JODOHKU PAK DOSENSEASON 2Bab 42A PertolonganAlfian duduk termangu di sebuah rumah makan sederhana tak jauh dari ujung jalan ke kontrakan Sarah. Hatinya masih ketar-ketir mendengar penuturan Sarah dan Devan yang akan segera menikah. Siapkah dia, mampukah merelakan. Jawabnya ternyata tidak, hatinya masih terpaut pada Sarah. Meski kata ikhlas dan rela mudah diucapkan lewat mulutnya. Namun dalam lubuk hatinya berkata lain. Menunduk seraya mengaduk-aduk teh panas, Alfian berusaha menenangkan hatinya. Sejenak dia menyeruput pelan minuman yang sudah dipesannya, setelah menghabiskan satu mangkuk soto daging. "Sarah. Mau kemana dia terburu-buru." Dari kejauhan tampak Sarah berjalan tergesa menuju ujung jalan kompleks kontrakan."Bu, ini uangnya.""Mas kembaliannya.""Nggak usah, buat ibu saja!"Alfian tergesa kawatir kehilangan jejak Sarah yang secepat kilat menjauh dari pandangannya.Benar saja, Sarah sudah masuk ke mobil cat hitam. Alfian mengerutkan keningnya, heran dari plat nomernya j
JODOHKU PAK DOSENSEASON 2BAB 42B PertolonganLaki-laki itu mengarahkan telunjukknya ke sebuah pintu kamar. Tanpa basa-basi, Devan masuk ke dalam sana. Dia tercengang, melihat penampilan Sinta yang berbusana minim kain dusuk di ranjang. Lebih tepatnya Sinta sedang memakai baju tidur seksi untuk menggoda imannya. Jemari lentiknya menyugar rambut hitam legam yang tergerai, senyuman menggoda jelas ditujukan untuk lelaki pujaan hatinya yang baru saja tiba.Seketika menelan ludah, jelas Devan laki-laki normal. Siapa yang tidak tergoda dengan apa yang disuguhkan wanita seksi itu.Devan memalingkan muka ke arah lain."Akhirnya kamu datang, Sayang." Devan mendecis, rasanya jij*k mendengar suara yang dibuat-buat Sinta."Apa maumu?" Devan masih berdiri dengan berkacak pinggang. Sinta pun berdiri mendekati laki-laki yang jarang dilihatnya menjamah wanita malam. Bahkan mungkin Devan tidak pernah melakukannya, meskipun berteman dengan Alexander. Laki-laki itu bak pengawal yang dikirim papa Devan
JODOHKU PAK DOSENSEASON 2BAB 42C Pertolongan"Jangan ganggu bos kalian sedang terlelap karena kelelahan dengan kenikmatan yang kuberikan, paham!""Siap, Pak.""Bangunkan saja menjelang magrib, jika dia belum terbangun sendiri."Devan berlalu dengan senyum penuh kemenangan. Gegas dia berlari ke parkiran dan segera menceri keberadaan Sarah.*****"Hai, bangun! Bangun!""Aargh." Sarah memekik terkejut walau tak jelas suaranya karena mulutnya disumpal kain, tangan dan kakinya sudah terikat tali yang amat erat. Menggerak-nggerakan tangan dan kaki, Sarah justru sedikit nyeri oleh ikatan tali itu."Sial, mereka sudah menjebakku. Ya Rabb, sungguh pertolongan dari-Mu sangatlah nyata. Semoga segera datang penyelamat untukku dari manusia licik ini. Kalaupun tidak, semoga aku bisa segera kabur dari sini.""Kamu berharap Devan kesini menolongmu, huh?"Tangan kanan Pak Roni mencengkeram dagu Sarah membuatnya mengernyit."Dia sedang bersenang-senang dengan putriku sekarang. Bagaimana kalau aku yan
JODOHKU PAK DOSENSEASON 2Bab 43A PenangkapanAlfian segera melepas ikatan tali pada tangan dan kaki Sarah juga kain yang menyumpal mulut."Mas Alfi...." Sarah menghamburkan diri di pelukan Alfian."Maafkan aku terlambat menolong."Alfian segera melepas baju luarnya untuk dikenakan Sarah. Tanpa mereka sadari manusia serupa monster itu bangkit dan melangkah mendekat dengan tangan kanan memegang benda tajam."Mas Alfian, awas!""Aargh." Teriakan Sarah langsung membuat Alfian sigap menangkis tangan bersenjata pisau yang mengarah dari belakang. Suara denting pisau beradu dengan lantai. Alfian tak tinggal diam, meski goresan pisau sempat melukai lengannya. Dia menyerang titik kelemahan lawan dengan jurus yang dimilikinya. Sementara itu, Sarah sudah menutupi tubuhnya dengan baju Alfian. Dia berjaga manatahu ada pengawal lain yang membantu Pak Roni. Alfian meraih lengan Sarah dan menariknya keluar kamar. Namun beberapa menit kemudian pria dengan badan tinggi besar bertato di sekujur lengan
JODOHKU PAK DOSENSEASON 2BAB 43B Penangkapan"Tuan, tuan bertahanlah!" Nico mengguncang pelan tubuh Pak Tama."Om, Om terluka. Tolong panggilkan ambulans," teriak Sarah. Hati Sarah mendadak hancur, mengingat pria di pangkuannya ini adalah ayahnya dan saat ini sedang meregang nyawa karena menolongnya. Dulu, sarah terbesit rasa membenci ayahnya karena membuat sang ibu pergi mencari kemana-mana dan tak kembali. Kini saat dihadapkan pada sosok ayah yang nyata di depannya, kondisinya terbujur kaku di pangkuannya. Bahkan dia belum sempat mengucap kata ayah."Sarah, kamu tidak apa-apa, kan? Maafkan ayah, ya! Kamu boleh membenci ayah, tapi jangan membenci ibumu!"Tangis Sarah pecah mendapati ayahnya tak bersuara lagi. Mata tertutup dengan tangan menggenggam telapaknya. Sarah merasa bersalah melihat ayahnya mengorbankan nyawa untuknya."Ayah...." Tak lama kemudian Devan bersama petugas kepolisian datang mengamankan Pak Roni dan suruhannya serta senjata yang digunakan.Kelelahan dan kesediha
JODOHKU PAK DOSENSEASON 2Bab 44 Sebuah Pertemuan "Masuk, Al!" seru Devan menyapa mantan Sarah yang terpaku di ambang pintu.Tersenyum paksa, Alfian melangkah pelan menuju sofa panjang."Bagaimana keadaan Sarah, Dev?" Ragu, Alfian akhirnya mengeluarkan tanya yang mengusik benaknya. Tak ingin menyembunyikan sesak di dada, dengan melontarkan tanya itu membuatnya sedikit lega. Perasaan canggung dan kaku pun berangsur surut. Senyum yang dia paksakan sedikit memudar seiring tubuhnya yang terhempas ke sofa."Sarah sudah sadar, kenapa kamu tidak tanya sendiri padanya?" Devan sengaja menggoda Alfian karena posisinya kali ini lebih banyak peluang untuk dekat dengan Sarah."Mas Alfian, terimakasih sudah menolongku.""Kemari, Al! Biar kalian ngobrol lebih nyaman." Devan gantian duduk di sofa san menyandarkan punggungnya."Kamu nggak kawatir membiarkan kami ngobrol berdua, Dev?""Kenapa harus kawatir, aku masih bisa mengawasi dari sini," ucap Devan dengan sudut bibir terangkat. Dia kembali mere
JODOHKU PAK DOSEN SEASON 2BAB 44B Sebuah Pertemuan"Oya, untuk pernikahanmu dengan Sarah, jangan lupa kabari aku! Sebisa mungkin aku akan datang menghadirinya.""Pasti, Al. Kamu wajib datang. Kami akan memarahimu andai kau tak datang."Alfian tersenyum masam sambil berlalu dari hadapan Devan."Ckk, kamu bahkan nggak berani menatapku saat mengatakannya, Al. Sebegitunya kamu menyerah untuk bersaing denganku," guman Devan."Kak, aku ingin melihat ayah.""Jangan sekarang, Ra! Nanti kalau dokter sudah selesai memindahkan papa ke ruang perawatan saja.""Baiklah. Kak...""Hmm." Devan menegakkan punggungnya di sofa. Mengucek mata dan mendengarkan dengan seksama ucapan Sarah."Apa ayah akan baik-baik saja? Gimana kalau sesuatu buruk menimpa papa?""Hush, kamu kok doanya jelek, Ra. Ucapan adalah doa. Berprasangkalah yang baik, Allah pasti akan menolong papa.""Maaf, Kak. Aku masih terbayang saat ayah tertembak dan jatuh tersungkur. Banyak darah keluar dari tubuhnya yang terkena peluru."Sarah
JODOHKU PAK DOSENSEASON 2BAB 44C Sebuah Pertemuan"Lamaran Devan ke Ara, Ma." Devan menegaskan ucapannya."Oh, itu tergantung Sarah, mau enggak?" kelakar mamanya."Ishh, Mama kenapa nggak dukung Devan, sih?"Keesokan harinya, Sarah, ibunya, dan Devan sudah berada di ruang rawat Pak Tama.Baru setengah jam yang lalu Pak Tama sadarkan diri, lalu dokter memeriksanya. Bersyukur, hasil pemeriksaan kesehatan Pak Tama bagus."Ma, putri kita mana?" Pak Tama mengucap lirih pada istrinya. Kondisi tubuhnya masih lemah tak mampu melihat ke segala ruangan mencari keberadaan Sarah.Devan yang mendengar berinisiatif meminta Sarah mendekat."Ini, Sarah Maharani Putri, Pa. Dia putri cantik kita.""Ayah, gimana kondisi ayah sekarang? Maafkan aku, ayah begini karena menyelamatkan aku."Sarah tergugu di depan ayahnya yang berbaring lemah."Bukan salahmu, Ra. Ayah senang bisa menyelamatkanmu. Alhamdulillah, Allah masih sayang hingga memberi kesempatan mendapat maafmu. Kamu mau memaafkan ayah, kan?""Jan
Bab 63C "Terima kasih, Sayang. Sudah bersedia mendampingiku, menjadi ibu dari anak-anakku." Aryo mengecup puncak kepala Nay yang tertutup pasmina hingga membuat hati Nayla mengembang. "Terima kasih juga, Mas." Lima bulan kemudian. Nay mengenakan baju toga untuk menghadiri wisuda sarajananya. Perutnya sudah terlihat membuncit karena HPL tinggal beberapa haru lagi. Suami dan keluarganya mendampingi acara wisudanya. Pun teman-temannya bersiap dengan buket bunga ditangan mereka. "Selamat dan sukses atas wisudanya, Nay," ucap ketiga sahabatnya. Menyusul juga ucapan selamat dari orang tua dan keluarga Aryo. "Selamat ya, Sayang. Maafkan mama! Kamu memang pantas menjadi pendamping Aryo. Jaga putraku ya, Sayang. Sebagai orang tuanya, mama memang kurang memberinya kasih sayang." "Tidak, Ma. Mama selalu menyayangi Mas Aryo meski jauh di negeri orang. Nay dan Mas Aryo selalu merindukan mama dan papa." Nay mencium pipi mertuanya lalu teringat ibunya. Wanita yang sudah mengandung dan melah
Bab 63B"Mereka kan mau menghadiri acara ini, Mas.""Apa?! Sebenarnya ini acara apa sih, Nay?" Aryo bergantian menatap Nay juga keluarganya yang tak ada angin tak ada hujan muncul di rumah istrinya."Hai, Aryo! Oma mau nengok calon buyut tahu, nggak? Kamu tuh malah bengong."Aryo kembali terkesiap. Merasa di prank, Aryo mendekati keluarganya. "Mama, papa, kapan pulangnya? Tante juga katanya nganter oma ke luar kota.""Kamu tuh, Yo. Sama istri mbok ya dijagain yang baik. Untung calon bayinya nggak kenapa-napa. Bisa-bisa kamu tak jewer sini.""Ampun, Oma." "Iya, ini tante sama orang tuamu nganter oma ke luar kota buat mengisi tausiyah, Yo," pungkas tante Maya. Aryo masih terbengong.Semua yang hadir melihat tingkah keluarga Aryo akhirnya tertawa, ada juga yang menahan senyum, seperti Nayla yang saling pandang dengan Andra. Semua itu skenario Andra untuk mengerjai Aryo. Andra tidak mau Nay disakiti oleh suaminya. Saat di Daejeon, dokter mengatakan Nay hampir keguguran karena tindakan
Bab 63A"Nay, ini tanda kasihku untukmu." Nay tertegun melihat apa yang dibawa suaminya.Aryo membuka kotak kecil berlapis beludru. Ia mengeluarkan benda yang terpasang cantik di tempatnya. Sebuah kalung pertanda kasih sayangnya untuk sang istri tercinta. Ada liontin bunga matahari di kalung itu. Aryo berharap mentari akan selalu bersinar menerangi langkah mereka mengarungi biduk rumah tangga.Bukan tidak mungkin akan datang kerikil yang menghadang. Sebisa mungkin mereka saling menggenggam tangan untuk melalui jalan yang harus ditempuh. Apa yang menjadi tujuannya menggapai keluarga yang samawa (sakinah, mawaddah, warahmah).Aryo memakaikan kalung dengan liontin matahari ke leher Nayla. Pasmina Nay angkat hingga kalung itu terpasang sempurna di lehernya. Aryo mengecup kepala Nay dari belakang. Rasa yang membuncah mengisi rongga dada keduanya. Senyum manis pun terukir di wajah masing-masing, hingga sepasang lengan kekar Aryo melingkar di perut Nayla. Tatapan hangat di wajah Aryo terli
Bab 62B"Sudah saya bilang Pak Aryo jangan menyakitinya. Dua kali Bapak sakiti Nay, maka...""No, big No, Ndra. Saya harus bicara sama Nayla. Pokoknya kamu nggak boleh melamar sebelum hubungan kami jelas, oke!" Andra hanya mengedikkan bahu, dalam hati tertawa penuh kemenangan.Aryo meninggalkan Andra membereskan tempat yang akan dipakai untuk acara. Entah acara apa sebenarnya Aryo tidaklah tahu. Ia mendekati Pak Rusdi, meminta maaf atas kesalahannya karena membuat Nay sakit hati.Aryo juga bercerita tentang kesalah pahamannya dengan Nay yang melihat dirinya bersama Tika. Waktu itu Tika ingin berpamitan yang terakhir karena mau tinggal di luar negeri. Pak Rusdi yang sudah tahu duduk perkaranya langsung menyilakan Aryo masuk dan duduk di ruang tamu. Bu Ranti terkejut melihat kedatangan tiba-tiba menantunya. Gegas wanita paruh baya itu membuatkan minuman dan menyuguhkan cemilan."Nay baru selesai mandi, Nak. Tunggulah sebentar. Tolong sabar ya Nak Aryo, menghadapi Nay yang anak tunggal
Bab 62AAryo berjalan tergopoh menuju rumah Nay. Mendengar obrolan tetangga Nay tentang acara syukuran membuat hatinya berkecamuk. Menyesakkan."Apa maunya Nayla? Apa dia benar-benar menginginkan perpisahan?" Aryo mendengkus kesal seraya kakinya menendang kerikil di jalan.Sementara itu,di kamar, Nayla merapikan penampilannya di depan cermin. Ingatannya terlempar saat tidur siang di kos Cika. Bisa-bisanya ia mimpi buruk."Nay, maaf. Aku tidak tega membuat Tika sedih," ungkap Aryo membuat Nay mencelos."Lalu?" Tatapan nyalang Nay tujukan pada suaminya. Napasnya memburu menanti perkataan selanjutnya dari sang suami."Ada yang ingin aku katakan padamu. Mama memintaku menikahinya. Tika bersedia menjadi istri kedua.""Untung hanya mimpi. Kalau beneran, aku nggak yakin bisa menerima kabar itu."Nay menghela napas panjang, seulas senyum tersungging di bibir bergincu pinknya. Kedua tangan mengusap perutnya lembut. Sebuah ketukan pintu megusik kegiatan asyiknya di depan cermin."Masuk!" Nay me
BAB 61B"Astaghfirullah. Aryo kenapa?""Aryo bersalah, Oma. Aryo sudah menyakiti hati Nayla. Dia pergi karena Aryo yang nggak sabaran. Saat di Daejeon Aryo menyakitinya fisik juga batin. Lagi-lagi pulangnya pun Aryo menambah lukanya kembali menganga."Oma dan Tante Maya tertegun melihat pengakuan Aryo. Keduanya menasehati Aryo supaya lebih sabar menghadapi masalah. Yang telah berlalu biarlah berlalu, jangan terulang lagi kesalahan yang sama. Manusia tidak ada yang sempurna. Memilih pasangan bukan untuk mencari yang sempurna tetapi yang bisa saling melengkapi hingga mendekati sempurna, karena kesempurnaan hanya milik Rabbnya."Makasih, Oma, tante. Aryo mau bernagkat dulu ke Solo.""Apapun yang terjadi jadikan ini belajaran berharga untukmu dan Nayla, Yo. Oma tidak berharap kalian berpisah. Tetapi kalau mengharuskan kalian berpisah, kamu harus mengikhlaskannya.""Oma, Aryo tidak akan membiarkan Nay pergi. Oma dan tante doakan hubungan kami membaik!" pinta Aryo dengan penuh permohonan."
Bab 61ASehari tinggal di kos Cika, Nay akhirnya pulang ke Solo. Ia bertemu bapak ibunya, melepas rindu yang bersemayam di dada. Tangis haru nan bahagia mengiringi pertemuan keluarga sederhana itu."Kamu kurusan, Nay. Makan yang banyak, Nak!" Nay meraup wajahnya kasar. Sejatinya bukan hanya rindu yang ingin tersampaikan. Lebih tepatnya, Nay ingin mendapatkan pelukan. Support yang menguatkan hatinya karena masalah rumah tangga sedang menghampiri."Yang penting sehat kan, bu. Nanti Nay makan yang banyak soalnya kangen masakan ibu. Di sana makannya aneh-aneh," terang Nay dengan kelakarnya membuat orang tuanya tergelak.Pak Rusdi dan Bu Ranti tidak menyadari putrinya sedang dilanda masalah. Nay memang pandai menyembunyikan kesedihannya. Ia sibuk membantu ibunya membereskan jahitan seperti biasa."Pak, Bu. Ini ada sedikit rejeki, Nay ingin mengadakan syukuran kecil-kecilan karena sudah diberi kesehatan saat belajar di negeri orang. Juga Nay selamat sampai pulang ke rumah.""Tapi suamimu a
Bab 60B"Sebenarna ada apa sih, Nay? Pasti kamu dan suamimu lagi berantem, ya?"Nay tidak menjawab justru tergugu seraya memeluk guling di atas kasur Cika. Sahabatnya segera mengambilkan segelas air untuk diminum supaya Nay lebih tenang.Setelah Nay terlihat tenang, Cika mulai menanyakan dengan hati-hati. Ia tidak mau Nay menangis lagi."Kalau sudah bisa cerita, aku siap ndengerin, Nay," ujar Cika."Aku tadi sudah sampai rumah. Tapi..." Nay menjeda kalimatnya seolah ada duri yang menancap di tenggorokan. Ia susah payah mengatakannya. Menarik napas panjang, Nay merasakan tepukan halus di punggungnya"Ada Mbak Tika di sana." "Hah, Bu Tika? Dosen fakultas yang baru?" Cika memasang raut keheranan kenaoa Tika bisa pagi-pagi di rumah Aryo."Kamu ingat, kan? Mbak Tika itu wanita yang dijodohkan sama Pak Aryo."Cika mendengarkan dengan sabar cerita Nayla."Tapi kamu jangan berpikiran buruk dulu, Nay. Tenanglah, kamu harus berpikir dengan kepala dingin biar nggak runyam masalahnya."Nay menga
Bab 60A EgoisNayla masih tergugu di dalam taksi yang membawanya memutari kota Bandung. Sedari tadi sopir menanyakan kemana tujuan, tetapi Nayla tidak menjawab. Sekutar satu jam, Nay baru sadar saat perutnya berdendang. Ia teringat telah melewatkan sarapan."Astagfirullah, sampai mana ini, Pak?!" pekiknya seraya menoleh ke kanan dan ke kiri. Sopir segera menepi dan menghentikan laju taksinya."Kita sudah memutari kota Bandung. Mbak mau ke mana lagi?" jawabnya seakan ingin protes tapi penumpang adalah raja. Sopir hanya memberikan pelayanan terbaiknya."Maaf, Pak. Tunggu sebentar, saya telpon teman dulu," pinta Nay. Ia mencari nomer kontak Cika."Halo, Ci. Kamu di kos atau kampus? Aku udah di Bandung.""Nay, kapan pulang?!" Nay menjauhkan ponselnya karena suara teriakan Cika dari seberang mengusi telinganya."Aku di kampus. Bentar lagi balik kos. Hanya ada kuliah pagi saja. Mika sama Ryan baru ke ruang dosen, nih. Kita ketemuan di kosku aja ya!""Ya, Ci. Tapi tolong kalau ketemu Pak Ary