Sesampainya di restoran yang Tio maksud, ternyata Arkan lebih dulu sampai di sana dan sudah menunggu mereka di parkiran. Aruna keluar dari mobil mertuanya dan tersenyum ke arah Arkan yang sudah menunggu dirinya."Udah sampai dari tadi?" Aruna bertanya seraya berjalan mendekati Arkan."Lima menit yang lalu." Arkan menjawab. Dia langsung meraih tangan Aruna dan menggenggamnya dengan erat. Mereka pun mengikuti langkah orang tua Arkan yang masuk ke dalam restoran."Ngapain aja di salon?" Arkan bertanya pada Aruna."Perawatan rambut dan kuku," jawab Aruna. Dia lalu memperlihatkan kuku tangannya yang dipoles dengan indah. "Bagaimana? Bagus kan?" tanya Aruna dengan antusias."Bagus dan cocok untukmu." Arkan menjawab. Aruna tersenyum lebar mendengarnya. Walau Arkan melontarkan pujian kecil tersebut dengan wajah datar, Aruna tetap merasa senang."Kalau aku mau melakukan perawatan tubuh dan wajah juga boleh nggak? Biar makin cantik." Aruna bertanya dengan mata mengerjap manja, berusaha agar me
Pukul sembilan malam, mereka sampai di rumah Aruna. Aruna sempat bingung karena dia lupa membawa kunci rumahnya. Dan mengejutkan sekali karena ternyata Arkan yang memegang kunci rumah Aruna. Bahkan pria itu mengaku sudah membuat duplikat kuncinya tanpa sepengetahuan Aruna."Sejak kapan kunci rumah ini ada padamu, Mas?" Aruna bertanya penasaran. Mereka masuk ke dalam dan suasana rumah terlihat sangat bersih dan rapi. Aruna baru ingat kalau Arkan memperkerjakan seseorang untuk membersihkan rumahnya dua hari sekali."Sejak awal kita nikah. Aku yang mengontrol keamanan rumah ini," jawab Arkan dengan jujur. Aruna kaget mendengarnya, karena dia sendiri sampai lupa pada rumah tersebut.Aruna dan Arkan kemudian duduk di sofa ruang tamu yang sudah usang sembari menikmati jajanan yang Aruna beli tadi."Aku berniat mau merenovasi rumahmu ini. Bagaimana menurutmu?" Arkan bertanya pada Aruna yang duduk di sampingnya."Merenovasi?" tanya Aruna dengan alis bertaut."Ya. Mungkin akan lebih bagus kala
Melakukan renovasi rumah dan membeli perabotan baru untuk mengisi rumah Aruna ternyata menarik perhatian para tetangga. Mereka heran karena sudah tak melihat Aruna selama beberapa minggu, dan lebih heran lagi saat Aruna terlihat di rumahnya dan langsung melakukan renovasi.Aruna berusaha tetap ramah kepada para tetangga yang sudah dia kenal sejak kecil. Aruna tahu, sebagian dari mereka ada yang ikut bahagia melihat kehidupannya yang membaik sekarang. Dan sebagian ada yang julid juga, sampai menyebarkan fitnah tentang Aruna.Para tetangga di sana sudah tahu bagaimana kehidupan Aruna sejak masih kecil karena mereka sudah menjadi tetangga selama puluhan tahun. Bahkan mereka tahu tentang kisah ibu Aruna yang berhutang sana-sini karena kesalahan bersama suami barunya. Mereka juga tahu tentang tekanan yang Aruna dapatkan selama tinggal satu atap dengan ayah tirinya, namun tak ada yang berani membantu karena ayah tiri Aruna memang sosok yang jahat.Hari ini adalah hari keempat renovasi. Ruma
Malam ini adalah malam Minggu, dan seperti yang sudah di sepakati, setiap malam Minggu Arkan dan Aruna akan menginap di rumah Aruna. Proses renovasi sudah selesai, dan sekarang tampilan rumah Aruna terlihat lebih bagus dari sebelumnya.Rumah Aruna yang semula hampir kosong karena perabotannya dijual oleh ayah tirinya, kini sudah terisi lagi karena Arkan membeli semua perabotan baru untuk mengisi rumah Aruna. Dan rumah Aruna kini terasa lebih nyaman saat ditempati.Jam menunjukkan pukul tujuh malam lebih beberapa menit. Arkan dan Aruna baru saja selesai makan malam dan Aruna kini sedang mencuci peralatan makan yang digunakan barusan. Sementara Arkan langsung menuju ke arah ruang keluarga dan menyalakan televisi.Aruna tak membutuhkan waktu yang lama untuk mencuci piring kotor yang sedikit. Setelah selesai mencuci piring kotor, Aruna pun langsung masuk ke kamar utama yang selalu dia dan Arkan tempati saat menginap, termasuk malam ini.Aruna berdiri di depan cermin dan menatap pantulan d
Menikah dengan Arkan bukan hanya mengubah status Aruna saja dari yang awalnya seorang gadis jadi istri orang. Tapi, mengubah kehidupan Aruna juga. Sejak kecil Aruna hidup biasa dan sederhana, tapi bukan berarti kekurangan. Hanya saja orang tuanya lebih mementingkan tabungan untuk biaya pendidikannya. Sebulan sekali ayahnya selalu membawa dia dan ibunya untuk makan di restoran dan jalan-jalan ke mall. Walau begitu, orang tuanya memang pandai mengatur keuangan.Perubahan hidupnya terjadi saat ayahnya meninggal dunia. Ibunya kerja sendirian untuk kebutuhan mereka berdua dan untuk uang jajan sehari-hari Aruna harus bisa menghemat. Dan semuanya semakin memburuk saat ibunya menikah lagi dengan pria yang salah. Entah karena terlalu mencintai atau terlalu takut, ibunya sampai berani berhutang sana-sini hanya demi menghidupi suami barunya yang tak berguna. Sampai-sampai akhirnya Aruna lah yang menanggung semuanya.Sejak ibunya meninggal, kehidupan Aruna semakin memburuk dalam hal ekonomi. Untu
Hari demi hari Aruna lalui masih dengan kegiatan yang sama dengan mertuanya, yaitu memasak dan menyiram bunga di halaman belakang. Aruna mulai terbiasa namun tetap sering merasa bosan. Dan kegiatan lain yang sering dia lakukan adalah belajar menggunakan make up.Siang ini, Aruna berniat membereskan meja riasnya yang berantakan. Skincare dan make up miliknya tak beraturan dan bercampur jadi satu. Aruna pun duduk di depan meja rias dan membereskan semuanya. Saat Aruna mengambil botol parfum milik Arkan, Aruna mencium aroma yang menyengat. Kening Aruna berkerut lalu dia mendekatkan parfum milik Arkan ke arah hidungnya.Saat menghirup aroma parfum Arkan, seketika itu juga perut Aruna terasa bergejolak dan mual. Aruna menyimpan botol parfum milik Arkan dengan sedikit kasar lalu menutup mulutnya sendiri dan berlari ke kamar mandi. "Huekk... Huekk..."Aruna membuka keran air dan berkumur. Nafasnya sedikit berat dengan mata sedikit berair. Keningnya berkerut, merasa heran dengan dirinya send
Morning sickness adalah salah satu tanda kehamilan di trimester pertama, dan Aruna kini sedang mengalaminya. Pagi hari saat matahari baru menampakkan sinarnya, Aruna sudah berhadapan dengan wastafel. Dia berusaha memuntahkan isi perutnya namun yang keluar hanya cairan pahit saja. Sungguh, Aruna tak menyangka kalau awal kehamilan ternyata separah itu.Setelah muntah-muntah cukup parah, Aruna yang merasa lemas hanya bisa berbaring saja di atas ranjang dengan selimut yang menggulung tubuhnya. Arkan yang melihat itu merasa kasihan dan tak tega. Yang bisa dia lakukan hanyalah memijat tengkuk Aruna dan mengoleskan minyak kayu putih juga berharap hal itu bisa membantunya merasa lebih baik."Agak mendingan nggak?" Arkan bertanya pada Aruna yang berbaring dengan mata terpejam. Aruna tak bersuara, hanya menganggukkan kepala saja sebagai jawaban."Parfummu, Mas. Aku benar-benar mual mencium aromanya," ucap Aruna. Arkan langsung menoleh ke arah meja rias dan parfum miliknya masih ada di sana. Par
"Hai, Arkan. Lama tak bertemu."Aruna mengerutkan kening saat melihat wanita hamil tersebut berdiri di hadapan Arkan dan menyapa Arkan dengan ramah. Siapa lagi wanita itu? Apakah mantan tunangan Arkan? Atau sahabat mantan tunangan Arkan yang lain?"Hai, Vani." Arkan balas menyapa. Tatapannya terlihat biasa saja sekarang. Tak seperti saat bertemu dengan Rissa."Istri kamu?" Wanita hamil bernama Vani tersebut bertanya seraya duduk di samping Arkan. Aruna masih bingung dan penasaran, namun tak mau bersuara karena perutnya sedang tidak enak sekarang."Iya. Kamu sedang hamil juga?" Arkan balik bertanya seraya melihat ke arah perut wanita bernama Vani tersebut."Iya. Semoga nanti jenis kelaminnya bisa terlihat. Istri kamu sudah berapa bulan?" "Belum tahu. Baru periksa sekarang.""Wah, sedang dalam masa mabok parah ya." Vani tersenyum seraya melihat ke arah Aruna yang tak merespon apapun. Bukan apa-apa, Aruna merasa mual dan pusing sekarang. Padahal setelah makan di cafe tadi dia baik-baik