Beranda / Urban / Jurnal Sang Dokter / BAB 53 Aku Bukan SALOME Part 2

Share

BAB 53 Aku Bukan SALOME Part 2

Penulis: Nietha_setiaji
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-04 13:50:45
Aku Bukan SALOME Part 2

Cukup lama aku dan perawat Wiji memberikan ruang untuk Savea, hingga akhirnya dia mulai tenang dan memutuskan untuk melanjutkan sesi konsultasi.

“Apa tidak sebaiknya kau pulang dulu?” Tanyaku pada Savea.

“Tidak dok, saya sudah lebih baik,” ucap Savea.

“Kita bicara di sini? Tidak apa apa, tidak perlu di ruang pemeriksaan,” ucapku yang melihat Savea berusaha turun dari tempat tidur UGD.

“Tidak apa apa?” Tanya Savea.

“Ya, tentu saja,” ucapku yang kemudian mengambil kursi dan duduk di sebelahnya.

“Apa walimu tidak ikut?” Tanyaku pada Savea. Mendengar pertanyaan itu dia hanya menggeleng.

“Saya dari pulau lain, di kota ini untuk kuliah,” ucapnya.

“Oh begitu ya, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau selalu menyebutkan kata salome,” tanyaku.

“Saya khawatir salah mengartikannya,” lanjutku.

“Ya, sejak peristiwa itu, semua orang di kampus menyebut saya SALOME, sungguh sangat menyakitkan, saya bahkan berpikir untuk bunuh diri,” ucapnya.

“Ada apa?” Tanyaku menelisik.

Aku m
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Jurnal Sang Dokter   BAB 54 Aku Bukan SALOME Part 3

    Aku Bukan SALOME Part 3Romansa terlihat menarik nafas panjang, dia tidak boleh menggantungkan sebuah cerita. Dia pernah berjuang hingga akhir untuk membantu seseorang menemukan keadilan. Romansa menguatkan hati untuk meneruskan tulisannya, karna saat itu dia juga berjuang sekuat tenaga demi mendapatkan keadilan untuk Savea.Cerita Savea selanjutnya.Aku memeluk Savea dengan pelukan yang penuh kasih. Aku mengasihaninya, gadis malang ini, yang direnggut kebahagiaannya dengan paksa, oleh orang orang dalam raga berpendidikan dan rupawan. Aku merasakan kesedihan juga perasaan itu.Kelaminnya dikoyak, namun dia tidak tahu, hanya rasa sakit dan perih yang dirasakannya. Kesakitan yang akhirnya menjadi perasaan trauma yang mendalam.“Tolong dok, tolong ambil bayi ini, bayi yang hidup di dalam tubuh saya,” ucapnya lirih. Aku semakin memeluknya erat, semakin erat, tidak semudah itu, bukan jalan yang terbaik.“Tolong, jangan begini, dokter janji, dokter akan menolongmu, sebisa mungkin,” ucapku pa

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-05
  • Jurnal Sang Dokter   BAB 55 Down Syndrome Bukan Salah Mama

    Down Syndrome Bukan Salah MamaRomansa melihat semburat warna orens tergambar di sisi barat, matahari tenggelam yang begitu indah, terlihat sedikit samar. Dia memejamkan mata, membayangkan betapa indahnya matahari terbenam di pinggir pantai yang indah.“Aku sudah selesai dengan Savea, namun hatiku begitu bergetar, aku memikirkan Ibu Kayati, namun jariku sangat lelah dan sulit untuk digerakkan,” ucap Romansa di dalam hati seraya melihat ke arah jari jarinya yang begitu ingin sekali kembali mengetik.“Semoga kau dan anakmu selalu dalam kebahagiaan. Kau memutuskan untuk merawatnya sendiri, kau hebat, Tuhan akan mengasihimu,” ucap Romansa yang tanpa terasa butiran air mata menetes dengan begitu mudahnya.Tiba tiba dia mendengar suara pintu kamar diketuk, beberapa detik setelah itu terlihat perawat Nindi masuk.“Nona, ibu Erna berpesan untuk mengingatkan nona minum obat,” ucap perawat Nindi.“Iya perawat Nindi, terima kasih. Oh iya, apa bu Erna belum kembali? Apa dia cerita sedang ada keper

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-06
  • Jurnal Sang Dokter   BAB 56 Down Syndrome Bukan Salah Mama Part 2

    Down Syndrome Bukan Salah Mama Part 2“Skrining untuk down syndrome sudah dapat dilakukan sejak usia kehamilan 11 hingga 14 minggu melalu pemeriksaan USG dan tes darah di trimester pertama. Atau bisa juga dilakukan antara usia 15 minggu dan 20 minggu dengan tes darah yang disebut dengan tes skrining multiple marker serum,” jawabku.“Namun tidak 100% tes ini memberikan hasil yang akurat. Uji diagnostikpun bisa dilakukan, seperti memeriksa biopsi vili korionik (sampel plasenta), amniocentensis (cairan ketuban), chordocentesis (darah tali pusat) saat bayi masih berada di dalam kandungan, namun tidak semudah seperti yang dibayangkan, semua itu memiliki risiko komplikasi yang jauh lebih besar, sehingga harus dipertimbangkan dengan matang untuk memilih melakukan pemeriksaan itu,” lanjutku.“Jika bukan karma, kenapa selalu ibu yang disalahkan ketika memiliki anak seperti itu,” ucapnya yang diiringi dengan derai air mata.Aku menggenggam tangannya semakin erat, berusaha memahami sesuatu yang b

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-06
  • Jurnal Sang Dokter   BAB 57 Rahasia Terbesar Dokter Gede

    Rahasia Terbesar Dokter GedeDokter Gede dan perawat Dante terlihat berbicara cukup serius di lorong ruang perawatan VVIP.“Apa kau sudah menghapus semua data mengenai Romansa?” Tanya dokter Gede.“Sudah dok,” jawab perawat Dante.“Ya, jangan sampai ada orang lain yang tahu, apapun status mengenai dia, harus tetap tersimpan di Neverland selamanya,” ucap dokter Gede.“Ba-baik dok,” ucap perawat Dante.Dokter Gede terlihat menarik pikirannya ke belakang, ke satu waktu, menjadi titik mula Romansa berada di rumah sakit jiwa itu.Tiga tahun lalu, dokter Gede menemui dokter Arya, yang ternyata memiliki cerita di masa muda mereka.“Bawa dokter itu ke tempatmu, jangan sampai dia bicara lebih jauh dengan polisi,” ucap dokter Arya.“Aku sudah memperingatkanmu, jangan meneruskan bisnis itu, hentikan, kau dokter yang hebat, tidak perlu mengikuti jejak ayah dan kakekmu,” ucap dokter Gede. Mereka terlihat berbincang di sebuah ruangan, ruangan tertutup yang ada di kantor polisi.“Ya, kau tahu sendiri

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-07
  • Jurnal Sang Dokter   BAB 1 Rumah Sakit Jiwa

    Rumah Sakit Jiwa Rey memiliki keyakinan bahwa Romansa, sang dokter aborsi berada di rumah sakit jiwa yang akan menjadi tempatnya menyeleseikan praktek kedokteran tahun terakhir. "Wah apa itu benar?" tanya Simon. "Kau tidak ingat? peristiwa tiga tahun lalu, itu sangat menggemparkan. Aku mendengar dari sumber yang dipercaya, dokter muda itu ada di sini," ucap Rey. "Apa itu juga yang membuatmu memilih tempat ini?" tanya Simon. "Ya, benar sekali, aku ingin membuktikan rumor yang sempat beredar, apakah hal itu benar benar terjadi, karna seperti yang kita tahu, beritanya menguap begitu saja," ucap Rey antusias. "Kau tahu namanya?" tanya Simon. "Romansa," ucap Rey yakin. "Wah, nama yang indah, sayang sekali karirnya harus berakhir, binasa, layu sebelum berkembang," ucap Simon. "Menurutku dia juga korban, mungkin karena itu juga dia mengalami gangguan kejiwaan, kita harus buktikan kebenarannya," ucap Rey. "Untuk apa?" tanya Simon. "Ya, karena aku sangat penasaran, aku sering memiki

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-13
  • Jurnal Sang Dokter   BAB 2 Wanita Penghibur Part 1

    Wanita Penghibur Part 1 Romansa duduk di depan komputer lipatnya, mungkin ini yang bisa dia lakukan untuk mengobati pikiran dan hatinya yang dihantam rasa bersalah luar biasa. Romansa menuliskan segala hal yang bisa dia tulis, cerita yang bisa dia ceritakan mengenai seratus hari yang paling mengerikan di dalam hidupnya. Jurnal Romansa. Hari ketiga puluh di klinik jagal manusia, aku mendapat pasien bernama Ayu, dia datang dengan pakaian serba seksi, dress putih, panjangnya hanya satu jengkal di bawah organ kewanitaannya, sangat pendek sekali, mungkin ketika dia menekuk badannya, dari belakang tubuhnya akan banyak pria hidung belang yang berkumpul, ya untuk sekedar melihat pemandangan luar biasa itu, yang tidak mereka miliki. "Aku sudah membuat janji dengan dokter Arya," teriak Ayu. "Baiklah, saya akan memeriksa keadaan anda," ucapku "Tidak perlu, itu hanya akan menyusahkan, ini surat rujukannya, lakukan saja sesuai prosedur, sekarang dan secepatnya," ucap Ayu dengan pandangan s

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-13
  • Jurnal Sang Dokter   BAB 3 Wanita Penghibur Part 2

    Wanita Penghibur Part 2 Aku mulai menyadari apa yang terjadi, oh Tuhan, seketika tangisku pecah. Aku telah membunuh janin yang tidak berdosa, janin yang seharusnya tumbuh dengan nyaman di dalam rahim ibunya, hingga berusia sembilan bulan, lalu dilahirkan, melihat dunia ini, merasakan hidup. Oh Tuhan. Tubuhku jatuh ke lantai, menangis sejadi jadinya, aku tidak menyangka akan terjebak ke dalam peristiwa yang mematahkan hati ini. Aku merasa diriku kotor, bermandikan darah yang seperti lumpur kering. Awan mendung seketika datang, menghujaniku dengan kepedihan, lalu hujan itu berubah menjadi badai, menghancurkanku, seketika, membuatku tidak mampu berlari, bahkan untuk menyelamatkan diri. Aku sudah tamat, dalam bencana yang mengerikan. Aku pingsan, tidak sadarkan diri, ini benar benar peristiwa traumatik yang begitu menyakitkan. Aku tidak sanggup, sangat menyesakkan dada, membuatku tidak mampu bernafas dengan benar, hanya menyisakan sesak yang menyiksa. *** Aku masih tidak sadarkan diri

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-13
  • Jurnal Sang Dokter   BAB 4 Wanita Penghibur Part 3

    Wanita Penghibur Part 3Perawat Wiji mendatangiku. "Dokter, tidak perlu sedih begini, itu sudah profesinya," ucap perawat Wiji yang melihatku duduk di bangku ruang tunggu, sendirian, menerawang, dengan pandangan kosong. "Apa? profesi? hah," ucapku seolah mencibir. "Segala sesuatu yang menghasilkan uang dan dilakukan secara terus menerus bisa dibilang sebagai profesi," ucap perawat Wiji dengan tenang, tidak terpancing dengan kekesalanku, kekesalan yang sudah menjalar, merasuki seluruh tubuh. "Aku tidak setuju," ucapku dengan nada sedikit tinggi. "Tidak ada pembenaran, menjual diri bukan profesi, itu penyakit, apapun alasannya," lanjutku dengan mata tajam. "Penyakit itu harus disembuhkan. Berikan bimbingan yang baik, dia harus keluar dari zona nyamannya, pekerjaan yang dipikir mudah, menghasilkan banyak uang, kemewahan," ucapku lagi, masih dengan amarah yang menggebu. "Dngan satu tubuh, melayani banyak pria hidung belang. Aku bukannya ingin menjelekkan mereka, namun itu kenyataann

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-13

Bab terbaru

  • Jurnal Sang Dokter   BAB 57 Rahasia Terbesar Dokter Gede

    Rahasia Terbesar Dokter GedeDokter Gede dan perawat Dante terlihat berbicara cukup serius di lorong ruang perawatan VVIP.“Apa kau sudah menghapus semua data mengenai Romansa?” Tanya dokter Gede.“Sudah dok,” jawab perawat Dante.“Ya, jangan sampai ada orang lain yang tahu, apapun status mengenai dia, harus tetap tersimpan di Neverland selamanya,” ucap dokter Gede.“Ba-baik dok,” ucap perawat Dante.Dokter Gede terlihat menarik pikirannya ke belakang, ke satu waktu, menjadi titik mula Romansa berada di rumah sakit jiwa itu.Tiga tahun lalu, dokter Gede menemui dokter Arya, yang ternyata memiliki cerita di masa muda mereka.“Bawa dokter itu ke tempatmu, jangan sampai dia bicara lebih jauh dengan polisi,” ucap dokter Arya.“Aku sudah memperingatkanmu, jangan meneruskan bisnis itu, hentikan, kau dokter yang hebat, tidak perlu mengikuti jejak ayah dan kakekmu,” ucap dokter Gede. Mereka terlihat berbincang di sebuah ruangan, ruangan tertutup yang ada di kantor polisi.“Ya, kau tahu sendiri

  • Jurnal Sang Dokter   BAB 56 Down Syndrome Bukan Salah Mama Part 2

    Down Syndrome Bukan Salah Mama Part 2“Skrining untuk down syndrome sudah dapat dilakukan sejak usia kehamilan 11 hingga 14 minggu melalu pemeriksaan USG dan tes darah di trimester pertama. Atau bisa juga dilakukan antara usia 15 minggu dan 20 minggu dengan tes darah yang disebut dengan tes skrining multiple marker serum,” jawabku.“Namun tidak 100% tes ini memberikan hasil yang akurat. Uji diagnostikpun bisa dilakukan, seperti memeriksa biopsi vili korionik (sampel plasenta), amniocentensis (cairan ketuban), chordocentesis (darah tali pusat) saat bayi masih berada di dalam kandungan, namun tidak semudah seperti yang dibayangkan, semua itu memiliki risiko komplikasi yang jauh lebih besar, sehingga harus dipertimbangkan dengan matang untuk memilih melakukan pemeriksaan itu,” lanjutku.“Jika bukan karma, kenapa selalu ibu yang disalahkan ketika memiliki anak seperti itu,” ucapnya yang diiringi dengan derai air mata.Aku menggenggam tangannya semakin erat, berusaha memahami sesuatu yang b

  • Jurnal Sang Dokter   BAB 55 Down Syndrome Bukan Salah Mama

    Down Syndrome Bukan Salah MamaRomansa melihat semburat warna orens tergambar di sisi barat, matahari tenggelam yang begitu indah, terlihat sedikit samar. Dia memejamkan mata, membayangkan betapa indahnya matahari terbenam di pinggir pantai yang indah.“Aku sudah selesai dengan Savea, namun hatiku begitu bergetar, aku memikirkan Ibu Kayati, namun jariku sangat lelah dan sulit untuk digerakkan,” ucap Romansa di dalam hati seraya melihat ke arah jari jarinya yang begitu ingin sekali kembali mengetik.“Semoga kau dan anakmu selalu dalam kebahagiaan. Kau memutuskan untuk merawatnya sendiri, kau hebat, Tuhan akan mengasihimu,” ucap Romansa yang tanpa terasa butiran air mata menetes dengan begitu mudahnya.Tiba tiba dia mendengar suara pintu kamar diketuk, beberapa detik setelah itu terlihat perawat Nindi masuk.“Nona, ibu Erna berpesan untuk mengingatkan nona minum obat,” ucap perawat Nindi.“Iya perawat Nindi, terima kasih. Oh iya, apa bu Erna belum kembali? Apa dia cerita sedang ada keper

  • Jurnal Sang Dokter   BAB 54 Aku Bukan SALOME Part 3

    Aku Bukan SALOME Part 3Romansa terlihat menarik nafas panjang, dia tidak boleh menggantungkan sebuah cerita. Dia pernah berjuang hingga akhir untuk membantu seseorang menemukan keadilan. Romansa menguatkan hati untuk meneruskan tulisannya, karna saat itu dia juga berjuang sekuat tenaga demi mendapatkan keadilan untuk Savea.Cerita Savea selanjutnya.Aku memeluk Savea dengan pelukan yang penuh kasih. Aku mengasihaninya, gadis malang ini, yang direnggut kebahagiaannya dengan paksa, oleh orang orang dalam raga berpendidikan dan rupawan. Aku merasakan kesedihan juga perasaan itu.Kelaminnya dikoyak, namun dia tidak tahu, hanya rasa sakit dan perih yang dirasakannya. Kesakitan yang akhirnya menjadi perasaan trauma yang mendalam.“Tolong dok, tolong ambil bayi ini, bayi yang hidup di dalam tubuh saya,” ucapnya lirih. Aku semakin memeluknya erat, semakin erat, tidak semudah itu, bukan jalan yang terbaik.“Tolong, jangan begini, dokter janji, dokter akan menolongmu, sebisa mungkin,” ucapku pa

  • Jurnal Sang Dokter   BAB 53 Aku Bukan SALOME Part 2

    Aku Bukan SALOME Part 2Cukup lama aku dan perawat Wiji memberikan ruang untuk Savea, hingga akhirnya dia mulai tenang dan memutuskan untuk melanjutkan sesi konsultasi.“Apa tidak sebaiknya kau pulang dulu?” Tanyaku pada Savea.“Tidak dok, saya sudah lebih baik,” ucap Savea.“Kita bicara di sini? Tidak apa apa, tidak perlu di ruang pemeriksaan,” ucapku yang melihat Savea berusaha turun dari tempat tidur UGD.“Tidak apa apa?” Tanya Savea.“Ya, tentu saja,” ucapku yang kemudian mengambil kursi dan duduk di sebelahnya.“Apa walimu tidak ikut?” Tanyaku pada Savea. Mendengar pertanyaan itu dia hanya menggeleng.“Saya dari pulau lain, di kota ini untuk kuliah,” ucapnya.“Oh begitu ya, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau selalu menyebutkan kata salome,” tanyaku.“Saya khawatir salah mengartikannya,” lanjutku.“Ya, sejak peristiwa itu, semua orang di kampus menyebut saya SALOME, sungguh sangat menyakitkan, saya bahkan berpikir untuk bunuh diri,” ucapnya.“Ada apa?” Tanyaku menelisik.Aku m

  • Jurnal Sang Dokter   BAB 52 Aku Bukan SALOME

    Aku Bukan SALOMEBeberapa menit sebelumnya.Simon terlihat begitu asik bersama perawat Nindi dan juga perawat Nika, mereka membahas mengenai kondisi salah satu pasien yang dirawat di rumah sakit jiwa itu. Sebenarnya hanya kasus karangan Simon saja, tidak ada tugas mengenai itu, dia hanya membuat riset sendiri untuk membantu Rey mengelabui perawat di ruang perawatan VVIP.Tiba tiba dari jauh terdengar langkah kaki dari beberapa orang, Simon melirik ke arah lorong rumah sakit yang menuju ke arah ruang perawatan VVIP, dia melihat ada dokter Gede sedang berjalan bersama dengan perawat Dante.“Dok-dokter Gede,” gumam Simon dalam hati. Dia mulai gugup, tidak ingin ketahuan, dia segera mencari alasan supaya bisa secepatnya pergi.“Perawat Nindi, perawat Nika, saya ucapkan terima kasih. Saya ingin berlama lama dengan perawat perawat yang ramah juga baik seperti kalian, tapi sayangnya ada panggilan alam yang tidak bisa ditunda lagi,” ucap Simon seraya menunjukkan ekspresi seseorang yang sedang

  • Jurnal Sang Dokter   BAB 51 Pandangan Pertama Yang Mendebarkan

    Pandangan Pertama Yang MendebarkanSimon terlihat masuk ke dalam ruang perawatan VVIP. Dia mendekat ke ners station, di sana ada perawat Nindi dan perawat Nika.“Selamat sore, apa saya bisa bertemu bu Erna? wah saya sudah mencari bu Erna sejak tadi siang,” ucap Simon berusaha mencari alasan supaya bisa berlama lama di ruang VVIP.“Bu Erna sedang izin keluar, sejak tadi siang,” ucap perawat Nindi.“Oh begitu ya, pantas saja saya tidak menemukannya,” ucap Simon.“Ada perlu apa?” tanya perawat Nika.“Tidak, saya hanya ingin meminta bantuan bu Erna untuk melihat laporan saya mengenai salah satu pasien yang ada di ruang perawatan umum,” ucap Simon serta menunjukkan buku yang dibawanya.“Iya, bu Erna cukup berpengalaman untuk itu,” ucap perawat Nindi.“Datang saja lagi besok,” ucap perawat Nika.“Wah, malam ini saya harus segera mengirim email tugas ini pada dosen terkait,” ucap Simon yang menyiratkan isyarat kekecewaan.“Hmmm, coba saya lihat, mungkin saya bisa membantu,” ucap perawat Nind

  • Jurnal Sang Dokter   BAB 50 Rencana Rey Menemukan Romansa

    Rencana Rey Menemukan RomansaRomansa mengigau, di dalam tidur. Dia melihat ada tangan mungil, kecil, terjepit di atas kanul yang dicucinya. Romansa berkeringat begitu banyak, mengigau tidak karuan.“Tidak, tidak, tidak, maafkan aku, maafkan aku, tidak,” bisiknya lirih. Keringatnya semakin bercucuran. Ketakutan itu sungguh memiliki ruang di dalam pikirannya, di mana akan hadir di saat tidak terduga, juga tidak dapat diprediksi. Ketakutan itu menangkapnya dalam mimpi, seolah mencekik, menghentikan nafasnya, sangat menyakitkan.Romansa membuka mata, lalu mencoba bernafas dan bangkit. Romansa mengambil nafas cepat, sungguh dia seperti terbebas dari hal yang mengerikan. Romansa mengusap keringat yang membanjir di wajahnya. Dia berusaha mengendalikan diri, menepiskan perasaan sesak yang menyerangnya habis habisan.“Ada apa Romansa?” tanya perawat Erna yang berlari ke arah Romansa.“Ibu dengar kamu berteriak,” lanjut bu Erna seraya memeluk Romansa.“Mim-mimpi itu datang lagi,” gumam Romans

  • Jurnal Sang Dokter   BAB 49 HIV AIDS

    HIV AIDSRomansa mengingat sebuah kisah mengenai karma yang muncul setelah sekian tahun berlalu. Pagi itu, Romansa melihat perawat Wiji mengomel tidak karuan,“Tidak tahu malu, aku baru saja memberinya uang yang cukup, kenapa harus membuatku merasa kesulitan seperti ini, harusnya dia tahu diri,” gerutu perawat Wij ketika masuk ke dalam ruang obat, dia terlihat meletakkan sekotak kasa yang baru saja diterimanya dari penyedia bahan.“Ada apa?” tanya Romansa.“Di depan klinik ada seorang tunawisma wanita, dia sudah tiga hari disana, duduk di pojok klinik. Mungkin karna saya memberikannya makanan. Apa dokter tahu, setelah selesai makan, dia justru memaki makiku karna memberinya makan dengan ikan goreng, seharusnya dia bersyukur,” ucap perawat Wiji.“Mungkin dia memang sangat lapar, sudah, berikan saja lagi dan minta dia untuk pergi,” ucap Romansa.“Tidak semudah itu dok, saya sudah berusaha mengusirnya, saya juga minta satpam yang bekerja di koperasi sebelah klinik untuk mengusirnya, namun

DMCA.com Protection Status