Share

2

Penulis: Leni Apriliani
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Elang melangkah masuk ke ballroom sebuah hotel berbintang lima. Di sana acara resepsi pernikahan tetangganya berlangsung. Ia datang tak sendirian. Ia menggandeng seorang wanita yang terlihat anggun mengenakan baju kurung brokat warna emerald berpadu dengan kain batik sebagai bawahan. Tak lupa selembar kerudung menutupi kepalanya. Wanita berparas kebarat-baratan itu tak lain adalah Rahma, sang mama.

Banyak mata yang melirik pasangan ibu dan anak tersebut, beberapa bahkan saling berbisik memberikan komentar. Entah komentar apa, tapi Elang berharap semoga saja komentar baik. Bukan komentar yang menyangka bahwa ia dan Rahma adalah sepasang berondong dan tante genit, seperti yang pernah ia dengar sebelumnya.

Elang sudah terbiasa pada hal itu. Sudah tak aneh lagi baginya saat banyak orang memperhatikan bagaimana ia tanpa sungkan dan ragu menggandeng tangan wanita yang telah melahirkannya seperti menggandeng tangan sang kekasih. Ia melakukannya sebagai salah satu tanda bukti rasa sayang dan hormat pada sang mama. Apalagi sampai saat ini ia belum memiliki gadis pujaan hati. Jadilah Rahma masih menjadi satu-satunya wanita yang selalu ia utamakan, belum ada saingan. Ia memperlakukan Rahma layaknya seorang ratu, meskipun dulu wanita itulah yang memisahkannya dari Sarah, gadis yang teramat dicintainya bahkan hingga kini.

Sejak orang tuanya bercerai sekitar lima belas tahun silam, Elang sudah bertekad akan selalu membahagiakan dan menjaga Rahma. Bagaimana tidak, ia tahu betul betapa menderita dan nelangsa Rahma saat mengetahui kenyataan pahit bahwa sang suami berselingkuh dan telah menikah lagi dengan perempuan lain.

Elang sempat marah karena Rahma-lah otak dari perpisahannya dengan Sarah. Namun, mengingat suara tangisan pilu yang ia dengar hampir tiap malam dulu membuat amarahnya tak bertahan lama menghinggapi dirinya. Ia memang sangat mencintai Sarah, tapi juga tak mau memendam amarah terlalu lama pada Rahma. Bagaimanapun wanita itu adalah mamanya. Ia tak ingin Rahma bersedih lagi. Ia berusaha untuk selalu ada saat Rahma membutuhkannya, bahkan ia tidak keberatan sama sekali untuk mengantar dan menemani mamanya ke mana pergi.

"Lang, kamu kesusul aja sama si Adam. Dulu dia adik kelas kamu, 'kan?"

Adam adalah nama si mempelai pria, teman bermain Elang saat masih kecil dulu dan juga adik kelasnya saat duduk di sekolah dasar. Ia tidak suka mendengar sindiran yang keluar dari mulut mamanya. Memangnya jika usia seseorang lebih tua, maka secara otomatis ia akan mendapatkan jodoh lebih dulu? Tentu saja tidak. Jodoh itu bagian dari takdir dan takdir itu urusan Tuhan.

"Kalo dulu Mama nggak misahin aku dari Sarah, mungkin Adam yang nyusul aku sekarang."

Rahma hanya bisa terdiam. Balasan Elang atas sindirannya begitu menohok. Kadang rasa bersalah masih menghantuinya karena telah memisahkan Elang dari Sarah. Apalagi ditambah dengan mengingat kenangan buruk sang anak yang hampir depresi. Itu membuatnya semakin merasa bersalah. Ia menyesal telah melakukan hal tersebut yang membuat anak lelakinya memilih tetap menyendiri hingga kini.

Nasi sudah menjadi bubur. Ia tak bisa mengembalikan Sarah pada Elang karena perempun itu sekarang sudah hidup bahagia dengan suami dan anaknya. Namun, itu bukan berarti ia menyerah untuk membuat Elang bisa kembali membuka hati untuk perempuan lain. Ia tak ingin Elang terus menerus terperangkap dalam bayang-bayang Sarah. Elang harus melupakan Sarah. Apalagi usia Elang sudah mendekati kepala tiga dan sudah matang untuk menikah. Ia pun ingin segera menimang cucu. Jadi tak salah jika malam ini ia akan mengenalkan seorang perempuan pada Elang. Semoga saja mereka cocok satu sama lain dan bisa berlanjut ke hubungan yang lebih serius. Begitu harapan Rahma.

Selama ini yang Rahma tahu, Elang tidak sedang dekat dengan seorang perempuan semenjak putus dari Sarah. Hanya Arinda perempuan yang dekat dan sering diajak pergi berdua bersama Elang. Sejak kecil hubungan Elang dan Arinda hanyalah sebatas hubungan kakak-adik, tak lebih. Elang sangat menyayangi Arinda sebagai adiknya, bahkan rasa sayang Elang pada gadis itu melebihi rasa sayangnya pada adik-adik sepupunya. Itu karena rumah Arinda berdekatan dan bisa setiap hari bertemu, juga bertegur sapa. Berbeda dengan sepupu-sepupunya yang tinggal berjauhan, bahkan ada yang tinggal di luar negeri.

Rahma berencana akan menjodohkan Elang dengan seorang perempuan cantik bernama Ayara. Ayara termasuk salah satu pelanggan setia di klinik kecantikan miliknya. Pucuk di cinta ulam pun tiba. Rencana Rahma diberi kemudahan jalan, karena ternyata Ayara adalah teman kuliah Adam dan tentu saja menjadi salah satu tamu yang hadir pada acara resepsi pernikahan malam ini.

Ayara sudah diberi tahu Rahma akan dikenalkan pada anak lelakinya. Perempuan itu setuju. Malam inilah waktu yang tepat untuk menjalankan rencana tersebut. Rahma berharap semoga rencananya berhasil. Ia sudah mengenal Ayara dengan cukup baik dan menyukainya karena memiliki kepribadian yang menurutnya menyenangkan.

Setelah menyalami dan memberi selamat pada kedua mempelai beserta orang tua masing-masing, Rahma dan Elang turun dari pelaminan. Setelah itu Elang memilih ikut mengantre mengambil jamuan makan yang telah disediakan di meja prasmanan, sementara Rahma pergi ke tempat kebab. Padahal setahu Elang, mamanya itu tidak menyukai daging kambing.

"Mama mau makan kebab?"

"Enggak."

"Terus, kenapa mau ke sana?"

"Mama ada urusan sebentar. Udah, ya," jawab Rahma singkat lalu melangkah pergi.

Elang membiarkan Rahma pergi dan enggan untuk bertanya lebih lanjut mengenai urusan yang disebutkan mamanya. Ia melanjutkan mengambil satu per satu makanan yang dihidangkan di atas meja, lalu memindahkannya ke atas piring yang ada di tangan.

"Kak Elang."

Elang menoleh, lalu melihat Arinda sudah berdiri di sebelah kursi yang didudukinya. Gadis itu membawa semangkuk bakso. Tanpa diminta, Arinda langsung masuk ke dalam barisan kursi, lalu duduk di sebelah Elang.

"Om Dedi sama Tante Yulia mana?" tanya Elang yang yakin Arinda datang ke sini bersama kedua orang tuanya.

"Tuh, di sana." Arinda menunjuk ke barisan kursi agak depan dan Elang hanya bisa melihat punggung orang tua gadis itu.

"Kakak sendirian aja?"

"Enggak. Kakak ke sini sama Mama."

"Oh. Terus Mama mana?"

Bukan hanya akrab dan menganggap Elang sebagai kakaknya, Arinda juga akrab dengan Rahma, bahkan memanggil wanita itu dengan sebutan 'mama'. Rahma yang menyuruh Arinda memanggilnya 'mama' karena gadis itu sudah dianggap sebagai anak perempuannya.

"Lagi ke tempat kebab."

Arinda mengangguk-angguk dengan mulut membulat.

"Istri Kak Adam cantik, ya? Dekorasi pelaminannya juga bagus. Aku jadi pengen nikah juga." Arinda menutup kalimat dengan tawa ringan.

Tapi aku pengen nikahnya sama kamu ...

Arinda melirik Elang yang sedang mengunyah makanan sambil matanya menatap ke depan, ke arah pelaminan di mana Adam dan sang istri duduk bersanding bagai raja dan ratu. Kemeja batik berlengan panjang dengan corak miring geometris dan didominasi warna hitam yang dikenakan Elang malam ini tak membuatnya terkesan kuno atau tua, justru sebaliknya, lelaki itu terlihat semakin menawan. Arinda jadi tak bosan menatapnya.

"Kalo kamu pengen nikah, kenapa lamaran cowok itu kamu tolak? Siapa itu namanya? Ferdi, ya?"

"Kan, aku udah bilang, aku nggak cinta sama dia. Aku cintanya sama ka-"

Arinda segera menutup mulut dengan satu tangan. Hampir saja ia keceplosan. Namun, ada baiknya juga jika ia keceplosan. Jadi Elang bisa tahu bahwa ia jatuh cinta padanya dan sudah sejak lama.

"Kamu cinta sama siapa?"

"Yah, baksonya abis. Aku ganti mau ngambil es krim, ah."

Arinda mengelak dari pertanyaan Elang dan mengalihkan pembicaraan. Tidak ingin Elang mengulangi lagi pertanyaannya, ia segera bangkit, lalu bergegas melangkah ke tempat es krim.

"Kakak mau es krim juga?"

"Boleh."

"Oke, nanti aku ambilin."

Baru beberapa detik Arinda pergi, kini Rahma datang menghampiri Elang dengan membawa seorang perempuan. Tanpa basa-basi, Rahma langsung memperkenalkan Elang pada Ayara.

"Lang, kenalin, ini Ayara. Ayara, ini anak ibu, namanya Erlangga tapi panggil aja Elang."

Elang yang masih merasa asing dengan perempuan bergaun panjang warna abu-abu muda itu mengulurkan tangan. Ayara membalasnya. Keduanya saling menjabat tangan sambil tersenyum ramah. Kini Elang jadi tahu tentang urusan yang tadi disebutkan mamanya tadi. Ternyata Rahma menemui seorang perempuan di sana dan membawanya ke hadapannya.

"Lang, kamu ajak ngobrol Ayara, ya. Mama mau ngambil makan dulu."

Elang mengangguk, lalu menyuruh Ayara duduk di sebelahnya, di kursi yang tadi sempat ditempati Arinda. Ia sama sekali tidak tahu tentang rencana perjodohan ini. Dalam hati ia masih bertanya-tanya mengenai identitas perempuan cantik yang kini sudah duduk di sebelahnya.

"Kamu anaknya teman Mama atau ...."

"Bukan. Aku salah satu pasien di klinik kecantikan Bu Rahma. Kebetulan aku juga teman kuliah Adam."

"Oh. Jadi Mama dan kamu nggak sengaja ketemu di sini, gitu?"

"Enggak juga, sih," sangkal Ayara sambil melirik Elang sekilas.

Ayara mengakui bahwa anak dari dokter kecantikannya itu memang memiliki tampilan fisik rupawan membuat betah berlama-lama menatapnya. Namun, yang menjadi pertanyaan Ayara adalah mengapa si tampan ini masih jomlo? Mustahil rasanya jika tidak ada perempuan yang mau padanya. Apalagi selain tampan, katanya lelaki itu juga menjabat sebagai direktur keuangan di perusaahan milik sang kakek. Begitulah sedikit informasi tentang Elang yang ia dengar dari Rahma.

Tampilan fisik menarik ditunjang isi dompet yang tebal memang tidak selalu membuat kaum Hawa tertarik pada seorang lelaki. Masih banyak faktor lain yang harus dipertimbangkan, misalnya sifat dan karakter. Bisa saja Elang memiliki sifat dan karakter yang membuatnya tidak disukai banyak perempuan. Mungkin saja, 'kan?

"Emang Bu Rahma enggak bilang ke kamu kalo mau dikenalin sama aku?"

"Enggak. Mama nggak bilang apa-apa."

"Bu Rahma punya rencana mau ngejodohin kita."

Kedua mata Elang terbelalak mendengar ucapan dari mulut Ayara. Apa, dijodohkan? Yang benar saja! Memangnya ia lelaki yang tidak laku dan tidak bisa mencari sendiri pasangannya sehingga harus dijodohkan? Mama sudah putus asa rupanya, pikir Elang.

"Masak, sih? Terus kamu mau?" komentar Elang dengan nada suara biasa saja dan terkesan akrab. Sikap terbuka yang ditunjukkan Ayara membuatnya tidak canggung sama sekali walau baru pertama kali bertemu.

"Kalo aku enggak mau, aku nggak mungkin ada di samping kamu sekarang."

Jujur, terbuka, berkata apa adanya, dan bukan tipe perempuan pemalu. Begitulah yang Elang tangkap dari diri Ayara. Cukup menarik. Pantas saja mamanya memilih perempuan itu untuk dijodohkan dengannya.

Elang berdeham sebelum berkata, "Begitu, ya?"

"Ya, begitulah. Tapi kamu jangan ge-er dulu. Aku emang setuju buat dikenalin sama kamu, tapi belum tentu aku mau dijodohin sama kamu. Soalnya aku curiga sama kamu."

Kedua alis hitam dan tebal Elang bertaut. "Curiga?"

"Iya, aku curiga sama kamu. Kamu tampan, mapan, dan kayaknya kamu juga cowok baik-baik, tapi kenapa kamu masih jomblo? Jangan-jangan kamu gay, ya?"

Setelah mengatakan itu Ayara langsung menutup mulutnya dengan kedua tangan, lalu memalingkan wajah dari Elang. Ia benar-benar lepas kendali. Ah, mulutnya memang benar-benar tidak bisa dijaga. Bagaimana bisa ia mengatakan hal itu? Elang sudah pasti marah mendapat tuduhan seperti itu dari orang yang baru beberapa menit dikenalnya.

Buset! Ini cewek cantik tapi mulutnya lemes banget, gerutu Elang dalam hati.

"Apa kamu bilang?"

"Maaf, aku nggak bermaksud ...."

"Kak, ini es krimnya."

Tiba-tiba Arinda datang dengan membawa dua buah cup berisi es krim coklat dan stroberi. Gadis itu berdiri di sebelah Elang dan ia memperhatikan Ayara. Siapa perempuan itu?

Elang mengambil es krim stroberi dari tangan Arinda lalu berucap, "Makasih, Sayang."

Sayang? Arinda benar-benar terkejut, tapi juga senang Elang memanggilnya dengan sebutan itu. Ada apa ini sebenanrnya dan siapa perempuan itu?

Belum reda keterkejutan Arinda, Elang berdiri. Lalu tanpa diduga-duga lelaki itu melingkarkan tangannya di pinggang Arinda.

"Kata siapa aku jomblo? Aku jeruk makan jeruk? Ini, buktinya aku punya pacar. Kenalkan, namanya Arinda," jelas Elang pada Ayara dengan sangat meyakinkan.

Arinda terperangah. Begitu juga Rahma yang berdiri tepat di belakang mereka berdua.

***

Bab terkait

  • KAKAK, I LOVE YOU   3

    Arinda menahan napas saat tangan Elang memeluk erat pinggangnya. Ia kaget, tapi juga senang. Apalagi Elang mengakuinya sebagai pacar. Seketika tubuhnya menegang dan jantungnya pun berdetak cepat. Ini pertama kali baginya mendapat sentuhan intim dari Elang dan ia masih belum tahu maksud lelaki itu melakukan hal tersebut."Elang, apa benar yang kamu bilang barusan? Kamu dan Arinda pacaran?""Iya, Ma, aku dan Arinda pacaran. Jadi Mama nggak usah repot-repot nyari jodoh buat aku."Elang menjawab pertanyaan Rahma yang sudah berdiri di hadapan, tapi tatapannya tajam mengarah ke Ayara. Ia kesal dan tidak terima dituduh sebag

  • KAKAK, I LOVE YOU   4

    "Lang, kamu nggak lagi bohongin Mama, 'kan?"Dahi Elang mengernyit. Ia sedang mencerna pertanyaan yang dilontarkan Rahma. Ia belum tahu arah pertanyaan itu ke mana. "Maksud Mama apa?""Itu lho, soal kamu yang pacaran sama Arinda."Elang berdeham alih-alih terbatuk karena mendengar ucapan Rahma. Ternyata Rahma masih meragukan tentang kebenaran hubungan asmaranya dengan Arinda. Namun, sebisa mungkin ia akan membuat mamanya yakin bahwa ia memang benar-benar sedang menjalin hubungan asmara dengan Arinda, bukan lagi hubungan kakak adik.

  • KAKAK, I LOVE YOU   5

    Seorang lelaki berusia empat puluhan masuk ke ruang kerja Elang. Lelaki bernama Fadli yang menjabat sebagai HRD Manager di perusahaan itu membawa sebuah amplop coklat besar yang berisi berkas lamaran pekerjaan dari seseorang."Selamat siang, Pak," sapanya pada Elang."Siang." Elang mengalihkan pandangan dari layar laptop ke arah Pak Fadli yang sudah berdiri di depan mejanya. "Duduk.""Terima kasih," ucap Pak Fadli sambil menarik sebuah kursi, kemudian mendudukinya."Jadi, gimana? Apa Bapak sudah mendapatkan pengga

  • KAKAK, I LOVE YOU   6

    Elang membuntuti sebuah taksi yang mengangkut Arinda. Ia gagal mengejar gadis itu karena Andre mencegahnya pergi dan memohon untuk kembali ke atas panggung, tapi tentu saja ia menolak. Saat ini ia hanya ingin menghibur Arinda bukan pengunjung kafe. Ia tahu Arinda pasti patah hati dan ia juga tahu bagaimana rasanya itu. Sakit. Lebih parahnya, ia yang telah mematahkan hati gadis itu.Kakak, I love you ...Pengakuan cinta dari Arinda terus terngiang-ngiang di telinga Elang. Ia masih tidak percaya bahwa Arinda mencintainya, padahal selama ini ia mengira gadis itu selalu menganggapnya sebagai seorang kakak. Ini sungguh mengejutkan.

  • KAKAK, I LOVE YOU   7

    Setiap orang yang berpapasan dengannya tersenyum, menyapa atau hanya mengangguk sopan sebagai tanda hormat sepanjang ia berjalan dari pintu masuk menuju meja resepsionis. Tentu saja tanpa sungkan ia membalas dengan senyum ramah.Melinda, si resepsionis tersenyum semringah saat melihat sang wakil direktur yang rupawan itu berjalan ke arahnya. Tidak biasanya lelaki bertubuh jangkung itu mendatangi mejanya. Biasanya hanya sekadar lewat sambil tersenyum seperlunya."Selamat pagi, Melinda," ucap lelaki berkemeja dark burgundy itu setelah melihat sekilas name tag yang tersemat di dada kiri Melinda."Selamat pagi, Pak," bala

  • KAKAK, I LOVE YOU   8

    Elang pernah memuji-muji Sarah sebagai perempuan yang mandiri, tidak merepotkan dan bla bla bla. Ok, cukup. Arinda tidak ingin dibanding-bandingkan dengan Sarah. Kini saatnya ia menunjukkan pada Elang bahwa ia bukan gadis manja yang selalu ingin diantar-jemput jika akan atau sedang bepergian. Ia juga bisa mandiri. Maka dari itu ia mengenyahkan rasa takut yang selama ini menggelayuti diri saat akan belajar berkendara. Kini tekadnya sudah bulat, ia harus bisa mengendarai kendaraan sendiri agar Elang tak lagi menganggapnya sebagai gadis manja - ralat - pacar manja.Pertama-tama, Arinda memilih untuk belajar mengendarai motor. Jika kelak sudah lancar, barulah ia beralih belajar mengendarai mobil. Ia menunjuk Bi Titin sebagai gurunya.

  • KAKAK, I LOVE YOU   9

    "Sayang, katanya badannya pada sakit? Kok, bukannya istirahat malah lagi ngapain, tuh?"Yulia menghampiri Arinda yang tengah duduk bersandar di tempat tidur sambil serius menggambar sesuatu di atas sketch book."Cuma ngegambar kok, Ma."Arinda terus melanjutkan kegiatan yang sejak kecil sudah menjadi hobinya. Maklum, profesi kedua orang tuanya bergelut dengan gambar-menggambar, jadi bakat itu menurun padanya. Saat masih duduk di bangku TK sampai SD, ia selalu menjadi juara lomba menggambar baik yang diselenggarakan di dalam maupun di luar sekolah.

  • KAKAK, I LOVE YOU   10

    "Kenapa, lo? Abis ketemu yayang, kok kusut gitu?"Elang menghempaskan tubuh di atas sofa yang diduduki Arya. Ia bergabung bersama saudara kembarnya yang tengah serius menatap layar laptop. Bukan sedang mengerjakan sesuatu, tapi lebih tepatnya sedang bermain game."Lo udah tau ya, kalo tadi sore gue yang nolongin Arinda dan gue gendong dia, terus akhirnya terjadilah keributan antara lo dan Arinda karena lo cemburu. Makanya sekarang muka lo kusut kayak kertas abis diremes-remes, terus dibuang ke tempat sampah. Hahaha."Arya terus saja mengoceh sambil memperhatikan Elang yang duduk setengah berbaring di sebelahnya. Game

Bab terbaru

  • KAKAK, I LOVE YOU   EPILOG

    Semua mata tertuju pada Arinda yang baru saja tiba di halaman belakang rumahnya di mana acara lamaran digelar. Tak terkecuali sang calon mempelai pria yaitu Elang. Lelaki itu seakan tak bisa berkedip memandangi sang calon istri yang hari ini terlihat begitu cantik.Bisik-bisik pun mulai terdengar. Utamanya dari pihak keluarga calon mempelai pria. Mereka saling berbisik memuji kecantikan Arinda.Di hari istimewanya ini Arinda yang sudah cantik semakin terlihat cantik dengan riasan wajahflawless, rambut disanggul modern dan tubuh dibalut kebaya berwarnababyblueberpadu dengan bawahan berupa kain batik."Cantik ya...""Elang-nya ganteng, calon istrinya juga cantik. Cocok."

  • KAKAK, I LOVE YOU   25

    Arinda menatap Elang dengan tatapan tak percaya sambil perlahan-lahan melepaskan kedua tangan yang mendekap tubuh lelaki itu.Tidak, tidak, tidak!Kepala Arinda menggeleng samar. Tidak mungkin Elang menyatakan cinta padanya karena memang lelaki itu tidak mencintainya. Yang ia tahu cinta dan hati Elang hanyalah untuk Sarah seorang, tidak untuk perempuan lain apalagi perempuan itu dirinya. Ia hanya dianggap sebagai adik, gadis kecil oleh Elang. Tak lebih."Ya, Arinda.I love you as a man loves a woman," ucap Elang sambil menyentuh kedua pundak Arinda seolah-olah ingin menepis ketidak percayaan gadis itu yang terpancar jelas dari sorot matanya."Nggak mungkin. Kakak pasti lagi becanda," balas Arinda dengan suara lirih semen

  • KAKAK, I LOVE YOU   24

    "Sayang, terima kasih ...," ucap Arya sambil tersenyum dan menatap sendu Arinda.Arinda tersipu malu. Tanpa direncanakan akhirnya ia menyatakan cinta pada Arya, calon suaminya. Mmm ... calon suami? Ia tersenyum sementara hatinya dipenuhi bunga-bunga indah bermekaran."... untuk sudah mencintai dan menerima Aa menjadi calon suami kamu," sambungnya berbisik membuat Arinda semakin tersipu."Aku juga berterima kasih sama Aa karna udah mencintaiku, memilihku sebagai calon istri Aa dan untuk cincin ini," balas Arinda sambil tersenyum manis dan mengangkat tangan kirinya menunjukkan cincin yang yang tersemat di jari manis."Kamu suka?"Arinda mengangguk sambil matanya memandangi cincin yang

  • KAKAK, I LOVE YOU   23

    Langit terlihat terang penuh dengan bintang. Air laut pun begitu tenang, memantulkan bayangan gedung-gedung di sekitar yang diterangi cahaya lampu warna-warni.Sungguh malam yang indah. Akan lebih indah jika Arinda ada bersamanya kini. Duduk berdua di atas bebatuan di tepi pantai.Elang menatap hamparan air laut di depannya sambil menikmati sebatang rokok. Sejak putus dari Arinda ia akrab lagi dengan barang yang dapat membunuhnya secara perlahan-lahan itu. Sama seperti dulu saat Sarah meninggalkannya dan memang karena frustrasi akibat ditinggalkan Sarah lah ia jadi mulai mengenal rokok dan mengkonsumsinya. Tapi itu tak berlangsung lama. Rahma memarahinya habis-habisan. Mamanya itu sangat benci pada rokok dengan alasan dapat merusak kesehatan.Setelah sekian lama akhirnya ia kembali men

  • KAKAK, I LOVE YOU   22

    Lagi meluk kamuO, ya! Tentu saja!Arinda merutuki dirinya sendiri dalam hati. Ia begitu bodoh. Mengapa hal tersebut harus ditanyakan? Sudah jelas Arya sedang memeluknya mesra dari belakang. Biasanya adegan seperti ini sering ia lihat di drama-drama Korea dan sekarang ia dan Arya beradegan seperti itu.Tidak! Ini tak bisa dibiarkan begitu saja. Arya sudah melakukan pelanggaran. Bagaimana jika Bi Titin melihatnya lalu melaporkan pada kedua orang tuanya? Arinda bisa habis dimarahi. Lagipula ia tak menyangka Arya berani melakukannya di sini, di rumahnya. Apa karena lelaki itu tahu bahwa orang tuanya sedang tidak ada?"Aa ...""Ya, Sayang ..."

  • KAKAK, I LOVE YOU   21

    'Happy birthday, Aa ... Semoga makin cinta dan sayang sama aku :)'Arinda sengaja bangun pada jam dua belas malam dengan bantuan alarm hanya agar bisa menjadi orang pertama yang mengucapkan selamat ulang tahun untuk Arya, kekasihnya.Rasa cinta untuk Arya darinya memang belum ada tapi ia mulai nyaman menjalani hubungan dengan saudara kembar mantan pacarnya itu. Bagaimana tidak, lelaki itu sangat perhatian dan memahaminya. Ia yakin seiring berjalannya waktu rasa itu akan tumbuh untuk Arya dan ia tak akan menyia-nyiakan lelaki yang mencintainya dengan sepenuh hati.'Thanks,Sayang. Harapan kamu udah terkabul bahkan sebelum kamu mengharapkannya :)'Arinda tersenyum membaca balasan pesan dari Arya. Ia berniat membal

  • KAKAK, I LOVE YOU   20

    Arinda menangis sampai ia kelelahan lalu tertidur.Suara ketukan di pintu kamar dan suara Yulia yang memanggil-manggil namanya membuat Arinda terbangun. Ia agak bingung, ini pagi hari kah? Ia melihat ke arah jendela, langit sudah gelap. Kamarnya juga remang-remang karena lampu belum dinyalakan.Tidur di sore hari membuat Arinda linglung tapi kemudian ia sadar bahwa waktu sudah menjelang malam alias maghrib. Ia juga ingat tadi ia menangis karena ucapan menyakitkan yang keluar dari mulut Elang.Kakaknggaksukakalokamujadiperempuangampangan...Hatinya sakit sekali. Ia masih tak percaya jika kata-kata itu Elang yang mengu

  • KAKAK, I LOVE YOU   19

    Hari ini Arya berhasil membuat Arinda seperti penderitastrokedan jantung. Tubuhnya lumpuh tak bisa bergerak dan mulutnya sulit untuk mengucap sementara jantungnya terus berdetak cepat. Bayangkan saja, lelaki itu menyatakan cinta padanya dengan cara berbisik mesra di telinga membuat bulu kuduknya meremang."Arinda, kamu nggak papa?"Arya tak lagi memanggil gadis yang dicintainya itu dengan sebutan 'Neng', kini ia mulai memanggilnya Arinda. Nama yang indah seindah pemiliknya dan mirip seperti namanya, Ariandra.Arya mengucapkan pertanyaan tersebut karena khawatir melihat Arinda yang masih saja diam dengan tatapan mata kosong. Sepertinya Arinda masih dalam keadaanshocked."Arinda ...," panggil Arya sam

  • KAKAK, I LOVE YOU   18

    Tekan,jangan...Tekan,jangan...Tekan!Setelah menyingkirkan rasa ragu-ragu Arinda kini mantap menekan bel yang terpasang di samping kiri pintu rumah keluarga Elang. Ia datang kemari untuk menjenguk Arya yang katanya sedang sakit perut. Hampir saja ia membatalkan niatnya tersebut karena lagi-lagi pikirannya diracuni oleh omongan Erika tentang kemungkinan Arya memiliki rasa padanya. Tentu saja ia jadikepikirandan akhirnya ia merasa canggung pada saudara kembar mantan pacarnya itu. Tapi kemudian ia tersadar, ia tak boleh terlaluge-erdan percaya diri.Ting tong

DMCA.com Protection Status