BughhhKevin memukul wajah Jourdy sekali, lelaki itu sudah tak bisa menahan emosinya lagi hingga ia melampiaskan ya dengan tak sabar. Lagipula Kevin benar-benar tak mengerti mengapa Jourdy bersikeras menahannya untuk mengejar wanita yang terlihat seperti Carla, seharusnya Jourdy membiarkannya pergi menemui wanita itu.Sekalipun nantinya Kevin salah sangka namun setidaknya ia bisa memastikan sendiri jika wanita itu memang benar Carla atau bukan, “Minggirlah!” Setelah Kevin membentaknya, Jourdy memutuskan untuk melepaskan lelaki itu. Sekarang Kevin sudah berlari cepat keluar dari supermarket mengejar Carla yang entah sudah ke mana, nafasnya memburu hebat dan matanya terus mencari ke sana kemari mencari keberadaan wanita itu. Dan Jourdy yang tinggalkan hanya bisa diam di tempatnya dengan tatapan yang kosong, ia kesal pada semesta yang harus mempertemukan mereka. Suasana hatinya yang sejak awal menyengkang karena bisa berbelanja dengan sang istri, kini hanya tersisa kekesalan yang tak b
“Jourdy, aku harus bicara denganmu!” panggil Kania berusaha mengejar langkah Jourdy yang mulai memasuki rumahnya dengan sangat cepat.Namun Jourdy merasa sudah begitu lelah hari ini, ia tak ingin diganggu lagi oleh siapapun. Khususnya Kania yang ia tahu pasti akan mencari masalahnya dengannya, dan Jourdy tak bisa menghadapi wanita itu lagi. “Jangan ganggu aku! Hari ini aku sudah sangat lelah,” sahut Jourdy dingin dan datar. Segera Kania melantangkan suaranya dengan berkata, “Apa alasanmu menikahi wanita itu? Dia jelas-jelas adalah istri dari temanmu sendiri, Jourdy!” Hembusan nafas yang berat keluar dari mulut Jourdy setelah ia mendengar pertanyaan Kania, dugaannya memang tak pernah salah. Wanita itu pasti akan mencari gara-gara dengannya, dan lagi-lagi ini mengenai masalah Kevin yang sudah sangat membuatnya kesal sejak tadi. Begitupun dengan Carla yang juga merasa akan terjadi masalah lagi diantara mereka, ia bahkan tak mengerti mengapa Kania harus mempertanyakan masalah ini kepa
“Mengapa kau mengajakku ke tempat seperti ini?” tanya Kevin kebingungan setelah dirinya dan Hanna sampai di sebuah klub malam.Hanna dengan senyuman yang bersemangat langsung menjawab santai, “Aku rasa kau butuh hiburan, Kevin. Aku tahu kalau kau pasti sangat lelah setelah terus menerus mencari keberadaan Carla, jadi apa salahnya jika kita sesekali bersenang-senang.”“Aku tak suka tempat seperti ini,” sanggah Kevin kemudian berniat melangkahkan kakinya untuk pergi dari tempat bising itu. Namun Hanna bergegas mencegah kepergian Kevin dengan memegang erat lengan lelaki itu, “Memangnya kenapa, Kevin? Kita hanya akan minum santai sambil mendengar musik yang menyenangkan ini, tidak ada yang salah bukan?” “Pertama, aku tak suka minum. Dan yang kedua, tempat yang bising seperti ini sangat membuat telingaku tak nyaman.” Kevin berusaha menjelaskan alasannya yang menyukai klub malam. Hanna terkekeh kecil mendengar penjelasan yang diberikan Kevin padanya dan ia merasa lelaki itu sangatlah nai
Carla terbangun dari tidurnya ketika mimpi buruk baru saja membangunkannya, nafasnya menjadi tak teratur seakan merasa benar-benar kelelahan karena sesuatu hal yang sebenarnya terjadi hanya dalam bunga tidurnya.Pandangannya segera tertuju pada Jourdy yang masih tertidur sangat lelap di sampingnya, lelaki itu berada begitu dekat dengan Carla hingga Carla takut akan secara tak sengaja membangunkan suaminya. Perlahan Carla menggeser tubuhnya agar memiliki jarak dengan Jourdy, kemudian ia langsung bangun dan mengambil posisi duduk di pinggir kasur. Carla mengusap wajahnya dengan kasar menggunakan kedua tangan dan masih terus membayangkan mimpi yang baru saja hadir di tidurnya, dalam hatinya Carla kebingungan mengapa mimpi seperti itu bisa terjadi dan ia juga mulai merasakan ketakutan yang teramat besar. “Apakah Kevin baik-baik saja? Apa yang harus aku lakukan sekarang untuk memastikan keadaan Kevin?” tanyanya lirih pada diri sendiri. Tak ada yang bisa Carla lakukan saat ini, sekarang
Hanna tersenyum puas melihat pemandangan yang sangat indah di depan matanya, tubuh Kevin tanpa sehelai kainpun benar-benar telah menyihir kedua mata Hanna saat ini. Ia terus menerus memandangi tubuh Kevin, bahkan tanpa henti memberikan kecupan yang kuat di kulit lelaki itu.Lebih parahnya lagi Hanna mengulum senjata Kevin dengan sangat bersemangat, ia melampiaskan hasratnya pada lelaki itu tanpa berpikir lebih jauh. Bagi Hanna yang terpenting saat ini, adalah menjadikan Kevin miliknya seutuhnya. Sekalipun Kevin hanya memejamkan kedua matanya dan tak sadarkan diri, semua ini sudah sangat cukup untuk memenuhi keinginannya yang begitu gila. Hanna hanya ingin mendapatkan Kevin, dan menjadikan semua ini sebagai rencana yang sempurna. “Aku benar-benar bahagia, Kevin. Karena aku bisa melihatmu dengan gagah seperti sekarang ini,” ujarnya tanpa rasa malu. Hanna membaringkan tubuhnya di samping Kevin lalu memeluk erat tubuh lelaki itu sembari menaruh kepalanya di atas dadanya yang bidang, “B
“Jourdy, aku ingin meminta izin kepadamu untuk pergi sebentar keluar.” Carla memberanikan untuk meminta izin kepada suaminya meskipun sebenarnya ia merasa sangat takut.Jourdy langsung menatap wajah istrinya dengan datar sembari terus mengunyah makanan di dalam mulutnya, “Ke mana?” “Aku ingin pergi membawa Angel ke sini,” sahut Carla tenang. Karena beberapa masalah yang terjadi kepada mereka, Jourdy benar-benar telah melupakan perihal anak Carla yang ingin wanita itu bawa tinggal bersama mereka di rumah itu. Sekarang Jourdy baru mengingatnya dan ia sedikit bingung mengapa waktu itu Carla pulang tanpa membawa Angel, “Kenapa waktu itu tak membawa Angel? Bukankah aku sudah memberikan izin padamu hari itu?”“Iya, Jourdy. Tapi saat itu Angel tak ada di rumah ibuku makanya aku tak bisa membawa Angel ke sini,” sahut Carla berusaha menjelaskan. “Lalu dia di mana saat itu?” tanya Jourdy lagi penasaran. “Di rumah ayahnya,” ujar Carla ragu-ragu. Jourdy mengangkat sebelah alisnya dengan taja
Kevin menarik lengan Hanna dengan sangat kencang hingga membuat wanita itu meringis kesakitan, “Aww! Kevin, apa yang kau lakukan? Kau menyakitiku!”“Aku tak peduli,” bentak Kevin kencang sembari menghempaskan lengan Hanna dari cengkeramannya. Hanna menatap Kevin dengan ketakutan karena ia tahu apa yang dipikirkan lelaki itu saat ini, namun ia juga tak berani untuk mengungkapkannya lebih dulu. Hanna baru mengenal Kevin beberapa waktu sehingga ia tak tahu apa yang akan dilakukan lelaki itu saat marah, terlebih tindakan Hanna kemarin benar-benar sudah di luar batas. Kalau saja ia bisa mengulang waktu, Hanna pasti akan memilih untuk tidak melakukan hal itu. Entah setan apa yang merasuki Hanna malam kejadian itu, ia sendiri menyesal telah melakukannya karena khawatir Kevin takkan mau lagi berada di dekatnya seperti ini. Sama halnya seperti Kevin yang sekarang bisa merasakan ketakutan dalam diri Hanna dan ia segera berkata, “Kenapa? Kau pasti tahu kan apa yang sekarang akan aku katakan k
KrekkkkKania langsung masuk begitu saja ke dalam ruang kerja Jourdy, mantan suaminya. Ia terkejut bukan main ketika mendapati Hanna berada di dalam sana dan sedang duduk dengan santai seperti tak merasa berdosa sama sekali, bahkan wanita itu terlihat sudah biasa melakukannya. Begitupun dengan Hanna yang merasa sangat terkejut dengan kedatangan Kania ke tempat itu, ia segera menurunkan kedua kakinya dari atas meja kerja Jourdy kemudian berdiri dari duduknya. Ia ragu-ragu menatap wajah Kania, dan mulai berpikir untuk mencari alasan. “Apa yang kau lakukan di sini?” tanya Kania pada Hanna dengan sorot mata yang sangat tajam. Hanna menjawab tenang, “Aku sedang menunggu Tuan Jourdy.”Kania benar-benar tak habis pikir dengan karyawan Jourdy yang satu ini, bagaimana bisa wanita itu bertingkah seenaknya di dalam ruang kerja bosnya sendiri. Terkecuali jika Hanna memang telah terbiasa dengan hal ini, “Apa kau sudah tak waras?”“Aku masih waras makanya aku bisa bekerja di sini,” sahut Hanna d
Hari yang ditunggu telah tiba, hari di mana dua insan manusia akan dipersatukan dalam ikatan pernikahan yang sakral. Semua orang tersenyum bahagia ketika Kevin meraih kedua tangan Kania dengan erat dan menatapnya sangat serius, mereka sudah menjadi sepasang suami istri yang sangat bahagia.Senyuman juga tak henti-hentinya terukir di bibir Carla melihat lelaki yang pernah ia sangat cintai telah mendapatkan pujaan hatinya, bagaimanapun juga Kevin akan tetap memiliki tempat tersendiri di hati Carla. Meskipun mereka sudah tak lagi bersama, Carla akan tetap menyimpan perasaan cintanya untuk Kevin. Bukan lagi perasaan cinta yang ingin memiliki, tetapi perasaan cinta yang harus ia rawat dan ia abadikan dalam hidupnya. Cukup mengenangnya, dan menjadikannya kenangan paling berharga hingga tak pernah terlupakan. Apalagi Kevin akan tetap menjadi ayah kandung dari anaknya, Angel Hugo. “Semoga saja mereka berdua selalu bersama dan bahagia,” ujar Jourdy pelan sembari ikut tersenyum manis. Sembar
Kevin dan Kania berjalan memasuki rumah Jourdy dengan perasaan yang tak tenang, sedikit cemas melihat reaksi anak-anak mereka saat mengetahui keduanya akan segera menikah. Apalagi itu artinya, Sheila dan Angel akan semakin menjadi saudara. Keduanya hanya bisa berharap jika anak-anak mereka bisa menerima keputusan mereka, tanpa adanya keraguan sedikitpun.“Ayah!” teriak Angel dengan sangat gembira ketika ia melihat kedatangan Kevin ke rumah itu. Segera Angel berlari sangat kencang menuju ayahnya kemudian memeluk erat tubuh Angel melampiaskan kerinduannya yang teramat besar, begitupun Kevin tak kalah eratnya memeluk tubuh sang anak dan terus mengusap lembut punggung Angel tanpa henti. “Sayang, bagaimana kabarmu? Apakah kau sehat?” tanya Kevin sangat perhatian. Angel menganggukkan kepalanya dengan cepat menjawab pertanyaan Kevin padanya, “Iya, Ayah. Aku sehat, ayah sendiri bagaimana?”“Ayah juga sehat, Sayang.” Kevin menjawab dengan lembut. Angel terus memandangi Kevin yang sudah cuk
Lula memutar bola matanya dengan malas dan mulai membahas ketidaksetujuannya mengenai niat Kevin akan menikahi Kania, “Mengapa kau selalu keras kepala seperti ini, Kevin? Kau tak pernah mau mendengarkan ibu, padahal kejadian Carla seharusnya membuatmu sadar dan menjadi pemilih ketika akan menentukan pasangan hidup!”“Lalu ibu pikir aku harus mencari pasangan yang bagaimana? Dan seperti apa? Seperti artis? Atau anak konglomerat?” sahut Kevin dengan sangat kesal karena ia tak tahan lagi melihat sikap ibunya yang selalu saja seperti ini. Apalagi sampai detik ini Kevin tak pernah tahu tipe wanita seperti apa yang akan disukai Lula, ia rasa Carla adalah wanita yang sangat cantik, hingga kecantikannya membuat semua orang terpesona. Bahkan wanita itu juga sangat baik, selalu bersikap sopan pada Lula meskipun Lula tak pernah menerimanya dengan baik. Dan jika Lula mencari wanita yang sangat kaya, Kania juga adalah anak orang kaya. Hanya saja sekarang Kania tak memanfaatkan kekayaan orang tua
Carla dan Laras bekerja sama untuk merapihkan kamar bayi yang telah mereka siapkan untuk calon anaknya yang tinggal beberapa bulan lagi akan segera lahir ke dunia, keduanya terlihat sangat bersemangat dan antusias. Apalagi Laras yang mengetahui calon cucunya adalah anak laki-laki, seperti impiannya selama ini. “Apakah ini akan terlihat bagus jika disimpan di sini?” tanya Laras pada Carla meminta saran anaknya. Dengan sangat seksama Carla memperhatikan kasur bayi berukuran sedang yang sengaja Laras taruh di pojok kamar tersebut dan ia merasa memang sangat cocok jikalau diletakkan di sana, “Ya, bagus. Lebih baik di situ saja, Bu.”“Baiklah,” sahut Laras lagi kemudian melakukan pekerjaannya dengan sangat baik. Ketika keduanya sedang fokus bekerja, tiba-tiba saja Jourdy masuk ke dalam ruangan itu dan melihat istri serta ibu mertuanya bekerja sama melakukan pekerjaan yang sebenarnya sudah Jourdy sarankan untuk diserahkan kepada para asisten di rumahnya. Namun seperti biasanya, Carla dan
Kevin pulang ke rumahnya bersama dengan Kania, lelaki itu sengaja membawa kekasihnya bersamanya karena ia ingin memperkenalkan Kania kepada kedua orang tuanya. Meskipun sebenarnya Kevin merasa sedikit ragu, ia khawatir jika Lula akan sulit menerima Kania sama seperti yang terjadi pada Carla dulu.Apalagi Kevin sangat mengenal ibunya yang begitu pemilih, hal ini membuat Kevin cemas jika Kania tak bisa seperti Carla yang begitu sabar dan mau menerima sikap Luka yang sangat menyebalkan. Bahkan sebelum sampai di rumahnya, Kevin terus mengingatkan Kania akan sifat ibunya dan memintanya untuk menahan diri bilamana Lula menyinggung perasaannya. “Apakah aku sudah siap?” tanya Kevin ragu-ragu dan begitu gugup.Namun dengan sangat percaya diri Kania menjawab, “Aku siap, Kevin. Kau tak perlu khawatir karena aku pasti bisa mengatasinya, lagipula aku juga sudah sering bertengkar dengan orang lain jadi aku tahu bagaimana harus mengambil tindakan.”Kevin mengernyitkan keningnya sedikit terkejut dan
Atas bantuan Jourdy, Kevin sudah mendapatkan kembali perusahaannya yang dulu sempat tutup karena disita oleh bank. Hari ini tanpa diduga, Jourdy memanggilnya untuk datang ke gedung itu karena Jourdy sudah menyelesaikan semuanya sehingga kepemilikan perusahaannya telah menjadi milik Kevin seutuhnya lagi.Kevin melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangannya dulu, senyuman kecil terukir di bibirnya karena ia merasa begitu senang sekaligus haru. Semua masalah yang datang kepadanya ternyata masih memiliki akhir yang sangat bahagia, dan tak pernah Kevin duga sebelumnya. Kevin pikir kehidupannya memang telah berakhir, dan semua yang pergi dari hidupnya takkan pernah kembali menjadi miliknya lagi. Ternyata Kevin salah besar, Tuhan selalu punya rencana yang indah untuk Kevin. Meskipun prosesnya sangatlah menyakitkan, namun Kevin bisa melaluinya dengan tegar. “Selamat kembali, Kevin!” tukas Jourdy memberikan ucapan selamat kepada temannya karena telah kembali menjadi Kevin yang dulu. Kevin m
Kevin sudah mencari-cari keberadaan Kania di rumahnya dan beberapa butik yang sering wanita itu kunjungi, tapi ia tak dapat menemukannya di manapun. Apalagi Kania juga sama sekali tak membalas pesan atau mengangkat telepon darinya, hingga Kevin mendapatkan informasi dari salah satu teman Kania yang mengatakan wanita itu sedang berada di salah satu cafe untuk suatu pekerjaan.Buru-buru Kevin mendatangi cafe tersebut untuk menemui Kania, ia ingin sekali bertemu kekasihnya dan mencoba mengembalikan situasi mereka seperti semula. Terlebih kerinduan Kevin pada Kania sudah begitu besar, ia tak bisa menahannya lagi dan Kevin juga sangat takut kehilangan wanita itu dalam hidupnya. Sesampainya di sana, Kevin langsung masuk ke dalam. Ia mencari keberadaan Kania dengan memutar matanya melihat ke setiap sudut cafe tersebut, tapi ia belum juga menemukannya. “Di mana Kania? Mengapa aku masih belum juga menemukannya, apakah dia—.” Kevin langsung menghentikan perkataannya ketika ia melihat wanita
Carla melangkahkan kakinya perlahan di dalam sebuah pusat perbelanjaan yang sangat besar di kotanya, wanita itu ditemani sang suami yang dengan setia berada di sampingnya. Menggenggam erat tangan Carla dan terus memandangi istrinya memastikan keadaannya baik-baik saja, sebab Jourdy khawatir jika Carla akan merasa kelelahan.Meskipun sebenarnya Carla sama sekali tak keberatan harus berjalan-jalan seperti ini, ia justru senang sekali karena bisa menghabiskan waktunya di luar rumah. Ia sudah terlalu bosan selalu berada di rumah. Mengingat suaminya sangatlah protektif, Carla hanya bisa membiarkan lelaki itu melakukan apapun yang ia inginkan. Hingga saat ia tiba di sebuah toko perlengkapan bayi, Carla langsung melangkah masuk ke dalam sana dan menarik kencang lengan Jourdy. Membuat lelaki itu terkejut bukan main, segera Jourdy mengikuti langkah istrinya dan menemaninya memilih beberapa perlengkapan bayi yang sedang ia butuhkan. “Pilih semua barang kau butuhkan, Sayang. Jangan sampai ada
Jourdy datang ke penjara untuk memastikan keadaan Karel dan Hanna di sana, bagaimanapun juga Jourdy ingin melihat keduanya. Ia masih memiliki hati nurani, meskipun kedua manusia itu sudah berusaha menghancurkan kehidupannya. Terutama pada Karel, Jourdy sudah sangat mengenal lelaki itu dari lama.Keluarga Karel juga adalah orang kepercayaannya dan turun kepada Karel hingga menjadi orang terakhir yang bekerja di rumahnya, sehingga Jourdy tak menyangka jika lelaki itu bisa mempunyai niat sangat buruk kepadanya. Padahal ia sudah begitu percaya kepada Karel, namun lelaki itu malah mengkhianatinya. “Bagaimana kabarmu, Karel?” tanya Jourdy dengan datar. Karel mengangkat kepalanya menatap Jourdy dengan ragu-ragu kemudian ia kembali menunduk tak lagi berani menatap wajah lelaki itu, “Aku baik, Tuan.”“Jangan memanggilku Tuan lagi, Karel. Karena sekarang kau sudah tidak lagi bekerja denganku,” sahut Jourdy sangat serius. Karel tak tahu harus menjawab apa, ia bingung harus bersikap bagaimana