Dengan ragu-ragu Kevin masuk ke dalam rumah Jourdy, melangkah perlahan sembari terus memperhatikan sekitarnya. Kecemasan nampak jelas di wajah Kevin saat ini karena meskipun Jourdy sudah mengatakan semuanya, ia masih saja sulit untuk percaya.Melihat temannya yang datang, Jourdy langsung mendekat dan menyambutnya ramah. Bahkan Jourdy yang jarang sekali tersenyum, malam itu mendadak mengukir senyumannya hanya untuk menunjukkan tak ada yang ia sembunyikan dari Kevin. “Hai, Kevin. Akhirnya kau datang juga, selamat datang! Kemarilah, duduk di sini!” ajak Jourdy manis. Kevin hanya mengangguk pelan, lalu ia duduk di sofa mahal yang berada di dalam rumah itu. Tatapan Kevin masih mengabur ke mana-mana, ia menunggu dengan tak sabar kedatangan istri Jourdy yang katanya bukanlah Carla Cinnamon. “Kau naik apa ke sini?” tanya Jourdy penasaran. “Aku menumpang dengan temanku, karena kebetulan satu arah makanya ia mengajakku untuk pergi bersama.” Kevin menjawab apa adanya. Jourdy kembali merasa
Carla tersenyum tipis di hadapan Laras, ia baru saja menceritakan semua kejadian pahit yang ia alami saat ini dan alasannya menghilang tanpa kabar. Carla dapat melihat jelas bagaimana ekspresi Laras yang nampak bersedih mendengar cerita Carla, lagipula hati ibu mana yang rela melihat anaknya menderita seperti apa yang dialami Carla.Laras juga merasa sangat menyesal karena ia tak dapat mendampingi putrinya dalam masa-masa sulitnya, bahkan ia tak tahu apapun mengenai masalah Carla. Kalau saja Laras mengetahuinya mungkin ia sedikit membantu Carla menenangkan badai yang menerpa, tidak akan bisa berbuat banyak namun setidaknya Laras ingin keberadaannya berguna bagi sang putri. “Mengapa kau tak menceritakannya lebih awal kepada ibu, Nak? Apakah kau sudah tak menganggap ibu lagi?” tanya Laras dengan penuh kesedihan. Carla menggelengkan kepalanya kencang berusaha membantah perkataan Laras yang sama sekali tak benar, “Tidak, Bu. Bukan begitu, aku hanya ingin membuat ibu kesulitan karena har
“Berkemaslah! Karena hari ini aku akan mengajakmu pergi ke pantai,” ujar Jourdy pada Carla.Carla yang sedang sibuk menata makanan di atas meja makan langsung menghentikan pekerjaannya dan menoleh ke arah sang suami yang duduk di dekatnya, “Ke pantai? Dalam rangka apa? Memangnya kau tidak bekerja?”“Tidak, aku mengambil cuti hari ini. Bukankah sejak menikah, kita belum pergi bulan madu? Jadi sekarang saja,” sahutnya berusaha menjelaskan maksud ajakannya pada Carla.Bukannya Carla tak senang dengan ajakan suaminya, hanya saja ia sedang tak berminat untuk pergi ke manapun. Mengingat masih ada banyak masalah yang belum mereka selesaikan, lagipula keberadaan anaknya di rumah itu membuatnya merasa tak tenang jika harus meninggalkan Angel. Carla segera beralasan dengan mengatakan, “Lalu bagaimana dengan anak-anak? Apakah kita akan meninggalkannya?”“Ya, lagipula ada banyak asisten di rumah ini. Jadi kau tak perlu khawatir karena mereka akan menjaga anak-anakn dengan baik, Sheila juga sudah
Carla menatap kosong ke arah pantai dari atas balkon kamar hotel yang saat ini sedang ia singgahi, melihat pemandangan yang sangat indah di depan matanya membuat Carla merasa sedikit tenang dalam hatinya. Ia memutuskan untuk menuruti perintah suaminya untuk datang ke hotel itu terlebih dulu, meskipun ia sendiri tak tahu kapan Jourdy akan datang menyusulnya.Angin pantai berhembus menerpa wajahnya hingga menciptakan kesejukan yang menenangkan, Carla memejamkan kedua matanya berusaha mendapatkan sesuatu yang hilang dari dirinya. Namun ia sama sekali tak mendapatkannya, hingga Carla kembali membuka kedua matanya dan menghela nafas pelan. Kerinduannya pada Kevin masih belum juga menghilang, padahal Carla sudah terus berusaha menerima kehadiran Jourdy di hidupnya. Tapi mantan suaminya tidak tergantikan, dan mungkin memang tidak akan pernah bisa tergantikan. “Kevin, aku sangat merindukanmu.” Carla bergumam sendirian. Carla tak tahu apa yang harus ia kerjakan di tempat itu sendirian seper
Jourdy berjalan dengan cepat mendekat ke arah Kevin dan Carla, lelaki itu terlihat sangat marah sebab nampak jelas dari sorot matanya saat ini. Kevin dan Carla yang sudah melepaskan dekapan mereka terkejut bukan main melihat kedatangan Jourdy, apalagi Carla yang tak tahu harus berbuat apa untuk menghentikan semua ini.Carla masih belum siap melihat Kevin mengetahui semua kebenaran tentangnya, namun ia juga jauh lebih tak siap melihat Jourdy marah besar kepadanya karena tertangkap basah sedang berpelukan dengan Kevin. Carla hanya bisa menjauh dari Kevin secara perlahan, lalu ia bersiap menghadang Jourdy barang kali lelaki itu akan menyerang mantan suaminya. “Jourdy, a-aku bisa—.” Belum sempat Carla menyelesaikan perkataannya, Jourdy sudah lebih dulu mencengkram kuat lengan Carla dan menariknya kencang hingga berada di belakang tubuhnya. Ia tak mau melihat istrinya berada dekat dengan mantan suaminya lagi, karena Jourdy tahu betul jika Carla masih belum bisa benar-benar melupakan Kevi
PlakkkkJourdy menampar wajah Carla dengan sangat kencang hingga suaranya nyaring dan mengisi seluruh isi ruangan itu, bahkan tubuh Carla langsung tersungkur ke atas lantai membuatnya sangat kesakitan. Carla merintih begitu memilukan, tapi hal itu sama sekali tak membuat Jourdy merasa iba kepadanya.Naasnya, bukan merasa kasihan kepada istrinya. Jourdy justru malah menjambak kencang rambut Carla hingga wajah itu menghadap ke arahnya, tatapan Jourdy yang sangat mematikan membuat Carla hanya bisa memejamkan kedua matanya karena ketakutan.“Kau benar-benar tak tahu diri, Carla!” teriak Jourdy tepat di depan wajah Carla. CuihhhhJourdy membuang ludahnya dan mengenai wajah Carla, tak hanya sampai di situ saja, Jourdy juga memberikan tendangan yang cukup kencang di wajah Carla. Sampai-sampai membuat Carla kembali terbujur kaku di atas lantai, Carla dapat merasakan darah segar mengalir dari bibirnya yang sudah lebam. Tapi Carla hanya bisa menangis dengan lirih, sebab bersuara saja Carla su
“Arghhh!” Kevin berteriak dengan sangat kencang di pinggir pantai meluapkan emosinya saat ini.Meskipun laki-laki, ia sama sekali tak malu menangis seperti ini di hadapan Sonya. Karena Kevin merasakan sakit yang luar biasa di hatinya melihat wanita yang sangat ia cintai sudah menikah lagi dengan temannya sendiri, bahkan hal ini tak pernah terbayangkan oleh Kevin sebelumnya. Sonya yang melihat suasana hati Kevin sedang hancur berantakan hanya membiarkannya saja tanpa mengatakan apapun, ia tahu berbicara pun tidak akan membantu apa-apa untuk meredakan perasaan Kevin yang terluka. Sesekali Sonya menatap wajah Kevin yang sangat kusut, apalagi ia juga sangat memahami bagaimana sakitnya ditinggalkan oleh orang yang sangat berharga bagi mereka. “Kenapa, Carla? Kenapa kau harus sejahat ini kepadaku? Apa salahku?” teriak Kevin lagi sembari terus menangis. Kini tatapan Kevin beralih pada Sonya yang sejak tadi juga trus menatap ke arahnya kemudian ia bertanya dengan lirih, “Apakah semua wanit
Carla menatap kosong ke arah pantai, ia merasa kehidupannya telah benar-benar berakhir. Ia juga masih harus menahan rasa sakit di wajahnya akibat kekerasan yang Jourdy lakukan padanya, tapi yang lebih menyakitkan bagi Carla saat ini adalah merasa telah kehilangan Kevin untuk selamanya.Ia tahu kalau tidak akan ada lagi kemungkinan untuk bisa kembali bersama Kevin, lelaki itu pasti sudah sangat membencinya. Dan Carla juga merasakan hal yang sama seperti Kevin, yaitu tak ada lagi alasan untuk bertahan hidup. Jourdy yang melihat istrinya duduk sambil melamun di balkon kamar hotel, segera berjalan mendekat ke arahnya. Ia perlahan memegang kedua bahu Carla dengan lembut, hingga membuat Carla sedikit terperanjat kaget. Rasa trauma Carla akan kekerasan Jourdy kini semakin membesar, sentuhan pelan lelaki itu saja mampu membuatnya merinding dan ketakutan. Khawatir kalau Jourdy akan menyiksanya lagi, karena setiap tindakannya terekam jelas di kepala Carla. “Kau sedang memikirkan apa, Sayang?
Hari yang ditunggu telah tiba, hari di mana dua insan manusia akan dipersatukan dalam ikatan pernikahan yang sakral. Semua orang tersenyum bahagia ketika Kevin meraih kedua tangan Kania dengan erat dan menatapnya sangat serius, mereka sudah menjadi sepasang suami istri yang sangat bahagia.Senyuman juga tak henti-hentinya terukir di bibir Carla melihat lelaki yang pernah ia sangat cintai telah mendapatkan pujaan hatinya, bagaimanapun juga Kevin akan tetap memiliki tempat tersendiri di hati Carla. Meskipun mereka sudah tak lagi bersama, Carla akan tetap menyimpan perasaan cintanya untuk Kevin. Bukan lagi perasaan cinta yang ingin memiliki, tetapi perasaan cinta yang harus ia rawat dan ia abadikan dalam hidupnya. Cukup mengenangnya, dan menjadikannya kenangan paling berharga hingga tak pernah terlupakan. Apalagi Kevin akan tetap menjadi ayah kandung dari anaknya, Angel Hugo. “Semoga saja mereka berdua selalu bersama dan bahagia,” ujar Jourdy pelan sembari ikut tersenyum manis. Sembar
Kevin dan Kania berjalan memasuki rumah Jourdy dengan perasaan yang tak tenang, sedikit cemas melihat reaksi anak-anak mereka saat mengetahui keduanya akan segera menikah. Apalagi itu artinya, Sheila dan Angel akan semakin menjadi saudara. Keduanya hanya bisa berharap jika anak-anak mereka bisa menerima keputusan mereka, tanpa adanya keraguan sedikitpun.“Ayah!” teriak Angel dengan sangat gembira ketika ia melihat kedatangan Kevin ke rumah itu. Segera Angel berlari sangat kencang menuju ayahnya kemudian memeluk erat tubuh Angel melampiaskan kerinduannya yang teramat besar, begitupun Kevin tak kalah eratnya memeluk tubuh sang anak dan terus mengusap lembut punggung Angel tanpa henti. “Sayang, bagaimana kabarmu? Apakah kau sehat?” tanya Kevin sangat perhatian. Angel menganggukkan kepalanya dengan cepat menjawab pertanyaan Kevin padanya, “Iya, Ayah. Aku sehat, ayah sendiri bagaimana?”“Ayah juga sehat, Sayang.” Kevin menjawab dengan lembut. Angel terus memandangi Kevin yang sudah cuk
Lula memutar bola matanya dengan malas dan mulai membahas ketidaksetujuannya mengenai niat Kevin akan menikahi Kania, “Mengapa kau selalu keras kepala seperti ini, Kevin? Kau tak pernah mau mendengarkan ibu, padahal kejadian Carla seharusnya membuatmu sadar dan menjadi pemilih ketika akan menentukan pasangan hidup!”“Lalu ibu pikir aku harus mencari pasangan yang bagaimana? Dan seperti apa? Seperti artis? Atau anak konglomerat?” sahut Kevin dengan sangat kesal karena ia tak tahan lagi melihat sikap ibunya yang selalu saja seperti ini. Apalagi sampai detik ini Kevin tak pernah tahu tipe wanita seperti apa yang akan disukai Lula, ia rasa Carla adalah wanita yang sangat cantik, hingga kecantikannya membuat semua orang terpesona. Bahkan wanita itu juga sangat baik, selalu bersikap sopan pada Lula meskipun Lula tak pernah menerimanya dengan baik. Dan jika Lula mencari wanita yang sangat kaya, Kania juga adalah anak orang kaya. Hanya saja sekarang Kania tak memanfaatkan kekayaan orang tua
Carla dan Laras bekerja sama untuk merapihkan kamar bayi yang telah mereka siapkan untuk calon anaknya yang tinggal beberapa bulan lagi akan segera lahir ke dunia, keduanya terlihat sangat bersemangat dan antusias. Apalagi Laras yang mengetahui calon cucunya adalah anak laki-laki, seperti impiannya selama ini. “Apakah ini akan terlihat bagus jika disimpan di sini?” tanya Laras pada Carla meminta saran anaknya. Dengan sangat seksama Carla memperhatikan kasur bayi berukuran sedang yang sengaja Laras taruh di pojok kamar tersebut dan ia merasa memang sangat cocok jikalau diletakkan di sana, “Ya, bagus. Lebih baik di situ saja, Bu.”“Baiklah,” sahut Laras lagi kemudian melakukan pekerjaannya dengan sangat baik. Ketika keduanya sedang fokus bekerja, tiba-tiba saja Jourdy masuk ke dalam ruangan itu dan melihat istri serta ibu mertuanya bekerja sama melakukan pekerjaan yang sebenarnya sudah Jourdy sarankan untuk diserahkan kepada para asisten di rumahnya. Namun seperti biasanya, Carla dan
Kevin pulang ke rumahnya bersama dengan Kania, lelaki itu sengaja membawa kekasihnya bersamanya karena ia ingin memperkenalkan Kania kepada kedua orang tuanya. Meskipun sebenarnya Kevin merasa sedikit ragu, ia khawatir jika Lula akan sulit menerima Kania sama seperti yang terjadi pada Carla dulu.Apalagi Kevin sangat mengenal ibunya yang begitu pemilih, hal ini membuat Kevin cemas jika Kania tak bisa seperti Carla yang begitu sabar dan mau menerima sikap Luka yang sangat menyebalkan. Bahkan sebelum sampai di rumahnya, Kevin terus mengingatkan Kania akan sifat ibunya dan memintanya untuk menahan diri bilamana Lula menyinggung perasaannya. “Apakah aku sudah siap?” tanya Kevin ragu-ragu dan begitu gugup.Namun dengan sangat percaya diri Kania menjawab, “Aku siap, Kevin. Kau tak perlu khawatir karena aku pasti bisa mengatasinya, lagipula aku juga sudah sering bertengkar dengan orang lain jadi aku tahu bagaimana harus mengambil tindakan.”Kevin mengernyitkan keningnya sedikit terkejut dan
Atas bantuan Jourdy, Kevin sudah mendapatkan kembali perusahaannya yang dulu sempat tutup karena disita oleh bank. Hari ini tanpa diduga, Jourdy memanggilnya untuk datang ke gedung itu karena Jourdy sudah menyelesaikan semuanya sehingga kepemilikan perusahaannya telah menjadi milik Kevin seutuhnya lagi.Kevin melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangannya dulu, senyuman kecil terukir di bibirnya karena ia merasa begitu senang sekaligus haru. Semua masalah yang datang kepadanya ternyata masih memiliki akhir yang sangat bahagia, dan tak pernah Kevin duga sebelumnya. Kevin pikir kehidupannya memang telah berakhir, dan semua yang pergi dari hidupnya takkan pernah kembali menjadi miliknya lagi. Ternyata Kevin salah besar, Tuhan selalu punya rencana yang indah untuk Kevin. Meskipun prosesnya sangatlah menyakitkan, namun Kevin bisa melaluinya dengan tegar. “Selamat kembali, Kevin!” tukas Jourdy memberikan ucapan selamat kepada temannya karena telah kembali menjadi Kevin yang dulu. Kevin m
Kevin sudah mencari-cari keberadaan Kania di rumahnya dan beberapa butik yang sering wanita itu kunjungi, tapi ia tak dapat menemukannya di manapun. Apalagi Kania juga sama sekali tak membalas pesan atau mengangkat telepon darinya, hingga Kevin mendapatkan informasi dari salah satu teman Kania yang mengatakan wanita itu sedang berada di salah satu cafe untuk suatu pekerjaan.Buru-buru Kevin mendatangi cafe tersebut untuk menemui Kania, ia ingin sekali bertemu kekasihnya dan mencoba mengembalikan situasi mereka seperti semula. Terlebih kerinduan Kevin pada Kania sudah begitu besar, ia tak bisa menahannya lagi dan Kevin juga sangat takut kehilangan wanita itu dalam hidupnya. Sesampainya di sana, Kevin langsung masuk ke dalam. Ia mencari keberadaan Kania dengan memutar matanya melihat ke setiap sudut cafe tersebut, tapi ia belum juga menemukannya. “Di mana Kania? Mengapa aku masih belum juga menemukannya, apakah dia—.” Kevin langsung menghentikan perkataannya ketika ia melihat wanita
Carla melangkahkan kakinya perlahan di dalam sebuah pusat perbelanjaan yang sangat besar di kotanya, wanita itu ditemani sang suami yang dengan setia berada di sampingnya. Menggenggam erat tangan Carla dan terus memandangi istrinya memastikan keadaannya baik-baik saja, sebab Jourdy khawatir jika Carla akan merasa kelelahan.Meskipun sebenarnya Carla sama sekali tak keberatan harus berjalan-jalan seperti ini, ia justru senang sekali karena bisa menghabiskan waktunya di luar rumah. Ia sudah terlalu bosan selalu berada di rumah. Mengingat suaminya sangatlah protektif, Carla hanya bisa membiarkan lelaki itu melakukan apapun yang ia inginkan. Hingga saat ia tiba di sebuah toko perlengkapan bayi, Carla langsung melangkah masuk ke dalam sana dan menarik kencang lengan Jourdy. Membuat lelaki itu terkejut bukan main, segera Jourdy mengikuti langkah istrinya dan menemaninya memilih beberapa perlengkapan bayi yang sedang ia butuhkan. “Pilih semua barang kau butuhkan, Sayang. Jangan sampai ada
Jourdy datang ke penjara untuk memastikan keadaan Karel dan Hanna di sana, bagaimanapun juga Jourdy ingin melihat keduanya. Ia masih memiliki hati nurani, meskipun kedua manusia itu sudah berusaha menghancurkan kehidupannya. Terutama pada Karel, Jourdy sudah sangat mengenal lelaki itu dari lama.Keluarga Karel juga adalah orang kepercayaannya dan turun kepada Karel hingga menjadi orang terakhir yang bekerja di rumahnya, sehingga Jourdy tak menyangka jika lelaki itu bisa mempunyai niat sangat buruk kepadanya. Padahal ia sudah begitu percaya kepada Karel, namun lelaki itu malah mengkhianatinya. “Bagaimana kabarmu, Karel?” tanya Jourdy dengan datar. Karel mengangkat kepalanya menatap Jourdy dengan ragu-ragu kemudian ia kembali menunduk tak lagi berani menatap wajah lelaki itu, “Aku baik, Tuan.”“Jangan memanggilku Tuan lagi, Karel. Karena sekarang kau sudah tidak lagi bekerja denganku,” sahut Jourdy sangat serius. Karel tak tahu harus menjawab apa, ia bingung harus bersikap bagaimana