Hal Gila Yang Terjadi Part 4Rumah Fera tidak terlalu jauh, jaraknya hanya sekitar lima kilometer dari sekolah.“Baiklah, aku akan ke sana,” ucapku yakin. Aku hanya memiliki ketulusan, itu yang aku pegang.Setelah beberapa menit menggendarai motor honda merah putih kesayanganku, aku sampai di alamat yang tertera di kertas. Aku turun dari motor, melihat rumah itu sudah cukup ramai dengan beberapa orang, ada bendera kuning, menandakan sedang ada kedukaan menyelimuti rumah itu.“Apa mungkin orang tua Fera meninggal?” gumamku dalam hati.Aku memberanikaan diri masuk ke rumah itu, mencari keberadaan Fera.“Buk permisi, saya mencari Fera,” tanyaku pada seorang wanita yang aku temui pertama kali.“Fera? kau temaannya? kau terlambar, dia sudah pergi jam sembilan tadi,” ucap wanita setengah baya itu, yang mengenakan pakaian serba hitam.“Berangkat sekolah? tapi ini sudah jam pulang, karna hari sabtu seharusnya Fera sudah ada di rumah?” tanyaku. Wanita itu terlihat mengerutkan dahi, menatapku
Hal Gila Yang Terjadi Part 5 (Akhir kisah)Dia melihat ke arah tanah lapang yang ada di dekat rumah Hani, lalu menunjuk ke sebuah gubuk kecil. Aku melihat ke arah itu, seraya mengerutkan dahi, belum mengerti.“A-apa maksud ibu?” tanyaku, namun ibu itu tidak menjawab, dia segera pergi meninggalkanku tanpa mengucapkan sepatah katapun.Aku berusaha mencegah langkah kaki ibu itu, namun kali ini tidak berhasil, dia bergerak maju, tidak ingin berbincang lagi, dia merasa sudah memberikan informasi dan mungkin saja itu bisa membuatnya berada dalam masalah besar.Aku menghela nafas panjang, membiarkan ibu itu pergi. Aku melihat ke arah gubuk yang berjarak cukup jauh dariku, aku memutuskan untuk menghampiri gubuk itu, berlari secepat mungkin, mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, kenapa ibu itu menunjuk ke arah bangunan yang ada di tengah kebun, gubuk reot dan tidak terurus.Aku sampai di dekat gubuk itu, sepertinya tidak ada apapun. Aku menghela nafas panjang, apa yang harus aku lakukan? a
Kisah Cinta Anak SD (Kisah di balik kisah sebelumnya)Fera dan Hani adalah dua orang yang seolah tak terpisahkan, mereka adalah sahabat baik, tumbuh bersama sejak mereka masih kecil. Lahir di tahun dan bulan yang sama, melewati masa balita bersama, namun dalam lingkup nasib yang berbeda.Hani adalah anak seorang buruh yang bekerja di kebun milik orang tua Fera, walaupun status sosial yang berbeda, mereka tetap menjalin persahabatan dengan segenap perasaan. Mereka saling mengasihi satu sama lain, tanpa memandang status keluarga.Ibu Hani sudah meninggal, ketika melahirkannya, membawa kehidupan dengan nyawanya dan hal ini juga yang membuat ayah Hani terkadang menyimpan benci terhadapnya, putrinya sendiri. Dia, ayah Hani, selalu berpikir bahwa Hani adalah orang yang sudah membunuh istrinya, istri yang begitu dia cintai.sedangkan Fera hidup dengan kedua orang tua yang lengkap, namun ibu dan ayahnya sibuk dengan kehidupan dunia tanpa melibatkan Fera di dalamnya. Bagi mereka, memenuhi keh
Kisah Cinta Anak SD Part 2 (Kisah di balik kisah sebelumnya)“Ti-tidak, kata mereka yang ada di sana, itu hanya seperti orang menstruasi, jangan khawatir,” ucap Roy yang berusaha mencari jawaban tepat dan menenangkan kekasihnya itu.“Menstruasi juga sakit,” ucap Fera.Roy melihat Fera dengan pandangan mendalam.“Ah, tidak apa apa, sakit juga sedikit, yang penting tidak berubah menjadi bayi,” ucap Roy.“Apa kau yakin?” tanya Fera yang terlihat masih menyimpan kebingungan juga kekhawatiran.“Ya, tentu saja, setelah masalahnya beres kita bisa melanjutkan kegiatan cinta kita. Kita masih muda, saatnya bersenang senang, jangan memikirkan apapun, biarlah orang tua yang memikirkannya, kita selesaikan masalah ini, ya?” ucap Roy seraya memeluk Fera.Sungguh miris, bahkan Roy tidak memiliki kecemburuan sedikitpun pada Jefri, padahal Jefri telah melakukan hal yang tidak sepantasnya pada Fera yang merupakan kekasihnya. Apa Roy benar benar mencintai Fera? sepertinya itu bukan cinta, hanya pelampiasa
Kisah Cinta Anak SD Part 3 (Kisah di balik kisah sebelumnya)Fera terlihat sedikit ragu, namun dia berusaha meyakinkan dirinya, bahwa semuanya akan baik baik saja. Dia harus yakin dan percaya bahwa solusi yang Jefri dan Roy berikan adalah jalan keluar terbaik. Dia akan baik baik saja, itu yang terus dia katakan pada dirinya sendiri.“Baiklah, aku akan meminumnya dua butir,” ucap Fera yakin seraya melihat ke arah Hani.Fera terlihat mengeluarkan dua butir obat berwarna putih itu, menatapnya lekat lekat, lalu kembali mengeluarkan obat itu satu butir. Sekarang sudah ada obat sebanyak tiga butir. Tanpa ragu ragu, Fera langsung menenggak obat itu. Obat itu meluncur melewati tenggorokannya, masuk ke dalam lambungnya.“kau sudah meminum obat itu?” tanya Hani penasaran.“Ya, baru saja, sepertinya tidak ada reaksi apa apa,” ucap Fera.Jefri dan Roy terlihat masih sibuk berbincang, mereka membicarakan banyak hal, sambil tertawa cekikikan, seperti tidak terjadi apa apa. Mereka seolah tidak mengan
Kisah Cinta Anak SD Part 4 (Kisah di balik kisah sebelumnya)Roy dan pak Yo mulai ketakutan, juga bingung, mereka memutuskan untuk kabur. Mereka meninggalkan Jefri yang sedang berjuang membawa Fera ke rumah sakit.Di luar gedung terlihat Jefri dengan sekuat tenaga membopong tubuh Fera. Berlari menuju ke sebuah klinik yang jaraknya tidak terlalu jauh dari gedung yang sedang dibangun itu. Dia kepayahan, namun tetap berusaha keras. Dia harus menyelamatkan Fera, bagaimanapun caranya.“Tolong, tolong teman saya,” teriak Hani yang lebih dulu masuk ke dalam klinik.“Ada apa?” tanya seorang wanita dengan seragam putih putih, sepertinya dia adalah salah satu petugas yang berjaga di klinik itu.“Tolong teman saya, dia keluar darah banyak sekali,” ucap Hani seraya menunjuk ke arah Fera yang sedang dibopong Jefri, mereka memasuki klinik itu dengan gugup.Darah berceceran di mana mana, Fera sudah tidak sadarkan diri, wajahnya pucat, tubuhnya dingin.Petugas kesehatan segera memanggil beberapa rekan
Karma Penyuka Sesama JenisRomansa berjalan santai di lorong rumah sakit, ini pertama kalinya dia keluar dari ruang perawatan dengan perasaan berani. Beberapa perawat menyapanya, dengan santun dan hormat. Romansa membalas sapaan itu juga dengan senyum.Romansa melihat bunga bunga indah tumbuh di taman, dia menghentikan langkahnya, merentangkan tangan, lalu menghirup udara pagi yang segar.Dari jauh terlihat Rey mengarahkan matanya pada Romansa. Sekali lihat dia mulai merasakan sebuah perasaan unik yang dikenali dengan rasa penasaran. Dia mengamati Romansa, dengan sangat teliti. Wanita yang begitu cantik, dengan rambut indah yang terurai, Rey menebak mungkin usianya mendekati tiga puluhan, sama seperti dirinya.Rey terlihat melangkah maju, hendak mendekat ke arah Romansa, tanpa ragu sama sekali. Tiba tiba ada dua orang perawat yang menabrak langkahnya.“Maaf, maaf,” ucap perawat itu.“Oh iya tidak apa apa, saya yang tidak melihat,” ucap Rey seraya membantu mengambil beberapa file milik
Karma Penyuka Sesama Jenis Part 2Aku sudah duduk di ruang pemeriksaan, menunggu dua orang wanita itu masuk.“Selamat malam dok, maaf kami datang larut malam,” sapa salah satu wanita itu, mereka mulai duduk di dua kursi yang ada persis di hadapanku.“Nama saya Angela dan ini istri saya Feronika,” ucap wanita yang memperkenalkan dirinya sebagai Angela.Aku mengernyitkan dahi, berusaha memastikan apa yang baru saja aku dengar.“A-apa? istri?” tanyaku memastikan dengan wajah bingung.“Iya, kami pasangan yang sudah menikah resmi, kami juga membawa dokumen pernikahan,” ucap Angela seraya menyerahkan lembar bukti pernikahan yang dikeluarkan oleh salah satu negara yang melegalkan pernikahan sesama jenis. Bukti itu jelas dan resmi.Tiba tiba dadaku seperti dihantam benda keras, seketika sesak, bernafas pun mulai kepayahan. Aku melihat ke arah mereka, mengamati satu persatu. Dua wanita muda yang sangat cantik, modis, apa mereka benar benar melakukannya? Pernikahan sesama jenis? ini negara Timu
Rahasia Terbesar Dokter GedeDokter Gede dan perawat Dante terlihat berbicara cukup serius di lorong ruang perawatan VVIP.“Apa kau sudah menghapus semua data mengenai Romansa?” Tanya dokter Gede.“Sudah dok,” jawab perawat Dante.“Ya, jangan sampai ada orang lain yang tahu, apapun status mengenai dia, harus tetap tersimpan di Neverland selamanya,” ucap dokter Gede.“Ba-baik dok,” ucap perawat Dante.Dokter Gede terlihat menarik pikirannya ke belakang, ke satu waktu, menjadi titik mula Romansa berada di rumah sakit jiwa itu.Tiga tahun lalu, dokter Gede menemui dokter Arya, yang ternyata memiliki cerita di masa muda mereka.“Bawa dokter itu ke tempatmu, jangan sampai dia bicara lebih jauh dengan polisi,” ucap dokter Arya.“Aku sudah memperingatkanmu, jangan meneruskan bisnis itu, hentikan, kau dokter yang hebat, tidak perlu mengikuti jejak ayah dan kakekmu,” ucap dokter Gede. Mereka terlihat berbincang di sebuah ruangan, ruangan tertutup yang ada di kantor polisi.“Ya, kau tahu sendiri
Down Syndrome Bukan Salah Mama Part 2“Skrining untuk down syndrome sudah dapat dilakukan sejak usia kehamilan 11 hingga 14 minggu melalu pemeriksaan USG dan tes darah di trimester pertama. Atau bisa juga dilakukan antara usia 15 minggu dan 20 minggu dengan tes darah yang disebut dengan tes skrining multiple marker serum,” jawabku.“Namun tidak 100% tes ini memberikan hasil yang akurat. Uji diagnostikpun bisa dilakukan, seperti memeriksa biopsi vili korionik (sampel plasenta), amniocentensis (cairan ketuban), chordocentesis (darah tali pusat) saat bayi masih berada di dalam kandungan, namun tidak semudah seperti yang dibayangkan, semua itu memiliki risiko komplikasi yang jauh lebih besar, sehingga harus dipertimbangkan dengan matang untuk memilih melakukan pemeriksaan itu,” lanjutku.“Jika bukan karma, kenapa selalu ibu yang disalahkan ketika memiliki anak seperti itu,” ucapnya yang diiringi dengan derai air mata.Aku menggenggam tangannya semakin erat, berusaha memahami sesuatu yang b
Down Syndrome Bukan Salah MamaRomansa melihat semburat warna orens tergambar di sisi barat, matahari tenggelam yang begitu indah, terlihat sedikit samar. Dia memejamkan mata, membayangkan betapa indahnya matahari terbenam di pinggir pantai yang indah.“Aku sudah selesai dengan Savea, namun hatiku begitu bergetar, aku memikirkan Ibu Kayati, namun jariku sangat lelah dan sulit untuk digerakkan,” ucap Romansa di dalam hati seraya melihat ke arah jari jarinya yang begitu ingin sekali kembali mengetik.“Semoga kau dan anakmu selalu dalam kebahagiaan. Kau memutuskan untuk merawatnya sendiri, kau hebat, Tuhan akan mengasihimu,” ucap Romansa yang tanpa terasa butiran air mata menetes dengan begitu mudahnya.Tiba tiba dia mendengar suara pintu kamar diketuk, beberapa detik setelah itu terlihat perawat Nindi masuk.“Nona, ibu Erna berpesan untuk mengingatkan nona minum obat,” ucap perawat Nindi.“Iya perawat Nindi, terima kasih. Oh iya, apa bu Erna belum kembali? Apa dia cerita sedang ada keper
Aku Bukan SALOME Part 3Romansa terlihat menarik nafas panjang, dia tidak boleh menggantungkan sebuah cerita. Dia pernah berjuang hingga akhir untuk membantu seseorang menemukan keadilan. Romansa menguatkan hati untuk meneruskan tulisannya, karna saat itu dia juga berjuang sekuat tenaga demi mendapatkan keadilan untuk Savea.Cerita Savea selanjutnya.Aku memeluk Savea dengan pelukan yang penuh kasih. Aku mengasihaninya, gadis malang ini, yang direnggut kebahagiaannya dengan paksa, oleh orang orang dalam raga berpendidikan dan rupawan. Aku merasakan kesedihan juga perasaan itu.Kelaminnya dikoyak, namun dia tidak tahu, hanya rasa sakit dan perih yang dirasakannya. Kesakitan yang akhirnya menjadi perasaan trauma yang mendalam.“Tolong dok, tolong ambil bayi ini, bayi yang hidup di dalam tubuh saya,” ucapnya lirih. Aku semakin memeluknya erat, semakin erat, tidak semudah itu, bukan jalan yang terbaik.“Tolong, jangan begini, dokter janji, dokter akan menolongmu, sebisa mungkin,” ucapku pa
Aku Bukan SALOME Part 2Cukup lama aku dan perawat Wiji memberikan ruang untuk Savea, hingga akhirnya dia mulai tenang dan memutuskan untuk melanjutkan sesi konsultasi.“Apa tidak sebaiknya kau pulang dulu?” Tanyaku pada Savea.“Tidak dok, saya sudah lebih baik,” ucap Savea.“Kita bicara di sini? Tidak apa apa, tidak perlu di ruang pemeriksaan,” ucapku yang melihat Savea berusaha turun dari tempat tidur UGD.“Tidak apa apa?” Tanya Savea.“Ya, tentu saja,” ucapku yang kemudian mengambil kursi dan duduk di sebelahnya.“Apa walimu tidak ikut?” Tanyaku pada Savea. Mendengar pertanyaan itu dia hanya menggeleng.“Saya dari pulau lain, di kota ini untuk kuliah,” ucapnya.“Oh begitu ya, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kau selalu menyebutkan kata salome,” tanyaku.“Saya khawatir salah mengartikannya,” lanjutku.“Ya, sejak peristiwa itu, semua orang di kampus menyebut saya SALOME, sungguh sangat menyakitkan, saya bahkan berpikir untuk bunuh diri,” ucapnya.“Ada apa?” Tanyaku menelisik.Aku m
Aku Bukan SALOMEBeberapa menit sebelumnya.Simon terlihat begitu asik bersama perawat Nindi dan juga perawat Nika, mereka membahas mengenai kondisi salah satu pasien yang dirawat di rumah sakit jiwa itu. Sebenarnya hanya kasus karangan Simon saja, tidak ada tugas mengenai itu, dia hanya membuat riset sendiri untuk membantu Rey mengelabui perawat di ruang perawatan VVIP.Tiba tiba dari jauh terdengar langkah kaki dari beberapa orang, Simon melirik ke arah lorong rumah sakit yang menuju ke arah ruang perawatan VVIP, dia melihat ada dokter Gede sedang berjalan bersama dengan perawat Dante.“Dok-dokter Gede,” gumam Simon dalam hati. Dia mulai gugup, tidak ingin ketahuan, dia segera mencari alasan supaya bisa secepatnya pergi.“Perawat Nindi, perawat Nika, saya ucapkan terima kasih. Saya ingin berlama lama dengan perawat perawat yang ramah juga baik seperti kalian, tapi sayangnya ada panggilan alam yang tidak bisa ditunda lagi,” ucap Simon seraya menunjukkan ekspresi seseorang yang sedang
Pandangan Pertama Yang MendebarkanSimon terlihat masuk ke dalam ruang perawatan VVIP. Dia mendekat ke ners station, di sana ada perawat Nindi dan perawat Nika.“Selamat sore, apa saya bisa bertemu bu Erna? wah saya sudah mencari bu Erna sejak tadi siang,” ucap Simon berusaha mencari alasan supaya bisa berlama lama di ruang VVIP.“Bu Erna sedang izin keluar, sejak tadi siang,” ucap perawat Nindi.“Oh begitu ya, pantas saja saya tidak menemukannya,” ucap Simon.“Ada perlu apa?” tanya perawat Nika.“Tidak, saya hanya ingin meminta bantuan bu Erna untuk melihat laporan saya mengenai salah satu pasien yang ada di ruang perawatan umum,” ucap Simon serta menunjukkan buku yang dibawanya.“Iya, bu Erna cukup berpengalaman untuk itu,” ucap perawat Nindi.“Datang saja lagi besok,” ucap perawat Nika.“Wah, malam ini saya harus segera mengirim email tugas ini pada dosen terkait,” ucap Simon yang menyiratkan isyarat kekecewaan.“Hmmm, coba saya lihat, mungkin saya bisa membantu,” ucap perawat Nind
Rencana Rey Menemukan RomansaRomansa mengigau, di dalam tidur. Dia melihat ada tangan mungil, kecil, terjepit di atas kanul yang dicucinya. Romansa berkeringat begitu banyak, mengigau tidak karuan.“Tidak, tidak, tidak, maafkan aku, maafkan aku, tidak,” bisiknya lirih. Keringatnya semakin bercucuran. Ketakutan itu sungguh memiliki ruang di dalam pikirannya, di mana akan hadir di saat tidak terduga, juga tidak dapat diprediksi. Ketakutan itu menangkapnya dalam mimpi, seolah mencekik, menghentikan nafasnya, sangat menyakitkan.Romansa membuka mata, lalu mencoba bernafas dan bangkit. Romansa mengambil nafas cepat, sungguh dia seperti terbebas dari hal yang mengerikan. Romansa mengusap keringat yang membanjir di wajahnya. Dia berusaha mengendalikan diri, menepiskan perasaan sesak yang menyerangnya habis habisan.“Ada apa Romansa?” tanya perawat Erna yang berlari ke arah Romansa.“Ibu dengar kamu berteriak,” lanjut bu Erna seraya memeluk Romansa.“Mim-mimpi itu datang lagi,” gumam Romans
HIV AIDSRomansa mengingat sebuah kisah mengenai karma yang muncul setelah sekian tahun berlalu. Pagi itu, Romansa melihat perawat Wiji mengomel tidak karuan,“Tidak tahu malu, aku baru saja memberinya uang yang cukup, kenapa harus membuatku merasa kesulitan seperti ini, harusnya dia tahu diri,” gerutu perawat Wij ketika masuk ke dalam ruang obat, dia terlihat meletakkan sekotak kasa yang baru saja diterimanya dari penyedia bahan.“Ada apa?” tanya Romansa.“Di depan klinik ada seorang tunawisma wanita, dia sudah tiga hari disana, duduk di pojok klinik. Mungkin karna saya memberikannya makanan. Apa dokter tahu, setelah selesai makan, dia justru memaki makiku karna memberinya makan dengan ikan goreng, seharusnya dia bersyukur,” ucap perawat Wiji.“Mungkin dia memang sangat lapar, sudah, berikan saja lagi dan minta dia untuk pergi,” ucap Romansa.“Tidak semudah itu dok, saya sudah berusaha mengusirnya, saya juga minta satpam yang bekerja di koperasi sebelah klinik untuk mengusirnya, namun