Teman-teman satu kantor Kayla terlihat dalam suasana hati yang kurang baik. Menatap Kayla prihatin padahal gadis itu sempat potong rambut di salon lantai bawah apartemennya kemarin sore. Buang sial.
"Mau langsung nemuin HRD ya mbak?" tanya Sisi, teman kantornya yang paling akrab dan paling muda di tim data analyst. "Ngga dong Si. Mau cek kerjaan yang gue tinggal bolos dua hari." Sebenarnya Kayla tidak memiliki pekerjaan yang tenggat deadline-nya dalam waktu dekat. Ia hanya perlu memeriksa laporan yang ditujukan padanya sebelum nanti diserahkan pada atasan. "Gimana sih kejadiannya La?" kali ini Rizal diikuti Bumi dan Farah mengerubungi kubikel kerja Kayla. Mereka sudah tidak tahan dengan komentar netizen yang tiba-tiba berbalik arah menyerang Kayla sedangkan yang diserang malah anteng memeriksa laporan. "Ya gitu bang, putus." Kayla mengendikan bahu. "Maksudnya bang Rizal itu gimana ceritanya Lo bisa ngelabrak tuh anak dirut? Mana tim lain ngebela Rendra lagi. Keliatan banget cari muka," gerutu Farah kesal. "Gue ke apart nya Rendra, niatnya ngasih kejutan. Eh malah gue yang kaget, mana tuh suara desahan mereka kedengaran sampe luar kamar. Yaudah, ngamuk deh gue sambil videoin. Terus gue kirim tuh video ke akun lambe," jelas Kayla secara singkat. "Mbak, Lo disuruh ke ruang HRD sekarang," Dinda yang membuka email tim mereka memberi tahu, menyela kerumunan itu untuk bercerita lebih lanjut. Bumi dan Farah menyemangati Kayla, Rizal menepuk bahu Kayla membesarkan hatinya. Kayla mengambil amplop berisi surat pengunduran diri miliknya. ***** "Dipecat pak?" tanya Kayla. Jika mengundurkan diri dia akan mendapatkan surat rekomendasi dari kantor, tapi kalau dipecat Kayla hanya akan mendapatkan uang pesangon yang tak seberapa. "Bukan maunya saya La. Perintah atasan," ujar pegawai HRD yang turut prihatin dengan ketidak adilan yang Kayla dapatkan padahal jenjang karir Kayla masih panjang. "Permisi pak," suara pria yang terdengar berat menyela protes yang akan Kayla lakukan. Wajah Kayla langsung merengut kesal melihat si brengsek alias mantan tukang selingkuh yang ternyata juga dipanggil HRD hari ini. "Ini surat peringatan buat anda, silakan kembali ke ruangan anda," pegawai HRD itu sepertinya tidak ingin berurusan panjang dengan Rendra. Hanya saja, Kayla tidak seperti itu. Dipecat karena mencemarkan nama baik perusahaan? Hell! Kayla tidak sekalipun menyebutkan nama perusahaan di video yang viral itu, hanya wajah Rendra dan selingkuhannya yang terpampang jelas. Tapi justru dirinya yang dipecat dan si mantan hanya diberikan SP. "Brengsek banget Lo!" Hina Kayla ketika melihat Rendra masih menunggu di depan ruang HRD, sebelum laki-laki itu sempat bersuara. "Maaf La, aku khilaf. Lagipula kamu selalu sibuk dengan pekerjaanmu sedangkan aku memiliki kebutuhan pribadi," elak Rendra, Kayla tidak bisa melihat ketulusan Rendra saat meminta maaf. Perempuan itu maju berapa langkah untuk kemudian mendaratkan tamparan pada pipi Rendra, seperti yang ia lakukan saat memergoki Rendra malam itu. Tak lupa menendang selangkangan Rendra dengan kakinya. "Najis gue maafin tukang selingkuh!" Kayla mengibaskan rambut sebahu nya. Berjalan pergi dengan langkah tegas dan tidak lagi melihat ke belakang. Ia merapikan barang-barang miliknya karena per hari ini ia dipecat dengan tidak hormat tanpa surat rekomendasi atau alasan yang jelas, Kayla bersyukur kantornya tidak memotong uang pesangon yang ia dapat meskipun jumlahnya tak seberapa. Rizal dan anggota tim analyst yang lain kembali menghampiri, lagi-lagi menunda pekerjaan mereka. Biarpun sudah menebak, tetap saja mereka terkejut melihat Kayla benar-benar membereskan barang-barangnya. Bahkan tanpa perlu serah terima tugas kerja. Entah bagaimana tim mereka menghandle beberapa pekerjaan Kayla yang harusnya masih menjadi tanggung jawab perempuan itu. "Nepotisme banget. Padahal tuh si anak dirut ngerebut pacar orang," gerutu Farah kesal. "Salah sist, dia mungut sampah," ralat Sisi yang ikut merasa kesal. Rizal dan Bumi hanya menghela napas dan menatap prihatin pada rekan kerja mereka beberapa tahun ini. Kayla adalah orang yang cekatan dan sangat profesional, dalam bergaul ia juga bisa dikatakan baik meskipun membatasi hal pribadi mengenai dirinya. "Nanti Lo jangan lupa kabarin kita kalau butuh bantuan atau info cari kerja. Gue bantu cariin deh," perintah Rizal. Kayla hanya mengangkat jari jempolnya membentuk tanda Sip. "Yang sabar ya Kay, semoga nanti dapat ganti yang lebih baik," kali ini Bumi staff analyst junior yang paling pendiam mencoba menguatkannya. Kayla menepuk bahu pemuda itu yang bahkan nampak lebih berat mendengar ia dipecat dibandingkan Kayla sendiri. "Kapan-kapan kita meet up ya," ajak Kayla yang diiyakan oleh dua anggota perempuan di tim mereka, lalu cipika-cipiki dan berpelukan heboh. Bumi membantu Kayla mengangkat barang miliknya yang tak seberapa ke mobil seniornya itu di basement. Tak lupa mengucapkan sampai jumpa. Kayla menghembuskan nafas lega saat keluar dari kantornya. Walaupun timnya asyik sistem kerja dan nepotisme kantornya yang toxic sudah membudaya. Keluar dari sana seperti membuat Kayla pindah ke dunia baru, dunia yang padanya Kayla tidak mengenal apa itu patah hati. "YOLO!" teriak Kayla sambil mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi.Sudah genap dua bulan Kayla dipecat dari kantornya yang lama, dan sudah lebih dari satu bulan dirinya bekerja di kantor baru sebagai staff senior analyst. Kayla merasa dirinya sangat beruntung, meskipun ia tak memiliki surat rekomendasi dan namanya sedikit viral akibat kasus dengan mantan pacar, perusahaan yang menerimanya bekerja tidak begitu mempermasalahkannya. Gedung besar berlantai belasan itu enam seluruh lantainya merupakan milik Kubik Group yang terdiri dari start up Vegetable Box, Bisnis F&B, Klinik kecantikan, serta mall besar di beberapa lantai bagian bawah. Kayla bahkan tidak menyangka dirinya bisa bekerja di perusahaan multinasional tersebut, gajinya membesar dan dompetnya selalu penuh. Itu kabar baiknya, sedangkan kabar buruknya adalah sudah dua Minggu belakangan Kayla merasa jika dirinya selalu masuk angin dan mual di pagi hari, belum termasuk mood nya yang mendadak suka menangis saat gofood yang dipesan terlambat hanya beberapa menit dari estimasi waktu di aplikasi
Setelah memastikan Kayla nyaman duduk di mobil, Kevin menelepon Fabian, sekretarisnya yang cuti mengikuti bosnya. Panggilan itu terhubung setelah dering keempat. "Saya mau kamu mencari tahu data seseorang, nanti saya kirimkan foto dan namanya. Saya ingin informasinya sudah ada nanti malam." Belum sempat Fabian menjawab bos nya, telepon itu sudah tertutup. Kevin membuka galeri ponselnya, mengirimkan foto yang dia ambil diam-diam saat Kayla tersenyum dengan cantiknya melihat sunset. Ia tidak peduli Fabian mencarinya dengan menelusuri sosial media atau web bahkan menyewa hackers, Kevin tahu dirinya pasti sudah gila karena merasa tidak bisa dipisahkan dari Kayla. Ia bersumpah akan pindah ke kota manapun Kayla bekerja dan tinggal. ***** Secara perlahan laki-laki itu bangkit dari ranjang setelah memastikan Kayla sudah tidur dengan nyenyak. Ia memeriksa email yang dikirimkan oleh Fabian dua jam lalu. Membaca biodata Kayla yang ternyata bisa mudah ditemukan di internet apalagi Kayla
Suara Kevin yang terlalu keras sontak saja mengundang perhatian orang-orang di tempat mereka makan. Kayla tersenyum canggung dan menunduk meminta maaf pada mereka yang merasa terganggu karena kelakuan Kevin. Ia menghela nafas menyadari Kevin masih saja tenggelam dalam rasa terkejut, tatapan laki-laki itu terlihat tidak fokus. Kayla meneguk air minumnya sebelum melanjutkan penjelasannya. "Begini, kamu tetap Ayahnya, aku tidak memungkiri fakta itu. Bukan juga maksudku terlalu percaya diri, hanya saja jika kamu menawarkan pernikahan setelah mengetahui kehamilanku, jawabanku jelas sebuah penolakan," terang Kayla sepelan mungkin. Mata laki-laki itu menggelap, rahangnya menegas, tentu saja ego Kevin terluka. Ia bahkan belum melakukan pendekatan apapun agar Kayla menerimanya, tapi perempuan di hadapannya sudah mengambil seribu langkah untuk menjauh dari sebuah komitmen. Sialan! Siapa nama mantan Kayla itu? Hidupnya tidak akan damai karena telah membuat Kayla takut pada komitmen. Seda
Suasana basement agak sepi ketika Kayla menemukan mobil hitam metalik berjenis Rubicon yang terparkir di B2. Jendela mobil yang gelap itu diturunkan dan sosok berpenampilan rapi tersenyum manis padanya. Sepertinya Kayla baru menyadari jika Kevin nampak berbeda saat ini, di Bali rambutnya acak-acakan dan tidak disisir rapi. Sepertinya pekerjaan Kevin memerlukan penampilan yang rapi, mungkin saja laki-laki itu juga pekerja kantoran. "Ayo masuk." Kevin membuka pintu mobilnya. Memastikan Kayla duduk dengan nyaman. "Nanti aku akan mengganti mobil yang lebih nyaman untukmu," ujarnya dengan tangan yang secara alami mengelus kepala Kayla. Jalanan padat dan macet, tapi Kevin sama sekali tidak menggerutu. Satu lagi hal kecil yang Kayla ketahui tentang Kevin, karena biasanya laki-laki akan emosi dengan keadaan macet setelah pulang bekerja, paling tidak itu yang Kayla saksikan saat menaiki mobil dengan laki-laki lain yang dikenalnya. "Sorry ya Kay, harusnya tadi kita nggak pergi pas pulang ke
"Hah?" Sejak lama Dinda mengenal Kayla, sepanjang yang ia tahu, Kayla adalah sosok gadis perawan tingting yang polos. Rendra saja butuh waktu lama untuk meluluhkan hati Kayla. Namun, beberapa menit lalu dia mendengar sebuah pengakuan beserta bukti yang menerangkan jika Kayla hamil? sepertinya dunia akan kiamat sebentar lagi. "Sama siapa? Rendra? Kok bisa?" cecar Dinda. "Bukan lah! Iuuh banget gue nda," bantah Kayla, tangannya mengetuk meja sambil bersungut amit-amit jabang bayi. "Ada lah Bapaknya. Nanti kalau gue siap pasti dikenalin," tambah Kayla. Mata Dinda masih mengamati foto berisi janin yang masih begitu kecil. Tadi ia bahkan sempat bertanya di mana letak bayinya. Dinda ataupun Kayla sama-sama tidak memiliki pengalaman mengenai kehamilan. "Di mana Lo ketemu sama Bapak nih bayi?" Dinda menuntut penjelasan dari Kayla lebih lanjut. Lalu cerita mengenai Kayla bertemu seorang laki-laki dan secara random mengajaknya having sex sontak membuat Dinda menganga tak percaya dengan
Kevin benar-benar membawa Panini yang Kayla idamkan tiga puluh menit kemudian, wangi roti lapis itu menguar di lobi gedung apartemen Kayla. Ia menatap Kevin yang hanya pakai piyama dibalut jaket. Mata laki-laki itu tampak merah menahan kantuk. Entah kenapa Kayla makin ingin menangis melihatnya. "Maaf merepotkan, aku berusaha cari ini sendiri, tapi nggak ketemu," ungkap Kayla merasa bersalah, mereka duduk di kursi tamu lobi. Tanpa Kevin sadari, ia menatap perempuan yang sedang hamil anaknya itu dengan tatapan penuh kasih sayang. Tadi dirinya memantau Kayla yang keluar dari apartemennya. Jiwa protektif karena merasa Kayla adalah miliknya membuat Kevin secara impulsif menelpon Kayla dan menuruti apa yang perempuan itu inginkan. "Nggak papa Kay, kamu makan aja. Kan tanggung jawab aku juga," ujar Kevin menenangkan. Laki-laki itu memperhatikan Kayla yang makan dengan lahap dalam diam, membukakan botol air minum dan dihadiahi senyuman manis Kayla. Jantung Kevin berdebar lebih cepat da
Kayla kurang tidur semalam. Paginya ia melewatkan sarapan karena kembali merasa mual, jadi Kayla membawa biskuit seperti yang kemarin dokter sarankan. Untungnya ia datang ke kantor tepat waktu karena membawa mobil hari ini. Bulan sudah duduk manis di mejanya, menyapa Kayla ramah. Beberapa rekan Kayla juga sudah di kantor, beberapa masih berkerumun di satu meja, entah membicarakan apa. "Mau biskuit Lan?" tawar Kayla menyodorkan biskuit kemasan dengan keterangan biskuit bayi. Entah kenapa Kayla menyukainya, tidak terlalu membuatnya mual. "Gue udah sarapan," tolak Bulan. Sebenarnya suasana ruangan timnya terasa masih sama seperti kemarin, Kayla merasa makin diperhatikan. Hanya saja, hari ini dia tidak tau kenapa ia menarik pandangan tidak mengenakkan itu dari karyawan yang lain. "Lo tau apoteker di bawah itu tempatnya biang gosip La?" tanya Bulan pada Kayla yang jelas saja dibalas gelengan tak mengerti. "Kemarin, ada yang cerita kalo lo beli testpack di situ. Anak-anak tadi ngo
Kayla sedang mematikan komputernya saat denting chat dari Kevin ditampilkan di layar ponselnya. Deretan pesan yang menyebutkan jika dia menunggu di basement seperti kemarin membuatnya tersenyum simpul. Mereka baru bertemu dini hari tadi, dan sorenya kembali bertemu. Apakah ini normal? "Gue duluan ya Lan," pamit Kayla pada temannya itu tanpa menunggu balasan Bulan. Sesampainya di basement B3 Kayla mencari mobil berwarna hitam metalik yang Kevin pakai kemarin, namun yang ada hanya mobil HRV putih di sana. Baru saja Kayla akan mengeluarkan ponselnya saat laki-laki yang dicarinya keluar dari mobil putih itu. "Kay, gue di sini." Kevin berjalan menghampiri Kayla, lalu menuntunnya memasuki mobil, memastikan Kayla nyaman duduk di dalam mobilnya. Tertawa kecil melihat tatapan bingung Kayla. "Kan kemarin sudah aku bilang mau ganti mobil," jelas Kevin. Mata Kayla membola kaget, sungguh itu terdengar seolah mengganti sepatu atau mengganti pelindung ponsel yang harganya hanya puluhan ri
Ayahnya adalah pewaris tahta yang gagal naik tahta, diserobot secepat kilat oleh sepupu yang tidak pernah ia ketahui keberadaannya. Dirinya sendiri adalah seorang anak yang tidak tahu kemana hidupnya harus berjalan, keluarganya terlalu sibuk, tak peduli sesering apapun Natasha mencari perhatian. Tapi Ayahnya menaruh harapan pada Natasha untuk mendapatkan perhatian Kevin sekaligus menjalin hubungan dengan sepupunya itu, agar harta keluarga mereka tidak berkurang dan jatuh ke perempuan asing. Natasha berulang kali menggoda Kevin, sampai-sampai kakaknya muak dan memberi gelar biksu suci pada Kevin. Namun sampai saat ini Kevin tetap bersikap dingin padanya, dan hanya menganggap Natasha adik. Hingga Natasha mengetahui dari Ayahnya jika Kevin telah bersama seseorang, ia pun jadi kebakaran jenggot serta memanfaatkan kasus viral perempuan itu untuk membuat sebuah berita lain yang menjatuhkan nama baik perempuan itu. Jelas, yang Natasha lakukan berbahaya, mengundang kemarahan Kevin. Sampai s
Diantara semua anggota keluarga Santoso, tidak ada yang bisa Kevin percaya kecuali Rama, dan tidak ada pula orang yang Kevin percayai melebihi kepercayaan Kevin pada Rama. Saat dirinya di usir dari rumah keluarga besar Santoso, laki-laki yang usianya sebaya dengan Kevin menyapanya ramah, mengajak Kevin bermain bersamanya tanpa sepengetahuan orang tuanya. Memberikan uang tabungannya agar Kevin bisa bertahan di ibu kota. Meskipun belakangan Kevin mengetahui jika Rama memiliki niat memberontak dan memanfaatkan Kevin untuk melakukan itu, Kevin menyadari adanya ketulusan dalam bantuan tersebut. Kevin tahu jika Rama begitu menyayangi adiknya tak peduli dengan kelakuan gadis itu, Rama pasti membersihkan nama adiknya secepat Natasha melakukan kebodohan lainnya lagi. Tentu rencananya untuk membuat Natasha jera dengan kelakuannya harus dalam sepengetahuan Rama. Walaupun bisa jadi laki-laki itu tidak mengizinkan. Oleh karena itu sekarang Kevin menunggu Rama di sebuah pub elit yang berada di pin
Dinda menatap galak pada pasangan yang sedang kasmaran di hadapannya. Lagi pula, kenapa pula mereka suka sekali melakukannya di sofa? batin Dinda. Kevin Santoso, komisaris utama Kubik Group. Terpilihnya Kevin sebagai komisaris utama sempat membuat geger jejeran direksi yang menjabat di perusahaan tersebut. Alih-alih generasi kedua yang meneruskan panggung estafet, justru anak yang tidak diketahui adanya, yang tiba-tiba muncul mengambil tampuk kepemimpinan. Dinda tentunya tidak asing lagi dengan Kevin, sebagai orang yang mengikuti kemanapun Rama pergi dan menyediakan segala kebutuhannya, ia sering kali harus berhadapan dengan Kevin, entah sebagai atasannya atau sebagai sepupu dari Rama. Ia juga mengetahui rekam jejak Kevin sebagai perjaka tulen karena Rama acap kali merundung Kevin dengan gelar itu, kadang malah mengkhawatirkan orientasi seksual sepupunya. Well, bagian itu sepertinya tidak perlu dipikirkan lagi, toh Kayla dan anaknya sudah menjadi bukti betapa perkasanya Kevin, belu
"Tadi kamu bilang apa?" Kevin merasa jawaban Kayla hanya mimpi atau justru dia salah dengar karena terlalu terobsesi menginginkan Kayla. Perempuan hamil itu memutar bola matanya malas, memilih keluar lebih dulu dari mobil, sudah amat malu pada supir pribadi Kevin.Sedangkan Kevin masih termenung sejenak di dalam mobil."Pak, Ibu Kayla nya sudah keluar duluan," ingat supir Kevin. "Hah?" Sepertinya kecerdasan Kevin tidak berlaku sekarang, wajahnya memerah karena malu, Kevin mengusap mukanya sebelum kemudian mengejar Kayla yang sedang menunggu lift untuk naik ke lantai apartemennya."Kamu mau menikahkan?" tanya Kevin lagi membuat Kayla berdecak kesal. Bukankah tadi Kevin berbicara panjang lebar agar Kayla menikah dengannya?"Iya Kevin, ayo cepat aku ingin segera mengistirahatkan badanku, punggungku sakit," ajak Kayla menarik Kevin memasuki lift, karena pria itu hanya termenung dan sepertinya tidak memiliki niat untuk masuk jika Kayla tidak menariknya.Kevin memandang bayangan Kayla me
Jantung Kayla berdegup kencang. Ini bukan sebuah lamaran pernikahan, Kayla bingung kenapa wajahnya memerah, mungkin malu karena supir yang melirik dan menguping pembicaraan mereka hari ini. Atau malu pada orang-orang di lampu merah tempat mobil mereka berhenti sejenak, padahal orang-orang itu bahkan tidak dapat mendengarkan apa yang Kevin katakan. "Kev, akuu," gamang, Kayla tidak tahu ingin mengucapkan apa. Ia bingung. "Kay. Malam itu, aku bertindak gila, begitu pula di malam selanjutnya. Aku tidak tahu benar-benar keluar di luar atau tidak, hanya saja sisi hatiku yang lain berharap benihku tumbuh di rahimmu. Pagi itu saat pergi meninggalkanmu aku bahkan sudah membayangkan betapa cantiknya anakku jika kamu yang menjadi Ibunya Kay." ujar Kevin dengan tatapan yang dalam, Kayla mengalihkan pandangannya, tidak ingin terjebak dalam mata yang menyembunyikan banyak rasa. "Aku akui, secara tidak langsung aku menyembunyikan statusku dan membuatmu diterima di Kubik Group karena nepotisme, tap
Dokter rumah sakit itu melihat serius ke arah monitor. Padahal baru dua hari lalu mereka melihat bayi mereka dalam keadaan senang, tapi sekarang suasananya terasa tegang. Terlebih pembicaraan mereka di mobil terputus karena telah sampai di rumah sakit. Kayla meremas tangan Kevin, takut mendengar penjelasan dari dokter, tidak ingin terjadi sesuatu yang buruk terjadi pada bayinya. "Kondisi bayinya baik kok Bunda. Pingsannya tadi karena tensi Bunda rendah, dan tidak banyai cairan tubuh. Hamil itu harus banyak makan sama minum loh Bun biar adek bayinya kuat di perutnya. Nggak boleh stress juga," jelas dokter. Kevin dan Kayla menghela nafas lega. "Dia nggak mau makan kalau nggak ada saya dok kalau malam. Cuma kalau pagi beneran ngga bisa masuk apa-apa. Tadi juga harus dipaksa dulu sarapannya," cerita Kevin. Dokter spesialis kandungan itu mengangguk paham. "Harus makan ya Bunda. Obat pereda mualnya jangan lupa diminum ya, penambah darahnya juga. Kasian loh adik bayinya kelapara. Ayahn
Kevin baru saja keluar dari kompleks gedung Kubik Group saat Fabian melaporkan mengenai berita yang sedang naik. Belum sempat memberikan perintah apa-apa saat Abbas, kepala tim data analyst meneleponnya dan menginformasikan mengenai Kayla yang sepertinya mengetahui berita itu.Entah karena apa, Kevin meminta Fabian menghentikan mobilnya, lalu sekuat tenaga dia berlari menuju gedung itu lagi dan naik menuju ruangan Kayla. Kevin datang tepat waktu menyangga tubuh Kayla yang tumbang karena terlalu syok dengan kejadian tadi. Fabian yang berdiri di belakangnya ikut terkejut, jika intuisinya benar, maka perempuan yang sedang digendong atasannya adalah perempuan hamil yang beberapa waktu belakangan dipantau oleh bosnya itu."Langsung ke rumah sakit saja pak, mobilnya sudah menunggu di bawah," ujar Fabian, bergerak cepat mengatasi apa yang dihadapi Kevin.Abbas yang juga mengikuti di belakang memandang khawatir pada Kayla, juga takut dengan tatapan Fabian dan Kevin."Saya benar-benar minta m
Setelah memastikan Kayla memakan sesuatu, barulah Kevin lega dan melepas Kayla ke kantor dengan tenang. Baru hari ini dia menghadapi Kayla dengan morning sickness nya. Sepertinya kondisi ini cukup parah karena Kayla nyaris tidak bisa memasukkan apapun ke perutnya, sedikit saja aroma makanan itu tercium olehnya, maka siap-siap saja mual yang dahsyat kembali menyerang Kayla. Belum selesai dengan itu, lagi-lagi Kayla dihadapkan dengan keadaan kantor yang bersuasana kurang menyenangkan. oh tuhan jika bukan karena gajinya aku pasti memilih tinggal dirumah saja, batin Kayla. Bahkan, pagi ini Bulan menatapnya dengan tatapan yang kurang menyenangkan. Belum sempat Kayla mendudukkan badannya, Bulan sudah menyerangnya bersama beberapa karyawan kantor dengan pertanyaan yang tidak Kayla mengerti. "La, kita ngga masalah kalau lo hamil dan sebagainya, karena itu urusan pribadi lo. Kita juga ikut sedih dengan kasus viral lo beberapa waktu lalu. Tapi kenapa lo malah ikutan jadi pelakor?" tanya Bula
Mata Kayla mengerjap merasakan cahaya matahari yang masuk di sela-sela gorden kamarnya, membuat silau dan mengganggu tidurnya, memaksa Kayla untuk bangun lebih awal. Wajah Kayla memerah mengingat dirinya terkesan begitu murahan? semoga itu hanya asumsinya saja. Jangan lupa, pria yang diundangnya untuk menemani malam panjang karena hormon yang mengganggu, saat ini masih tertidur di sampingnya. Sepertinya jauh lebih lelah daripada Kayla. Jangan kira wajah Kevin saat bangun tidur seperti di drama yang sering di tonton, tetap outstanding meskipun tidur semalaman. Wajah Kevin memang tetap tampan, tapi berantakan dengan bekas lipatan bantal di pipinya, juga rambut yang kering, dan mulutnya yang sedikit menganga. Well tetap saja Kevin terlihat sempurna dengan hidungnya yang mancung, dan alis tebal, jangan lupa bulu matanya yang lentik terlihat lebih sempurna ketika sedang memejamkan mata. Pelan-pelan, Kayla merapikan rambut Kevin yang berantakan. Sampai hari ini dia masih tidak mengenal