“Aww!” ringis Carla ketika sebuah pisau yang dipegang Sheila secara tak sengaja mengenai lengannya.Sheila yang terkejut akan hal itu langsung menjatuhkan pisaunya ke atas lantai, ia menatap darah yang mengalir dari lengan Carla dengan ketakutan. Sejujurnya Sheila tak khawatir pada keadaan Carla, ia hanya takut papahnya akan marah jika mengetahui hal ini. “Sheila, apa kau baik-baik saja?” tanya Carla pada anak sambungnya dengan penuh perhatian. Meskipun sekarang dirinya yang terluka, tapi Carla tetap memperdulikan keadaan Sheila yang nampak syok dengan kejadian tak disengaja itu. Carla tak ingin melihat Sheila ketakutan apalagi menyalahkan dirinya akan kejadian itu, bahkan Carla tak mementingkan dirinya sendiri yang sedang terluka. Kebetulan sekali, Karel baru saja masuk ke dapur. Dan ia melihat Carla sedang memegangi lengannya yang terluka, sontak ia terkejut dan bergegas menghampiri Carla dengan penuh rasa cemas.“Nyonya? Apa yang terjadi? Kenapa tanganmu bisa berdarah seperti in
Jourdy terus berjalan-jalan dengan tak tenang di depan ruangan tempat Carla melakukan pemeriksaan, ia benar-benar tak sabar untuk segera mengetahui keadaan istrinya itu. Jourdy juga tak mengerti mengapa Carla harus begitu lama diperiksa, padahal seingatnya wanita itu hanya terbentur meja tak terlalu parah.“Mengapa lama sekali? Sebenarnya apa yang sedang mereka lakukan di dalam sana?” dumal Jourdy kesal. Kedua mata lelaki itu sama sekali tak beralih dari jendela ruangan Carla, ia terus menerus memperhatikan istrinya yang hanya bisa berbaring di atas kasur dengan lemah. “Sialan, mengapa belum juga selesai?” umpatnya lagi merasa sudah tak tahan lagi. Hingga tiba-tiba suara seorang lelaki yang serak menyapa Jourdy dari arah belakang hingga membuat Jourdy terkejut bukan, “Jourdy?”Spontan Jourdy menoleh ke belakang untuk melihat ke sumber suara, matanya seketika terbelalak tak percaya mendapati Kevin berada di hadapannya sekarang. “Ke-Kevin, a-apa yang—.”“Kenapa kau sangat gugup sepe
“Lain kali jangan mengacau jika ada orang yang berkelahi atau kau akan terkena sasaran lagi seperti tadi,” ujar Jourdy datar dan masih saja dengan nada yang dingin.Carla hanya mengangguk paham kemudian kembali menoleh ke arah jendela untuk melihat suasana sore di jalanan yang cukup ramai, ia tak pernah merasa tenang belakangan ini dan sekarang entah mengapa ia bisa merasakan hal itu lagi hanya dengan melihat suasana jalanan dari dalam mobil. Sama halnya dengan Jourdy yang juga terus melihat ke arah depan tanpa ekspresi, ia tak berminat lagi untuk berbicara dengan Carla yang sejak tadi terus mengacuhkannya dan lebih banyak diam dibandingkan menjawab perkataannya. Namun tiba-tiba ia ingat satu hal yang kembali muncul di kepalanya saat ini, “Apakah luka di tanganmu akibat ulah Sheila?” “Tidak, dia tak sengaja melakukannya. Jadi setelah sampai di rumah nanti, kau tak boleh memarahinya!” tegas Carla memberikan peringatan pada Jourdy. Padahal biasanya Jourdy mendidik anaknya dengan cuk
Carla masih berusaha keras untuk membujuk suaminya yang terus tak bisa bersikap manis padanya, “Jourdy, mengapa kau sangat keras kepala seperti ini? Cobalah untuk bersikap manis kepada istrimu sendiri, jangan terus bersikap menyebalkan seperti ini!”“Jangan bertingkah seperti anak kecil, kau ini sudah tua!” ledeknya dengan wajah yang dingin. Mulut Carla langsung terbuka dengan lebar setelah ia mendengar ledekan Jourdy padanya, “Hei, mengapa kau sangat tega mengatakan hal itu kepadaku?” “Jelas saja aku tega, karena apa yang aku katakan adalah kebenaran!” tegasnya lalu memutuskan untuk melangkahkan kakinya pergi dari hadapan Carla. Tak ingin menyerah begitu saja, Carla segera kembali menahan suaminya. Wanita itu berteriak dengan sangat keras, suaranya melengking hingga membuat telinga Jourdy berdenging tak nyaman. “Jourdy! Jangan pergi! Kau harus menggendongku dulu!” teriak Carla kencang. Jourdy benar-benar terkejut dengan apa yang dilakukan istrinya, ia tak mengerti mengapa Carla
“Aku harus menemukan Carla sekarang juga,” tegas Kevin pada Hanna di depan kedua orang tuanya.Lula yang tak setuju pada perkataan anaknya segera menjawab, “Kevin, kau ini kenapa sih terus menerus ingin mencari Carla?” “Hentikan semua omong kosongmu ini, dan mulailah fokus pada kehidupanmu sendiri!” lanjut Lula lagi dengan penuh emosi. Hanna yang berada di tempat itu juga segera membuka suara merasa setuju dengan perkataan Lula, “Iya, Kevin. Untuk apa lagi kau mencari Carla? Mungkin benar kata ibumu, dia pasti sudah memiliki kehidupannya sendiri dan kau juga harus fokus pada kehidupanmu.”“Aku harus memastikan semuanya, kalau memang ini sudah berakhir maka akan aku akhiri. Tapi aku harus bertemu dengan Carla dulu, agar tak ada lagi keraguan di hatiku.” Kevin berusaha menjelaskan maksud tujuannya pada semua orang yang berada di tempat itu. “Tapi kau akan mencarinya ke mana, Kevin? Tak ada satupun dari kita yang mengetahui keberadaan Carla,” sahut Dani yang bersikap lebih pasrah dan
BughhhKevin memukul wajah Jourdy sekali, lelaki itu sudah tak bisa menahan emosinya lagi hingga ia melampiaskan ya dengan tak sabar. Lagipula Kevin benar-benar tak mengerti mengapa Jourdy bersikeras menahannya untuk mengejar wanita yang terlihat seperti Carla, seharusnya Jourdy membiarkannya pergi menemui wanita itu.Sekalipun nantinya Kevin salah sangka namun setidaknya ia bisa memastikan sendiri jika wanita itu memang benar Carla atau bukan, “Minggirlah!” Setelah Kevin membentaknya, Jourdy memutuskan untuk melepaskan lelaki itu. Sekarang Kevin sudah berlari cepat keluar dari supermarket mengejar Carla yang entah sudah ke mana, nafasnya memburu hebat dan matanya terus mencari ke sana kemari mencari keberadaan wanita itu. Dan Jourdy yang tinggalkan hanya bisa diam di tempatnya dengan tatapan yang kosong, ia kesal pada semesta yang harus mempertemukan mereka. Suasana hatinya yang sejak awal menyengkang karena bisa berbelanja dengan sang istri, kini hanya tersisa kekesalan yang tak b
“Jourdy, aku harus bicara denganmu!” panggil Kania berusaha mengejar langkah Jourdy yang mulai memasuki rumahnya dengan sangat cepat.Namun Jourdy merasa sudah begitu lelah hari ini, ia tak ingin diganggu lagi oleh siapapun. Khususnya Kania yang ia tahu pasti akan mencari masalahnya dengannya, dan Jourdy tak bisa menghadapi wanita itu lagi. “Jangan ganggu aku! Hari ini aku sudah sangat lelah,” sahut Jourdy dingin dan datar. Segera Kania melantangkan suaranya dengan berkata, “Apa alasanmu menikahi wanita itu? Dia jelas-jelas adalah istri dari temanmu sendiri, Jourdy!” Hembusan nafas yang berat keluar dari mulut Jourdy setelah ia mendengar pertanyaan Kania, dugaannya memang tak pernah salah. Wanita itu pasti akan mencari gara-gara dengannya, dan lagi-lagi ini mengenai masalah Kevin yang sudah sangat membuatnya kesal sejak tadi. Begitupun dengan Carla yang juga merasa akan terjadi masalah lagi diantara mereka, ia bahkan tak mengerti mengapa Kania harus mempertanyakan masalah ini kepa
“Mengapa kau mengajakku ke tempat seperti ini?” tanya Kevin kebingungan setelah dirinya dan Hanna sampai di sebuah klub malam.Hanna dengan senyuman yang bersemangat langsung menjawab santai, “Aku rasa kau butuh hiburan, Kevin. Aku tahu kalau kau pasti sangat lelah setelah terus menerus mencari keberadaan Carla, jadi apa salahnya jika kita sesekali bersenang-senang.”“Aku tak suka tempat seperti ini,” sanggah Kevin kemudian berniat melangkahkan kakinya untuk pergi dari tempat bising itu. Namun Hanna bergegas mencegah kepergian Kevin dengan memegang erat lengan lelaki itu, “Memangnya kenapa, Kevin? Kita hanya akan minum santai sambil mendengar musik yang menyenangkan ini, tidak ada yang salah bukan?” “Pertama, aku tak suka minum. Dan yang kedua, tempat yang bising seperti ini sangat membuat telingaku tak nyaman.” Kevin berusaha menjelaskan alasannya yang menyukai klub malam. Hanna terkekeh kecil mendengar penjelasan yang diberikan Kevin padanya dan ia merasa lelaki itu sangatlah nai
Hari yang ditunggu telah tiba, hari di mana dua insan manusia akan dipersatukan dalam ikatan pernikahan yang sakral. Semua orang tersenyum bahagia ketika Kevin meraih kedua tangan Kania dengan erat dan menatapnya sangat serius, mereka sudah menjadi sepasang suami istri yang sangat bahagia.Senyuman juga tak henti-hentinya terukir di bibir Carla melihat lelaki yang pernah ia sangat cintai telah mendapatkan pujaan hatinya, bagaimanapun juga Kevin akan tetap memiliki tempat tersendiri di hati Carla. Meskipun mereka sudah tak lagi bersama, Carla akan tetap menyimpan perasaan cintanya untuk Kevin. Bukan lagi perasaan cinta yang ingin memiliki, tetapi perasaan cinta yang harus ia rawat dan ia abadikan dalam hidupnya. Cukup mengenangnya, dan menjadikannya kenangan paling berharga hingga tak pernah terlupakan. Apalagi Kevin akan tetap menjadi ayah kandung dari anaknya, Angel Hugo. “Semoga saja mereka berdua selalu bersama dan bahagia,” ujar Jourdy pelan sembari ikut tersenyum manis. Sembar
Kevin dan Kania berjalan memasuki rumah Jourdy dengan perasaan yang tak tenang, sedikit cemas melihat reaksi anak-anak mereka saat mengetahui keduanya akan segera menikah. Apalagi itu artinya, Sheila dan Angel akan semakin menjadi saudara. Keduanya hanya bisa berharap jika anak-anak mereka bisa menerima keputusan mereka, tanpa adanya keraguan sedikitpun.“Ayah!” teriak Angel dengan sangat gembira ketika ia melihat kedatangan Kevin ke rumah itu. Segera Angel berlari sangat kencang menuju ayahnya kemudian memeluk erat tubuh Angel melampiaskan kerinduannya yang teramat besar, begitupun Kevin tak kalah eratnya memeluk tubuh sang anak dan terus mengusap lembut punggung Angel tanpa henti. “Sayang, bagaimana kabarmu? Apakah kau sehat?” tanya Kevin sangat perhatian. Angel menganggukkan kepalanya dengan cepat menjawab pertanyaan Kevin padanya, “Iya, Ayah. Aku sehat, ayah sendiri bagaimana?”“Ayah juga sehat, Sayang.” Kevin menjawab dengan lembut. Angel terus memandangi Kevin yang sudah cuk
Lula memutar bola matanya dengan malas dan mulai membahas ketidaksetujuannya mengenai niat Kevin akan menikahi Kania, “Mengapa kau selalu keras kepala seperti ini, Kevin? Kau tak pernah mau mendengarkan ibu, padahal kejadian Carla seharusnya membuatmu sadar dan menjadi pemilih ketika akan menentukan pasangan hidup!”“Lalu ibu pikir aku harus mencari pasangan yang bagaimana? Dan seperti apa? Seperti artis? Atau anak konglomerat?” sahut Kevin dengan sangat kesal karena ia tak tahan lagi melihat sikap ibunya yang selalu saja seperti ini. Apalagi sampai detik ini Kevin tak pernah tahu tipe wanita seperti apa yang akan disukai Lula, ia rasa Carla adalah wanita yang sangat cantik, hingga kecantikannya membuat semua orang terpesona. Bahkan wanita itu juga sangat baik, selalu bersikap sopan pada Lula meskipun Lula tak pernah menerimanya dengan baik. Dan jika Lula mencari wanita yang sangat kaya, Kania juga adalah anak orang kaya. Hanya saja sekarang Kania tak memanfaatkan kekayaan orang tua
Carla dan Laras bekerja sama untuk merapihkan kamar bayi yang telah mereka siapkan untuk calon anaknya yang tinggal beberapa bulan lagi akan segera lahir ke dunia, keduanya terlihat sangat bersemangat dan antusias. Apalagi Laras yang mengetahui calon cucunya adalah anak laki-laki, seperti impiannya selama ini. “Apakah ini akan terlihat bagus jika disimpan di sini?” tanya Laras pada Carla meminta saran anaknya. Dengan sangat seksama Carla memperhatikan kasur bayi berukuran sedang yang sengaja Laras taruh di pojok kamar tersebut dan ia merasa memang sangat cocok jikalau diletakkan di sana, “Ya, bagus. Lebih baik di situ saja, Bu.”“Baiklah,” sahut Laras lagi kemudian melakukan pekerjaannya dengan sangat baik. Ketika keduanya sedang fokus bekerja, tiba-tiba saja Jourdy masuk ke dalam ruangan itu dan melihat istri serta ibu mertuanya bekerja sama melakukan pekerjaan yang sebenarnya sudah Jourdy sarankan untuk diserahkan kepada para asisten di rumahnya. Namun seperti biasanya, Carla dan
Kevin pulang ke rumahnya bersama dengan Kania, lelaki itu sengaja membawa kekasihnya bersamanya karena ia ingin memperkenalkan Kania kepada kedua orang tuanya. Meskipun sebenarnya Kevin merasa sedikit ragu, ia khawatir jika Lula akan sulit menerima Kania sama seperti yang terjadi pada Carla dulu.Apalagi Kevin sangat mengenal ibunya yang begitu pemilih, hal ini membuat Kevin cemas jika Kania tak bisa seperti Carla yang begitu sabar dan mau menerima sikap Luka yang sangat menyebalkan. Bahkan sebelum sampai di rumahnya, Kevin terus mengingatkan Kania akan sifat ibunya dan memintanya untuk menahan diri bilamana Lula menyinggung perasaannya. “Apakah aku sudah siap?” tanya Kevin ragu-ragu dan begitu gugup.Namun dengan sangat percaya diri Kania menjawab, “Aku siap, Kevin. Kau tak perlu khawatir karena aku pasti bisa mengatasinya, lagipula aku juga sudah sering bertengkar dengan orang lain jadi aku tahu bagaimana harus mengambil tindakan.”Kevin mengernyitkan keningnya sedikit terkejut dan
Atas bantuan Jourdy, Kevin sudah mendapatkan kembali perusahaannya yang dulu sempat tutup karena disita oleh bank. Hari ini tanpa diduga, Jourdy memanggilnya untuk datang ke gedung itu karena Jourdy sudah menyelesaikan semuanya sehingga kepemilikan perusahaannya telah menjadi milik Kevin seutuhnya lagi.Kevin melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangannya dulu, senyuman kecil terukir di bibirnya karena ia merasa begitu senang sekaligus haru. Semua masalah yang datang kepadanya ternyata masih memiliki akhir yang sangat bahagia, dan tak pernah Kevin duga sebelumnya. Kevin pikir kehidupannya memang telah berakhir, dan semua yang pergi dari hidupnya takkan pernah kembali menjadi miliknya lagi. Ternyata Kevin salah besar, Tuhan selalu punya rencana yang indah untuk Kevin. Meskipun prosesnya sangatlah menyakitkan, namun Kevin bisa melaluinya dengan tegar. “Selamat kembali, Kevin!” tukas Jourdy memberikan ucapan selamat kepada temannya karena telah kembali menjadi Kevin yang dulu. Kevin m
Kevin sudah mencari-cari keberadaan Kania di rumahnya dan beberapa butik yang sering wanita itu kunjungi, tapi ia tak dapat menemukannya di manapun. Apalagi Kania juga sama sekali tak membalas pesan atau mengangkat telepon darinya, hingga Kevin mendapatkan informasi dari salah satu teman Kania yang mengatakan wanita itu sedang berada di salah satu cafe untuk suatu pekerjaan.Buru-buru Kevin mendatangi cafe tersebut untuk menemui Kania, ia ingin sekali bertemu kekasihnya dan mencoba mengembalikan situasi mereka seperti semula. Terlebih kerinduan Kevin pada Kania sudah begitu besar, ia tak bisa menahannya lagi dan Kevin juga sangat takut kehilangan wanita itu dalam hidupnya. Sesampainya di sana, Kevin langsung masuk ke dalam. Ia mencari keberadaan Kania dengan memutar matanya melihat ke setiap sudut cafe tersebut, tapi ia belum juga menemukannya. “Di mana Kania? Mengapa aku masih belum juga menemukannya, apakah dia—.” Kevin langsung menghentikan perkataannya ketika ia melihat wanita
Carla melangkahkan kakinya perlahan di dalam sebuah pusat perbelanjaan yang sangat besar di kotanya, wanita itu ditemani sang suami yang dengan setia berada di sampingnya. Menggenggam erat tangan Carla dan terus memandangi istrinya memastikan keadaannya baik-baik saja, sebab Jourdy khawatir jika Carla akan merasa kelelahan.Meskipun sebenarnya Carla sama sekali tak keberatan harus berjalan-jalan seperti ini, ia justru senang sekali karena bisa menghabiskan waktunya di luar rumah. Ia sudah terlalu bosan selalu berada di rumah. Mengingat suaminya sangatlah protektif, Carla hanya bisa membiarkan lelaki itu melakukan apapun yang ia inginkan. Hingga saat ia tiba di sebuah toko perlengkapan bayi, Carla langsung melangkah masuk ke dalam sana dan menarik kencang lengan Jourdy. Membuat lelaki itu terkejut bukan main, segera Jourdy mengikuti langkah istrinya dan menemaninya memilih beberapa perlengkapan bayi yang sedang ia butuhkan. “Pilih semua barang kau butuhkan, Sayang. Jangan sampai ada
Jourdy datang ke penjara untuk memastikan keadaan Karel dan Hanna di sana, bagaimanapun juga Jourdy ingin melihat keduanya. Ia masih memiliki hati nurani, meskipun kedua manusia itu sudah berusaha menghancurkan kehidupannya. Terutama pada Karel, Jourdy sudah sangat mengenal lelaki itu dari lama.Keluarga Karel juga adalah orang kepercayaannya dan turun kepada Karel hingga menjadi orang terakhir yang bekerja di rumahnya, sehingga Jourdy tak menyangka jika lelaki itu bisa mempunyai niat sangat buruk kepadanya. Padahal ia sudah begitu percaya kepada Karel, namun lelaki itu malah mengkhianatinya. “Bagaimana kabarmu, Karel?” tanya Jourdy dengan datar. Karel mengangkat kepalanya menatap Jourdy dengan ragu-ragu kemudian ia kembali menunduk tak lagi berani menatap wajah lelaki itu, “Aku baik, Tuan.”“Jangan memanggilku Tuan lagi, Karel. Karena sekarang kau sudah tidak lagi bekerja denganku,” sahut Jourdy sangat serius. Karel tak tahu harus menjawab apa, ia bingung harus bersikap bagaimana