Bingung kan? hehe coba cerna baik-baik aja secara detail semua tempat, benda atau kejadian karena itu akan mengacu kepada misteri dibalik tempat ini
Tempat yang awalnya Dian masuki untuk bersembunyi pada malam itu, kini tampak hancur berantakan. Sebuah lorong seperti gua dengan ruangan besar di dalamnya dan pintu besi yang kokoh untuk bersembunyi kini terbuka dengan lebar, dengan banyaknya mayat yang bergelimpangan dimana-mana. Banyak darah yang bercucuran, di dinding, di lantai, bahkan di langit-langit tempat itu. mereka seperti merasakan sesuatu yang sangat menakutkan sehingga tidak bisa berbuat apa-apa. Pintu masuk tersebut hanyalah satu-satunya jalan bagi mereka untuk masuk dan keluar dari tempat itu. Dan kini, mereka harus merasakan sesuatu yang sangat mencekam, karena ada sesuatu yang datang ke hadapan mereka secara tiba-tiba dan membuat mereka meregang nyawa di tempat itu. Kini, hanya beberapa saja yang masih bertahan, mereka yang masih selamat lebih memilih bersembunyi di suatu tempat atau di dalam benda yang bisa menyembunyikan diri mereka hingga teror itu selesai, dan itu yang dilakukan Dian di dalam sana. Dia bersemb
Sebenarnya, selain tempat persembunyian Dian yang kini telah porak poranda dengan banyaknya mayat yang bergelimpangan dimana-mana, masih banyak tempat-tempat yang tersembunyi di Kampung Halimun ini. Kampung yang ada selama beratus-ratus tahun lamanya dan hingga saat ini menjadi kampung mandiri di tengah hutan tanpa ada satu orang pun yang ingin membuka diri untuk bisa terkoneksi dengan dunia luar. Membuat Kampung Halimun menjadi kampung yang sangat terpencil. Akses satu-satunya yang berupa jalan kecil yang berupa tanah dan berbatu di tengah hutan hanya bisa dilewati oleh motor trail yang dipunyai oleh seluruh warga yang tinggal di Kampung Halimun ini. Para warga yang ada di luar kampung pun merasa enggan masuk ke Kampung Halimun, selain karena jaraknya cukup jauh dari jalan provinsi, juga mereka merasa iri dengan perkembangan kampung yang begitu megahnya. Padahal, mereka hidup di tengah hutan, sehingga para warga kampung menganggap bahwa Kampung Halimun penuh dengan ritual pesugiha
Aku yang mendengar sebuah suara wanita yang sedang membuka pintu rumah yang kini aku tempati tiba-tiba langsung melihat sosok wanita itu.Sesosok wanita tersebut berjalan ke dalam rumah tanpa ada kekhawatiran akan para makhluk yang berada di balik kabut diluar sana. Dia berkata kepadaku seperti sudah mengenalku begitu lama, mungkin karena dia masih dalam satu keluarga besar yang sama denganku pada saat itu.Lama kelamaan, akhirnya sosok wanita itu terlihat. Tubuhnya terlihat sangat ramping, dia memakai baju kebaya yang cantik berwarna coklat keemasan dengan rambutnya yang diikat kebelakang. Wanita itu tersenyum kepadaku dan kepada Toni pada saat itu, kedua tangannya saling memegang satu sama lain dan mendekati kita berdua secara perlahan pada saat itu.Toni yang kaget ketika melihat sosok itu langsung berlari ke belakang punggungku, dia benar-benar takut ketika dia melihat sosok yang asing, karena dia tidak mau dirinya seperti bapaknya yang hilang hingga saat ini, setelah diambil oleh
Hihihihi Hihihihi HIHIHIHIHI Suara tertawa itu menggema ke seluruh ruangan yang aku tempati pada saat ini, aku benar-benar tidak percaya atas apa yang aku lihat sekarang. Wajah wanita itu sangat mirip dengan gambar sesosok wanita yang ada di tengah-tengah simbol yang ada di dalam rumah Toni pada waktu itu. Aku bisa dengan jelas menyamakan itu semua, rambutnya yang tiba-tiba terurai panjang, wajahnya yang cantik dan anggun seperti seorang putri dari kerajaan sunda yang khas pada masa lampau, juga senyumnya yang kini menyeringai kepadaku pada saat itu. Tempat duduknya pun tiba-tiba berubah, menjadi seperti singgasana yang berwarna hitam gelap, yang dipenuhi oleh tengkorak-tengkorak manusia yang ada di beberapa bagian dari kursi itu. Jadi, siapakah dia, apakah dia adalah sosok yang dianggap NU MAHA AGUNG oleh para warga Kampung Halimun selama ini. Apakah dia juga penyebab dari semua ini, sehingga mereka harus melakukan ritual itu setiap lima puluh tahun sekali. Lalu, seperti apa ri
Tak terasa, matahari sudah semakin meninggi bahkan mungkin sinarnya yang menghangatkan hati dan pikiran kini secara perlahan-lahan kembali turun ke arah barat dengan sinarnya yang ke kuning-kuningan. Jujur, aku tidak bisa merasakan hal itu, semua jam dinding dan alat komunikasi yang ada tidak berfungsi di tempat ini. Matahari yang bersinar pun tidak bisa menembus kabut tebal yang menutupi Kampung Halimun tempat aku berdiri sekarang. Aku benar-benar melihat kampung ini seperti dalam mimpiku, semuanya putih dan menutupi pandanganku pada saat itu. Kabut yang turun di Kampung Halimun biasanya tidak akan setebal ini, biasanya hanya turun dari siang hingga sore dan ketika malam kabut itu akan menghilang dengan sendirinya, itu juga bisa disertai dengan hujan kabut yang tipis yang bisa menyejukan. Namun, berbeda dengan sekarang, rasa takut dan aura yang mencekam kini aku rasakan. Meskipun aku yakin saat ini masihlah siang hari, namun itu tidak menjamin adanya makhluk seperti tadi yang memba
Fasilitas di Kampung Halimun sebenarnya sangat lengkap, mereka yang ingin bisa mandiri tanpa ada campur tangan dari masyarakat luas mau tidak mau harus membuat bangunan-bangunan yang bisa mereka pakai untuk keperluan mereka. Sekolah Swasta, Kantor Desa, Gedung Serbaguna, Klinik dan Puskesmas, juga tempat-tempat hiburan yang bisa mereka nikmati tanpa harus keluar kampung. Mereka yang bisa mendapatkan jabatan juga suatu prestasi dengan mudahnya diluaran sana, diwajibkan kembali lagi ke kampung ketika semuanya sudah tercapai. Seperti menjadi Guru, menjadi Dokter atau Bidan, juga menjadi orang-orang yang bisa menempati sektor-sektor penunjang kehidupan kampung agar bisa lebih baik. Tak jarang, mereka pulang membawa istri dan anaknya yang sudah mereka nikahi diluar kampung sehingga membuat Kampung Halimun semakin lama semakin besar dengan tiga keluarga utama yang menjadi penopangnya. Namun, semuanya sudah berubah, sekolah tampak kosong, bidan dan dokter tampak sibuk mencari orang-orang y
Oaaaaa, Oaaaaa, Oaaaaa Suara tangisan itu menggema ke seluruh ruangan, bahkan Dudung dan Dian yang berdiam diri di ruang tunggu pasien yang ada di ruangan depan pun mendengar suara tangisan bayi tersebut. Tangisan itu sangatlah menyayat hati, bayi itu seperti menangis dengan kondisi yang sakit sehingga suara tangisannya begitu sangat keras bahkan saking kerasnya Dian sampai menutup telinganya dengan kedua tangannya. Dudung yang lebih tahu tentang situasi ketika malam tiba, hanya mengangkat tangannya ke arah Dian mengisyaratkan bahwa Dian harus tenang dalam kondisi ini, lalu kepalanya menoleh ke salah satu lorong yang gelap dimana asal suara dari tangisan itu berada. Kondisi Klinik Bersalin dan Puskesmas kini tampak gelap, tidak ada penerangan sama sekali seperti lampu karena memang mereka terpisah dari dunia yang seharusnya mereka berada, hanya ruangan yang mereka tempati saja yang agak sedikit terang, karena kabut merah dengan nyalanya yang redup diluar sana membuat ruangan mereka
Kampung Halimun kini kembali berganti malam, Aan yang diperintahkan untuk memberitahu warga agar bisa pulang lebih cepat dan bersembunyi di dalam rumah-rumah mereka, sepertinya berhasil dia lakukan. Karena ketika malam menjelang dan kabut merah yang turun secara perlahan menutupi Kampung Halimun, kampung tampak sepi, tidak ada sama sekali warga yang masih beraktifitas diluar rumah. Semuanya hanya bisa menunggu di dalam rumah-rumah mereka dan berharap pagi akan segera datang karena malam yang panjang dengan para makhluk yang berkeliaran di luar sana akan terus muncul sepanjang malam menghantui mereka semua. Kampung Halimun kini kembali berwarna merah darah, cahaya bulan purnama yang tampak terang dari atas sana, rupanya hanya bisa menyinari kabut tersebut tanpa bisa menembusnya sama sekali, sehingga kabut itu terlihat memancarkan cahaya redup dengan jarak pandang yang membuat mata kita terbatas. Apalagi, di tengah-tengah kabut itu, banyak sekali makhluk yang muncul, yang siap mencari