gak! Kamu gak bisa berbuat seenaknya begini padaku, Bara!" Suci meradang mendengar kekehan Bara.

"Kenapa tak bisa? Sedangkan kamu saja bisa berlaku sesukamu, kau belum lupa, kan, apa yang sudah kamu lakukan terhadapku Aulia Suci Wijaya?" hardiknya pelan namun menusuk.

"Berengs*k! Kalau berani pulanglah, jangan jadi pengecut dengan bersembunyi, Bara!" ejek Suci kesal.

"Tenanglah, besok aku pasti pulang dan aku akan membawa kejutan baru untukmu. Jadi, persiapkan jantungmu, Suci!" ucap Bara lagi. Tanpa menunggu reaksi Suci ia lantas mengakhiri panggilan dan segera memblokir kontak Suci, membuat Suci semakin berang dengan ulah Bara.

"Bara! Berengs*k kamu! Bara!" jerit Suci kalap lantas melempar ponsel ke sembarang arah.

Wartini yang melihat tontonan menarik ini tersenyum simpul. Ia menaikkan satu kaki ke atas satu kaki lainnya dan melipat tangan di dada angkuh.

"Bunda sembunyikan dimana Bara!" hardik Suci dengan kilatan kemarahan yang jelas dari sorot matanya.

"Siapa yang istrinya? Harusnya kamu lebih tahu di mana suamimu!" jawabnya dengan senyum licik. Bahkan, Wartini pun tak tahu dimana putra tunggalnya itu.

"Sudah jelas bukan siapa yang tak becus disini? Itulah jika suami hasil dari mengambil milik orang lain, maka harus bersiap dicampakkan." ejek Wartini dengan senyum miring melihat Suci hanya terdiam.

"Cepat tanda tangan! Aku tak punya banyak waktu meladeni wanita licik sepertimu!" lanjutnya seraya bangkit berdiri.

"Gak! Sampai kapanpun aku gak akan bercerai dari Bara! Aku gak akan tanda tangan, jangan harap Bunda bisa memisahkan aku dari Bara!" jawab Suci tak mau kalah. Ia lantas merobek surat gugatan cerai itu dan membuangnya ke lantai.

Wartini tertawa pongah melihat reaksi Suci yang dia nilai bod*h itu. Ia melangkah pelan dengan menatap tajam mata Suci. Tepat di hadapan Suci ia berhenti dan tersenyum mengejek.

"Dengan atau tanpa tanda tanganmu, gugatan itu akan tetap naik ke pengadilan! Jadi,  persiapkan kalimat yang tepat untuk menyanggah semua bukti yang Bara dapatkan!" ucapnya tepat di depan wajah Suci yang memerah diliputi amarah. Setelahnya ia melangkah dengan elegan dan senyum mengembang meninggalkan kediaman menantu arogannya itu.

"Arrrggghhhtttt!! Berengs*k! Bara!!" jeritnya semakin terpuruk. Tubuhnya luruh ke lantai dan menangis tergugu.

"Bangs*t!" 

Dia terus mengumpat dalam keterpurukan, hingga tak ia sadari bahwa keterpurukannya adalah sebuah kemenangan untuk Bara dan Kanaya.

☘☘☘

Kanaya dan Bara saling melempar senyum kepuasan melihat langsung keterpurukan Suci melalui panggilan video ke nomor pembantunya.

"Awal yang bagus bukan?" ucap Bara dengan senyum mengembang. Kanaya mengangguk pasti dengan senyum  tak kalah lebar.

"Pastikan, hasil tes DNA itu besok sampai ke tangan kita!" ucap Kanaya memastikan.

"Tak perlu khawatir, Sayang. Semua pasti berjalan sesuai rencana, jikapun  meleset kita bisa pakai rencana cadangan, bukan?" jawab Bara.

"Iya, tapi aku hanya tak ingin apa yang sudah kita susun secara matang tak terealisasi dengan baik." sanggah Kanaya.

"Tenang, Sayang! Kita main pelan-pelan saja tak perlu terburu-buru. Bukankah akan lebih menyenangkan jika melihat mereka hancur secara perlahan?" ucap Bara lagi dengan senyum simpul sembari menaik-turunkan kedua alisnya.

Kanaya mencebik dengan senyum tertahan, setuju dengan apa yang di katakan Bara. Akan sangat menarik jika kejutan untuk mereka diberikan satu persatu, supaya lebih terasa kepuasannya.

Suci kian tergugu dengan isak tangis yang kian menyayat hati. Sedikit banyak ia menyadari kesalahannya yang sudah mempermainkan janjinya pada Bara diawal pernikahan. Tapi, egonya menolak dan terus menyalahkan Kanaya untuk kekalahannya. Suci pantang untuk dikalahkan.

Ia meraih ponsel yang tergeletak di lantai kemudian menekan nomor anak buahnya.

"Halo, Bu!" jawab anak buahnya di seberang sana. 

"Riko, di mana Kanaya sekarang? Apa sedang bersama Bara?" tanya Suci menggebu.

"Tidak, Bu! Bu Kanaya sekarang berada di rumahnya, sejak pulang dari kafe tadi siang beliau tidak kemana-mana juga tak terlihat Pak Bara berada di sini." jelas Riko yang tentu saja berbohong.

"Si*lan!  Apa sehari ini hanya itu saja kegiatan Kanaya?" 

"Benar, Bu! Bahkan saya masih berada di sekitar rumah Bu Kanaya sekarang, apa Ibu perlu fotonya? Atau saya alihkan jadi panggilan video saja supaya Ibu Suci bisa melihat secara langsung!" tawar Riko.

Suci mendesah kesal, "Tak perlu! Terus awasi setiap pergerakan Kanaya!" titahnya, kemudian ia matikan panggilan sepihak.

Ia berjalan gontai menuju kamarnya di lantai atas, bahkan tak ada sedikitpun niat hatinya menghampiri sang putri di kamarnya. Tenaga dan pikirannya habis terkuras hanya untuk memikirkan Bara, tak ada yang lain.

Sementara itu di kediaman mewah keluarga Aryo Wijaya juga tengah terjadi perdebatan cukup sengit antar penghuninya. Siapa lagi jika bukan Aryo, Ratna dan juga Arkan yang sengaja memperkeruh keadaan.

"Ayolah, Pa! Arkan gak mau kerja kantoran! Terlalu terikat oleh peraturan dan Arkan tak suka itu!" keukeh Arkan membantah Aryo lagi.

"Arkan!" bentak Aryo untuk kesekian kalinya. Namun, Arkan seperti enggan menanggapi.

"Pa, sudahlah! Jika memang Arkan tak berminat, biarlah Suci yang menggantikan. Ingat, anak kita bukan hanya Arkan, tapi juga ada Suci yang jelas lebih kompeten untuk memimpin perusahaan." bujuk Ratna sembari mengusap lengan Aryo yang sudah diliputi amarah terhadap putra sulungnya itu.

Arkan mencebik mendengar ucapan yang keluar dari mulut Ratna. Ingin rasanya ia menampar mulut wanita serakah itu, tapi sebisa mungkin ia kontrol emosinya agar supaya tak terbongkar kedoknya.

"Benar itu, Pa! Suci lebih pantas menggantikan Papa ketimbang Arkan!" dukung Arkan meyakinkan.

Aryo meraup wajahnya frustasi, menghela nafas besar berulang kali.

"Lagian, Suci ada Bara yang memiliki hak yang sama menggantikan Om Satya, karena ahli waris Om Satya hanya Bara, kan?" lanjut Arkan lagi.

"Masalahnya bukan hanya itu, Arkan! Papa sangat berharap kamu bisa memimpin perusahaan yang sudah susah payah Papa  am-" 

"Papa!" bentak Ratna saat menyadari suaminya hendak keceplosan bicara pada Arkan.

Senyum samar terbit dari bibir Arkan menyadari Papa kandungnya keceplosan bicara. Arkan sudah tahu semuanya bahwa perusahaan itu sejatinya milik sang Ibunda, Rinjani bersama Satya, ayah Bara. Karena Ibundanya bersahabat baik dengan Ibunda Bara. 

"Oke baiklah! Jika itu keputusanmu! Papa akan ijinkan kamu menetap di Jerman! Papa harap kamu bisa pegang ucapan kamu yang tak ingin ikut campur dalam urusan perusahaan. Perusahaan akan Papa berikan sepenuhnya pada Suci dan Bara!" putus Aryo mantap menatap Arkan yang justru tersenyum senang.

Begitupun Ratna, senyumnya mengembang seketika mendengar keputusan Aryo. Tanpa, ia sadari inilah awal dari kehancuran Ratna dan Suci juga untuk Aryo Wijaya.

"Oke baiklah! Arkan janji gak akan ikut campur urusan perusahaan. Tapi, Arkan akan pasang badan jika terjadi kecurangan yang sengaja di lakukan oleh oknum yang bersangkutan." tegas Arkan membuat senyum Ratna sirna sudah.

"Apa maksudmu?" tanya Ratna bingung.

Arkan tersenyum simpul dan melangkah mendekati Aryo Wijaya yang masih berdiri dengan nafas memburu.

"Bebaskan Ibu Rinjani atau aku hancurkan perusahaan Papa, aku tahu Papa punya seorang putri yang sengaja Papa buang demi mendapatkan harta Ibu Rinjani!" bisiknya tepat di telinga Aryo membuatnya menegang seketika. Wajahnya pucat pasi mendengar nama Rinjani disebutkan oleh Arkan.

Ia menatap Arkan dengan tatapan yang sulit dijelaskan, sedangkan Ratna menatap suami dan Arkan bergantian dengan tatapan bingung.

"Arkan, apa maksudmu?" tanya  Ratna bingung.

"Mama, tak lupa, kan, perjanjian kita?" ucap Arkan santai. Dalam hati ia merasa puas membuat Aryo dalam posisi sulit.

"Perjanjian? Perjanjian apa, Ma?" tanya Aryo mengalihkan perhatian. Ratna gelagapan dengan pertanyaan suaminya, tak menyangka Arkan akan menyinggung perjanjian mereka di hadapan Aryo.

"Si*lan anak itu!" unpatnya dalam hati.

"Bukan apa-apa, Pa! Mama, hanya berjanji akan membelikan apartemen untuk Arkan di Jerman, biar dia lebih mandiri dan gak harus sewa gitu!" Jawabnya gugup. Arkan tersenyum sinis mendapat pelototan mata Ratna.

"Benar, Arkan?" tanya Aryo. Dalam  hati Aryo berpikir kembali sebaiknya memang Arkan tinggal di luar negeri saja apalagi Arkan sudah mengetahui rahasia tentang anak yang ia buang dulu.

"Benar, Pa! Dan juga Arkan perlu mobil untuk transportasi kemana-mana. Susah kalau pakai transportasi umum." jawabnya cuek.

"Baiklah! Kapan kamu akan berangkat?" tanya Aryo.

"Minggu ini, soalnya ada kompetisi game besar di sana. Lumayan hadiahnya 10 juta dolar!" jawabnya santai sembari menjatuhkan bobot di sofa.

"Baik, kalau gitu besok Papa transfer uangnya ke rekening kamu. Berangkatlah dan kejarlah apa yang jadi mimpimu! Baik-baik di sana!" pesan Aryo mulai melunak.

"Tentu, Pa! Jangan lupa transfer!" peringat Arkan.

"Berapa kamu butuhkan?" tanya Aryo lagi.

"1 M!" jawabnya setenang mungkin.

"HAH!" pekik Ratna terkejut dengan nominal yang diminta Arkan sedangkan Arkan cuek-cuek saja.

"Kenapa, Ma? Mama keberatan? Kan, beli apartemen sama mobil di sana gak murah, Ma! Malah itu aja masih kurang  loh!" sahut Arkan cepat membuat Ratna mencebik.

"Baiklah, besok kamu ikut Papa ke Bank! Karena kalau tranfer gak bisa segitu banyak! Paling bisa 3 atau 4 kali tranfer sisanya tarik tunai saja!"  putus Aryo sebelum Ratna membuka mulut untuk protes.

Arkan mengangguk setuju, senyum simpul ia ukir di bibirnya.

"Satu kejutan untukmu, Mama tiri! Kamu pikir akan bisa menguasai harta Mama Rinjani? Tidak akan bisa! Tapi, selamat mencoba dan aku pastikan anda akan gagal!" ucapnya dalam hati.

🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀

Related chapters

  • KANAYA (ANTARA AKU, KAMU DAN SUAMIMU)   Rinjani

    [Kak, rencana kita berjalan lancar][3 hari lagi jalankan rencana berikutnya] Kanaya tersenyum simpul membaca pesan yang dikirimkan Arkan padanya. [Baik, jangan lupa tanda tangan Aryo harus kamu dapatkan]Pesan balasan ia kirimkan secepatnya. Dan segera centang biru oleh Arkan.[Tenanglah, aku bahkan sudah nendapatkan tanda tangan berikut uang 1 M] [Nanti siang kita ketemu di tempat biasa]Kanaya menggeleng tak percaya sejauh itu Arkan melangkah. Tapi, ada bagusnya juga Arkan mendapat uang itu, setidaknya dia tak harus bergantung pada uang Bara dan Bundanya.Kanaya segera menghubungi Bara dan mengabarkan perihal ini. Mereka sepakat utuk menyusun rencana berikutnya.Usai bertukar kabar, Kanya bersiap untuk pergi ke suatu tempat yang selalu ia kunjungi setiap 3hari sekali.Sembari bersiap ia memesan taksi online dan juga mengirim pesan pada Riko memberitahukan agenda kepergiannya hari ini. Agar Riko bisa membuat sandiwara pada Suci, sehingga Suci tak berulah yang akan menggagalkan re

    Last Updated : 2023-09-28
  • KANAYA (ANTARA AKU, KAMU DAN SUAMIMU)   Pilihan sulit

    Di sebuah restoran mewah bernuansa hijau dengan konsep outdoor itu, terlihat Suci tengah berbincang serius dengan dua orang paruh baya, Ratna dan Dewa."Ma, aku harus gimana sekarang?" lirihnya sembari meremas rambutnya frustasi. Ratna mengusap pelan punggung putri kesayangannya itu.Baru saja Suci menceritakan perihal gugatan cerai yang Bara berikan untuknya kepada Ratna dan Dewa, ayah kandungnya."Satu masalah belum selesai, justru tambah lagi dengan masalah lain. Gimana ini?" ungkap Ratna ikut terlihat panik."Aku curiga, salah satu orang kepercayaan kita berkhianat!" ujar Dewa mencoba tenang."Tapi siapa kira-kira, Pa!" gumam Suci."Entahlah, bahkan orang-orang kantor sudah mulai berkasak-kusuk mengenai legalitas nama pemilik perusahaan. Ruang gerak kita semakin sempit dengan kembali masuknya Wartini sebagai pemegang saham mayoritas dari ANGKASAJAYA grub. Itu semakin menekan posisi kita. Bisa-bisa perusahaan akan bangkrut dan jatuh ke tangan PT. ANGKASA." tambah Dewa meraup wajahn

    Last Updated : 2023-09-28
  • KANAYA (ANTARA AKU, KAMU DAN SUAMIMU)   Bunuh diri

    "Arrrgghtt!!!" Jerit Suci untuk yang kesekian kalinya, ia melampiaskan seluruh amarahnya pada apa saja yang ia temui di kamarnya. Bantal, guling, tas, vas bunga sampai meja riasnya tak luput dari amukan wanita berambut panjang itu. Kondisi kamar yang sudah layaknya kapal pecah dengan semua barang berhamburan di lantai. Tubuhnya merosot ke lantai, ia tergugu dalam penyesalan dan amarah yang tak bisa lagi ia kendalikan. Jika saja ia tak mempermainkan janjinya pada Bara, mungkin sekarang dia masih bisa mendekap Bara dalam pelukannya. Meski, ia hanya mendapatkan raganya saja, tidak dengan hati dan cintanya. Tapi, setidaknya dia masih bisa bersama sebagai pasangan suami istri dan keluarga utuh.Cinta yang begitu membara, membutakan akal sehatnya hingga ia turut berambisi memiliki Bara seutuhnya. Namun, semakin ia genggam, Bara semakin jauh. Perlahan demi perlahan, Bara tak lagi mampu ia jangkau akibat dari ulahnya sendiri yang terlalu kemaruk dan ambisius.Air mata kian deras mengalir s

    Last Updated : 2023-10-02
  • KANAYA (ANTARA AKU, KAMU DAN SUAMIMU)   Rinjani kembali

    Bara dan sang Bunda kini tengah berada di perjalanan menuju vila dimana akan diadakan perayaan ulang tahun Rinjani."Jadi apa, ANGKASAJAYA sudah berantakan, Bund?" tanya Bara memecah keheningan."Tentu! Bunda rasa, dalam waktu dekat ini Dewa dan antek-anteknya kalang kabut mencari investor yang mau membeli saham ANGKASAJAYA secara ilegal dan tanpa sepengetahuan Aryo." jawab Wartini sembari menatap lurus pada jalanan."Sudah ada tebakan calon kandidatnya, kah?""Bunda rasa, jika tidak pada INDOKARYA ya pasti Bank Central. Tapi, kemungkinan lebih besarnya ke INDOKARYA. Kau tentu paham akan alasannya, bukan?" ucap Wartini menoleh sekilas pada putra tunggalnya itu."Ya dan Bara punya ide untuk hal itu." jawab Bara menampilkan senyum liciknya."Bunda selalu percaya pada rencana yang kalian buat! Itu sangat menganggumkan!" dukung Wartini sembari turut tersenyum simpul.Keduanya lantas terlibat obrolan layaknya teman, tanpa terasa mereka sudah memasuki kawasan vila milik keluarga Rinjani."B

    Last Updated : 2023-10-03
  • KANAYA (ANTARA AKU, KAMU DAN SUAMIMU)   Pelakor teriak pelakor

    Brak!"Apa ini?!" Dewa menggebrak meja dan membanting map berwarna kuning itu kasar ke atas meja kerjanya. Dengan amarah yang meluap ia bangkit berdiri dan berkacak pinggang di hadapan Sekar, sekretarisnya dan Marsya, manager keuangan kepercayaannya.Sekar menunduk untuk menutupi senyum tipis yang terulas di bibirnya."Bajing*n! Berengs*k! Bukankah mereka memberi waktu sampai akhir minggu ini?" desisnya emosi."Benar, Pak! Tapi, sudah ada beberapa perusahaan yang mengajukan value untuk melepas saham mereka pada PT. ANGKASA. Hingga hari ini, saham yang dimiliki PT. ANGKASA meningkat menjadi 30, 19% dan kemungkinan akan meningkat lebih banyak lagi jika kita tidak segera mengambil tindakan." jelas Marsya menekankan.Dewa frustasi, jika sampai kabar ini sampai ke telinga Aryo, maka sudah dapat dipastikan ia akan membusuk di penjara."Sial*n! Sekar, buatkan janji dengan Mukti Prakoso INDOKARYA siang ini juga, karena cuma dia yang mau membeli saham kita." titah Dewa.Sekar segera berlalu d

    Last Updated : 2023-10-04
  • KANAYA (ANTARA AKU, KAMU DAN SUAMIMU)   Kenyataan lain

    "Bik, apa Bara pulang ke sini kemarin?" tanya Suci lemah begitu ia menginjakkan kakinya kembali di rumah yang selama 3 tahun ini ia tempati dengan Bara."Iya, Non. Den Bara pulang dan tidak kemana-mana selama 2 hari ini. Tapi, tadi pagi pergi ada meeting gitu." jelas Bik Isah.Suci menghela nafas besar, kemudian ia melangkah menuju kamarnya di lantai 2. Kini kondisi kamar sudah pulih kembali, meski beberapa barang hancur akibat ulahnya. Termasuk beberapa parfum mahal dan kaca meja riasnya pun terbelah jadi 2 bagian.Kembali ia tersenyum getir mengingat kebodohannya sendiri.Ia melangkah keluar menuju kamar Bara yang terletak di seberang kamarnya. Namun, terkunci. Ia mendesah kesal, kemudian ia memutuskan untuk kembali ke kamarnya.Kembali ia memutar otaknya untuk bisa keluar dari masalah pelik yang menjeratnya ini. Cinta dan obsesinya memiliki Bara nyatanya menghancurkan segalanya. Segala rencana yang telah lama disusun oleh orang tuanya terancam berantakan dan kehancuran kian dekat d

    Last Updated : 2023-10-06
  • KANAYA (ANTARA AKU, KAMU DAN SUAMIMU)   Senjata makan tuan

    "Surat balik nama seluruh aset PT. PURAJAYA menjadi nama Aryo Wijaya. Tapi anehnya, disana tertulis nama Arkan sebagai pemberi kuasa." jelas Kanaya membuat Rinjani menggelengkan kepala pelan."Jadi, Aryo berhasil menguasai PURAJAYA?" gumam Rinjani lirih."Naya rasa belum, Ma. Karena Arkan tidak pernah menandatangani surat kuasa itu. Bahkan, kini justru Arkan yang telah mendapat tanda tangan Aryo untuk balik nama aset PT. ANGKASAJAYA. Memang belum diproses karena Arkan harus kucing-kucingan dulu dengan Aryo. Malam ini, Arkan sampai ke Indonesia lagi dan kemungkinan besok atau lusa baru surat itu akan kita bawa ke Pak Wahono.""Wahono?" tanya Rinjani meminta penjelasan karena nama itu asing baginya."Pak Wahono pengacara keluarga kita, Ma. Anak sulung dari Pak Marko, beliau yang menggantikan Pak Marko mengangani seluruh urusan keluarga Sutedja." jelas Naya lagi."Memang ke mana Pak Marko?" "Pak Marko sudah meninggal hampir 10 tahun yang lalu, Ma. Menurut Arkan, Pak Marko meninggal lant

    Last Updated : 2023-10-07
  • KANAYA (ANTARA AKU, KAMU DAN SUAMIMU)   Amarah Aryo

    PlakplakplakTamparan demi tamparan penuh emosi mendarat tepat di pipi Suci oleh Aryo Wijaya. Suci tersungkur, darah segar mengalir di sudut bibir dan hidungnya. Aryo gelap mata, kembali ia menjambak rambut panjang Suci yang sudah acak-acakan hingga Suci mendongak."Kau! Anak tak tahu diuntung! Setelah apa yang kau inginkan kami penuhi, kini kau lempar kotoran ke wajah kami, HAH!" lagi, tamparan keras dari Aryo mendarat di wajahnya. Suci menangis tergugu, gemetar tubuhnya melihat kemarahan Aryo. Ia sempat menghindar dan berniat melarikan diri. Namun, anak buah Aryo lebih cepat bertindak, hingga ia dibawa dengan paksa ke hadapan Aryo.Ratna hanya menangis tergugu melihat putrinya diperlakukan demikian oleh Aryo. Ia tak dapat berbuat apa-apa lagi, karena ia pun takut jika Aryo sudah diliputi emosi demikian."Apa maumu sekarang?" tanya Aryo yang masih terengah-engah menetralkan gejolak emosi di dadanya."Pa ... ampuni Suci, Pa!" lirihnya masih tersungkur tanpa ada satupun yang bernia

    Last Updated : 2023-10-08

Latest chapter

  • KANAYA (ANTARA AKU, KAMU DAN SUAMIMU)   Ending

    Dua bulan kemudian. . ."Selamat ya, Nay! Akhirnya, sah!" ungkap Kema sembari memeluk sahabat baiknya itu.Pernikahan impian itu akhirnya digelar dengan sangat mewah. Ribuan tamu undangan hadir untuk menjadi saksi atas pernikahan kedua pasang pengusaha ternama itu. Ratusan wartawan saling berdesakan untuk meliput momen sakral itu.Kanaya tampil luar biasa cantik dan anggun dengan balutan gaun mewah rancangan designer ternama tanah air. Bersanding dengan sang suami yang nampak begitu bahagia dengan senyum merekah sepanjang acara berlangsung.Rinjani, Wartini dan orang-orang yang mengasihi mereka tampak begitu bahagia. Bik Rum terlihat meneteskan air mata sepanjang acara berlangsung. Ia terharu dan bahagia melihat Kanaya yang ia rawat sedari bayi merah kini berbahagia bak putri raja di singgasananya.Berbagai media menayangkan perhelatan mewah ini secara live. Membuat jutaan orang berdecak kagum dengan kemewahan pernikahan sepasang pengusaha itu.Begitu pun dengan Suci yang hanya mampu

  • KANAYA (ANTARA AKU, KAMU DAN SUAMIMU)   Menemui Suci

    "Astaghfirullahalazim. ." lirih Bara dan Kanaya bersamaan setelah mendengar cerita tentang Suci dari mulut Ujang."Kondisinya kian hari kian memprihatinkan, tapi Neng Suci benar-benar tidak mau kami menghubungi keluargnya. Sedangkan untuk membawanya kembali ke rumah sakit, kami tidak lagi memiliki uang, Pak." lanjut Ujang jujur."Semua tabungan Emak telah habis untuk biaya rumah sakit kala Neng Suci koma hampir 2 minggu lamanya." lanjutnya dengan mata menerawang jauh ke depan. Lantas Ujang menghela nafas besar."Kami menghubungi Bapak bukan bermaksud untuk mengusir Neng Suci dari rumah ataupun keberatan mengurusnya yang dalam kondisi demikian, Pak. Tapi jujur, saya dan Emak sangat berharap Neng Suci bisa mendapatkan perawatan yang layak di rumah sakit supaya bisa kembali sembuh seperti semula." ucapnya sangat tulus dari hati.Bara dan Kanaya saling beradu pandang, terlihat jelas sorot iba dari mata Kanaya sedangkan Bara biasa saja."Apa kami boleh melihatnya, Kang?" mohon Kanaya."Ten

  • KANAYA (ANTARA AKU, KAMU DAN SUAMIMU)   Telepon dari Ujang

    Sore ini, Bara dan Kanaya menghabiskan waktu bersama dengan Sofia di sebuah taman dekat tempat tinggalnya. Mereka bercanda dan tertawa, bermain kejar-kejaran dan gelembung membuat Sofia tertawa lepas. Siapapun yang melihatnya pasti akan mengira mereka adalah keluarga yang harmonis dan bahagia.Setelah lelah bermain, Kanaya mengajak Sofia membeli aneka jajanan yang dijajakan di pinggir taman. "Yank, gimana kalau pernikahan kita di percepat?" ujar Bara saat Kanaya kembali menghenyakkan tubuhnya di samping Bara."Sayang, kan kita udah bahas ini waktu itu!" jawab Kanaya sembari menoleh ke arahnya."2 bulan itu bukan waktu yang lama, Yank. Kita juga perlu mempersiapkan banyak hal, kan? Belum inilah, itulah dan perintilan-perintilan lainnya." jelas Kanaya lagi.Setelah semua keadaan yang menguras pikiran dan emosi selesai, mereka sepakat untuk melangsungkan pernikahan impian mereka 2 bulan lagi. Bahkan, lamaran sekaligus pertunangan mereka berlangsung 2 minggu yang lalu di sebuah hotel mew

  • KANAYA (ANTARA AKU, KAMU DAN SUAMIMU)   Keberadaan Suci

    Peliknya persidangan yang digelar di pengadilan negeri membuat Kanaya meradang. Emosinya meluap mendengar segala kebenaran yang akhirnya terungkap satu persatu. Tak kalah meradang dengan sang putri, Rinjani pun demikian emosi dibuatnya. Kebenaran akan kematian Ayahnyalah yang paling menguras emosinya. Ratna, Aryo dan Dewa mendapat tuntutan pasal berlapis dan sudah dapat dipastikan hukuman yang akan mereka terima tak sebentar. Ratna menangis meraung akan tuntutan hukum yang menjeratnya. Sedangkan Aryo dan Dewa hanya mampu menunduk dalam.Beberapa orang lagi yang terlibat dalam kasus Ratna dan Dewa telah dijatuhi hukuman 2 tahun penjara karena sudah menikmati hasil kecurangan Dewa dari purusahaan ANGKASAJAYA. Wartini dengan cepat meminta pengacaranya untuk menuntut hukuman mati untuk ketiga tersangka utama itu. Namun, Rinjani justru meminta hukuman seumur hidup.Alasannya terlalu enak jika mereka langsung mati tanpa merasakan penderitaan lebih dulu. Jika hukuman seumur hidup, itu art

  • KANAYA (ANTARA AKU, KAMU DAN SUAMIMU)   pov Kanaya

    Hening menyelimuti perjalanan kami menuju rumahku. Ya, untuk sementara waktu kami akan tinggal sementara di rumah yang selama ini aku tempati sampai rumah Mama selesai direnovasi. Bukan renovasi total, hanya renovasi di beberapa bagian dan sedikit merubah desain interiornya saja. Juga mengganti warna cat dan mengganti perabotan di dalamnya, untuk menghilangkan jejak Ratna dan Aryo di sana.Tak sampai 30 menit kami sudah sampai di rumah sederhana ini. Rumah ini 10x lebih kecil di banding rumah Mama, tapi sangat nyaman buatku. Karena rumah ini adalah hasil jerih payahku sendiri, murni tanpa bantuan dari siapapun termasuk Bik Rum."Yuk, Ma!" Ajakku lantas bergegas membuka pintu mobil dan segera turun. Tak lama terdengar dentuman pintu mobil dari arah belakang dan kemudi.Segera aku melangkah membuka pintu rumah yang sudah 3 hari ini aku tinggalkan. "Maaf, ya, Ma, rumahnya kecil," ungkapku setelah kami masuk ke dalam. Mama menatapku dengan pandangan yang, entahlah."Mama bangga padamu, N

  • KANAYA (ANTARA AKU, KAMU DAN SUAMIMU)   Suci lagi

    "Mau apa lagi?" hardik Kanaya dengan bersedekap dada menatap Suci yang membelakanginya.Suci berbalik dan mendapati Kanaya dengan raut wajah tak bersahabat."Nay, aku mohon kembalikan Sofia!" pintanya memelas. Kanaya sedikit tertegun dengan perubahan Suci padanya. Biasanya dia akan datang dengan marah-marah ataupun mengamuk kesetanan, kini ia datang dengan tatapan permohonan bahkan matanya berkaca-kaca."Sofia ada sama Bara, bukan padaku. Kenapa kau minta padaku?" ucap Kanaya membuang pandangannya ke arah lain, ia tak mau luluh dengan wajah memelas yang Suci tunjukkan."Nay, aku mohon! Bujuk Bara supaya mengembalikan Sofia padaku! Hanya dia yang aku punya sekarang, Nay," pintanya lagi bahkan kini air mata telah luruh di kedua pipinya. Kanaya bergeming, satu sisi hatinya iba melihat Suci yang demikian. Ia merasa bersalah telah memisahkan Sofia darinya, biar bagaimanapun Sofia memanglah hak Suci. Tapi ia ragu bahwa dia akan memperlakukan Sofia dengan baik, karena selama ini ia bahkan

  • KANAYA (ANTARA AKU, KAMU DAN SUAMIMU)   KANAYA INDAH SUTEDJA

    Hari ini kantor pusat PURAJAYA mengadakan acara penyambutan untuk pemimpin baru mereka yaitu Kanaya. Semua sudah dipersiapkan oleh Satria Abimanyu, atau yang lebih akrab dipanggil Bima yang merupakan CEO dari PURAJAYA selama ini.Kanaya tiba di kantor dengan didampingi Arkan juga Rinjani. Kedatangan mereka disambut hangat oleh seluruh staf dan jajaran yang dengan setia bekerja untuk kemajuan perusahaan.Beberapa di antara ratusan orang di perusahaan itu, terlihat salah tingkah kala bertemu Kanaya. Pasalnya merekalah yang sempat meragukan jati diri Kanaya dan memihak pada Aryo Wijaya."Selamat datang kembali, Bu Rinjani!" Sambut Bima begitu Rinjani dan kedua anaknya melewati karpet merah penyambutannya dan berjalan menuju podium yang sudah disiapkan."Terimakasih, Pak Bima! Terimakasih sudah setia dengan kami selama ini," ucap Rinjani tulus dan dibalas senyum hangat CEO kepercayaan Aryo Wijaya itu. Namun nyatanya, dedikasi dan loyalitasnya untuk perusahaan tidak bisa diragukan lagi.Ri

  • KANAYA (ANTARA AKU, KAMU DAN SUAMIMU)   Kalah telak

    "Kau, sudah tahu dari lama?" Gumam Ratna tak percaya."Benar! Sejak di bangku SMA aku sudah tahu jika kau bukan Ibuku!" Jawabnya mantap dengan mata memerah menatap tajam Ratna yang kian ciut nyali."Kalian manusia serakah tapi bodoh! Dan saatnya kalian menerima balasan dari apa yang sudah kalian lakukan terhadap Kakakku dan Mamaku. Juga terhadap Kakek dan Om Satya serta Pak Marko." Desisnya masih menatap tajam ketiga orang paruh baya yang menyedihkan kondisinya."Kalian belum melupakan pengakuan yang keluar dari mulut kalian sendiri tentang ketiga orang itu, bukan?" Ejek Arkan dengan senyum kemenangan di bibirnya.Aryo, Ratna dan juga Dewa semakin tak berkutik. Pasalnya, setiap kejadian apapun mereka membicarakannya di hadapan Arkan. Tanpa mereka sadari hal itulah yang kini jadi boomerang bagi mereka sendiri.Tak lama masuklah segerombol polisi yang sudah Arkan siapkan dan segera meringkus mereka. Ratna menjerit dan meraung hingga suaranya memenuhi ruangan."Arkan, jangan perlakukan M

  • KANAYA (ANTARA AKU, KAMU DAN SUAMIMU)   Terkuak

    "Rin-jani!" Aryo diam mematung di tempatnya dengan wajah pucat pasi. Pandangan matanya tak beralih sedikitpun dari wanita yang ia nikahi 35 tahun yang lalu. Wanita yang sampai hari ini masih sah sebagai istrinya secara hukum negara. Rinjani menatap nyalang Aryo Wijaya. Ia bangkit berdiri dan melangkah pelan mendekati Aryo Wijaya."Bagaimana kabarmu, suamiku?" Tanyannya dengan senyum mengejek."Ka-kamu-" gagapnya dengan memindai Rinjani dari atas hingga bawah."Kau tentu tak menyangka, bukan? Aku bisa menginjakkan kaki lagi di rumah ini? Rumah peninggalan orang tuaku, rumah sedari aku kecil." Ucapnya menatap tajam Aryo. Aryo meneguk ludah susah payah. Gemetar tubuhnya kian jelas terlihat."Selamat datang, kalian para pengkhianat!" Ujarnya dengan suara lantang. Lantas ia kembali berdiri di samping Kanaya juga Bara. Aryo mematung di tempat, seolah tak mampu menggerakkan kakinya sedikitpun. Detik berikutnya ia tersadar, ia menghampiri Rinjani dan berlutut di kakinya."Jani, maafkan ak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status