Jourdy menatap istrinya dari ujung rambut sampai ujung kaki, ia nampak kesal pada Carla yang tak memakai baju tidur pemberiannya. Padahal sebelum mandi tadi, Jourdy sudah menyuruh Carla berpenampilan seperti keinginannya.“Mengapa kau tak memakai bajunya?” tanya Jourdy datar. Dengan gugup Carla menjawab, “Maafkan aku, Jourdy. Tapi aku ha—.” “Apa lagi? Kau ini benar-benar kelewatan ya! Malam ini adalah malam pertama kita sebagai pengantin, tak bisakah kau menyenangkanku sekali saja?” bentaknya kesal. Carla bergegas mendekat ke arah Jourdy, lalu ia menggenggam hangat tangan lelaki itu sambil menatapnya teduh dan mendalam. “Bukan begitu, Jourdy. Aku harus pergi ke rumah sakit, karena Kevin sudah sadar.” Carla berbicara dengan sangat berhati-hati.Lagi-lagi nama itu yang harus Jourdy dengar keluar dari mulut istrinya, Jourdy tak dapat menerimanya dan ia merasa sangat marah pada Carla. Seharusnya wanita itu bisa berpikir lebih masuk akal pada malam pertama mereka, “Lalu maksudmu, kau i
Bugh bugh bugh“Jourdy, tolong buka pintunya!” teriak Carla dengan sangat kencang sambil terus menggedor pintu kamar mandi.Jourdy hanya terdiam sebentar di depan sana kemudian melangkah pergi menuju kasur, lelaki itu duduk dengan tenang sambil menatap kosong ke arah kamar mandi. Tak ada satupun orang yang bisa mengubah keputusan lelaki kejam satu ini, sekali saja ia merasa kecewa maka ia akan melakukan apapun untuk melampiaskan amarahnya termasuk kepada orang terdekatnya. “Istri tak berguna! Dia benar-benar sudah membuatku kecewa!” gumam Jourdy seorang diri lalu berdiri dari duduknya.Jourdy pergi keluar dari kamar dengan wajah yang dipenuhi amarah, beberapa anak buahnya yang berada di ruangan lain menunduk sopan untuk menyambut majikannya. “Jaga baik-baik kamarku! Jangan sampai wanita itu bisa keluar dari sana,” perintah Jourdy tegas. “Baik, Tuan.”Tak lama setelah itu, Jourdy melanjutkan langkahnya untuk keluar dari rumah. Pikirannya sangat kacau, ia diselimuti oleh amarah yang
“Jourdy, bangunlah!” panggil Hanna dengan sangat lembut sembari mengusap halus kepala lelaki itu.Perlahan Jourdy membuka matanya dan merasakan sinar mentari begitu menyilaukan pandangannya, “Apakah ini sudah pagi?” “Ya, tentu saja. Apakah kau masih mengantuk?” tanyanya dengan perhatian. Jourdy bergegas bangun dari tidurnya kemudian duduk di samping Hanna yang sudah terlihat cantik dan rapih, “Tidak, aku sudah tak mengantuk. Mengapa kau sudah sangat rapih?”“Bukankah kita harus pergi ke kantor, Sayang?” tukasnya yang sudah berdiri dan kembali menatap dirinya di depan cermin untuk memastikan penampilannya sudah sempurna.“Aku sangat malas untuk pergi ke kantor, bagaimana kalau tidak masuk saja?” rayu Jourdy masih dengan wajah yang datar tanpa ekspresi. Hanna menghampiri lelaki itu mendekat ke arahnya kemudian memberikan kecupan lembut yang singkat di kening Jourdy, “Tidak, Sayang. Kita harus pergi ke kantor, karena pekerjaanku minggu ini masih cukup banyak.”“Oh, Ayolah! Kau bisa me
BrakkkJourdy membuka kasar pintu kamar mandi dengan tergesa-gesa, pandangannya langsung tertuju pada Carla yang sudah tergeletak tak sadarkan diri di atas lantai kamar mandi. Rasa sesal telah menghantuinya saat ini melihat keadaan Carla yang sangat mengkhawatirkan, “Carla! Bangun, Carla! Apa kau mendengarku?” “Carla!” panggil Jourdy sekali lagi. Tanpa berlama-lama lagi, Jourdy segera mengangkat tubuh Carla dan membawanya ke atas kasur untuk dibaringkan. Tak lupa Jourdy juga langsung menarik selimut untuk menutupi tubuh Carla yang sudah sangat kedinginan, entah apa yang terjadi pada Carla tapi Jourdy yakin kalau keadaannya cukup parah. “Aku harus segera menelepon dokter,” tukas Jourdy kemudian berniat menelepon dokter.Namun baru saja selangkah Jourdy menjauh, tangan Carla lebih dulu menggenggam halus lengan lelaki itu menahannya untuk pergi. Sontak saja Jourdy terkejut dan ia langsung memandang ke arah Carla yang perlahan sedang berusaha membuka kelopak matanya, “Carla, kau suda
“Hai, Jourdy.” Kania menyapa Jourdy dengan manis setelah wanita itu masuk begitu saja ke dalam ruang kerja Jourdy.Jourdy yang melihat kedatangan mantan istrinya langsung menatap wanita itu dengan malas dan tak bergairah, “Untuk apa kau datang ke sini, Kania?” “Tentu saja untuk bertemu denganmu, Sayang. Memangnya kau tidak merindukanku?” tanya Kania manja. “Tidak,” sahut Jourdy singkat dan padat. Tanpa meminta izin terlebih dahulu, Kania langsung duduk di atas pangkuan Jourdy dan mengalungkan kedua lengannya di leher lelaki itu. Tatapan Kania tak henti-hentinya tertuju pada wajah tampan Jourdy yang sangat mengagumkan, “Apakah kau benar-benar tidak merindukanku, Jourdy?” “Padahal aku sangat merindukanmu, aku selalu mengingat semua kenangan manis yang pernah kita lewati bersama. Bukankah seharusnya kita masih mengulang dan memperbaiki semuanya?” lanjut Kania lagi mulai kembali membujuk Jourdy untuk bisa membangun kembali asmara mereka yang sudah pupus. Jourdy yang sudah terlalu mal
Sudah pukul enam sore, tetapi Jourdy belum juga pulang ke rumah. Padahal biasanya suami Carla itu akan sampai di rumah pada pukul lima, namun hari ini lelaki itu belum kelihatan batang hidungnya pun sama sekali.“Ke mana, Jourdy? Apakah dia tidak akan pulang malam ini?” gumam Carla sambil terus melihat ke arah luar jendela menunggu kedatangan suaminya. Bukannya merasa cemas atau mengkhawatirkan lelaki itu, hanya saja Carla sedikit berharap kalau Jourdy tidak akan pulang malam ini. Dengan begitu Carla bisa pergi dari rumah untuk menemui Kevin, sebab sampai kini Carla belum memiliki kesempatan bertemu lelaki yang sangat ia rindukan. Selain itu, Carla juga sangat ingin bertemu dengan putri kecilnya yang sudah terus menanyakan keberadaannya melalui pesan chat. Hidupnya yang rumit membuat Carla merasa telah kehilangan banyak kesempatan berharga, namun apalah dayanya yang tak punya kuasa apapun. “Sepertinya Jourdy tidak akan pulang ke rumah malam ini, aku harus memanfaatkan kesempatan.”
“Carla!” teriak Jourdy dengan sangat kencang hingga membuat supir yang membawanya terkejut bukan main.“Tuan, apakah Tuan baik-baik saja?” tanyanya cemas. Jourdy mengatur nafasnya yang tak beraturan sembari memperbaiki posisi duduknya yang terlalu berantakan, keringat dingin mengucur cukup deras di keningnya. Matanya terus berputar ke arah jalan untuk mencari sesuatu yang sedang ia pikirkan saat ini, namun sepertinya ia hanya mengalami bunga tidur yang cukup mengganggu. “Aku baik-baik saja,” sahut Jourdy lirih. Baru saja Jourdy bermimpi jika Carla kabur dari rumahnya dan pergi menemui Kevin Hugo, entah apa maksud dari mimpinya itu namun yang pasti jika sampai kejadian ini menjadi kenyataan maka ia akan memberikan pelajaran pada Carla. Tangan Jourdy segera merogoh ponsel yang berada di saku jasnya kemudian ia menelepon salah satu anak buahnya untuk memastikan keberadaan Carla saat ini, “Halo.”“Apakah Carla berada di rumah? Dia tidak pergi ke manapun, bukan?” tanya Jourdy setelah
Carla menghentikan langkahnya tepat di depan ruang rawat Kevin yang dulu ia ingat, namun tempat itu nampak kosong tak berpenghuni. Padahal Carla sangat yakin jika dirinya tidak salah tujuan, karena di sinilah Kevin dirawat sejak hari kecelakaan itu terjadi.“Ke mana perginya Kevin? Kenapa dia tak ada di sini?” gumamnya kebingungan sembari mencari petunjuk untuk bisa menemukan keberadaan mantan suaminya. Hingga seorang suster melintas di hadapan Carla dan membuat wanita itu bergegas bertanya padanya, “Suster, ke mana perginya lelaki yang dirawat di kamar ini?”“Oh, sepertinya sudah pulang karena dari kemarin kamar ini kosong.” Suster menjawab seadanya yang ia tahu. Carla mengangguk kecil merasa paham dengan jawaban yang diberikan wanita itu, kemudian Carla membiarkannya pergi dari hadapannya. Rasa sesal muncul di hati Carla sebab ia harus kehilangan kesempatan untuk bertemu Kevin, apalagi ia akan semakin kesulitan bertemu lelaki itu jika sudah pulang ke rumah Lula dan Dani. Padahal