Mohon maaf hari ini saya upload malam karena saya masih dalam pemulihan dan belum sembuh benar dari kecelakaan, namun saya berusaha untuk bisa menulis meskipun hanya satu bab, di saat salah satu tangan saya yang sakit dan susah untuk mengetik mohon maaf dan harap maklum atas kondisi saya
Aku yang mendengar sebuah suara wanita yang sedang membuka pintu rumah yang kini aku tempati tiba-tiba langsung melihat sosok wanita itu.Sesosok wanita tersebut berjalan ke dalam rumah tanpa ada kekhawatiran akan para makhluk yang berada di balik kabut diluar sana. Dia berkata kepadaku seperti sudah mengenalku begitu lama, mungkin karena dia masih dalam satu keluarga besar yang sama denganku pada saat itu.Lama kelamaan, akhirnya sosok wanita itu terlihat. Tubuhnya terlihat sangat ramping, dia memakai baju kebaya yang cantik berwarna coklat keemasan dengan rambutnya yang diikat kebelakang. Wanita itu tersenyum kepadaku dan kepada Toni pada saat itu, kedua tangannya saling memegang satu sama lain dan mendekati kita berdua secara perlahan pada saat itu.Toni yang kaget ketika melihat sosok itu langsung berlari ke belakang punggungku, dia benar-benar takut ketika dia melihat sosok yang asing, karena dia tidak mau dirinya seperti bapaknya yang hilang hingga saat ini, setelah diambil oleh
Hihihihi Hihihihi HIHIHIHIHI Suara tertawa itu menggema ke seluruh ruangan yang aku tempati pada saat ini, aku benar-benar tidak percaya atas apa yang aku lihat sekarang. Wajah wanita itu sangat mirip dengan gambar sesosok wanita yang ada di tengah-tengah simbol yang ada di dalam rumah Toni pada waktu itu. Aku bisa dengan jelas menyamakan itu semua, rambutnya yang tiba-tiba terurai panjang, wajahnya yang cantik dan anggun seperti seorang putri dari kerajaan sunda yang khas pada masa lampau, juga senyumnya yang kini menyeringai kepadaku pada saat itu. Tempat duduknya pun tiba-tiba berubah, menjadi seperti singgasana yang berwarna hitam gelap, yang dipenuhi oleh tengkorak-tengkorak manusia yang ada di beberapa bagian dari kursi itu. Jadi, siapakah dia, apakah dia adalah sosok yang dianggap NU MAHA AGUNG oleh para warga Kampung Halimun selama ini. Apakah dia juga penyebab dari semua ini, sehingga mereka harus melakukan ritual itu setiap lima puluh tahun sekali. Lalu, seperti apa ri
Tak terasa, matahari sudah semakin meninggi bahkan mungkin sinarnya yang menghangatkan hati dan pikiran kini secara perlahan-lahan kembali turun ke arah barat dengan sinarnya yang ke kuning-kuningan. Jujur, aku tidak bisa merasakan hal itu, semua jam dinding dan alat komunikasi yang ada tidak berfungsi di tempat ini. Matahari yang bersinar pun tidak bisa menembus kabut tebal yang menutupi Kampung Halimun tempat aku berdiri sekarang. Aku benar-benar melihat kampung ini seperti dalam mimpiku, semuanya putih dan menutupi pandanganku pada saat itu. Kabut yang turun di Kampung Halimun biasanya tidak akan setebal ini, biasanya hanya turun dari siang hingga sore dan ketika malam kabut itu akan menghilang dengan sendirinya, itu juga bisa disertai dengan hujan kabut yang tipis yang bisa menyejukan. Namun, berbeda dengan sekarang, rasa takut dan aura yang mencekam kini aku rasakan. Meskipun aku yakin saat ini masihlah siang hari, namun itu tidak menjamin adanya makhluk seperti tadi yang memba
Fasilitas di Kampung Halimun sebenarnya sangat lengkap, mereka yang ingin bisa mandiri tanpa ada campur tangan dari masyarakat luas mau tidak mau harus membuat bangunan-bangunan yang bisa mereka pakai untuk keperluan mereka. Sekolah Swasta, Kantor Desa, Gedung Serbaguna, Klinik dan Puskesmas, juga tempat-tempat hiburan yang bisa mereka nikmati tanpa harus keluar kampung. Mereka yang bisa mendapatkan jabatan juga suatu prestasi dengan mudahnya diluaran sana, diwajibkan kembali lagi ke kampung ketika semuanya sudah tercapai. Seperti menjadi Guru, menjadi Dokter atau Bidan, juga menjadi orang-orang yang bisa menempati sektor-sektor penunjang kehidupan kampung agar bisa lebih baik. Tak jarang, mereka pulang membawa istri dan anaknya yang sudah mereka nikahi diluar kampung sehingga membuat Kampung Halimun semakin lama semakin besar dengan tiga keluarga utama yang menjadi penopangnya. Namun, semuanya sudah berubah, sekolah tampak kosong, bidan dan dokter tampak sibuk mencari orang-orang y
Oaaaaa, Oaaaaa, Oaaaaa Suara tangisan itu menggema ke seluruh ruangan, bahkan Dudung dan Dian yang berdiam diri di ruang tunggu pasien yang ada di ruangan depan pun mendengar suara tangisan bayi tersebut. Tangisan itu sangatlah menyayat hati, bayi itu seperti menangis dengan kondisi yang sakit sehingga suara tangisannya begitu sangat keras bahkan saking kerasnya Dian sampai menutup telinganya dengan kedua tangannya. Dudung yang lebih tahu tentang situasi ketika malam tiba, hanya mengangkat tangannya ke arah Dian mengisyaratkan bahwa Dian harus tenang dalam kondisi ini, lalu kepalanya menoleh ke salah satu lorong yang gelap dimana asal suara dari tangisan itu berada. Kondisi Klinik Bersalin dan Puskesmas kini tampak gelap, tidak ada penerangan sama sekali seperti lampu karena memang mereka terpisah dari dunia yang seharusnya mereka berada, hanya ruangan yang mereka tempati saja yang agak sedikit terang, karena kabut merah dengan nyalanya yang redup diluar sana membuat ruangan mereka
Kampung Halimun kini kembali berganti malam, Aan yang diperintahkan untuk memberitahu warga agar bisa pulang lebih cepat dan bersembunyi di dalam rumah-rumah mereka, sepertinya berhasil dia lakukan. Karena ketika malam menjelang dan kabut merah yang turun secara perlahan menutupi Kampung Halimun, kampung tampak sepi, tidak ada sama sekali warga yang masih beraktifitas diluar rumah. Semuanya hanya bisa menunggu di dalam rumah-rumah mereka dan berharap pagi akan segera datang karena malam yang panjang dengan para makhluk yang berkeliaran di luar sana akan terus muncul sepanjang malam menghantui mereka semua. Kampung Halimun kini kembali berwarna merah darah, cahaya bulan purnama yang tampak terang dari atas sana, rupanya hanya bisa menyinari kabut tersebut tanpa bisa menembusnya sama sekali, sehingga kabut itu terlihat memancarkan cahaya redup dengan jarak pandang yang membuat mata kita terbatas. Apalagi, di tengah-tengah kabut itu, banyak sekali makhluk yang muncul, yang siap mencari
Oaaaaaa Oaaaaaa Blag, blag, blag, Makhluk yang berbentuk bayi yang besar itu berusaha mendorong lemari dan meja yang telah Dudung dan Dian susun untuk menutup jalan, tubuhnya yang besar terlihat dengan jelas menutup lorong yang ada disana. Dian benar-benar tidak tahu makhluk jenis apa itu, karena dia baru pertama kali melihat makhluk seperti itu. Sama halnya dengan Dudung, dia tidak menyangka bahwa makhluk itulah yang selama ini dia dengar, dengan suara bayi yang memekakan telinga dan hatinya. “A Dudung, i, i, itu makhluk apaan?” kata Dian yang kini mundur beberapa langkah sambil melepas kursi yang dia pegang di dekat Dudung yang terjatuh dari atas meja pada saat itu. “E, e, enggak tahu Ian. A, a, aku baru kali ini melihat makhluk itu.” Dudung benar-benar ketakutan, meskipun dia merasakan rasa sakit yang luar biasa, dia memaksakan dirinya untuk bangun di ruangan itu, dia benar-benar panik atas apa yang dia lihat sehingga dia mundur beberapa langkah sambil melihat makhluk itu yan
Malam semakin larut, Kampung Halimun yang di selimuti oleh kabut merah kini mulai menggila. Jauh di dalam kabut merah tersebut, terdengar samar-samar banyak orang yang sedang berlari dari sesuatu, juga teriakan-teriakan dari mereka yang merasakan ketakutan yang mendalam atas apa yang terjadi kepada kampung mereka di malam hari. Kabut yang tebal yang menutupi pandangan mata, sehingga tidak ada yang bisa melihat jelas tentang apa yang mereka takutkan, mereka hanya berlari di tengah-tengah kabut mencari suatu tempat persembunyian dengan hati mereka yang gelisah. Teriakan-teriakan itu dibarengi dengan suara tertawa, suara tertawa dari makhluk-makhluk terbang yang sering kita sebut kuntilanak, makhluk yang kita tahu hanya bisa mengganggu kita di malam hari dengan kulitnya yang kurus dan pucat, dengan kuku jarinya yang panjang, serta wajahnya yang tertutup oleh rambut yang tampak lecek dan tubuhnya yang memakai baju putih panjang atau baju merah yang panjang. Mereka kini tampak senang da