Childfree Part 3Mereka berdua tidak menyadari, tidak mengira, bahwa malam itu mereka sedang menanam benih, benih kehidupan, buah dari cinta mereka berdua, cinta yang begitu luar biasa dari sepasang anak manusia yang sudah menikah dan sah dimata agama juga hukum negara.Mariana menangis sejadi jadinya, dia tahu rasa cinta yang dia miliki untuk suaminya adalah cinta yang luar biasa dalam, namun ada hal besar yang harus dipertahankan, karir yang dibangunnya dari nol, dari bawah, merangkak, terseok seok. Nama besar yang dimilikinya saat ini, bisa dipastikan akan terjun bebas dan runtuh tanpa bekas, bahkan mungkin hujatan dan bullyan yang akan didapatkannya.Mariana tidak tahu pasti apa yang sedang terjadi, karna dia sudah berusaha yang terbaik untuk mencegah kehamilan menghampirinya. Sudah berusaha dengan maksimal, semaksimal mungkin usaha manusia, walaupun tetap Tuhan adalah Maha Segalanya.Aku memikirkan Mariana, mengenai keputusan apa yang akan diambilnya. Aku menikmati secangkir teh
Hal Gila Yang Terjadi (Tukar Pasangan)“Siapa itu?” terdengar suara seorang perawat wanita. Mendengar itu, Simon dan Rey kaget, mereka buru buru menutup komputer yang dihidupkan Rey.“Cepat cepat ayo,” ucap Simon gugup.“Iya, sebentar,” ucap Rey gugup.Rey dan Simon segera meninggalkan ruang perawat setelah mematikan komputer. Rupanya ada perawat yang mendengar suara mereka.“Sepertinya aku mendengar ada suara di sini,” ucap seorang perawat setelah berada di ruang perawat yang ternyata kosong.“Aneh,” ucap perawat itu yang kemudian dia segera meninggalkan ruang perawat yang ternyata kosong.Rey dan Simon bersembunyi di balik lemari, mereka menghela nafas lega setelah perawat itu pergi.“Syukurlah, dia sudah pergi,” ucap Simon.“Wah, kau hampir saja membuat nilai kita jelek,” lanjut Simon.“Yang penting tidak ada yang tahu, aku akan tetap mencarinya, besok, satu per satu, di setiap kamar,” ucap Rey.“Kau ini, kenapa begitu terobsesi dengan seseorang yang belum tentu ada,” ucap Simon.“
Hal Gila Yang Terjadi Part 2“Fera?” tanyaku dengan pandangan mata ke arah Fera, tertuju padanya, untuk memastikan semuanya.“Iya bu dokter, Fera,” ucap Hani seraya menunjuk ke arah Fera yang duduk di sebelahnya.“Fera, berapa usiamu?” tanyaku berusaha tetap tenang.“Dua belas,” ucap Fera lirih.“Baiklah, apa orang tua kalian mengetahuinya?” tanyaku menelisik dengan sangat hati hati. Mendengar pertanyaan itu, mereka menggelengkan kepala, mereka berdua, kompak.“Apa yang membuat kalian datang ke sini?” tanyaku.“Aborsi,” ucap Fera dengan lantang.Sekali lagi ada dentuman keras di jantungku, kali ini benar benar suara yang begitu terasa menyakitkan, menindih, menghimpit, hingga aku tidak mampu bernafas dengan baik.“A-aborsi?” tanyaku gugup.“Dari mana kalian tahu tentang hal itu?” lanjutku.“Dari pacar kami berdua,” ucap Hani.“Apa?” ucapku yang masih benar benar belum bisa memahami semua ini.Aku mencoba mengambil sedikit waktu untuk berpikir cepat. Memahami dengan benar apa yang sebe
Hal Gila Yang Terjadi Part 3Mereka terlihat bergidik, menunjukkan ekspresi takut dan khawatir.“A-apa itu benar dok? kata Roy semuanya akan baik baik saja,” ucap Fera.“Ya, darah akan mengucur dari tubuh, kau akan kehilangan darah, mengalir deras, itu yang membuatmu kehilangan nyawa, karna itu sebaiknya kau datang dengan kedua orang tuamu, itu akan lebih baik dan seharusnya begitu. Bu dokter juga tidak akan melakukan apa apa jika tidak ada wali,” ucapku.“Dokter, saya bisa mati jika ayah dan ibu saya tahu, mereka akan memukuli saya, sama saja, saya akan mati,” ucap Fera.“Kau tahu kan, tidak mungkin orang tuamu melakukan itu jika kau tidak melakukan kesalahan besar, jadi secara sadar atau tidak sadar kau sudah tahu bahwa hamil adalah hal yang tidak boleh,” ucapku yakin.“Iya dok, saya tahu jika saya tidak boleh hamil, tapi saya tidak tahu jika kegiatan cinta bisa menyebabkan hamil. Roy bilang, semuanya akan baik baik saja, tapi dia berbohong,” ucap Fera yang terlihat mulai menangis,
Hal Gila Yang Terjadi Part 4Rumah Fera tidak terlalu jauh, jaraknya hanya sekitar lima kilometer dari sekolah.“Baiklah, aku akan ke sana,” ucapku yakin. Aku hanya memiliki ketulusan, itu yang aku pegang.Setelah beberapa menit menggendarai motor honda merah putih kesayanganku, aku sampai di alamat yang tertera di kertas. Aku turun dari motor, melihat rumah itu sudah cukup ramai dengan beberapa orang, ada bendera kuning, menandakan sedang ada kedukaan menyelimuti rumah itu.“Apa mungkin orang tua Fera meninggal?” gumamku dalam hati.Aku memberanikaan diri masuk ke rumah itu, mencari keberadaan Fera.“Buk permisi, saya mencari Fera,” tanyaku pada seorang wanita yang aku temui pertama kali.“Fera? kau temaannya? kau terlambar, dia sudah pergi jam sembilan tadi,” ucap wanita setengah baya itu, yang mengenakan pakaian serba hitam.“Berangkat sekolah? tapi ini sudah jam pulang, karna hari sabtu seharusnya Fera sudah ada di rumah?” tanyaku. Wanita itu terlihat mengerutkan dahi, menatapku
Hal Gila Yang Terjadi Part 5 (Akhir kisah)Dia melihat ke arah tanah lapang yang ada di dekat rumah Hani, lalu menunjuk ke sebuah gubuk kecil. Aku melihat ke arah itu, seraya mengerutkan dahi, belum mengerti.“A-apa maksud ibu?” tanyaku, namun ibu itu tidak menjawab, dia segera pergi meninggalkanku tanpa mengucapkan sepatah katapun.Aku berusaha mencegah langkah kaki ibu itu, namun kali ini tidak berhasil, dia bergerak maju, tidak ingin berbincang lagi, dia merasa sudah memberikan informasi dan mungkin saja itu bisa membuatnya berada dalam masalah besar.Aku menghela nafas panjang, membiarkan ibu itu pergi. Aku melihat ke arah gubuk yang berjarak cukup jauh dariku, aku memutuskan untuk menghampiri gubuk itu, berlari secepat mungkin, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, kenapa ibu itu menunjuk ke arah bangunan yang ada di tengah kebun, gubuk reot dan tidak terurus.Aku sampai di dekat gubuk itu, sepertinya tidak ada apapun. Aku menghela nafas panjang, apa yang harus aku lakukan? a
Kisah Cinta Anak SD (Kisah di balik kisah sebelumnya)Fera dan Hani adalah dua orang yang seolah tak terpisahkan, mereka adalah sahabat baik, tumbuh bersama sejak mereka masih kecil. Lahir di tahun dan bulan yang sama, melewati masa balita bersama, namun dalam lingkup nasib yang berbeda.Hani adalah anak seorang buruh yang bekerja di kebun milik orang tua Fera, walaupun status sosial yang berbeda, mereka tetap menjalin persahabatan dengan segenap perasaan. Mereka saling mengasihi satu sama lain, tanpa memandang status keluarga.Ibu Hani sudah meninggal, ketika melahirkannya, membawa kehidupan dengan nyawanya dan hal ini juga yang membuat ayah Hani terkadang menyimpan benci terhadapnya, putrinya sendiri. Dia, ayah Hani, selalu berpikir bahwa Hani adalah orang yang sudah membunuh istrinya, istri yang begitu dia cintai.sedangkan Fera hidup dengan kedua orang tua yang lengkap, namun ibu dan ayahnya sibuk dengan kehidupan dunia tanpa melibatkan Fera di dalamnya. Bagi mereka, memenuhi keh
Kisah Cinta Anak SD Part 2 (Kisah di balik kisah sebelumnya)“Ti-tidak, kata mereka yang ada di sana, itu hanya seperti orang menstruasi, jangan khawatir,” ucap Roy yang berusaha mencari jawaban tepat dan menenangkan kekasihnya itu.“Menstruasi juga sakit,” ucap Fera.Roy melihat Fera dengan pandangan mendalam.“Ah, tidak apa apa, sakit juga sedikit, yang penting tidak berubah menjadi bayi,” ucap Roy.“Apa kau yakin?” tanya Fera yang terlihat masih menyimpan kebingungan juga kekhawatiran.“Ya, tentu saja, setelah masalahnya beres kita bisa melanjutkan kegiatan cinta kita. Kita masih muda, saatnya bersenang senang, jangan memikirkan apapun, biarlah orang tua yang memikirkannya, kita selesaikan masalah ini, ya?” ucap Roy seraya memeluk Fera.Sungguh miris, bahkan Roy tidak memiliki kecemburuan sedikitpun pada Jefri, padahal Jefri telah melakukan hal yang tidak sepantasnya pada Fera yang merupakan kekasihnya. Apa Roy benar benar mencintai Fera? sepertinya itu bukan cinta, hanya pelampiasa
Rahasia Terbesar Dokter GedeDokter Gede dan perawat Dante terlihat berbicara cukup serius di lorong ruang perawatan VVIP.“Apa kau sudah menghapus semua data mengenai Romansa?” Tanya dokter Gede.“Sudah dok,” jawab perawat Dante.“Ya, jangan sampai ada orang lain yang tahu, apapun status mengenai dia, harus tetap tersimpan di Neverland selamanya,” ucap dokter Gede.“Ba-baik dok,” ucap perawat Dante.Dokter Gede terlihat menarik pikirannya ke belakang, ke satu waktu, menjadi titik mula Romansa berada di rumah sakit jiwa itu.Tiga tahun lalu, dokter Gede menemui dokter Arya, yang ternyata memiliki cerita di masa muda mereka.“Bawa dokter itu ke tempatmu, jangan sampai dia bicara lebih jauh dengan polisi,” ucap dokter Arya.“Aku sudah memperingatkanmu, jangan meneruskan bisnis itu, hentikan, kau dokter yang hebat, tidak perlu mengikuti jejak ayah dan kakekmu,” ucap dokter Gede. Mereka terlihat berbincang di sebuah ruangan, ruangan tertutup yang ada di kantor polisi.“Ya, kau tahu sendiri
Down Syndrome Bukan Salah Mama Part 2“Skrining untuk down syndrome sudah dapat dilakukan sejak usia kehamilan 11 hingga 14 minggu melalu pemeriksaan USG dan tes darah di trimester pertama. Atau bisa juga dilakukan antara usia 15 minggu dan 20 minggu dengan tes darah yang disebut dengan tes skrining multiple marker serum,” jawabku.“Namun tidak 100% tes ini memberikan hasil yang akurat. Uji diagnostikpun bisa dilakukan, seperti memeriksa biopsi vili korionik (sampel plasenta), amniocentensis (cairan ketuban), chordocentesis (darah tali pusat) saat bayi masih berada di dalam kandungan, namun tidak semudah seperti yang dibayangkan, semua itu memiliki risiko komplikasi yang jauh lebih besar, sehingga harus dipertimbangkan dengan matang untuk memilih melakukan pemeriksaan itu,” lanjutku.“Jika bukan karma, kenapa selalu ibu yang disalahkan ketika memiliki anak seperti itu,” ucapnya yang diiringi dengan derai air mata.Aku menggenggam tangannya semakin erat, berusaha memahami sesuatu yang b
Down Syndrome Bukan Salah MamaRomansa melihat semburat warna orens tergambar di sisi barat, matahari tenggelam yang begitu indah, terlihat sedikit samar. Dia memejamkan mata, membayangkan betapa indahnya matahari terbenam di pinggir pantai yang indah.“Aku sudah selesai dengan Savea, namun hatiku begitu bergetar, aku memikirkan Ibu Kayati, namun jariku sangat lelah dan sulit untuk digerakkan,” ucap Romansa di dalam hati seraya melihat ke arah jari jarinya yang begitu ingin sekali kembali mengetik.“Semoga kau dan anakmu selalu dalam kebahagiaan. Kau memutuskan untuk merawatnya sendiri, kau hebat, Tuhan akan mengasihimu,” ucap Romansa yang tanpa terasa butiran air mata menetes dengan begitu mudahnya.Tiba tiba dia mendengar suara pintu kamar diketuk, beberapa detik setelah itu terlihat perawat Nindi masuk.“Nona, ibu Erna berpesan untuk mengingatkan nona minum obat,” ucap perawat Nindi.“Iya perawat Nindi, terima kasih. Oh iya, apa bu Erna belum kembali? Apa dia cerita sedang ada keper
Aku Bukan SALOME Part 3Romansa terlihat menarik nafas panjang, dia tidak boleh menggantungkan sebuah cerita. Dia pernah berjuang hingga akhir untuk membantu seseorang menemukan keadilan. Romansa menguatkan hati untuk meneruskan tulisannya, karna saat itu dia juga berjuang sekuat tenaga demi mendapatkan keadilan untuk Savea.Cerita Savea selanjutnya.Aku memeluk Savea dengan pelukan yang penuh kasih. Aku mengasihaninya, gadis malang ini, yang direnggut kebahagiaannya dengan paksa, oleh orang orang dalam raga berpendidikan dan rupawan. Aku merasakan kesedihan juga perasaan itu.Kelaminnya dikoyak, namun dia tidak tahu, hanya rasa sakit dan perih yang dirasakannya. Kesakitan yang akhirnya menjadi perasaan trauma yang mendalam.“Tolong dok, tolong ambil bayi ini, bayi yang hidup di dalam tubuh saya,” ucapnya lirih. Aku semakin memeluknya erat, semakin erat, tidak semudah itu, bukan jalan yang terbaik.“Tolong, jangan begini, dokter janji, dokter akan menolongmu, sebisa mungkin,” ucapku pa
Aku Bukan SALOME Part 2Cukup lama aku dan perawat Wiji memberikan ruang untuk Savea, hingga akhirnya dia mulai tenang dan memutuskan untuk melanjutkan sesi konsultasi.“Apa tidak sebaiknya kau pulang dulu?” Tanyaku pada Savea.“Tidak dok, saya sudah lebih baik,” ucap Savea.“Kita bicara di sini? Tidak apa apa, tidak perlu di ruang pemeriksaan,” ucapku yang melihat Savea berusaha turun dari tempat tidur UGD.“Tidak apa apa?” Tanya Savea.“Ya, tentu saja,” ucapku yang kemudian mengambil kursi dan duduk di sebelahnya.“Apa walimu tidak ikut?” Tanyaku pada Savea. Mendengar pertanyaan itu dia hanya menggeleng.“Saya dari pulau lain, di kota ini untuk kuliah,” ucapnya.“Oh begitu ya, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau selalu menyebutkan kata salome,” tanyaku.“Saya khawatir salah mengartikannya,” lanjutku.“Ya, sejak peristiwa itu, semua orang di kampus menyebut saya SALOME, sungguh sangat menyakitkan, saya bahkan berpikir untuk bunuh diri,” ucapnya.“Ada apa?” Tanyaku menelisik.Aku m
Aku Bukan SALOMEBeberapa menit sebelumnya.Simon terlihat begitu asik bersama perawat Nindi dan juga perawat Nika, mereka membahas mengenai kondisi salah satu pasien yang dirawat di rumah sakit jiwa itu. Sebenarnya hanya kasus karangan Simon saja, tidak ada tugas mengenai itu, dia hanya membuat riset sendiri untuk membantu Rey mengelabui perawat di ruang perawatan VVIP.Tiba tiba dari jauh terdengar langkah kaki dari beberapa orang, Simon melirik ke arah lorong rumah sakit yang menuju ke arah ruang perawatan VVIP, dia melihat ada dokter Gede sedang berjalan bersama dengan perawat Dante.“Dok-dokter Gede,” gumam Simon dalam hati. Dia mulai gugup, tidak ingin ketahuan, dia segera mencari alasan supaya bisa secepatnya pergi.“Perawat Nindi, perawat Nika, saya ucapkan terima kasih. Saya ingin berlama lama dengan perawat perawat yang ramah juga baik seperti kalian, tapi sayangnya ada panggilan alam yang tidak bisa ditunda lagi,” ucap Simon seraya menunjukkan ekspresi seseorang yang sedang
Pandangan Pertama Yang MendebarkanSimon terlihat masuk ke dalam ruang perawatan VVIP. Dia mendekat ke ners station, di sana ada perawat Nindi dan perawat Nika.“Selamat sore, apa saya bisa bertemu bu Erna? wah saya sudah mencari bu Erna sejak tadi siang,” ucap Simon berusaha mencari alasan supaya bisa berlama lama di ruang VVIP.“Bu Erna sedang izin keluar, sejak tadi siang,” ucap perawat Nindi.“Oh begitu ya, pantas saja saya tidak menemukannya,” ucap Simon.“Ada perlu apa?” tanya perawat Nika.“Tidak, saya hanya ingin meminta bantuan bu Erna untuk melihat laporan saya mengenai salah satu pasien yang ada di ruang perawatan umum,” ucap Simon serta menunjukkan buku yang dibawanya.“Iya, bu Erna cukup berpengalaman untuk itu,” ucap perawat Nindi.“Datang saja lagi besok,” ucap perawat Nika.“Wah, malam ini saya harus segera mengirim email tugas ini pada dosen terkait,” ucap Simon yang menyiratkan isyarat kekecewaan.“Hmmm, coba saya lihat, mungkin saya bisa membantu,” ucap perawat Nind
Rencana Rey Menemukan RomansaRomansa mengigau, di dalam tidur. Dia melihat ada tangan mungil, kecil, terjepit di atas kanul yang dicucinya. Romansa berkeringat begitu banyak, mengigau tidak karuan.“Tidak, tidak, tidak, maafkan aku, maafkan aku, tidak,” bisiknya lirih. Keringatnya semakin bercucuran. Ketakutan itu sungguh memiliki ruang di dalam pikirannya, di mana akan hadir di saat tidak terduga, juga tidak dapat diprediksi. Ketakutan itu menangkapnya dalam mimpi, seolah mencekik, menghentikan nafasnya, sangat menyakitkan.Romansa membuka mata, lalu mencoba bernafas dan bangkit. Romansa mengambil nafas cepat, sungguh dia seperti terbebas dari hal yang mengerikan. Romansa mengusap keringat yang membanjir di wajahnya. Dia berusaha mengendalikan diri, menepiskan perasaan sesak yang menyerangnya habis habisan.“Ada apa Romansa?” tanya perawat Erna yang berlari ke arah Romansa.“Ibu dengar kamu berteriak,” lanjut bu Erna seraya memeluk Romansa.“Mim-mimpi itu datang lagi,” gumam Romans
HIV AIDSRomansa mengingat sebuah kisah mengenai karma yang muncul setelah sekian tahun berlalu. Pagi itu, Romansa melihat perawat Wiji mengomel tidak karuan,“Tidak tahu malu, aku baru saja memberinya uang yang cukup, kenapa harus membuatku merasa kesulitan seperti ini, harusnya dia tahu diri,” gerutu perawat Wij ketika masuk ke dalam ruang obat, dia terlihat meletakkan sekotak kasa yang baru saja diterimanya dari penyedia bahan.“Ada apa?” tanya Romansa.“Di depan klinik ada seorang tunawisma wanita, dia sudah tiga hari disana, duduk di pojok klinik. Mungkin karna saya memberikannya makanan. Apa dokter tahu, setelah selesai makan, dia justru memaki makiku karna memberinya makan dengan ikan goreng, seharusnya dia bersyukur,” ucap perawat Wiji.“Mungkin dia memang sangat lapar, sudah, berikan saja lagi dan minta dia untuk pergi,” ucap Romansa.“Tidak semudah itu dok, saya sudah berusaha mengusirnya, saya juga minta satpam yang bekerja di koperasi sebelah klinik untuk mengusirnya, namun