KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 25"Halo Mbak, cepat ke rumah lama. Pakde Parmin ngamuk!" Aku segera bangun dan membetulkan pakaianku.Gagal maning Son!"Katanya Pakde ngamuk kok sepi ya?" Pikiranku tadi Pakde Parmin ngamuk menghancurkan barang-barang disini."Dinda tunggu di mobil, biar Kanda yang turun." Sepuluh menit kemudian suamiku masuk kembali ke mobil."Kita ke kantor polisi, Gus!" "Kantor polisi? Siapa yang di kantor polisi?""Pakdemu, tadi waktu ngamuk diamankan sama pekerja yang sedang renovasi, akhirnya dibawa ke kantor polisi." "Bapak dimana?""Di kantor polisi juga, sama Seno. Tadi Kanda udah menghubungi Seno mereka menunggu kita."Mobil melesat menuju kantor polisi."Bapak …" panggilku begitu melihat Bapak dan Seno sedang duduk di ruang tunggu. Kucium takzim tangan Bapak."Pak Bambang, Pak Bambang kok lain?" Seno malah fokus ke suamiku.Suamiku hanya tersenyum menanggapi ucapan Seno.Kemudian kami masuk ke ruangan yang ditunjukkan oleh bapak. Ternyata disana juga ada Bude
KAKEK TUA itu SUAMIKU26Aku beranjak dari tempat tidur, mandi, wudhu kemudian sholat subuh. "Sudah bangun kamu, Va" Bapak dan Seno yang sedang duduk di ruang tamu menyambutku. "Iya, Pak, ini baru sholat. Seva bikinkan teh ya, Pak" tawarku."Aku mau, Mbak, tapi susu" Seno juga meminta untuk dibuatkan susu. Dulu kalau mau susu belinya yang kemasan sachet itu pun satu sachet untuk dua hari. Kemarin waktu belanja ada sepuluh kemasan pouch aku beli.Segera aku membuat teh dan susu kemudian menyajikannya di meja ditemani dengan sepiring bolu."Va, kemarin Bude ngomong sama Bapak, katanya meminta suamimu untuk mencabut laporannya sama Pakde Parmin. Kamu mau nggak ngomong sama suamimu?" Jadi kemarin waktu di parkiran Bude ngomong itu sama Bapak? Kenapa nggak ngomong sendiri coba? Pasti karena tau kelemahan Bapak."Nanti Seva coba ngomong Pak, tapi nggak janji mau apa nggak." Nggak mungkin juga aku jawab untuk menolaknya. "Suamiku pergi jam berapa ya Pak? Kok Seva nggak tau?" "Orang pergin
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 27Aku menganggukkan kepalaku. "Aku mencintaimu Bambang Hendromoyo," ucapku lirih.Seketika dia memelukku dan aku pun membalasnya dengan mempererat lingkaran tanganku di pinggangnya. Pancaran sinar matahari menjadi saksi pengakuanku."Jika mencintaimu adalah suatu kesalahan, maka aku rela menangung kesalahan itu seumur hidupku," balas suamiku.Entah berapa lama kami menikmati suasana ini. "Dinda mau ke pantai?" "Tentu saja mau." Entah sudah berapa tahun aku tak pernah menyentuh pasir pantai. Itu karena aku yang tak pernah piknik. Jangankan piknik tidak kekurangan saja rasanya sudah sangat bersyukur.Kami akhirnya menikmati sarapan di pinggir pantai. Ah, indahnya pemandangannya. Lama aku dan suamiku menikmati indahnya pasir putih. Kuunggah untuk pertama kalinya foto suamiku di pantai. Lepas itu kami berkeliling kota gudeg. "Kanda, bukankah itu kebun binatang Gembira Loka?" tanyaku saat mobil melintas di depannya.Suamiku yang tadinya sedang asyik dengan
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 28Tok tok tokSiapa sih yang datang sepagi ini! Aku beranjak dan membuka pintu. Mataku membelalak sempurna melihat orang yang berdiri di depan pintu."Mbak Ni—sa," ucapku terbata. Aku tak percaya dengan penglihatanku. Anak dari suamiku itu kini ada di depanku."Iya! Ini Aku Ni Sa! Kaget?!" Ah, dia masih saja ketus padaku, wajar lah. "Mana ayahku?" "Ada di dalam, mari masuk Mbak," ajakku."Minggir!" Dia masuk sambil mendorong tubuhku."Ayah!" Teriak Mbak.Nisa begitu melihat suamiku."Hei, sudah datang ternyata." Oh, jadi suamiku sudah tau kalau Mbak Nisa akan datang? Kenapa nggak bilang sama aku ya?"Ini beneran Ayah? Kok jadi keren?" Mbak Nisa melihat penampilan ayahnya dari ujung kaki sampai ujung kepala. Sementara suamiku justru merentangkan kedua tangannya.Mbak Nisa yang masih tertegun cukup lama menyambut tangan ayahnya. Mereka berdua kemudian berpelukan. Ayah dan anak itu sudah kembali akur. Aku senang melihatnya."Dinda, ayo sini!" perintah suamiku
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 29"Bang Bambang, Kak Bambang, Mas Bambang, Akang Bambang, Brother Bambang, Uda Bambang atau kalau mau keren Hyung Bambang—" Kubekap mulut Riska yang terus-menerus nyerocos!"Halah biyung, ini bocah brisik banget! Tau gitu tinggal aja di pom bensin. Udah Va, kamu siap-siap sekarang," seloroh Ibu.Ibu itu sudah akrab sama Riska malah udah kayak anak sendiri makannya sudah biasa jika Riska ditegur sama oleh ibu.Akhirnya siang ini kami berangkat menuju ke kebun binatang, menuruti keinginan Seno. Antusias sekali Seno melihat setiap satwa yang ada.Satu per satu, Mbak akan wujudkan keinginanmu. Semoga kelak kamu akan jadi laki-laki yang tangguh.Ting![ Selamat bersenang-senang, Sayang ] [ Makasih Kanda, Terimakasih juga untuk kiriman pasukan paket lengkapnya. Jangan telat makan ya ][ Dinda juga. Have fun sayang ]Sebagai balasannya aku kirimkan fotoku."Cieee yang senyum-senyum sendiri, nyampe saudara sendiri di cuekin." Aku masukkan kembali ponsel dalam tasku
KAKEK TUA itu SUAMIKUBab 30"Hobi banget deh teriak-teriak, kenapa sih? Siapa yang dateng?" Aku kemudian menyusul Riska.Ternyata suamiku yang masih berdiri di luar sementara Riska masih berdiri memegang handle pintu."Loh, Kanda, katanya nggak balik?" tanyaku heran. "Ris, itu suamiku kayaknya mau masuk deh." Riska masih saja berdiri menghalangi jalan. Aku mendekatinya, ternyata pandangannya kosong. Aku gerakkan tanganku di depan wajahnya."Riska … Woy!" Kutinggikan nada suaraku karena Riska masih saja ngalamun."Eh, iya, Va, kenapa?" Akhirnya Riska sadar juga."Itu suamiku mau masuk.""Maaf, maaf," ucap Riska, kemudian membuka penuh pintu dan dia berjalan mundur. "Va, aku balik ke kamar ku ya, nggak jadi tidur bareng disini." Riska mungkin merasa tidak enak suamiku mendadak balik ke resort."Ehm, Kanda … eh, maksudku Pak Bambang, makasih ya udah ngajakin Riska ikut liburan." "Sama-sama. Terimakasih juga sudah jadi sahabat istriku. Mau temenin Seva tidur disini juga nggak apa-apa k
KAKEK TUA itu SUAMIKUPoV Kanda (Bambang Hendromoyo)Hari itu di taman rumah sakit, seorang gadis terlihat duduk sendirian. Tatapan matanya kosong tapi air mata terus berlinang. Entah apa yang sedang terjadi dengannya. Pemandangan itu menarik perhatianku. Bukan karena sosoknya yang cantik, tapi beban yang terlihat di wajahnya.Tanpa sadar aku terus menatapnya. Sesekali dia mengusap air matanya, tapi sesaat kemudian dia kembali terisak. Dia larut dalam pikirannya sampai kehadiranku tak mampu mengalihkan perhatiannya.Kuberanikan diri untuk menanyakan kenapa dia menangis."Bapak dan adikku, mereka terbaring di rumah sakit ini, sementara aku tak punya biaya untuk pengobatan mereka." Jawaban yang membuatku sangat pilu. Bagaimana mungkin gadis seusianya menanggung beban berat seperti itu."Berapa biayanya?" "Kata dokter, untuk pemasangan ring di jantung Bapak itu 80 juta, sementara untuk pemasangan pen di kaki adikku aku belum tau." Dia masih saja terisak sambil sesekali mengusap ingusny
KAKEK TUA itu SUAMIKUPOV KandaUntung saja ponsel yang aku berikan sudah aku sambung dengan GPS, jadi aku tau dimana keberadaannya. Benar saja ketika aku ancam akan dicoret dari daftar warisan Tania dan Lidiya langsung bertindak dengan meminta maaf, bahkan memanggil Dindaku dengan sebutan Mamih, kecuali Nisa yang tak perduli dengan ancamanku. Dia meminta maaf tapi penuh dengan amarah, kemudian pergi. Nisa itu anakku, aku tau persis sifatnya. Dia keras tapi baik. Aku bisa menebak kemana dia pergi, tak perlu aku khawatir karena ada orangku yang sengaja mengawasinya. Benar saja Nisa kembali ke Australia.Dinda istriku, masih saja dengan sifat polosnya, kadang dia mengerucutkan bibirnya hingga membuatku ingin membeli pabrik karet agar bibirnya bisa dikuncung. Pernah, dia jadi korban pencopetan tapi malah menyuruhku untuk tetap diam dan dia yang akan mengejarnya. Lucu sekali dia. Dia belum tau, masa mudaku itu seorang atlit karate juga hobi balapan.Mudah saja buatku untuk mengejar dan