Dengan sandiwara yang dilakukan Karel di depan anak buah Jourdy yang lain, lelaki itu berhasil membawa Carla keluar dari rumah yang sudah seperti neraka itu. Mereka kini sudah berada di dalam mobil untuk menuju tempat tujuan Carla saat ini, wanita itu terlihat sangat bahagia karena sejak tadi senyuman di bibirnya tak pernah pudar sama sekali.Bahkan Karel yang terus melihat Carla dari kaca Spion benar-benar ikut merasa senang, karena kesempatan pergi dari rumah seperti ini jarang sekali Carla dapatkan. Bahkan mungkin Carla harus menunggu keajaiban datang terlebih dulu, ia sudah seperti seorang permaisuri yang dikurung dalam tahanan. “Sekarang kita akan pergi ke mana?” tanya Karel halus. “Aku ingin pergi ke rumah sua—.” Carla segera menghentikan perkataannya, ia baru saja sadar kalau ia tak bisa memberitahu Karel ke mana tujuannya pergi saat ini. Meskipun Karel sudah sangat baik bukan berarti lelaki itu tak bisa mengkhianatinya, Carla juga harus lebih waspada kepada Karel bahkan kep
Jourdy membanting tubuhnya ke atas kursi, sekarang ia merasa sangat lelah setelah seharian melakukan meeting dan beberapa pekerjaannya yang lain. Lelaki itu memijit kepalanya yang terasa sakit menggunakan satu tangan, sembari memejamkan kedua matanya berharap bisa mendapatkan ketenangan.Tuk tuk“Permisi,” ucap seseorang dari luar ruang kerjanya. Sontak Jourdy terkejut dan langsung memperbaiki posisi duduknya menjadi lebih tegak, “Masuklah.”Seorang wanita berpakaian rapih masuk ke dalam ruangannya sambil membawa beberapa map yang isinya adalah berkas perusahaan, “Maaf, Pak Jourdy. Saya ingin memberikan berkas yang bapak minta kemarin, semuanya sudah saya selesaikan.”“Baiklah, terima kasih.” Jourdy menjawab dengan datar dan dingin.“Kalau begitu saya pergi dulu,” pamitnya pada Jourdy. Tanpa menjawab perkataan wanita itu, Jourdy hanya mengangguk kecil kemudian ia mengambil berkas yang diberikan wanita tadi. Jourdy melihat-lihat sebentar, dan ia merasa puas pada hasilnya. Seharusnya
Dalam hatinya Karel sangat ingin bertanya kepada Carla mengenai kejadian di rumah yang katanya adalah teman wanita itu, tetapi ia sadar kalau Carla juga tak mungkin memberitahunya mengenai hal itu. Status Karel hanyalah anak buah Jourdy, sedangkan Carla adalah majikannya jadi untuk apa pula Carla memberitahu Karel mengenai masalahnya.Karel hanya bisa mengikuti Carla yang masuk ke dalam rumahnya, tubuhnya terlihat runtuh seperti kehilangan semangat untuk hidup. Melihat hal itu Karel benar-benar merasa kasihan pada Carla, namun ia juga tak bisa berbuat apapun. Tiba-tiba Carla membalikkan badannya dan menatap Karel dengan mendalam lalu berkata, “Terima kasih banyak atas bantuanmu, maaf sudah merepotkan.”“Tidak, Nyonya. Sama sekali tidak merepotkan, justru aku merasa sangat senang bisa membantu.” Karel menjawab dengan senang hati. Mereka bersamaan menoleh ke arah pintu saat mendengar suara mobil Jourdy yang datang, segera Carla menyuruh Karel untuk pergi dari dekatnya. Ia khawatir jik
“Hanna, terima kasih banyak karena sudah membantu.” Kevin sangat terterima kasih pada Hanna karena wanita itu telah banyak membantunya belakangan ini apalagi untuk bertemu dengan Jourdy.Hanna mengangguk kecil sambil tersenyum manis pada Kevin, “Sama-sama, Kevin. Aku sangat senang karena bisa membantumu, jadi kau tak perlu sungkan kepadaku.”“Aku tak tahu apa yang bisa aku lakukan untuk membalas semua kebaikanmu, tapi jika memang ada mungkin kau bisa mengatakannya.” Kevin dengan tulus berniat ingin membalas kebaikan Hanna. Kedekatan keduanya selama beberapa hari ini cukup membuat Hanna merasakan sesuatu hal yang tak biasa dalam hatinya, apalagi ketampanan Kevin tidak dapat dipungkiri lagi. Dalam hatinya Hanna memang masih mencintai Jourdy, tetapi ia lebih tahu kalau hubungannya dengan Jourdy tidak akan lebih dari situasi keduanya sekarang ini. Hanna hanya ingin mendapatkan cinta dengan lebih tulus, dan ia juga mendambakan kehidupan yang bahagia seperti orang lain di luar sana. Nampa
Carla merapihkan dasi suaminya dengan teliti dan cukup berhati-hati, ia tak mau membuat Jourdy marah karena tak puas pada hasil pekerjaannya. Dan setelah selesai, wanita itu langsung tersenyum lebar pada suaminya yang sejak tadi hanya menatapnya dengan dingin.“Sudah selesai, sekarang kita bisa sarapan.” Carla segera menarik lengan suaminya untuk mengajaknya sarapan bersama. Namun Jourdy yang ingat kalau dirinya sudah memiliki janji untuk sarapan bersama Hanna di kantor langsung menolak ajakan Carla dengan halus, “Sepertinya aku akan sarapan di kantor saja, lagipula sekarang aku hampir terlambat.”Carla spontan mengangkat kepalanya untuk melihat ke arah jam dinding di rumah itu, sebelah alis Carla terangkat ketika ia menyadari jika sekarang masih cukup pagi untuk berangkat ke kantor bahkan akan jauh sekali dari kata terlambat. Sepertinya Carla sadar kalau Jourdy hanya sedang berusaha menghindar darinya, “Sekarang masih sangat pagi, mana mungkin kau akan terlambat. Apakah kau akan me
Tuk tuk tukKevin menunggu dengan tak sabar seseorang akan membukakan pintu untuknya, pikirannya yang berantakan membuat lelaki itu terlihat sangat kusut dan tak karuan. Ia sudah berusaha sebisa mungkin untuk tenang, tapi gelora di dalam hatinya jauh lebih besar dan sulit untuk dikendalikan. Tak lama kemudian, seorang wanita paruh baya datang membukakan pintu untuk Kevin. Ia terlihat cukup terkejut dengan kedatangan Kevin saat ini, terlebih lelaki itu tak mengabarinya lebih dulu sebelum datang ke rumahnya. “Kevin, rupanya kau. Tadinya aku kira siapa yang datang,” ujarnya menyapa Kevin dengan hangat. Kevin yang sudah enggan berbasa-basi langsung bertanya dengan cukup tegas, “Bu, tolong jelaskan sekarang juga kepadaku. Apakah benar kalau Carla sudah menggugat cerai, ketika aku masih koma di rumah sakit?”Mendengar pertanyaan yang diberikan Kevin padanya, jelas saja Laras hanya bisa terdiam dalam kebingungan. Sebenarnya ia tahu jika Kevin akan segera mengetahui hal ini, namun rasanya
Carla berlari dengan sangat kencang dan begitu bersemangat mendatangi rumah ibunya, ia sudah tak sabar bertemu dengan Angel dan membawanya pergi untuk tinggal bersama. Sambil mengucapkan salam Carla masuk begitu saja ke rumah ibunya, matanya langsung melihat ke sekeliling isi rumah mencari keberadaan putrinya.“Bu, aku pulang. Di mana Angel, Bu?” tanya Carla masih dengan semangatnya yang besar. Laras yang terkejut mendengar suara putrinya segera menghampiri wanita itu. Laras berjalan cepat dari arah dapur, dan ia mendapati Carla sudah berdiri tegak di ruang tengah sembari tersenyum lebar. Bagaimanapun juga, Carla adalah satu-satunya anak yang Laras lahirkan. Carla adalah harta berharga yang ia miliki saat ini, meskipun apa yang Carla lakukan sudah membuatnya sangat khawatir dan tak tenang namun Laras tetap begitu menyayangi Carla. Kerinduan Laras pada Carla juga tak bisa dipungkiri lagi sehingga ia segera menyambut putrinya dengan pelukan yang hangat, “Carla, kau ke mana saja nak?
“Aku harus segera pulang, ada urusan penting yang harus aku selesaikan di rumah.” Jourdy berpamitan pada Hanna dengan terburu-buru. Hanna yang dengan susah payah menyusul langkah Jourdy menuju mobilnya terus menunjukkan ekspresi wajah yang kesal karena ia merasa sekarang lelaki itu lebih peduli pada Carla dibandingkan dirinya, “Urusan apa? Kau pasti akan bersenang-senang dengan wanita itu, mengapa sekarang kau lebih mementingkan Carla dibandingkan aku?”“Bukan begitu, Hanna. Aku benar-benar ada urusan,” sahut Jourdy tegas. Dengan kencang Hanna menarik lengan Jourdy agar membuatnya berhenti berjalan, “Jourdy, tadi pagi saja kau lebih memilih untuk sarapan bersama istrimu. Apakah sekarang aku sudah tak penting lagi untukmu?” Jourdy memutar bola matanya dengan malas apalagi suara Hanna yang melengking membuatnya mual hampir setengah mati, “Oh, ayolah Hanna! Jangan membuatku marah seperti ini, jangan menambah masalahku karena aku sudah benar-benar frustasi sekarang!” “Aku hanya memint
Hari yang ditunggu telah tiba, hari di mana dua insan manusia akan dipersatukan dalam ikatan pernikahan yang sakral. Semua orang tersenyum bahagia ketika Kevin meraih kedua tangan Kania dengan erat dan menatapnya sangat serius, mereka sudah menjadi sepasang suami istri yang sangat bahagia.Senyuman juga tak henti-hentinya terukir di bibir Carla melihat lelaki yang pernah ia sangat cintai telah mendapatkan pujaan hatinya, bagaimanapun juga Kevin akan tetap memiliki tempat tersendiri di hati Carla. Meskipun mereka sudah tak lagi bersama, Carla akan tetap menyimpan perasaan cintanya untuk Kevin. Bukan lagi perasaan cinta yang ingin memiliki, tetapi perasaan cinta yang harus ia rawat dan ia abadikan dalam hidupnya. Cukup mengenangnya, dan menjadikannya kenangan paling berharga hingga tak pernah terlupakan. Apalagi Kevin akan tetap menjadi ayah kandung dari anaknya, Angel Hugo. “Semoga saja mereka berdua selalu bersama dan bahagia,” ujar Jourdy pelan sembari ikut tersenyum manis. Sembar
Kevin dan Kania berjalan memasuki rumah Jourdy dengan perasaan yang tak tenang, sedikit cemas melihat reaksi anak-anak mereka saat mengetahui keduanya akan segera menikah. Apalagi itu artinya, Sheila dan Angel akan semakin menjadi saudara. Keduanya hanya bisa berharap jika anak-anak mereka bisa menerima keputusan mereka, tanpa adanya keraguan sedikitpun.“Ayah!” teriak Angel dengan sangat gembira ketika ia melihat kedatangan Kevin ke rumah itu. Segera Angel berlari sangat kencang menuju ayahnya kemudian memeluk erat tubuh Angel melampiaskan kerinduannya yang teramat besar, begitupun Kevin tak kalah eratnya memeluk tubuh sang anak dan terus mengusap lembut punggung Angel tanpa henti. “Sayang, bagaimana kabarmu? Apakah kau sehat?” tanya Kevin sangat perhatian. Angel menganggukkan kepalanya dengan cepat menjawab pertanyaan Kevin padanya, “Iya, Ayah. Aku sehat, ayah sendiri bagaimana?”“Ayah juga sehat, Sayang.” Kevin menjawab dengan lembut. Angel terus memandangi Kevin yang sudah cuk
Lula memutar bola matanya dengan malas dan mulai membahas ketidaksetujuannya mengenai niat Kevin akan menikahi Kania, “Mengapa kau selalu keras kepala seperti ini, Kevin? Kau tak pernah mau mendengarkan ibu, padahal kejadian Carla seharusnya membuatmu sadar dan menjadi pemilih ketika akan menentukan pasangan hidup!”“Lalu ibu pikir aku harus mencari pasangan yang bagaimana? Dan seperti apa? Seperti artis? Atau anak konglomerat?” sahut Kevin dengan sangat kesal karena ia tak tahan lagi melihat sikap ibunya yang selalu saja seperti ini. Apalagi sampai detik ini Kevin tak pernah tahu tipe wanita seperti apa yang akan disukai Lula, ia rasa Carla adalah wanita yang sangat cantik, hingga kecantikannya membuat semua orang terpesona. Bahkan wanita itu juga sangat baik, selalu bersikap sopan pada Lula meskipun Lula tak pernah menerimanya dengan baik. Dan jika Lula mencari wanita yang sangat kaya, Kania juga adalah anak orang kaya. Hanya saja sekarang Kania tak memanfaatkan kekayaan orang tua
Carla dan Laras bekerja sama untuk merapihkan kamar bayi yang telah mereka siapkan untuk calon anaknya yang tinggal beberapa bulan lagi akan segera lahir ke dunia, keduanya terlihat sangat bersemangat dan antusias. Apalagi Laras yang mengetahui calon cucunya adalah anak laki-laki, seperti impiannya selama ini. “Apakah ini akan terlihat bagus jika disimpan di sini?” tanya Laras pada Carla meminta saran anaknya. Dengan sangat seksama Carla memperhatikan kasur bayi berukuran sedang yang sengaja Laras taruh di pojok kamar tersebut dan ia merasa memang sangat cocok jikalau diletakkan di sana, “Ya, bagus. Lebih baik di situ saja, Bu.”“Baiklah,” sahut Laras lagi kemudian melakukan pekerjaannya dengan sangat baik. Ketika keduanya sedang fokus bekerja, tiba-tiba saja Jourdy masuk ke dalam ruangan itu dan melihat istri serta ibu mertuanya bekerja sama melakukan pekerjaan yang sebenarnya sudah Jourdy sarankan untuk diserahkan kepada para asisten di rumahnya. Namun seperti biasanya, Carla dan
Kevin pulang ke rumahnya bersama dengan Kania, lelaki itu sengaja membawa kekasihnya bersamanya karena ia ingin memperkenalkan Kania kepada kedua orang tuanya. Meskipun sebenarnya Kevin merasa sedikit ragu, ia khawatir jika Lula akan sulit menerima Kania sama seperti yang terjadi pada Carla dulu.Apalagi Kevin sangat mengenal ibunya yang begitu pemilih, hal ini membuat Kevin cemas jika Kania tak bisa seperti Carla yang begitu sabar dan mau menerima sikap Luka yang sangat menyebalkan. Bahkan sebelum sampai di rumahnya, Kevin terus mengingatkan Kania akan sifat ibunya dan memintanya untuk menahan diri bilamana Lula menyinggung perasaannya. “Apakah aku sudah siap?” tanya Kevin ragu-ragu dan begitu gugup.Namun dengan sangat percaya diri Kania menjawab, “Aku siap, Kevin. Kau tak perlu khawatir karena aku pasti bisa mengatasinya, lagipula aku juga sudah sering bertengkar dengan orang lain jadi aku tahu bagaimana harus mengambil tindakan.”Kevin mengernyitkan keningnya sedikit terkejut dan
Atas bantuan Jourdy, Kevin sudah mendapatkan kembali perusahaannya yang dulu sempat tutup karena disita oleh bank. Hari ini tanpa diduga, Jourdy memanggilnya untuk datang ke gedung itu karena Jourdy sudah menyelesaikan semuanya sehingga kepemilikan perusahaannya telah menjadi milik Kevin seutuhnya lagi.Kevin melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangannya dulu, senyuman kecil terukir di bibirnya karena ia merasa begitu senang sekaligus haru. Semua masalah yang datang kepadanya ternyata masih memiliki akhir yang sangat bahagia, dan tak pernah Kevin duga sebelumnya. Kevin pikir kehidupannya memang telah berakhir, dan semua yang pergi dari hidupnya takkan pernah kembali menjadi miliknya lagi. Ternyata Kevin salah besar, Tuhan selalu punya rencana yang indah untuk Kevin. Meskipun prosesnya sangatlah menyakitkan, namun Kevin bisa melaluinya dengan tegar. “Selamat kembali, Kevin!” tukas Jourdy memberikan ucapan selamat kepada temannya karena telah kembali menjadi Kevin yang dulu. Kevin m
Kevin sudah mencari-cari keberadaan Kania di rumahnya dan beberapa butik yang sering wanita itu kunjungi, tapi ia tak dapat menemukannya di manapun. Apalagi Kania juga sama sekali tak membalas pesan atau mengangkat telepon darinya, hingga Kevin mendapatkan informasi dari salah satu teman Kania yang mengatakan wanita itu sedang berada di salah satu cafe untuk suatu pekerjaan.Buru-buru Kevin mendatangi cafe tersebut untuk menemui Kania, ia ingin sekali bertemu kekasihnya dan mencoba mengembalikan situasi mereka seperti semula. Terlebih kerinduan Kevin pada Kania sudah begitu besar, ia tak bisa menahannya lagi dan Kevin juga sangat takut kehilangan wanita itu dalam hidupnya. Sesampainya di sana, Kevin langsung masuk ke dalam. Ia mencari keberadaan Kania dengan memutar matanya melihat ke setiap sudut cafe tersebut, tapi ia belum juga menemukannya. “Di mana Kania? Mengapa aku masih belum juga menemukannya, apakah dia—.” Kevin langsung menghentikan perkataannya ketika ia melihat wanita
Carla melangkahkan kakinya perlahan di dalam sebuah pusat perbelanjaan yang sangat besar di kotanya, wanita itu ditemani sang suami yang dengan setia berada di sampingnya. Menggenggam erat tangan Carla dan terus memandangi istrinya memastikan keadaannya baik-baik saja, sebab Jourdy khawatir jika Carla akan merasa kelelahan.Meskipun sebenarnya Carla sama sekali tak keberatan harus berjalan-jalan seperti ini, ia justru senang sekali karena bisa menghabiskan waktunya di luar rumah. Ia sudah terlalu bosan selalu berada di rumah. Mengingat suaminya sangatlah protektif, Carla hanya bisa membiarkan lelaki itu melakukan apapun yang ia inginkan. Hingga saat ia tiba di sebuah toko perlengkapan bayi, Carla langsung melangkah masuk ke dalam sana dan menarik kencang lengan Jourdy. Membuat lelaki itu terkejut bukan main, segera Jourdy mengikuti langkah istrinya dan menemaninya memilih beberapa perlengkapan bayi yang sedang ia butuhkan. “Pilih semua barang kau butuhkan, Sayang. Jangan sampai ada
Jourdy datang ke penjara untuk memastikan keadaan Karel dan Hanna di sana, bagaimanapun juga Jourdy ingin melihat keduanya. Ia masih memiliki hati nurani, meskipun kedua manusia itu sudah berusaha menghancurkan kehidupannya. Terutama pada Karel, Jourdy sudah sangat mengenal lelaki itu dari lama.Keluarga Karel juga adalah orang kepercayaannya dan turun kepada Karel hingga menjadi orang terakhir yang bekerja di rumahnya, sehingga Jourdy tak menyangka jika lelaki itu bisa mempunyai niat sangat buruk kepadanya. Padahal ia sudah begitu percaya kepada Karel, namun lelaki itu malah mengkhianatinya. “Bagaimana kabarmu, Karel?” tanya Jourdy dengan datar. Karel mengangkat kepalanya menatap Jourdy dengan ragu-ragu kemudian ia kembali menunduk tak lagi berani menatap wajah lelaki itu, “Aku baik, Tuan.”“Jangan memanggilku Tuan lagi, Karel. Karena sekarang kau sudah tidak lagi bekerja denganku,” sahut Jourdy sangat serius. Karel tak tahu harus menjawab apa, ia bingung harus bersikap bagaimana