Share

5. Tawaran Gila

Author: Aeris Park
last update Last Updated: 2022-10-14 11:53:07

"A-apa? Menikah?" tanya Sakhala untuk memastikan.

Dayana kembali memesan segelas wine sebelum menjawab pertanyaan Sakhala. "Iya, kamu butuh seorang istri, kan? Nikahi saja aku dari pada kamu terus-terusan mengikuti kencan buta yang diatur oleh mamamu. Bagaimana? Apa kamu mau?"

Sakhala terenyak karena Dayana benar-benar serius ingin mengajaknya menikah. Apa gadis itu sudah kehilangan akal?

"Jangan bercanda, Dayana. Pernikahan itu bukan main-main. Apa kamu ingin mempermainkan pernikahan?"

"Siapa yang bercanda, Sakha? Aku cuma ingin membantumu agar tidak mengikuti kencan buta konyol yang diatur oleh mamamu. Lagi pula aku juga diuntungkan kalau kita benar-benar menikah. Kapan lagi aku bisa punya suami yang tajir melintir seperti kamu?" jelas Dayana tanpa beban.

Sakhala diam sejenak, sepertinya bukan ide yang buruk kalau dia menikah dengan Dayana karena dia tidak perlu lagi mengikuti kencan buta yang diatur oleh ibunya.

"Baiklah, aku terima tawaranmu. Seminggu lagi kita menikah. Bagaimana?"

Mulut Dayana sontak menganga lebar. Dia tidak pernah menyangka kalau Sakhala menanggapi serius ucapannya. "Hei, tunggu! Aku tidak serius ingin mengajakmu menikah, Sakha. Aku tadi cuma ingin menggodamu. Tolong jangan marah dan menganggap serius ucapanku."

Sakhala menatap Dayana dengan alis terangkat sebelah. Padahal beberapa menit yang lalu gadis itu begitu ngotot meyakinkannya agar mau menikahinya. Namun, Dayana ternyata cuma ingin menggodanya.

Menyebalkan!

"Aku sudah mengambil keputusan. Aku akan tetap menikahimu, Dayana. Dan aku tidak menerima penolakan!” ucap Sakhala terdengar penuh penekanan.

Dayana tanpa sadar menelan ludah. "Bagaimana mungkin kamu menikahi wanita yang baru saja kamu kenal, Sakha? Apa kamu sudah kehilangan akal? Aku tidak mau menikah denganmu."

"Apa salahnya kalau kita menikah? Bukankah kamu yang mengajakku menikah lebih dulu?"

"Aku kan, sudah bilang kalau aku tidak serius, Sakha," desah Dayana menahan kesal.

"Tapi aku sudah telanjur menganggap serius ucapanmu, Dayana," balas Sakhala sambil menatap Dayana dalam-dalam. Tidak ada keraguan yang terpancar dari kedua sorot matanya. Sakhala benar-benar serius ingin menikahi Dayana.

Dayana kehilangan kata-kata melihat kesungguhan yang terpancar dari sepasang mata abu-abu milik Sakhla. Dalam hati dia terus merutuki diri sendiri karena suka berbicara sembarangan.

Sakhala meraih ponsel Dayana yang tergelatak di atas meja dan menekan beberapa angka.

"Hei, apa yang kamu lakukan dengan ponselku?" Dayana berusaha merebut ponselnya dari tangan Sakhala. Namun, Sakhala malah menjauhkan benda itu darinya.

Tidak lama kemudian ponsel Dayana berdering karena ada sebuah panggilan masuk.

"Aku sudah menyimpan nomorku di ponselmu."

Kedua mata Dayana sontak membulat. Cepat-cepat gadis itu memeriksa layar ponselnya, dan benar saja Sakhala telah menyimpan nomornya di ponselnya.

Dayana berdecak lantas mendudukkan diri dengan kesal. Amarah tergambar jelas di wajahnya karena Sakhala suka sekali berbuat seenaknya.

"Sekarang sudah larut malam. Apa kamu tidak ingin pulang, Dayana?"

Dayana pun melihat jam yang melingkari pergelangan tangan kirinya. Ternyata sekarang sudah hampir jam sebelas malam. Pantas saja dia sudah merasa agak mengantuk dan sedikit lelah karena dia hari ini melakukan banyak aktivitas yang lumayan menguras tenaganya. Dia beranjak begitu saja meninggalkan Sakhala setelah membayar minumannya.

"Dayana, tunggu! Aku akan mengantarmu pulang."

"Aku bisa pulang sendiri. Kamu tidak perlu mengantarku, Sakha."

"Tidak baik seorang perempuan pulang sendirian saat larut malam seperti ini, Dayana. Bagaimana kalau Alex tiba-tiba datang dan mengganggumu lagi?"

Dayana tanpa sadar bergidik mendengar ucapan Sakhala barusan. Sumpah demi apa pun Dayana tidak ingin bertemu dan berurusan dengan Alex lagi.

"Baiklah kalau bagitu, aku terima tawaranmu."

Sakhala tanpa sadar tersenyum karena Dayana menerima tawarannya.

***

Tidak ada yang membuka suara sejak tiga puluh menit yang lalu. Sakhala tampak begitu serius mengendarai Audy hitamnya, sementara Dayana asyik memperhatikan jalanan lewat kaca mobil di sampingnya. Sepuluh menit kemudian mereka tiba di apartemen Dayana.

"Terima kasih sudah mengantarku pulang," ucap Dayana sebelum turun dari mobil Sakhala.

Sakhala mengangguk. "Apa kamu tidak memintaku untuk mampir?"

Kedua mata Dayana sontak membulat, Sakhala terkekeh geli melihatnya. Entah kenapa Dayana terlihat sangat menggemaskan di matanya sekarang.

"Aku cuma bercanda. Aku pulang dulu ya, Day. Selamat malam."

"Hati-hati di jalan, Sakha." Dayana melambaikan tangan ke arah Sakhala. Gadis itu baru beranjak setelah memastikan kalau mobil Sakhala sudah tidak terlihat lagi oleh penglihatannya.

Sakhala tersenyum, ada perasaan hangat yang menjalari hatinya melihat apa yang Dayana lakukan lewat sepion mobilnya.

Setengah jam kemudian Sakhala tiba di rumah. Dia berjalan dengan hati-hati menuju kamarnya yang berada di lantai atas karena takut membangunkan Ruth dan Ariana.

"Abang baru pulang?"

Sakhala terlonjak kaget karena mendengar suara Ruth dari belakang. Dia sontak berhenti melangkah lantas berbalik menatap wanita itu.

"Iya, kenapa Mama belum tidur?"

Bukannya menjawab, Ruth malah menutup hidungnya dengan tangan karena mencium aroma alkohol yang menguar dari tubuh Sakhala. "Abang minum lagi?"

Sakhala menggaruk tengkuknya yang tidak gatal lantas mengangguk pelan. Sang ibu pasti akan marah karena dia pergi ke kelab malam lagi.

Ruth menghela napas panjang. Rasanya dia ingin sekali memarahi Sakhala karena pergi ke kelab malam. Namun, sekarang bukan waktu yang tepat karena ada hal penting yang harus dia bicarakan dengan Sakhala.

"Bagaimana kencan buta Abang dengan Laudya?"

"Nggak gimana-mana, Ma," jawab Sakhala sekenanya karena dia tidak tertarik dengan Laudya.

"Apa Abang menyukainya?" Ruth menatap Sakhala dengan penuh harap. Semoga saja Sakhala menyukai gadis pilihannya kali ini.

"Abang nggak suka, Ma."

"Apa?" Ruth benar-benar terkejut mendengar jawaban Sakhala. "Laudya gadis yang baik dan pintar, Bang. Kenapa Abang tidak menyukainya?"

"Abang merasa tidak cocok sama dia, Ma."

Ruth terlihat sangat kecewa karena gagal memiliki menantu seorang dokter seperti Laudya. Namun, dia tidak ingin memaksa keinginannya pada Sakhala.

"Baiklah, mama akan meminta Abang untuk mengikuti kencan buta lagi dengan gadis yang sudah mama siapkan."

Sakhala menghela napas panjang lantas memijit kepalanya yang tiba-tiba terasa penat karena Ruth tidak menyerah menyuruhnya untuk mengikuti kencan buta. Namun, dia tiba-tiba saja teringat dengan Dayana.

"Mama tidak perlu meminta abang untuk mengikuti kencan buta karena abang sudah memiliki teman spesial."

"Benarkah?" tanya Ruth untuk memastikan.

"Iya, Ma. Abang pasti akan mengenalkan kekasih abang pada Mama."

Wajah Ruth tampak berbinar. "Baiklah, bawa kekasihmu untuk bertemu dengan mama besok."

Sakhala terkejut mendengar ucapan Ruth. "Apa? Besok?"

Ruth mengangguk.

"Kenapa harus besok, Ma?"

"Karena besok hari libur Abang. Lagi pula mama sudah tidak sabar ingin bertemu dengan calon menantu mama."

"Tapi—" Padahal Sakhala belum selesai bicara, tapi Ruth malah memotong ucapannya.

"Ssst! Tidak ada tapi-tapian. Lebih baik Abang sekarang ganti baju, cuci muka, lalu tidur. Selamat malam, Bang."

"Selamat malam, Ma." Sakhala menghela napas panjang. Entah kenapa dia merasa kehidupannya tidak akan berjalan dengan tenang.

Bagaimana caranya dia memberi tahu hal ini pada Dayana? Apa gadis itu mau datang ke rumahnya untuk menemui sang ibu?

Sakhala merogoh ponselnya yang berada di dalam saku celana karena ingin menelpon Dayana. Namun, dia tidak jadi melakukannya karena takut mengganggu Dayana. Lagi pula sekarang sudah hampir tengah malam.

Sakhala akhirnya memutuskan memberi tahu Dayana lewat pesan kalau sang ibu ingin bertemu dengannya.

Dayana yang belum tidur begitu terkejut setelah membaca pesan dari Sakhala. Dia langsung melepon lelaki itu untuk memastikan.

"Apa kamu sudah kehilangan akal, Sakha? Bagaimana mungkin kamu memintaku untuk bertemu dengan mamamu?"

Sakhala sontak menjauhkan ponselnya dari telinga karena suara Dayana terdengar cukup keras.

Related chapters

  • Jodohku Melintas Saat Pernikahanku Kandas   6. Bertemu Calon Mertua

    Setelah berdebat cukup panjang melalui telepon, mau tidak mau Dayana akhirnya menyetujui permintaan Sakhala untuk menenui Ruth besok. Dia malah bangun kesiangan karena lupa memasang alarm. Untung saja dia masih memiliki cukup waktu untuk bersiap-siap karena janji untuk bertemu dengan ibu Sakhala jam sepuluh pagi nanti. "Aku harus memakai baju yang mana, ya?" tanya Dayana pada diri sendiri. "Ini terlalu terbuka, kalau yang ini warnanya terlalu mencolok. Argh! Aku bingung sekali mau pakai yang mana!” Dayana menggeram kesal sambil mencocokkan dres satu persatu ke tubuh mungilnya. Setelah mengeluarkan hampir seluruh pakaian di lemarinya, Dayana akhirnya menemukan satu dres yang cocok untuknya. Sebuah midi dress berbahan satin berwarna cream yang terlihat cocok dengan kulit putihnya. "Kalau dilihat-lihat, dress ini lumayan manis. Warnanya juga tidak terlalu mencolok dan yang terpenting modelnya tidak terlalu terbuka." Dayana berputar beberapa kali di depan cermin. "Baiklah, aku akan

    Last Updated : 2022-10-15
  • Jodohku Melintas Saat Pernikahanku Kandas   7. Pendekatan

    Sakhala diam-diam memerhatikan Ruth dan Dayana. Tanpa sadar dia tersenyum karena sang ibu terlihat begitu bahagia ketika bersama Dayana. Ruth terus berbicara tentang bunga yang dia tanam di halaman belakang. Sedangkan Dayana hanya mendengarkan dan sesekali menjawab pertanyaan yang Ruth lontarkan. "Apa kamu suka bunga, Dayana?" Dayana mengangguk. Dia dulu sering menanam bunga dengan sang ibu di rumah. Namun, dia tidak pernah lagi melakukannya semenjak diusir dari rumah. Kedua mata Dayana tampak berbinar melihat bunga matahari yang berada di hadapannya karena sang ibu sangat menyukai bunga tersebut. "Bunga matahari ini sangat cantik, sama sepertimu," ucap Ruth sambil mengusap rambut Dayana dengan penuh sayang. Dayana sontak menunduk untuk menyembuyikan semburat merah yang menghiasi kedua pipinya. "Terima kasih, Ma," ucapnya malu-malu. Ruth mengangguk lantas memanggil Sakhala yang sedang asyik bermain ponsel di ruang tengah. Sakhala pun meletakkan ponselnya di atas meja lantas men

    Last Updated : 2022-10-15
  • Jodohku Melintas Saat Pernikahanku Kandas   8. Menerima Tantangan

    Sakhala mengistirahatkan badannya di ranjang king size yang bernuansa vintage. Ada beberapa foto ketika dia masih kecil yang terpajang di dinding kamar. Di antaranya foto saat dia duduk di bangku Sekolah Dasar memegang piala juara satu lomba cerdas cermat tingkat provinsi. Sejak kecil, Sakhala memang dididik dengan baik oleh kedua orang tuanya. Sakhala tidak hanya pintar di bidang akademis, dia juga tumbuh menjadi anak yang baik, sopan, dan berbakti kepada kedua orang tuanya. Helaan napas panjang kembali lolos dari bibir Sakhala. Berpura-pura menjadi sepasang kekasih bersama Dayana di depan Ruth ternyata cukup melahkan. Sakhala tidak biasa melakukannya. Dia merasa sangat bersalah sudah membohongi Ruth. "Apa aku batalkan saja sandiwara ini? Tapi kalau aku batalkan mama pasti kecewa. Apa yang harus aku lakukan? Argh!" Sakhala menarik rambutnya kuat-kuat. Dia benar-benar bingung sekarang. Tiba-tiba saja pintu kamarnya diketuk dari luar lalu terdengar suara Ariana."Abang .…" "Ada apa

    Last Updated : 2022-10-16
  • Jodohku Melintas Saat Pernikahanku Kandas   9. Meraih Hati Calon Mertua

    Keesokan harinya, Dayana pergi ke rumah Sakhala. Seperti yang sudah Dayana duga, Ruth tampak begitu senang ketika melihatnya datang. Wanita itu bahkan mengajaknya membuat cheesecake brownies, kue kesukaan Sakhala. Namun, Sakhala tidak bisa menemaninya karena dia ada urusan mendadak di kantor. "Maaf aku tidak bisa menemanimu. Aku akan langsung pulang kalau urusanku di kantor sudah selesai," ucapnya sambil mengecup kening Dayana. Sakhala sengaja melakukannya karena Ruth diam-diam mengawasi mereka dari ruang tengah. Dia harus berakting romantis agar Ruth percaya kalau dia sedang menjalin hubungan dengan Dayana. Tubuh Dayana sontak menengang, jantung pun berdetak dua kali lebih cepat dari pada biasanya karena Sakhala tiba-tiba mengecup keningnya. Sedetik kemudian Dayana mengubah raut wajahnya kembali tenang. "I-iya, hati-hati." Sakhala mengangguk lantas masuk ke dalam Audy hitamnya yang terpkir di depan rumah. "Aku akan langsung meneleponmu begitu tiba tiba di kantor," ucapnya sebelu

    Last Updated : 2022-11-01
  • Jodohku Melintas Saat Pernikahanku Kandas   10. Debaran Halus

    "Aku pulang!" teriak Sakhala begutu tiba di rumah. Dia segera pergi ke dapur untuk menemui Dayana. Namun, tidak ada satu orang pun di sana. Sakhala pikir Dayana masih membuat kue bersama mamanya, tapi mereka ternyata tidak ada di dapur. Sakhala pun mencari Dayana dan Ruth di ruang tengah, tapi ibu dan kekasih palsunya itu tidak ada di sana. "Di mana mereka?" gumam Sakhala sambil mengedarkan pandang ke sekitar. "Kak Day lucu sekali!" teriak Ariana sambil terkikik geli. Sakhala pun bergegas pergi ke halaman belakang setelah mendengar suara Ariana. Tanpa sadar dia tersenyum melihat apa yang sedang Dayana dan Ariana lakukan. Kedua perempuan berbeda usia itu terlihat sangat akrab padahal mereka baru saja bertemu. "Kenapa kamu tertawa, Ariana? Apa kakak terlihat lucu?" Dayana mengerucutkan bibir kesal karena Ariana sejak tadi terus menertawakannya. "Habis Kak Dayana mirip sekali sama badut!" Ariana malah tertawa semakin keras. Gadis kecil itu tampak begitu puas melihat hasil riasanny

    Last Updated : 2022-11-02
  • Jodohku Melintas Saat Pernikahanku Kandas   11. Cemburu

    "Apa yang Mama lakukan di sini?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari bibir Dayana karena dia merasa begitu terkejut melihat Ruth datang ke kantor. "Apa Mama ingin bertemu dengan Sakha—" Dayana cepat-cepat meralat ucapannya karena dia sekarang sedang berada di kantor. "Maaf, maksud saya pak Sakhala," ucap gadis itu malu-malu. "Tidak, mama ke sini ingin mengajakmu makan siang bersama. Apa kamu sedang sibuk, Day?" Dayana menggeleng pelan. "Tidak, Ma. Kebetulan sekali Dayana juga ingin makan siang. Ayo, Ma, kita makan di sini. Makanan di kantin ini enak-enak, loh." "Padahal mama ingin mengajakmu pergi ke restoran steak langganan mama. Tapi kalau kamu ingin makan di sini nggak papa, deh." Dayana tersenyum. "Baiklah kalau begitu. Mama mau makan apa? Biar Dayana yang pesan." "Samakan saja denganmu, Day. Mama nggak pilih-pilih makanan, kok." "Baiklah, Dayana akan memesan makanan sekarang. Tolong tunggu di meja nomor lima ya, Ma?" Dayana melihat-lihat makanan yang berada di dalam s

    Last Updated : 2022-11-03
  • Jodohku Melintas Saat Pernikahanku Kandas   12. Tidak Peka

    Semua orang yang ada di ruangan tersebut menundukkan kepala ketika pemimpin perusahaan memasuki ruangan. Sakhala terlihat sangat tegas dan berwibawa, tatapan kedua matanya pun sangat tajam membuat siapa pun pasti segan ketika melihatnya. "Apa Anda perlu sesuatu, Pak?" tanya Kevin, kepala devisi tempat Dayana bekerja. "Tidak ada, kalian bisa langsung pulang kalau pekerjaan kalian sudah selesai," jawabnya sambil menatap Dayana yang sedang sibuk merapikan mejanya. Gadis itu terlihat terburu-buru seolah-olah sedang menunggu sesuatu. "Astaga!" pekik Dayana sambil mengusap dada karena terkejut melihat Sakhala tiba-tiba muncul di belakangnya. "Anda membuat saya terkejut, Pak." Sakhala tanpa sadar tersenyum melihat ekspresi Dayana saat terkejut. Lucu, pikirnya. Sedetik kemudian dia mengubah raut wajahnya kembali tenang seperti biasa karena banyak karyawan yang melihatnya. "Bapak ada perlu apa? Apa desain meja belajar yang saya buat kemarin masih ada yang kurang?" "Tidak, aku puas sekal

    Last Updated : 2022-11-04
  • Jodohku Melintas Saat Pernikahanku Kandas   13. Tanda Tanya

    Dayana pun menoleh. Kedua matanya sontak membulat melihat anak perempuan yang berlari kecil menghampirinya. "Ariana?!" Ariana memeluk kedua kaki Dayana dengan erat. "Halo, Kak Day." "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Dayana heran. Dia benar-benar tidak menyangka bisa bertemu dengan adik Sakhala di mall. "Ariana lagi jalan-jalan sama mama. Apa Kak Day juga sedang jalan-jalan?" "Em, tidak." Dayana menggeleng pelan. "Kak Dayana sedang ada pekerjaan di sini," jawabnya terdengar gugup. Dayana terpaksa berbohong agar Ariana tidak mengatakan hal aneh pada Sakhala karena dia sedang pergi bersama Chris. Ariana menatap Chris yang berdiri tepat di samping Dayana dengan lekat karena wajah lelaki itu terlihat asing di matanya. "Om siapa? Apa Om teman Kak Dayana?" "Apa, om?" Chris terenyak mendengar pertanyaan Ariana barusan. Apa wajahnya terlihat seperti om-om? Dayana tidak bisa menahan tawa karena Ariana menganggap Chris om-om. "Bukan Ariana, dia Kak Chris. Teman kak Dayana. Ariana

    Last Updated : 2022-11-05

Latest chapter

  • Jodohku Melintas Saat Pernikahanku Kandas   99. Keajaiban Cinta-End

    "Sakha, lihat ini." Dayana mengusap perutnya yang tampak semakin membesar. Sakhala sontak mengalihkan pandang dari layar laptopnya lalu menatap Dayana dan ikut mengusap perut istrinya itu dengan lembut."Halo, Jagoan Papa. Sehat-sehat ya, di dalam perut mama. Papa sudah tidak sabar ingin ketemu sama kamu," ucap Sakhala sambil tersenyum karena merasakan pergerakan dari calon buah hatinya yang masih berada di dalam perut Dayana."Apa kamu bisa merasakannya, Sakha?"Sakhala mengangguk. Kedua matanya tampak berbinar merasakan gerakan dari calon buah hatinya. "Dia pasti tidak sabar ingin bertemu sama mama papanya."Perasaan Dayana seketika menghangat melihat Sakhala yang sedang berbicara dengan calon buah hati mereka. Dia bisa melihat dengan jelas jika Sakhala sangat menyayangi buah hatinya."Sakha," panggil Dayana pelan."Iya, Sayang?" "Dokter Tasqia kemarin bilang kalau aku mungkin akan melahirkan akhir bulan nanti. Tapi kenapa perutku sekarang sering merasa mulas?" tanya Dayana sambil

  • Jodohku Melintas Saat Pernikahanku Kandas   98. Suami Siaga

    Dayana menjalani masa kehamilannya dengan penuh kebahagiaan meskipun ini bukan kehamilannya yang pertama. Minggu ini usia kehamilannya tepat tujuh bulan. Dayana merasa napasnya menjadi lebih berat dan sesak dari pada biasanya karena janin yang ada di dalam perutnya semakin membesar.Sebagai seorang suami, Sakhala berusaha memberikan yang terbaik untuk Dayana. Seperti dua hari yang lalu, dia baru saja membelikan istrinya itu sebuah sofa santai khusus untuk ibu hamil yang harganya puluhan juta. Sakhala sengaja membelinya agar Dayana merasa nyaman. Selain itu dia tidak tega melihat Dayana yang terus mengeluh karena pinggangnya sakit dan pegal-pegal. Dayana menganggap Sakhala terlalu berlebihan. Namun dia sendiri tidak bisa menolak karena Sakhala membeli sofa itu tanpa sepengetahuan dirinya. Selain itu, dia juga tidak ingin berdebat dengan Sakhala karena itu hanya akan menguras energinya.Dayana duduk di sofa ruang keluarga dengan wajah bahagia. Dia tersenyum saat mengingat pesta gender

  • Jodohku Melintas Saat Pernikahanku Kandas   97. Babymoon

    Keesokan harinya Dayana bangun dengan kondisi tubuh yang segar bugar karena dia semalam tidur dengan sangat nyenyak. Dia bahkan tidak terganggu dengan suara alarm yang dia pasang sebelum tidur.Dayana melirik jam digital yang ada di atas meja kecil samping tempat tidurnya. Ternyata sekarang sudah jam tujuh pagi dan dia ingat kalau hari ini Sakhala ingin mengajaknya pergi ke suatu tempat untuk babymoon. "Sakha sudah bangun belum, ya?" gumam Dayana sambil beranjak dari tempat tidurnya dengan hati-hati.Biasanya Sakhala selalu membantunya saat turun, tapi beberapa minggu ini dia harus melakukannya sendiri karena perutnya selalu merasa mual bila berada di dekat Sakhala. Mungkin saja ini bawaan bayi yang berada di dalam kandungannya.Tiba-tiba saja pintu kamarnya diketuk dari luar. "Apa kamu sudah bangun, Sayang?" tanya Sakhala sambil membuka sedikit pintu kamarnya untuk melihat Dayana. Tingkah lelaki itu benar-benar mirip seorang pencuri yang mengintai rumah korbannya."Aku sudah bangun

  • Jodohku Melintas Saat Pernikahanku Kandas   96. Ide Gila Sakhala

    Dayana terbangun dari tidurnya karena perutnya tiba-tiba terasa sangat mual. Dia pun langsung bangun lalu berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua isi perutnya. Sakhala yang mendengar Dayana muntah-muntah ikut terbangun dan segera menghampiri istrinya itu. "Kamu nggak papa, Sayang?" Sakhala mengetuk pintu kamar mandi dengan perasaan khawatir. Dayana tidak menjawab panggilan Sakhala dan terus muntah-mutah. Rasanya Sakhala ingin sekali menemani Dayana di dalam sana, akan tetapi dia tidak bisa masuk karena pintu kamar mandi dikunci Dayana dari dalam. "Sayang?!" Sakhala terus berdiri di depan pintu kamar mandi sambil terus memanggil Dayana. Dia akan mendobrak pintu kamar mandi tersebut jika Dayana tidak kunjung keluar. Namun, belum sempat dia melakukannya Dayana tiba-tiba membuka pintu kamar mandi tersebut dengan wajah yang terlihat sedikit pucat. Sakhala segera menghampiri Dayana lalu menuntun wanita itu agar duduk di atas tempat tidur. "Bagaiamana keadaanmu sekarang? Apa sudah

  • Jodohku Melintas Saat Pernikahanku Kandas   95. Kejutan Manis

    Dayana telah dipindahkan ke ruang rawat setelah menjalani proses pemindahan embrio di rahimnya. Wanita itu masih belum sadar karena efek bius. Sakhala tidak pernah beranjak dari sisi Dayana, dia duduk di kursi yang ada di sebelah ranjang Dayana sambil menggenggam jemari tangan wanita itu dengan erat. Setelah menunggu cukup lama, akhirnya Dayana membuka mata. Dia mengerjapkan kedua matanya perlahan untuk menyesuaikan dengan cahaya yang menerobos masuk ke dalam indra penglihatannya."Sayang?!" Sakhala sontak mengembuskan napas lega karena Dayana akhirnya membuka mata. Dia segera menekan tombol Nurse Call untuk memanggil perawat atau dokter agar memeriksa Dayana."Sakha ...," panggil Dayana pelan karena tubuhnya masih terasa lemas. Tiba-tiba saja pintu ruang rawatnya diketuk dari luar disusul dengan masuknya seorang perawat untuk memeriksa kondisinya"Bagaimana keadaan Ibu Dayana sekarang? Apa Anda masih merasa pusing?" tanya perawat tersebut."Tidak, Sus. Tapi saya masih merasa sedikit

  • Jodohku Melintas Saat Pernikahanku Kandas   94. Kabar Baik

    Waktu berjalan dengan begitu cepat, membawa semua hal berlalu bersamanya. Hari ini adalah hari yang penting bagi Sakhala dan Dayana. Sudah genap empat belas hari pasangan itu menunggu hasil dari program bayi tabung yang telah mereka jalani selama kurang lebih satu bulan. "Apa kamu cemas?" tanya Sakhala terdengar lembut. Genggaman tangannya pada Dayana tidak terlepas sedikit pun sejak mereka memasuki halaman rumah sakit."A-aku baik-baik saja."Sakhala menggeleng pelan karena wanita yang berjalan di sampingnya itu tidak pandai berbohong. "Kamu masih ingat ucapanku kemarin malam, kan? Apa pun hasilnya kita pasrahkan sama Tuhan. Yang terpenting kita sudah melakukan yang terbaik," ucap Sakhala berusaha menyalurkan energi positif pada Dayana. "Iya, aku tahu. Terima kasih karena kamu sudah ada di sampingku selama ini," balas Dayana pelan.Kedua pasangan itu pun akhirnya tiba di depan pintu ruangan bercat putih dengan sebuah papan nama bertuliskan Dokter Tasqia, SpOG.Sebelum menarik han

  • Jodohku Melintas Saat Pernikahanku Kandas   93. Proses Berat

    "Sayang!" Sakhala terus mengetuk pintu kamar mandi yang ada di hadapannya karena Dayana tidak kunjung keluar.Apa mungkin Dayana pingsan?"Kamu baik-baik saja, kan? Aku akan mendobrak pintu ini kalau kamu tidak juga keluar!" ucap Sakhala cemas. Dia terus mondar-mandir di depan pintu kamar mandi karena tidak terdengar suara apa pun dari dalam.Apa Dayana baik-baik saja? Sakhala melirik jam tangannya sekilas. Sudah lima menit dia menunggu tapi Dayana belum juga keluar. Sepertinya dia harus mendobrak pintu kamar mandi tersebut. Namun, tiba-tiba saja terdengar suara Dayana dari dalam."Tunggu, Sakha. Sebentar lagi aku keluar." Sakhala sontak mengembuskan napas lega karena Dayana akhirnya keluar dari kamar mandi. "Demi Tuhan, Sayang. Aku sudah berdiri di sini selama dua puluh menit. Apa kamu ingin membuatku khawatir?" Dayana malah terkekeh alih-alih merasa bersalah pada Sakhala. "Maaf Sakha. Aku tadi berendam air hangat sambil dengerin musik. Jadi nggak dengar kalau kamu mengetuk pintu.

  • Jodohku Melintas Saat Pernikahanku Kandas   92. Langkah Besar

    Beberapa hari kemudian, Sakhala mengantar Dayana ke rumah sakit untuk berkonsultasi dengan Dokter Tasqia mengenai program bayi tabung. Dayana merasa sangat cemas karena ini pengalaman pertama baginya. Meskipun begitu, dia sudah siap dengan semua risiko yang mungkin akan dia temui nanti. "Apa kamu baik-baik saja?" tanya Sakhala karena melihat Dayana duduk dengan gelisah. Kedua mata istrinya berulang kali melihat ke arah pintu ruangan Dokter Tasqia yang masih tertutup rapat."A-aku baik-baik saja, Sakha. Cuma sedikit gugup."Sakhala menggenggam tangan Dayana semakin erat. Telapak tangan istrinya itu terasa sangat dingin dan basah. Dayana pasti merasa sangat gugup sekarang."Tenang saja, ada aku di sini. Semua pasti akan baik-baik saja," ujar Sakhala terdengar lembut. Pintu yang sedari tadi Dayana amati tiba-tiba dibuka dengan pelan dari dalam. Seorang wanita muda yang sedang hamil terlihat keluar dari ruangan tersebut disusul dengan seorang perawat dari arah belakang. "Silakan, Non

  • Jodohku Melintas Saat Pernikahanku Kandas   91. Program Kehamilan

    "Mama bilang apa? Nikah lagi? Apa Mama sudah kehilangan akal? Abang nggak mau Ma." Sakhala menolak dengan tegas permintaan Ruth. "Memangnya kenapa, Bang? Mama menyuruh Abang menikah lagi karena keluarga kita butuh seorang pewaris dari darah Abang. Apa mama salah?"Sakhala mengusap wajahnya dengan kasar. Dia benar-benar merasa kecewa dengan mamanya. Bagaimana mungkin Ruth bisa menyuruhnya untuk menikah lagi? Apa Ruth tidak pernah memikirkan perasaan Dayana?"Mama jelas-jelas salah kalau menyuruh abang menikah lagi demi mendapat keturunan. Apa Mama tidak memikirkan bagaimana perasaan Dayana?" Sakhala mengatupkan rahangnya rapat-rapat, berusaha menahan amarahnya agar tidak meledak. Sepertinya keputusannya untuk datang ke rumah mamanya setelah pulang dari kantor ini salah karena Ruth semakin menambah beban pikirannya. "Tapi kita butuh seorang pewaris, Bang," ucap Ruth dengan menekan kata pewaris. "Apa Mama lupa kalau kita sudah memiliki Anya?""Tapi dia bukan darah daging Abang." Ruth

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status