Kanaya sibuk mencari cara agar bisa keluar dari rumah Kenzie ini. Entah kenapa, Kanaya memiliki kecurigaan lain pada Kenzie. Kanaya takut kalau ternyata Kenzie adalah orang jahat yang sengaja menyekap dirinya. Atau bisa saja musuh keluarga angkatnya."Gue harus cepat keluar dari rumah ini. Tapi gimana caranya," gumam Kanaya.Cukup lama Kanaya berpikir. Lalu, "hah, gue dapat ide." Kanaya menjentikan jarinya."Gue pura - pura ajah beli vitamin untuk ibu hamil. Kan bi Wati udah tau kalo gue lagi hamil," lanjutnya.Setelah itu. Kanaya lekas berganti baju. Ia akan segera turun ke lantai bawah dan menemui Wati yang sedang melakukan pekerjaannya di rumah ini.Drap drap drapLangkah kaki Naya terdengar di anak tangga membuat Wati yang tengah membersihkan ruang tamu menoleh seketika.Kening Wati nampak mengerut melihat Kanaya sudah rapi sepeprti akan pergi. "Non Naya, mau kemana? Kok udah rapi gitu?" tanya Wati gusar. Ia takut Kanaya akan keluar rumah. Bisa - bisa Kenzie marah besar."Bi, Nay
"Jangan becanda lo, Nay!" Sherin menggelengkan kepala. Ia sama sekali belum percaya atas ucapan sahabatnya.Sherin sangat tahu, bagaimana pengawalan ketat dari keluarga Kanaya. Leon juga Fardan begitu kejam jika ada lelaki yang berani menganggu adiknya. Kenapa bisa sampe kecolongan? Adiknya bisa hamil, siapa pelakunya? Sejuta pertanyaan kini menjejali orak Sherin. Gadis itu menatap wajah Kanaya dalam dalam. Mencoba mencari kejujuran lewat sorot mata. Berharap apa yang diucapkan Kanaya hanya candaan saja. Tetapi sayangnya, harapan Sherin terpatahkan ketika, Kanaya tetap mengangguk sebagai jawaban kalau apa yang dia katakan benar adanya."Siapa yang ngelakuinnya?" Pertanyaan itu lolos dengan sendirinya.Kanaya malah terisak. Bahunya terlihat terguncang. Sherin dengan cepet memeluk sahabatnya itu. " Sabar ya, Nay. Bilang sama gue, siapa yang udah nodai lo?" Kembali Sherin mengulang pertanyaan yang belum Kanaya jawab.Kanaya menggigit bibir bawahnya, rasa sesak dalam dada seakan mencekik
"Kakak jahat!" pekik Kanaya. Gadis itu bersiap melangkah pergi. Tetapi dengan sigap Leon menarik lengan Kanaya lalu memeluk tubuh adiknya begitu kencang."Maafin kakak, Nay. Maafin kakak. Kakak salah, Sayang," ucap Leon mengeratkan pelukan pada tubuh mungil Kanaya.Sekuat tenaga, Kanaya berusaha berontak. Rasa benci, muak dan jijik pada kakaknya ini bercampur aduk di dalam hati. Dadanya terasa sesak manakala tau siapa orang yang telah merusak dan menghancurkan masa depannya."Kenapa kakak lakuin ini ke Nay, Kak? Apa salah Nay? Dari dulu Kak Leon selalu marahin Nay. Sekarang kak Leon juga yang rusak Nay, Kak. Kakak jahat!" racau Kanaya. Gadis itu seolah tak perduli jika orang lain mendengar ocehannya.Tetapi Leon bukanlah pria bodoh. Ruang di mana kanaya berada sudah di booking oleh Leon, sehingga tidak ada pengunjung lain yang memasuki lantai di mana Kanaya berada. Kini, Kanaya mau marah mau memakinya pun Leon akan membiarkan. Leon sadar dia salah, dia susah pantas mendapatkan hukuma
"Pergi! Kakak pergi! Naya nggak mau lihat kakak. Naya muak," jerit Kanaya saat sudah sadar dari pingsannya.Akan tetapi, Leon tak perduli. Hatinya sudah berjanji jika Kanaya dia temukan, apa pun alasanya. Leon tak akan pernah melepaskan kembali. Leon tak mau lagi kehilangan gadis yang sebenarnya sudah lama ia cintai. Hanya saja, Leon gengsi mengakui apa yang ada di dalam hati selama ini. Tetapi dengan hilangnya Kanaya beberapa minggu saja membuat dunianya Leon menjadi tak karuan."Naya, maafin kakak. Kakak akui salah. Mohon maafkan kakak, Nay," ucap Leon sembari bersimpuh di hadapan Kanaya yang sudah berdiri hendak pergi. Tetapi langkahnya terhalang tubuh kekar Leon.Kanaya juga telah mencabut selang infusan yang tadi masih terpasang di tangannya. Tak perduli darah keluar dan menetes di lantai. Kanaya tetap ingin pergi sebelum Arga juga Rossa datang. Kanaya yakin, jika Leon telah memberitahukan kepada kedua orang tuanya."Lepasin, Kak! Lepasin Naya!" pekik Kanaya. Namun pekikan itu t
"Hay, kamu kenapa?" tanya seorang gadis."Kak, tolong, perut aku sakit," keluh gadis yang ternyata Kanaya. Kanaya memanfaatkan waktu saat dokter juga kedua perawat meninggalkan ruang rawat dimana Kanaya berada. Sadar situasi memungkinkan untuk kabur. Kanaya memilih mencabut kembali selang infusan lalu keluar dari ruang rawat. ''Ya Tuhan, muka kamu pucat banget. Ayok aku bantu kamu ke rumah sakit.'' Kata gadis tersebut menawarkan bantuan.Dengan cepat Kanaya menggeleng ia tak mau ke rumah sakit yang pastinya Leon maupun anak buahnya mencari Kanaya di setiap rumah sakit.''Tolong jangan bawa aku ke rumah sakit, Kak,'' mohon Kanaya yanag terus saja meringis membuat sang gadis kebingungunan.Lalu tak lama, Kanaya terkulai membuat ang gadis panik. ''Ya Tuhan, ini gimana malah pingsan dia.'' Tak lama kemudian. Sebuah mobil mewah melintasi kedua gadis itu. ''Hay, Mas ... tolongin dong! Kasihan dia pingsan,'' mohon gadis itu setengah berteriak.Mobil itu lalu berhenti tepat di depan kedua
"Ma - maksud kamu, Leon yang menghamili adikmu?" gagap Eva bertanya. Meskipun jantung serasa berhenti berdetak sesaat lamanya. Eva sebisa mungkin untuk terlihat biasa saja di hadapan Fardan.Harapan Eva kini musnah sudah untuk tetap menunggu kata cinta dari lelaki yang sangat dia harapkan dalam hidupnya, yaitu Leon."Iya, Va. Ternyata abang gue sendiri yang ngerusak Kanaya adik kami," jawab Fardan lemah. Ia sendiri belum bisa sepenuhnya menerima akan semua ini. Dalam hati Fardan, sejatinya dia pun memiliki rasa yang lebih kepada Kanaya. Tetapi Fardan masih bisa menguasai hati serta nafsunya. Fardan berniat mengutarakan cinta itu nanti selepas Kanaya lulus kuliah. Ternyata Leon lah lebih dulu menjamah tubuh indah Kanaya."Astaga ... jahat banget abang lo itu, Fardan," rutuk Eva. Ada perasaan nyeri di ulu hati Eva. Membayangkan tubuh Leon saat menyentuh dan menyatu dengan tubuh Kanaya. Rasa sakit hati, kecewa dan marah dalam hati Eva kini bercampur menjadi satu."Terus rencana lo apa s
"Naya, maafin kakak. Tolong kasih kesempatan kakak menebus semua kesalahan kakak, Nay. Kakak tanggung jawab dengan apa yang sudah kakak ke kamu, Sayang."Leon berhasil mengikuti Ayunda. Leon juga berhasil memaksa gadis itu untuk jujur padanya setelah memberikan banyak ancaman pada gadis itu.Kini, di hati Leon dihinggapi rasa benci juga takut akan kehilangan Kanaya lagi. Leon tak menduga, kalau Fardan telah menyembunyikan Kanaya. Benci pada Fardan yang ternya menyembunyikan Kanaya. Dan Leon semakin yakin, kalaua adiknya pun mencintai Kanaya."Nay nggak mau, biarkan Naya sendiri. Naya kecewa sama kakak. Kenapa tega rusak Naya, Kak?" Kanaya terus berontak.Ayunda hanya bisa terdiam. Dia bingung harus berbuat apa. Ayunda akhirnya tau, ternyata Leon yang dia kenal itu ternyata ayah dari janin yang di kandung Kanaya."Sayang dengerin kakak. Kakak akui salah, kakak cinta sama kamu, Naya. Kakak Cinta. Kakak gak mau kamu jadi milik orang lain!" pekik Leon. Akhirnya dia mengutarakan apa yang se
Fardan duduk termenung di tepi pantai sembari menyaksikan deburan ombak di lautan. Tatapan anak muda itu lurus kedepan. Rasa sakit di dalam hati yang sulit ia ungkapkan sangat sulit untuk ia buang. Pemandngan yang menjijikan antara abang serta adiknya seakan susah sekali ia enyahkan dari ingatan.Fardan berpikir kalau Kanaya akan marah dengan Leon atas perbuatan bejat abangnya. Namun nyatanya, gadis itu kini terbuai akan semua pujuk rayu Leon, laki - laki yang dianggap saingan oleh Fardan."Ikhlaskan dia untuk abang kamu. Nggak lucu dua bersaudara mencintai satu gadis dan parahnya gadis itu adalah adik sendiri." Ujar seseorang.Fardan refleks menoleh ke sumber suara. "Kamu? Ngapain ada di sini? Kamu nguntit saya?" tuduh Fardan. Ia menatap benci wajah cantik itu. Gara - gara kebodohannya Leon bertemu Kanaya lagi."Ck, ngapain aku nguntit kamu. Kaya nggak ada kerjaan baru ajah," sungutnya.Fardan mendesah kasar. Sudah jelas gadis itu tau keberadan dirinya di pantai ini. Masih saja ngel
"Kamu serius?" Leon menatap anaknya penuh selidik. Begitupun dengan Kanaya yang duduk di sebelahnya.Keanu mengangguk. Beberapa saat yang lalu, setelah mengantar Audy pulang, Keanu memberitahukan niatnya pada Leon juga Kanaya untuk melamar tunangannya. Sebenarnya, ketika mengatakan hal tersebut pada Audy, dia belum bicara dengan dua orang tuanya itu."Mama pikir kamu mau nunggu usia kalian matang dulu baru menikah," ujar Kanaya."Memangnya umur 24 masih terbilang muda untuk menikah, Ma?" Keanu menatap penuh tanya mamanya."Nggak, sih, udah cukup malah. Cuma 'kan yang Mama tau, biasanya para artis itu suka nunda-nunda buat nikah muda. Mereka lebih memilih mengembangkan karier dulu, baru memikirkan kehidupan pribadinya.""Itu 'kan orang lain, Kean nggak ada pikiran begitu. Kalo udah ada gadis yang cocok dan sepemikiran, ngapain ditunda-tunda? Kalo dia kabur karena kelamaan nunggu, bisa-bisa Kean yang gigit jari.""Betul itu, Papa setuju. Jangan lepas gadis yang sudah cocok dengan hatimu
Rasa tak percaya menyelimuti hati Audy saat laki-laki yang duduk di depannya itu mengucapkan kata-kata yang tak pernah ada dalam pikirannya, dan dia bingung harus menjawab apa. Karena dia sendiri belum tahu dengan perasaannya pada Keanu. Memang, selama bersama laki-laki itu, Audy merasakan kenyamanan dan dia juga merasa terlindungi. "Aku tau mungkin ini terlalu mendadak, dan kamu nggak harus menjawabnya sekarang. Kamu bisa memikirkannya lebih dulu. Cuma satu yang pasti, aku nggak main-main dengan apa yang aku katakan barusan," ucap Keanu sambil menatap Audy yang terdiam di tempat.Audy mengerjapkan mata, lalu berkata, "Mmm ... Iya, ini memang terlalu mendadak. Aku butuh waktu buat berpikir.""Oke, tapi jangan terlalu lama," sahut Keanu tersenyum tipis.Audy mengangguk. "Dan cincin ini, sebaiknya kamu simpen dulu. Aku belum pantas untuk menerimanya.""Kenapa?""Di antara kita belum ada ikatan yang pasti. Sebaiknya nanti aja kalo aku udah kasih jawaban.""Baiklah," sahut Keanu memasukk
Audy menarik tubuh Shela sekuat tenaga supaya terlepas dari Keanu yang juga sedang berusaha melepaskan kaitan tangan yang melingkar di pinggang."Aww ...!" jerit Shela terpekik saat dirinya jatuh ke belakang dengan pantat menyentuh lantai lebih dulu. Rupanya Audy dan Keanu berhasi melepaskan jeratan gadis ber-make up tebal itu."Masih punya nyali kamu buat bikin masalah sama aku?" Keanu menatap nyalang gadis yang kini sedang meringis sambil mengusap-usap bagian belakang tubuhnya, tapi masih dalam posisi terduduk di lantai.Shela mendongak demi melihat Keanu. "Jahat kamu, Kean! Gara-gara penolakan kamu di setiap produksi film yang aku terlibat di dalamnya, sekarang aku nggak pernah mendapat tawaran apapun. Bahkan untuk iklan atau sinetron sekalipun."Nasib Shela di dunia hiburan memang kurang beruntung. Setelah permasalahannya dengan Keanu mencuat, jarang ada yang mau memakai lagi dirinya sebagai pemeran dalam setiap produksi film, entah itu sebagai pemeran utama, pendamping atau figur
"Audy!"Gadis bersanggul itu menoleh ke asal suara saat mendengar ada yang memanggil namanya. Keningnya berkerut dalam ketika melihat laki-laki yang kini menjadi teman akrabnya tetapi jarang bertemu itu berjalan mendekat sambil menjinjing paper bag di tangan."Rapi amat. Nggak syuting?" tanya Audy pada lelaki yang memakai kaos putih dipadukan dengan jas semi formal berwarna abu-abu gelap tersebut setelah berdiri di sampingnya."Nggak, lagi libur. Barusan habis meeting di resto depan, terus mampir ke sini soalnya inget sekarang jadwal kamu latihan," jawab Keanu melebarkan senyum, "udah beres?" sambungnya."Belum, masih ada satu jam lagi. Ini lagi istirahat.""Kebetulan. Ini, aku bawain desert." Keanu menyodorkan paper bag berukuran besar tersebut."Bagas nggak ikut?" tanya Audy sambil mengambil paper bag dari tangan Keanu."Bagas ke panti sama Oma dan Opa."Audy melihat isi dari paper bag. "Banyak amat," cetusnya, kemudian beralih menatap Keanu."Sekalian buat yang lain."Audy mengang
Barata berdiri tegak sambil berkacak pinggang di hadapan Bella dan papa Jonathan yang duduk di kursi taman restoran. Para pengunjung restoran sudah kembali ke tempat duduk mereka masing-masing setelah Leon turun tangan mencegah Barata bertindak lebih jauh lagi. Leon juga Keanu masih berada di tempat itu, sementara yang lain sudah diminta untuk pulang lebih dahulu.Laki-laki berpakaian kasual itu mengusap wajahnya sambil membuang nafas kasar. Sesekali matanya melirik Audy yang berdiri tak jauh di sisi kanan."Inilah kelakuan perempuan yang kamu akui sebagai mama itu, Sayang. Seumur pernikahan kami, dia berselingkuh dengan laki-laki ini hingga menghasilkan anak."Semua yang ada di sekitar Barata terkejut, terkecuali Leon, karena dia sudah tahu akan cerita itu, hanya belum tahu saja siapa laki-lakinya."Shela anakmu, Mas!" seru Bella sambil melihat Barata dengan mata melotot."Kamu yakin? Karena aku merasa gak yakin," sahut Barata sinis, tapi tetap tenang.Hati laki-laki itu sudah terlan
Audy memunguti pecahan gelas yang berserakan di lantai dengan tangan bergetar. Mendengar penuturan Keanu pada Kanaya membuat dia merasa malu pada kedua orang tua Keanu yang sudah banyak membantunya."Audy?" Keanu muncul dari ambang pintu, dan itu membuat konsentrasi Audy buyar "Aww ...!" pekik Audy saat tak sengaja jarinya tertusuk pecahan gelas yang runcing.Bergegas Keanu menghampiri gadis tersebut lalu menarik tangannya. "Biarin Bibi aja yang bersihin pecahannya," ucap Keanu sambil membawa Audy menuju kursi tempat dia duduk sebelumnya."Coba liat, mana yang luka?" Keanu menadahkan tangan. Bagai terhipnotis, Audy menunjukkan satu jarinya yang tertusuk pecahan gelas.Keanu meraih tangan Audy lalu memijit bagian jarinya yang terluka hingga mengeluarkan darah. Setelah itu, pemuda berkaos putih tersebut menghisap darah yang keluar kemudian meludahkannya di tanah yang berumput.Diperlakukan seperti itu membuat tubuh Audy membeku, tapi detak jantungnya berdegup tak karuan. Dia hanya mamp
Melihat foto-foto yang Jonathan tunjukkan di salah satu akun sosial media, membuat Keanu dan Bagas tahu jika Shela yang nekat menjebak Keanu adalah adiknya Audy. Keduanya saling tatap tak percaya mengingat bagaimana sikap Audy sebagai kakaknya.Saat sedang fokus dengan ponsel Jonathan, Keanu melihat pergerakan temannya tersebut yang beranjak dari kursinya lalu berjalan menjauhi meja mereka. "Jo, mau ke mana lo?" tanya Keanu heran.Jonathan tidak menjawab. Dia terus melangkah dengan nafas memburu dan tangan terkepal menuju sepasang laki-laki dan perempuan yang kini sudah duduk saling berhadapan di pojok cafe. Suara hentakan kakinya terdengar kencang karena dibarengi amarah.Penasaran temannya itu mau pergi ke mana, Keanu mengikuti arah langkah Jonathan. Bagas tetap duduk menunggu walau dalam hatinya ingin tahu juga."Jadi begini yang kalian lakukan di belakang pasangan kalian masing-masing?"Ucapan Jonathan tersebut spontan membuat dua manusia dewasa yang saling berpegangan tangan itu
Keanu dan Bagas tidak menyangka jika Shela nekat melakukan hal yang sangat menjijikkan demi mendongkrak popularitasnya. Kini nama Shela sudah masuk dalam daftar hitam di agenda Bagas. Jika ada nama gadis itu dalam urutan daftar pemain di sebuah produksi film atau apapun itu, maka Bagas secara otomatis akan menolaknya."Kamu inget nggak, Gas? Jonathan pernah bilang kalo adiknya Audy yang bernama Shela kuliah di kampus kesenian. Apa itu Shela yang sama yang sering ketemu sama kita, atau lain lagi?" ujar Keanu dalam perjalanan mereka pulang.Syuting hari ini batal secara mendadak, karena sang pemeran utama tidak mau Shela masih ada dalam daftar pemain film yang sedang dikerjakan. Lebih baik dia kehilangan uang puluhan atau ratusan juta daripada harus tercoreng nama baiknya karena keberadaan Shela, yang bisa jadi akan melakukan hal serupa di masa mendatang.Bagas mencoba mengingat sambil menyetir mobil. "Lupa-lupa inget," sahut Bagas setelah beberapa menit berpikir."Coba aja tanyain ke s
Perasaan Keanu sedikit tidak enak sejak keluar dari kantor Leon. Ada sesuatu yang mengganjal hatinya saat ini, tapi dia sendiri tidak tahu. Rasa malas pergi ke lokasi syuting menghinggapi dirinya. Namun, dia tetap memaksakan diri. Karena jika dirinya tidak hadir, maka jadwal syuting yang lain akan berantakan."Kenapa?" Bagas yang sudah hafal dengan sikap dan gerak-gerik Keanu sudah bisa membaca kegelisahan di wajah sang aktor.Keanu menghela nafas berat. "Nggak tau kenapa, perasaan males banget hari ini buat syuting.""Itu karena kamu terlalu banyak kegiatan, jadinya kurang istirahat. Bayangin aja, pagi ke kantor, siang dikit syuting, lalu malamnya kuliah. Walaupun dua kegiatan yang baru itu nggak tiap hari, tapi tetap aja kamu butuh libur."Keanu mulai bekerja sekaligus mempelajari manajemen perusahaan papanya sedikit demi sedikit, dia juga sudah mendaftarkan diri di universitas yang menerima kelas karyawan untuk jurusan bisnis manajemen.Awalnya, kedua orang tua Keanu mengira jika a